Anda di halaman 1dari 5

Luthfi Zahirotul K.

(Ilmu mantiq)

QIYAS ISTISNA

Qiyas istisna adalah qiyas yang kesimpulannya terdapat natijah atau

perlawanannya dengan memakai pekerjaan. Tersusun dari dua mukodimah, salah

satunya adalah adanya syartiyah diawal dan disebut dengan muqoddimah kubro, dan

yang kedua adalah istisnaiyah (qodiyah yang diawali dengan salah satu adat istisna,

yaitu “lakin” dan disebut dengan muqodimmah sughro. Dalam susunan ini, qiyas

istisna adalah lawan dari qiyas iqtirani.

Pembagian Qiyas Istisna’

Qiyas istisna terbagi menjadi 2:

1. Istisna ittishali, yaitu qiyas yang muqodimmah kubronya terdiri dari syartiyah

muttashilah.

Ex:

 “Jika orang itu suka kebersihan, maka sedikit kemungkinan terkena

penyakit”.

 Tetapi orang itu suka kebersihan

 Maka sedikit kemungkinan terkena penyakit

2. Istisna infishali, yaitu qiyas yang muqodimmah kubronya terdiri dari qodiyah

syartiyah munfashilah.
Ex:

 “ adakalanya lautan itu tenang dan adakalanya berombak”

 Tetapi, laut itu tenang

 Laut tidak berombak

Hukum Qiyas Istisna’ Ittishali

Untuk qiyas ini terdapat beberapa hukum yang berkaitan dengan intaj, yaitu:

1. Jika istisna berupa ainul muqoddam (awal), maka natijahnya berupa ‘ainu ath-

thali (akhir), contoh:

 “jika barang itu emas, maka ia termasuk barang tambang”.

 Tetapi, benda itu emas

 Benda itu barang tambang

2. Jika istisna lawan dari thali, maka natijahnya lawan dari muqodam, contoh:

 “jika benda itu emas, maka ia termasuk barang tambang”

 Tetapi benda itu bukan barang tambang

 Benda itu bukan emas

Jika istisnainya berupa ‘ainu thali (akhir), maka natijahnya tidak bias berupa ‘ainul

muqodam. Contohnya: jika benda itu emas, ia termasuk barang tambang. Tetapi,

benda itu barang tambang, maka bukan menghasilkan emas. Karena barang tambang
itu bukan hanya emas. Barang tambang lebih umum daripada emas. Dan tidak boleh

menetapkan yang umum kepada yang khusus.

Begitu juga, jika istisnainya adalah perlawanan dari muqoddam, maka natijahnya

tidak akan memunculkan perlawanan dari thali. Contohnya:

 Tetapi barang itu bukan emas, maka tidak menghasilkan kesimpulan

bahwa hal tersebut bukan barang tambang.

Karena emas lebih khusus daripada barang tambang. Dan tidak diperbolehkan

meniadakan yang khusus atas yang umum.

Hukum Qiyas Istisna’ Infishali

Qiyas ini memiliki beberapa hukum khusus, diantaranya:

1. Jika muqodimmah kubro berupa hakikiyah (mani’ah, jam’un wa khuluw)

kemudian istisnainya dalah salah satu dari tharaf (qadiyah), maka natijahnya

adalah lawan dari qodiyah yang lain. Contohnya:

 adakalanya qadiyah itu benar dan adakalanya salah tetapi qadiyah itu

benar.

# qadiyah itu tidak salah, atau natijahnya salah. # tetapi qadiyah itu salah,

maka tidak benar natijahnya.

Jika istisnainya lawan dari salah satu qodiyah, maka natijahnya adalah

substansi dari qadiyah yang lain.


Contoh:

 adakalanya qodiyah itu benar dan adakalanya salah.

 Tetapi qodiyah itu salah

 Maka qodiyah itu salah

#maka qadiyah itu benar

 Maka qadiyah itu benar

2. Jika muqodimah kubro, mani’ah khuluw kemudian istisnainya adalah lawan

dari salah satu tharaf (qadiyah) maka natijahnya adalah tharaf (qadiyah) yang

lain. Contoh:

 Adakalanya benda itu bukan pohon dan adakalanya bukan batu

 Tetapi benda itu pohon

# maka benda itu bukan batu

 Tetapi benda itu batu

# maka benda itu bukan pohon

Jika istisna’nya berupa salah satu subtansi dari salah satu qadiyah,

maka tidak akan menghasilkan natijah.

3. Jika muqadimah kubro berupa mani’ah jam’un kemudian istisna’nya adalah

salah satu substansi dari salah satu tharaf (qadiyah) maka natijahnya adalah

lawan dari qadiyah yang lain. Contohnya:

 Adakalanya benda itu berwarna hitam dan adakalanya berwarna putih


 Tetapi benda itu barwarna hitam

# maka benda itu bukan berwarna putih, atau

 Tetapi benda itu berwarna putih

# maka benda itu bukan berwarna hitam

Jika istisnainya lawan dari salah satu tharafnya (qadiyah) maka tidak akan

menghasilkan natijah.

Syarat Qiyas Istisna’

Syarat qiyas istisna’ ada dua yaitu:

1. Muqadimah syartiyah berupa mujabah (positif), sehingga tidak akan

menghasilkan natijah. Contoh:

 Tidaklah mungkin jika matahari terbit maka langit gelap

 Tetapi matahari terbit

Dan tidak akan pula menghasilkan natijah seperti contoh:

 Adakalanya orang ini penulis atau penyair

 Tetapi ia penulis

2. Muqadimah syartiyah muttashilah harus bersifat sebab akibat dan dalam

syartiyah munfashilah harus berlawanan, maka tidak akan menghasilkan

natijah. Contoh:

 Jika kamar ini terang maka pemiliknya ada didalamnya

Dan tidak pula menghasilkan natijah pada contoh berikut:

 Adakalanya manusia ini penyair dan adakalanya penulis.

Anda mungkin juga menyukai