Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MINERALOGI DAN PETROLOGI


“MINERAL, KRISTAL, DAN BATUAN”
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Mineralogi dan Petrologi

(ABKA555)

Yang diampu oleh:

Dr. Deasy Arisanty, M. Sc

Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal Julian Arrizky
(1710115210015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini semakin membuka pintu pengetahuan
dan pemahaman pembaca tentang materi.
Upaya pemenuhan makalah ini diharapkan mampu meningkatkan
efektifitas pelaksanaan kegiatan perkuliahan, dan diharapkan para pembaca dapat
mengembangkan wawasan dan kemampuan dari apa yang dibahas dalam makalah
yang berjudul “Mineral, Kristal, dan Batuan” ini. Tetapi makalah ini bukan
satu-satunya sumber belajar atau referensi, untuk itu para pembaca diharapkan
lebih proaktif untuk mencari dan menggali ilmu pengetahuan mengenai materi
terkait.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya para pembaca. Kami mengharapkan saran dan masukan serta kritikan
yang sifatnya membangun karena kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini masih banyak terdapat kekurangan. Kami juga memohon maaf atas
kejanggalan-kejanggalan yang terdapat dalam makalah ini.

Banjarmasin, 25 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................4

1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

2.1 MINERAL.................................................................................................6

2.1.1. PENGERTIAN MINERAL...............................................................6

2.1.2. SIFAT FISIK MINERAL..................................................................7

2.2 KRISTAL................................................................................................16

2.2.1. SISTEM KRISTAL..........................................................................17

2.3 BATUAN................................................................................................21

2.3.1. IGNEOUS ROCK ( BATUAN BEKU )..........................................21

2.3.2. SEDIMENTARY ROCK ( BATUAN SEDIMEN ).......................21

2.3.3. METAMORPHIC ROCK ( BATUAN METAMORF )..................22

BAB III PENUTUP...............................................................................................23

3.1 KESIMPULAN............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mineral selalu ada disekitar kita, secara langsung atau tidak langsung kita
menyadarinya. Mineral yang ada di sekitar kita seperti : grafit di pensil, garam ,
plester di dinding, dan jumlah jejak emas di komputer Anda. Mineral dapat
ditemukan di berbagai produk konsumen termasuk kertas, obat-obatan, makanan
olahan, kosmetik, perangkat elektronik, dan banyak lagi. Dan tentu saja, semua
yang terbuat dari logam juga berasal dari mineral. Mineral adalah senyawa alami
yang terbentuk melalui proses geologis. Mineral adalah zat murni dengan
komposisi dan struktur spesifik, sedangkan batuan biasanya merupakan campuran
dari beberapa mineral yang berbeda (walaupun beberapa jenis batuan hanya
mencakup satu jenis mineral). Contoh mineral adalah feldspar, kuarsa, mika, halit,
kalsit, dan amfibol. Contoh batuan adalah granit, basal, batu pasir, batu kapur, dan
sekis.

Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga
struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam
sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Mineral merupakan
komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Ada ribuan mineral,
meskipun hanya beberapa lusin yang disebutkan dalam buku ini. Di alam, mineral
ditemukan dalam batuan, dan sebagian besar batuan terdiri dari setidaknya
beberapa mineral yang berbeda.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan mineral ?
 Apa saja sifat fisik mineral ?
 Apa yang dimaksud dengan sistem Kristal ?
 Apa yang dimaksud dengan macam batuan ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
 Mengetahui apa yang dimaksud dengan mineral
 Mengetahui bagaimana sifat fisik suatu mineral
 Mengetahui mengenal sistem Kristal
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MINERAL
2.1.1. PENGERTIAN MINERAL
Mineral adalah suatu zat (fasa) padat yang terdiri dari unsur atau
pesenyawaan kimia yang di bentuk secara alamiah oleh proses-proses
anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai
penempatan atom-atom secara beeraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur Kristal. Selain itu, kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini
bergantung darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain
dengan pengertian mineral di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti
geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai
sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta
molekul-molekul dari berbagai unsure kimia, dimana atom-atom tersebut
tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini
akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada
umumnya merupakan zat anorganik (Murwanto, Helmy, dkk. 1992).

Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik,


perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun,
bentuk dari Kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada
berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi umum dari system Kristal, yang
saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap system dibagi lagi menjadi
beberapa kelas. Yang paling penting dari semua itu, mineral memiliki
"struktur tiga dimensi berulang" atau "kisi," yang merupakan cara atom diatur.

Beberapa zat yang kita pikir pasti mineral bukan karena mereka
kekurangan struktur atom 3 dimensi yang berulang. Kaca vulkanik adalah
contohnya, seperti halnya mutiara atau opal. Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1, opal tampaknya memiliki struktur reguler, tetapi itu bukan struktur
atom.

Gambar 1 Opal (kiri) seperti mineral, tetapi tidak memiliki struktur kristal. Sebaliknya, itu terdiri dari
lapisan bola silika yang dikemas erat (kanan).
Gambar 1 (kiri): Opal yang berharga. © James St. John. CC OLEH.
Gambar 1 (kanan): Manik-manik opal. © Divisi Mineralogi, Ilmu Geologi dan Planet, Caltech. CC BY-NC.

2.1.2. SIFAT FISIK MINERAL


Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun
atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat
fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis
mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam
batas-batas tertentu (Graha, 1987).

Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

2.1.2.1. Warna (colour)


Warna adalah suatu yang kita tangkap dengan mata apabila mineral
terkena oleh cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral itu
sendiri. Warna penting untuk membedakan antara warna mineral yang
diakibatkan oleh pengotoran dan warna asli dari mineral itu sendiri. Banyak
mineral mempunyai warna yang khusus, misalnya mineral azurit yang
berwarna biru dan mineral epidon yang berwarna kuning hijau, dll.

Warna mineral dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Warna Isiokhromatik
Apabila mineral mempunyai warna yang selalu tetap, pada umumnya
dijumpai pada mineral - mineral, yang tidak tembus cahaya (opaque) atau
berkilap logam. Contoh : Magnetit, Galena, Pirit, Pirolusit, dll.

2. Warna Allokhromatik
Apabila mineral warnanya tidak tetap tergantung terhadap mineral
pengotornya, pada umumnya yang dijumpai pada mineral yang tembus cahaya
(transparan/translucent) atau berkilap non logam. Contoh : Kuarsa, Gipsum,
Kalsit, dll.

Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas,


seperti:

 Putih :  Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz


(Kuarsa Susu) (SiO2)
 Kuning  : Belerang (S)
 Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
 Hijau  :  Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
 Biru :  Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
 Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
 Coklat   : Garnet, Limonite (Fe2O3)
 Abu-abu : Galena (PbS)
 Hitam  : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

2.1.2.2. Kilap (Luster)


Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan
sebuah mineral yang erat hubungannya itu dengan sifat pemantulan dan
pembiasan. Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, apabila
semakin besar indeks bias mineral, semakin besar pula jumlah cahaya yang
dipantulkan . Nilai ekonomik mineral kadang - kadang ditentukan oleh
kilapnya. Macam - macam kilap antara lain :

Jenis-jenis kilap pada mineral:

a.       Kilap logam (luster metalic)


b.      Kilap setengah logam (luster sub metalic)
c.       Kilap bukan Logam
-          Kilap kaca ( Vitreous luster)
-          Kilap intan (Diamond luster)
-          Kilap lemak (Greasy luster)
-          Kilap lilin ( Waxy luster)
-          Kilap sutera (Silky luster)
-          Kilap mutiara (Pearly luster)
-          Kilap damar ( Resineous luster)

1. Kilap Logam (Metallic Luster)


Mineral - mineral opaque yang mempunyai indeks bias sama dengan tiga atau
lebih. Contoh : Galena, Native Metal,  Sulfit, Pirit, dll.
2. Kilap Kaca (Vitreous Luster)
 Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti kaca. Contoh : Kuarsa,
Kalsit, dll
3. Kilap Intan (Diamond Luster)
    Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan cemerlang seperti intan.
Contoh : Intan
4. Kilap Sutera (Silky Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan sutera dan umumnya terdepat
pada mineral yang berserat. Contoh : Asbes, Aktinolit, Gipsum, dll 
5. Kilap Damar (Resinous Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti getah damar atau
kekuning - kuningan. Contoh : Spalerit, Sulfonit, dll
6. Kilap Mutiara (Pearly Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti mutiara atau bagian
dalam dari kulit kerang. Contoh : Muskovit, Talk, Dolomit, dll
7. Kilap Lemak (Greasy Luster)
 Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti sabun. Contoh :
Serpentinit, dll
8. Kilap Tanah (Earthy Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti lempung. Contoh :
Kaolin, Limonit, Pauksit, dll

2.1.2.3. Cerat (Streak)


Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu
keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari
bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula
berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah. Contohnya :

 Pirit :  Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin


akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
 Hematit :  Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
 Augite :  Ceratnya abu-abu kehijauan
 Biotite :  Ceratnya tidak berwarna
 Orthoklase :  Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara
keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral
(Sapiie, 2006).

2.1.2.4. Pecahan (Fracture)


Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam
arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan
dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat
memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan
sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

 Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di


permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol.
Contoh Kuarsa.
 Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya
asbestos, augit, hipersten
 Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan
halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
 Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan
yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
 Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur
dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

2.1.2.5. Belahan (Cleavage)


Belahan adalah kenampakan mineral untuk membelah melalui bidang
yang rata, halus, dan licin, serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan
dapat dibedakan menjadi :

1. Belahan Sempurna (Perfect Cleavage)


Merupakan pecahan yang sejajar terhadap bidang dari satu belahannya dengan
memperlihatkan bidang permukaan yang halus. Contoh : Biotit, Muskovit, dll
2. Belahan Baik (Good Cleavage) 
Merupakan mineral lebih mudah belah yang menurut bidang di dalam
belahannya bila dibandingkan dengan belahannya kearah lain. Contoh : Kalsit,
Orthoklas, Gipsum, dll
3. Belahan Tidak Jelas (Indistinct Cleavage)
Merupakan bidang belahan seperti garis atau kenampakan striasi pada bidang
belahannya. Contoh : Plagioklas, dll
4. Belahan Tidak Tentu
    Merupakan mineral yang tidak ada belahannya. Contoh : Kuarsa, Opal,
Kalsedon, dll
5. Belahan Jelas (Distinct)
Merupakan pecahan yang sesuai terhadap bidang dari suatu belahan tetapi juga
terpecah kearah lain. Contoh : Hornblende
6. Belahan Tidak Sempurna (Inperfect Cleavage)
Merupakan bidang belahan yang tidak rata dan juga cukup sukar untuk diamati.
Contoh : Apatit, Native  Metal, dll

Ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi :


1. Belahan satu arah

2. Belahan dua arah

3. Belahan tiga arah

4. Belahan empat arah


2.1.2.6. Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang
dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering
mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

Bangun kubus : galena, pirit.


Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
Bangun doecahedon : garnet
Mineral amorf misalnya          : chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal
sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang
disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-
bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam
kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat
dibedakan dalam struktur sebagai berikut:

 Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran


mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini
berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan menjadi
kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa).
Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut
mempunyai sakaroidal.
 Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila
prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai
struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat
dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang
(stelated) dan radier.
 Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila
individu-individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika.
Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
 Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan
benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat
dipergunakan untuk pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
2.1.2.7. Kekerasan (hardnes)
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi
suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai
sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang
lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs
mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala
10 untuk mineral terkeras .

Tabel 1 Skala Kekerasan Mohs

Skala
Mineral Rumus Kimia
Kekerasan
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini


diberikan kekerasan dari alat penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan


Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7
2.1.2.8. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral pada gaya tarik magnet. kemagnetan
dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Ferromagnetik : tertarik kuat oleh magnet seperti magnetit dan pirotit.


2. paramagnetik : tertarik lemah oleh magnet seperti pirit.
3. Diamagnetik : tidak tertarik oleh magnet.

2.1.2.9. Sifat Dalam


Sifat dalam adalah reaksi mineral terhadap gaya seperti memberi
penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, atau penghancuran. Sifat
dalam dibedakan menjadi enam, yaitu:

1. Rapuh (Brittle)
Bila digores menjadi tepung, tetapi isinya atau bubuknya tidak pergi ke segala
arah dan mudah untuk dihancurkan.
2. Dapat Diiris (Sectile)
Dapat diiris dengan pisau dan juga pada kenampakannya memberikan
kehalusan.
3. Dapat Dipintal (Ductile)
    Dapat dibentuk layaknya kapas.
4. Lentur (Elastic)
    Bila dibengkokkan dapat kembali keseperti semula.
5. Fleksible
    Bila dibengkokkan tidak dapat kembali lagi keseperti semula.
6. Dapat Ditempa
    Bila mineral dipukul, dapat menjadi lebih tipis atau melebur. 

Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan
dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.
2.1.2.10.Berat Jenis
Berat jenis mineral merupakan perbandingan antara berat mineral di
udara terhadap volumenya didalam air. Yang dimaksud dengan volumenya di
dalam air adalah berat volume air yang sama dengan berat mineral tersebut.

2.1.2.11.Diapaneaty
Merupakan sifat yang dimiliki beberapa mineral, yaitu kemampuan
suatu mineral untuk memindahkan cahaya.

Diapaneaty dapat dikelompokan menjadi:

a.    Transparant : apabila benda diletakan di bawah suatu mineral, maka benda
tersebut dapat dilihat dengan jelas.
b.     Translucent : suatu mineral dapat memindahkan cahaya, tetapi benda
yang berada di bawahnya tidak  dapat dilihat dengan jelas.
c.      Opaque : sifat suatu mineral yang tidak dapat memindahkan cahaya.

2.1.2.12.Kelistrikan (Electricity) 
kelistrikan merupakan sifat dalam mineral yang berhubungan dengan
arus atau aliran listrik. Sifat listrik mineral dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:

1. Konduktor, yaitu mineral yang mampu menghantarkan listrik.


2. Non-Konduktor atau Isolator, yaitu suatu mineral tidak dapat menghantarkan
arus listrik.

2.2 KRISTAL
Kristal atau hablur adalah suatu padatan berbentuk polihedral yang
dibatasi bidang-bidang datar. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika
mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal
tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau
struktur kristal yang sama. Tetapi, kebanyakan kristal terbentuk secara
simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan
logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal
tergantung pada larutannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan
tekanan. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

2.2.1. SISTEM KRISTAL


2.2.1.1. Sistem kristal kubus
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c)
serta memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat
dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus
berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-
centered Cubic/ FCC).

Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:

o Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada


semua sudut (pojok) kubus.
o Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok
kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan
atom warna biru).
o Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua
pojok kubus, juga erdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi
kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).

2.2.1.2. Sistem Kristal tetragonal


Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang
sama (a = b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal
tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
o Pada bentuk tetragonal sederhana,
mirip dengan kubus sederhana,
dimana masing-masing terdapat
satu atom pada semua sudut (pojok)
tetragonalnya.
o Pada tetragonal berpusat badan,
mirip pula dengan kubus berpusat
badan, yaitu memiliki 1 atom pada
pusat tetragonal (ditunjukkan pada
atom warna biru), dan atom lainnya
berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.

2.2.1.3. Sistem kristal Ortorombik


Sistem kristal ortorombik
terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
ortorombik sederhana, body center
(berpusat badan) (yang ditunjukkan
atom dengan warna merah), berpusat
muka (yang ditunjukkan atom dengan
warna biru), dan berpusat muka pada
dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan
atom dengan warna hijau). Panjang
rusuk dari sistem kristal ortorombik
ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan
memiliki sudut yang sama (α = β = γ)
yaitu sebesar 90°.

2.2.1.4. Sistem kristal monoklin


Sistem kristal monoklin terdiri atas
2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan
berpusat muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna
hijau).

Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda


(a ≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.

2.2.1.5. Sistem kristal triklin


Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu
orientasi. Sistem kristal ini memiliki panjang rusuk yang
berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang berbeda-
beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.

2.2.1.6. Sistem kristal rombohedral atau trigonal


Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran
yang sama (a = b ≠ c). sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β
= 90°dan γ =120°.

2.2.1.7. Sistem kristal heksagonal


Pada system kristal ini, sesuai dengan namanya
heksagonal (heksa = enam), maka system ini memiliki 6 sisi
yang sama. System kristal ini memiliki dua nilai sudut yaitu
90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang
rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c. semua atom berada pada
sudut-sudut (pojok) heksagonal dan terdapat masing-masing atom berpusat
muka pada dua sisi heksagonal (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).

Secara keseluruhan, dapat dilihat pada tabel berikut :


No. Sistem Kristal Kisi Bravais Panjang rusuk Besar sudut-sudut
 Sederhana
    1. Kubus  Berpusat badan a=b=c α = β = γ = 90°
 Berpusat muka
 Sederhana
    2. Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90°
 Berpusat Badan
 Sederhana
 Berpusat badan
    3. Ortorombik  Berpusat muka a≠b≠c α = β = γ = 90°
 Berpusat muka A, B, atau
C
 Sederhana α = γ = 90°,β ≠
    4. Monoklin  Berpusat muka C a≠b≠c
90°
    5. Triklin  Sederhana a≠b≠c α ≠ β ≠ γ ≠  90°
Rombohedral α = β = 90°,γ =
    6.  Sederhana a=b≠c
atau trigonal 120°
α = β = 90°,γ =
    7. Heksagonal  Sederhana a=b≠c
120°
Total = 7 Total = 14 Kisi Bravais    
Sistem Kristal
2.3 BATUAN
Mineral utama penyusun kerak bumi adalah batuan. Batuan adalah
suatu agregat atau beberapa mineral dan atau mineraloid yang terjadi secara
alamiah dan menyusun lapisan kulit bumi. Batuan memiliki sifat dan karakter
yang berbeda satu dengan yang lain. Batuan penyusun kerak bumi terbagi
menjadi tiga, yaitu:

o Igneous Rock ( Batuan Beku )


o Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen )
o Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf )

2.3.1. IGNEOUS ROCK ( BATUAN BEKU )


Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas
permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah
batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku
intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan,
bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku,
terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.

2.3.2. SEDIMENTARY ROCK ( BATUAN SEDIMEN )


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas
kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan
bumi yang kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn, 1975 ).

Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah


dilapangan dengan adanya perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen
disebabkan oleh (1) perbedaan besar butir, seperti misalnya antara batupasir
dan batulempung; (2) Perbedaan warna batuan, antara batupasir yang
berwarna abu-abu terang dengan batulempung yang berwarna abu-abu
kehitaman. Disamping itu, struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan
sedimen, seperti struktur silang siur atau struktur gelembur gelombang. Ciri
lainnya adalah sifat klastik, yaitu yang tersusun dari fragmen-fragmen lepas
hasil pelapukan batuan yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen
klastik. Disamping itu kandungan fosil juga menjadi penciri dari batuan
sedimen, mengingat fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang
terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.

2.3.3. METAMORPHIC ROCK ( BATUAN METAMORF )


Batuan metamorf  adalah batuan ubahan dari batuan yang sebelumnya
ada, pada tekanan padat, akibat pengaruh suhu ( T ), dan tekanan ( P ), atau
keduanya, dan larutan yang aktif secara kimiawi. Proses tersebut disebut “
metamorfisme “ yang berlangsung pada kondisi bawah permukaan.

Proses metamorfisme meliputi :

-          Rekristalisasi
-          Reorientasi
-          Pembentukan mineral baru, dari unsur yang telah ada sebelumnya.

    Berdasarkan pengaruh terbentuknya, proses metamorfisma dapat


dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Metamorfisma Kontak adalah proses metamorfisma yang akan


menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yang
mempengaruhinya adalah berupa suhu tingg, dan biasanya terjadi disekitar
tubuh batuan intrusi.
Contohnya : hornfesl ( batu tanduk )
2. Metamorfisma Dinamik adalah proses metamorfisma yang menghasilkan
batuan metamorf  dengan factor utama yang mempengaruhi adalah berupa
tekanan tinggi. Batuan ini berupa setempat-setempat dan dapat dijadikan
indikasi struktur geologi (cermin sesar).
Contohnya : batuan milonit.
3. Matemorfisma Regional adalah proses metamorfisma yang akan
menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yag
mempengaruhinya adalah berupa suhu dan tekanan yang tinggi.
Contohnya : schist ( sekis ).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Mineral adalah suatu zat (fasa) padat yang terdiri dari unsur atau
pesenyawaan kimia yang di bentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik,
mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan
atom-atom secara beeraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur Kristal.

Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik,


perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun,
bentuk dari Kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada
berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi umum dari system Kristal, yang
saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap system dibagi lagi menjadi beberapa
kelas. Yang paling penting dari semua itu, mineral memiliki "struktur tiga dimensi
berulang" atau "kisi," yang merupakan cara atom diatur.

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-


atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri.Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

• Warna: suatu yang kita tangkap dengan mata apabila mineral terkena oleh
cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral itu sendiri.
• Kilap: ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral yang erat hubungannya itu dengan sifat pemantulan dan
pembiasan.
• Cerat: warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari
bubukan tersebut.
• Pecahan: kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya.
• Belahan: kenampakan mineral untuk membelah melalui bidang yang rata,
halus, dan licin, serta pada umumnya selalu berpasangan
• Bentuk
• Kekerasan: ketahanan mineral terhadap suatu goresan
• Kemagnetan: sifat mineral pada gaya tarik magnet
• Sifat dalam: reaksi mineral terhadap gaya seperti memberi penekanan,
pemotongan, pembengkokan, pematahan, atau penghancuran.
• Berat jenis: perbandingan antara berat mineral di udara terhadap
volumenya didalam air.
• Diapeneaty: sifat yang dimiliki beberapa mineral, yaitu kemampuan suatu
mineral untuk memindahkan cahaya.
• kelistrikan: sifat dalam mineral yang berhubungan dengan arus atau aliran
listrik.

Kristal atau hablur adalah suatu padatan berbentuk polihedral yang


dibatasi bidang-bidang datar. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika
mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal
tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau
struktur kristal yang sama. Tetapi, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan
sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang
kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal tergantung pada
larutannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan. Proses
terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

Mineral utama penyusun kerak bumi adalah batuan. Batuan adalah suatu
agregat atau beberapa mineral dan atau mineraloid yang terjadi secara alamiah dan
menyusun lapisan kulit bumi. Batuan memiliki sifat dan karakter yang berbeda
satu dengan yang lain. Batuan penyusun kerak bumi terbagi menjadi tiga, yaitu:

• Igneous Rock ( Batuan Beku )


• Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen )
• Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf )
DAFTAR PUSTAKA

Chaterjee, A. 1998. Role of Particle Size in Mineral Processing at TataSteel


.International Journal of Mineral Processing, Vol. 53, pp1-14. India.

Danisworo. (1994). Sifat-Sifat Fisik Mineral Penuntun Praktikum Kristalografi


dan Mineralogi. Yogyakarta: Universitas Padjajaran.

Graha, D. S. (1987). Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.

Anda mungkin juga menyukai