Anda di halaman 1dari 61

PENERAPAN MICROFIBER TRIANGLE PILLOW TERHADAP KEJADIAN ULKUS

DEKUBITUS PADA PASIEN IMOBILISASI DI RUANG PERAWATAN RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Diajukan oleh:
Husni Aditya
NIM 20101440117038

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
DIPLOMA III KEPERAWATAN
2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Husni Aditya

NIM : 20101440117038

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang yang

saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mengetahui Semarang, April 2020


Pembimbing Pembuat Pernyataan

Ns. Diana Tri Lestari, M.Kep.Sp.Kep.MB . Husni Aditya


NIDN. 0616108001 NIM. 20101440117038

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Fendi NIM 201014401170 dengan judul “Penerapan

Microfiber Triangle Pillow Terhadap Kejadian Ulkus Dekubitus Pada Pasien

Imobilisasi Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Sunan

Kalijaga Demak” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Semarang, April 2020


Pembimbing

Ns. Diana Tri Lestari, M.Kep.Sp.Kep.MB.


NIDN. 0616108001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Husni Aditya NIM 20101440117038 dengan judul

“Penerapan Microfiber Triangle Pillow Terhadap Kejadian Ulkus Dekubitus

Pada Pasien Imobilisasi Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah

Sunan Kalijaga Demak” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada

tanggal .................

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota

Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep Ns. Diana Tri Lestari, M.Kep.Sp.Kep.MB.


NIDN 0608038801NIDN 0608038801 NIDN. 0616108001

Mengetahui
Direktur

. Indah Setyawati, S.K.M., M.M. .


Letnan Kolonel. CKM (K) NRP. 11960028180872

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala perlindungan, karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha

Esa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “

Penerapan Microfiber Triangle Pillow Terhadap Kejadian Ulkus Dekubitus

Pada Pasien Imobilisasi Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah

Sunan Kalijaga Demak”. Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat

bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagian pihak. Peneliti ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Letnan Kolonel CKM. Indah Setyawati, S.K.M., M.M. sebagai Direktur

Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro Semarang yang telah

memberikan izin penulis melakukan penelitian

2. Ns. Diana Tri Lestari, M.Kep.Sp.Kep.MB, selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan sehingga

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Segenap Dosen beserta staf Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro

Semarang yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

4. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak yang telah

memberikan ijin melakukan studi kasus.

5. Subyek I dan II yang bersedia menjadi subyek atau partisipan dalam studi

kasus ini.

v
6. Bapak, Ibu dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberi dorongan

serta membantu peneliti baik secara moril, spirituil dan materiil, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman D III Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro Semarang

yang saling mendukung satu sama lain.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan dan membutuhkannya.

Semarang, April

Peneliti

Husni Aditya
NIM.
20101440117038

vi
PENERAPAN MICROFIBER TRIANGLE PILLOW TERHADAP KEJADIAN ULKUS
DEKUBITUS PADA PASIEN IMOBILISASI DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK

PPLICATION OF MICROFIBER TRIANGLE PILLOW ON THE EVENT OF DECUBITUS


ULCUS IN IMOBILIZATION PATIENTS IN THE GENERAL HOSPITAL OF SUNAN
KALIJAGA DEMAK

Husni Aditya

ABSTRAK

Luka tekan atau dekubitus merupakan kejadian yang sering ditemukan pada pasien dengan tirah
baring. Tekanan ini akan menyebabkan penurunan suplai darah pada jaringan tubuh sehingga
terjadi iskemik. Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan microfiber triangle
pillow. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan penerapan microfiber triangle pillow
terhadap kejadian ulkus dekubitus pada pasien imobilisasi di ruang perawatan rumah sakit. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subyek
dalam penelitian ini adalah dua orang pasien imobilisasi dengan stroke, usia lebih dari 40 tahun
dan mengalami decubitus. Hasil penelitian menemukan terjadi penurunan derajat decubitus yaitu
pada Subyek I dari derajat 2 menjadi derajat 1, dan pada Subyek II dari derajat 1 menjadi derajat
0. Penerapan microfiber triangle pillow mampu menurunkan derajat decubitus pada pasien
imobilisasi. Perawat disaranlan menerapkan penggunaan microfiber triangle pillow ketika menjadi
pasien imobilisasi sehingga mampu menghindari terjadinya decubitus akibat tekanan dan gesekan
selama bedrest di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama.

Kata kunci: Dekubitus, Microfiber triagle pillow

ABSTRACT

Pressure sores or pressure sores are common events in patients with bed rest. This pressure will
cause a decrease in blood supply to body tissues, resulting in ischemia. Therapy that can be done
is to use a microfiber triangle pillow. The purpose of this study was to describe the application of
a microfiber triangle pillow to the incidence of pressure sores in immobilized patients in hospital
ward. This type of research is descriptive using a case study approach. The subjects in this study
were two immobilized patients with stroke, over 40 years of age and having decubitus. The results
found a decrease in the degree of decubitus, namely in Subject I from degree 2 to degree 1, and in
Subject II from degree 1 to degree 0. The application of microfiber triangle pillow was able to
reduce the degree of decubitus in immobilized patients. Nurses recommend applying the use of
microfiber triangle pillows when immobilizing patients so they can avoid the occurrence of
decubitus due to pressure and friction during bedrest in bed for long periods of time.

Keywords: Decubitus, Microfiber triagle pillow

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i

Pernyataan Keaslian Tulisan.......................................................................... ii

Halaman Persetujuan...................................................................................... iii

Halaman Pengesahan...................................................................................... iv

Kata Pengantar............................................................................................... v

Abstrak ....................................................................................................... vii

Daftar Isi ....................................................................................................... viii

Daftar Tabel.................................................................................................... x

Daftar Diagram............................................................................................... xi

Daftar Lampiran............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5

D. Manfaat........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dekubitus..................................................................................... 7

1. Pengertian............................................................................... 7

2. Derajat dekubitus.................................................................... 8

viii
3. Faktor resiko........................................................................... 10

4. Komplikasi.............................................................................. 13

5. Penatalaksanaan...................................................................... 14

6. Diagnosis................................................................................ 15

B. Microfiber Triangle Pillow.......................................................... 17

1. Pengertian............................................................................... 17

2. Fungsi..................................................................................... 17

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus............................................................... 20

B. Subyek Kasus.............................................................................. 20

C. Fokus Studi Kasus....................................................................... 21

D. Definisi Operasional.................................................................... 21

E. Instrumen Studi Kasus................................................................. 21

F. Metode Pengumpulan Data......................................................... 21

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus.................................................... 23

H. Analisa Data dan Penyajian Data................................................ 23

I. Etika Studi Kasus........................................................................ 23

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus........................................................................ 25

B. Pembahasan................................................................................. 32

C. Keterbatasan................................................................................ 36

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 38

B. Saran............................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengkajian Awal Dua Orang Subjek............................... 28

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan Microfiber

Triangle Pillow pada Subyek 1................................................. 30

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan Microfiber

Triangle Pillow pada Subyek II................................................. 31

x
DAFTAR TABEL

Diagram 4.1 Hasil Pengkajian Awal derajat dekubitus Dua Subyek............. 29

Diagram 4.2 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan Microfiber

Triangle Pillow pada Subyek 1................................................. 31

Diagram 4.3 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan Microfiber

Triangle Pillow pada Subyek II................................................. 32

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian (PSP)

Lampiran 2 Informed Concent

Lampiran 3 Lembar karakteristik responden

Lampiran 4 Lembar obsevasi subjek

Lampiran 5 Jadwal Kegiatan

Lampiran 6 SOP Pemasangan Microfiber Triangle Pillow

Lampiran 7 Lembar Bimbingan

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bedrest atau tirah baring merupakan keharusan seorang pasien untuk

berbaring ditempat tidur selama hampir 24 jam setiap harinya dengan tujuan

untuk meminimalkan fungsi semua sistem organ guna menghindari

komplikasi. Komplikasi tirah baring merupakan masalah yang potensial

terjadi jika pasien diharuskan terus berbaring di tempat tidurnya. Komplikasi,

seperti atrofi otot, hipotensi ortostatik, kontraktur dan lain-lain. Salah satu

komplikasi yang terbanyak adalah ulkus dekubitus.1

Luka tekan atau dekubitus merupakan kejadian yang sering ditemukan

pada pasien dengan tirah baring. Dekubitus adalah suatu daerah kerusakan

seluler yang terlokalisasi, baik akibat tekanan langsung pada kulit, sehingga

menyebabkan iskemia tekanan maupun akibat kekuatan gesekan yang

menyebabkan stress mekanik terhadap jaringan. 2 Dekubitus merupakan

nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi karena adanya penekanan

jaringan lunak di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam

jangka waktu yang lama. Pasien yang berbaring atau duduk dalam waktu

yang lama akan terjadi perpindahan berat badan ke penonjolan tulang pasien

dan menimbulkan tekanan. Tekanan ini akan menyebabkan penurunan suplai

darah pada jaringan tubuh sehingga terjadi iskemik. Penurunan aliran darah

1
2

(iskemik) ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit dan

jika tidak tertangani akan mengakibatkan munculnya decubitus.3

Prevalensi terhadap kejadian decubitus diketahui sekitar 1 juta orang

terkena ulkus dekubitus di Amerika Serikat. Namun, informasi definitif dan

penjelasan mengenai lesi yang terkena masih terbatas. Insidensi pasien rawat

inap berkisar antara 27- 29% dengan prevalensi hingga 69%. Pasien yang

menjalani perawatan ortopedi atau fraktur tulang bahkan mencapai insiden

66%. Pasien yang dirawat di rumah sakit menderita dekubitus sebanyak 3-

10% dan 2,7% berpeluang terbentuk dekubitus baru.1

Hasil penelitian di beberapa Rumah Sakit pemerintah di Indonesia

kejadian dekubitus pada pasien tirah baring 15,8% sampai 38,18%.4 Catatn

tentang ulkus dekubitus di Provinsi Jawa Tengah terutama kota Semarang

tidak diketahui secara pasti karena tidak masuk dalam catatan rekam medis

terutama pada rumah sakit Pemerintah. Berdasarkan penelitian Oktariani

diketahui bahwa resiko decubitus ditemukan pada pasien stroke sebanyak

50%, meningitis serosa sebanyak 14,8%, myeloradiculopathy sebanyak

11,4%, space ocuppying lesion sebanyak 5,7%, status epileptikus sebanyak

3,4 %, tetanus sebanyak 6,8%, gullain barre-syndrome sebanyak 2,3%,

vertigo sebanyak 4,5% dan encephalitis sebanyak 1,1%.4

Dekubitus merupakan salah satu masalah serius kesehatan keluarga.

AHCPR (Agency for Health Care Policy and. Research), 1994,

mengemukakan bahwa ketika dekubitus terjadi maka lama perawatan dan

biaya perawatan rumah sakit akan meningkat.5 Dampak dari dekubitus pada
3

segi fisik ialah kulit tidak utuh lagi, merusak penampilan dan dari segi

psikologis yang terjadi pada penderi tadi antaranya pasien akan merasa

minder atau malu jika berhubungan dengan orang lain, selain itu dapat

menimbulkan nyeri yang sangat dan ketidaknyamanan bagi pasien. Oleh

karena itu, tindakan pencegahan dekubitus harus terus dilakukan sedini

mungkin dan secara terus menerus. Peran perawat dalam upaya pencegahan

luka tekan, terbagi dalam 3 (tiga) area intervensi keperawatan utama dalam

pencegahan luka tekan yakni (pertama) perawatan kulit yang meliputi

perawatan hygiene dan pemberian topikal, (kedua) pencegahan mekanik dan

dukungan permukaan yang meliputi penggunaan tempat tidur, pemberian

posisi dan kasur terapeutik dan (ketiga) edukasi.6 Tindakan yang dapat

dilakukan perawat adalah menjaga integritas kulit agar terhindar dari kejadian

dekubitus.

Tindakan yang terpenting dalam menjaga integritas kulit adalah menjaga

hidrasi kulit dalam batas wajar (tidak terlalu lembab atau kering). Solusi

alternative untuk mencegah ulkus dikubitus adalah dengan memberi

microfiber triangle piloow, yang terbuat dari kain microfiber dimana bersifat

10 kali lebih halus dari sutra dan 30 kali lebih halus dari katun, sehingga gaya

gesek yang menimbulkan ulkus dikubitus dapat diminimalisir. Mikrofiber

triangle pillow juga dapat menyerap air 7 kali lebih banyak dari berat aslinya,

sehingga keadaan kulit pasien selalu kering dan tidak terjadi maserasi yang

menimbulkan ulkus dikubitus.7


4

Hasil penelitian Agustin (2015) yang melakukan penelitian tentang

pengaruh microfiber triangle pillow terhadap derajat luka dikubitus, yang

menemukan bahwa responden dengan jenis luka grade 1 sebanyak 4 orang

dan responden dengan jenis luka grade 3 sebanyak 1 orang. Sebelum

diberikan triangle pillow pada luka grade 1 keempat responden menunjukkan

eritema pada kulit yang utuh teraba hangat, tidak nyeri, tidak ada pus, tidak

berbau, semuanya dibagian sacrum karena tirah baring lama. Sedangkan pada

jenis luka grade 3, terdapat dibagian sacrum karena tirah baring lama, dengan

karakteristik jaringan subcutan rusak, warna merah, teraba hangat, terasa

nyeri, luas luka 6 x 6 cm, kedalaman 0,5 cm terdapat pus dan bau. Setelah

diberikan triangle pillow pada luka grade 1 menunjukkan kulit utuh, tidak ada

tanda kemerahan, tidak ada luka tekan, teraba hangat, tidak nyeri. Sedangkan

pada luka grade 3 karakteristik luka masih kemerahan, terasa nyeri, luas 6x6

cm, kedalaman 0,5 cm tidak terdapat pus dan tidak berbau.7

Microfiber triangle pillow terbuat dari kain microfiber dimana bersifat 10

kali lebih halus dari sutra dan 30 kali lebih halus dari kain katun, sehingga

gaya gesek yang menimbulkan ulkus decubitus dapat diminimalisir.

Microfiber triangle pillow juga dapat menyerap air 7 kali labih banyak dari

berat aslinya, sehingga keadaan kulit pasien selalu kering dan tidak terjadi

maserasi yang menimbulkan ulkus decubitus. Pengaruh microfiber triangle

pillow terhadap kejadian ulkus decubitus pada pasien imobilisasi dapat

dijelaskan sampai saat ini.7


5

Penjelasan di atas secara garis besar membuktikan bahwa dalam

pencegahan dekubitus yang perlu diperhatikan adalah kelembapan dan juga

posisi pasien. Penelitian tentang microfiber triangle pillow tersebut menjadi

lebih efektif dan efien dalam pencegahan dekubitus. Hal ini dikarenakan kain

microfiber yang dapat mengurangi gesekan pada tubuh pasien dan menjaga

memposisikan pasien 30° yang dalam penelitian sebelumnya termasuk dalam

posisi yang memiliki tekanan yang rendah pada tubuh pasien. Berdasarkan

latar belakang yang telah diuraikan menarik minat penulis untuk menyusun

Proposal Karya Tulis Ilmiah studi kasus dengan judul “Penerapan Microfiber

Triangle Pillow Terhadap Kejadian Ulkus Dekubitus Pada Pasien Imobilisasi

di Ruang Perawatan Rumah Sakit”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan studi kasus yang akan diteliti adalah

“Bagaimana penerapan microfiber triangle pillow terhadap kejadian ulkus

dekubitus pada pasien imobilisasi di ruang perawatan rumah sakit?”

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus ini adalah menggambarkan penerapan microfiber triangle

pillow terhadap kejadian ulkus dekubitus pada pasien imobilisasi di ruang

perawatan rumah sakit

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Masyarakat
6

Penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama

bagi pasien yang mengalami tirah baring lama untuk mencegah terjadinya

luka tekan atau dekubitus.

2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan yang

bertujuan meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan tirah

baring untuk mencegah terjadinya dekubitus.

3. Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan penerapan metode

hospital corner bed making untuk mencegah dekubitus pada pasien dengan

tirah baring.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dekubitus

1. Pengertian

Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit

normal akibat dari tekanan dari luar yang berhubungan dengan penonjolan

tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa, gangguan

ini terjadi pada individu yang berada diatas kursi atau diatas tempat tidur,

seringkali pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu yang

mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat

kesadaran.5

Dekubitus adalah suatu daerah kerusakan seluler yang terlokalisasi

baik akibat tekanan langsung pada kulit, sehingga menyebabkan iskemia

tekanan maupun akibat kekuatan gesekan, sehingga menyebabkan stress

mekanik terhadap jaringan.8 Ulkus decubitus juga diartikan sebagai luka

pada jaringan akibat adanya penekanan-penekanan pada bagian tubuh

tertentu.9

Ulkus decubitus atau juga dikenal dengan istilah bed sore adalah

suatu area terlokalisasi yang mengalami nekrosis akibat penekanan dalam

jangka waktu yang lama yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler

yang biasa ditemukan pada bagian tulang yang menonjol.10 Ulkus karena

tekanan (decubitus) adalah terjadi akibat tekanan yang terus menerus pada

bagian tertentu pada kulit.11

7
8

2. Derajat dekubitus

Derajat decubitus dibagi menjadi lima, yaitu: 8

a. Derajat 1

Hiperemia yang memucat. Tekanan yang ringan dan singkat dengan

jari pada tempat terjadinya eritema yang diakibatkan tekanan di atas

kulit dalam periode yang lama, dapat menyebabkan kulit menjadi

pucat, menunjukkan bahwa kulit tersebut utuh.8 Derajat pertama ini

ditandai dengan terbentuknya abrasi yang mengenai epidermis, dan

luka merah, hangat dan mengeras.12

Gambar 2.1 Derajat 1 dekuitus

b. Derajat 2

Hiperemia yang tidak memucat. Eritema yang tidak hilang pada saat

dilakukan tekanan ringan dengan jari, mengindikasikan adanya

beberapa gangguan mikrosirkulasi. Mungkin terjadi kerusakan

superfisial, termasuk ulserasi epidermal. Derajat kedua ini mengenai

seluruh dermis, dan ulkus membentuk cekungan dengan area merah

di sekitar tepian. 12
9

Gambar 2.2 Derajat 2 dekubitus

c. Derajat 3

Ulserasi berkembang melewati dermis. Ulserasi berkembang ke

bidang pemisah dengan jaringan subkutan. Derajat ini mengenai

jaringan epidermis, dermis dan subkutan. Luka menyebar sepanjang

lapisan fasial dan dapat terjadi infeksi sistematis.

Gamber 2.3 Derajat 3 dekubitus

d. Derajat 4

Ulkus meluas ke dalam lemak subkutan. Otot yang berada di

bawahnya mengalami pembengkakan dan inflamasi. Ulkus

cenderung untuk menyebar ke arah lateral, untuk sementara

perkembangan ke bawah dihalangi oleh lasia profunda. 8 Derajat ini

menembus fasia, tulang, otot, jaringan penyambung, dan dapat

menyebabkan osteoporosis, sepsis dam dislokasi sendi. 12


10

Gambar 2.4 Derajat 4 dekubitus

e. Derajat 5

Nekrosis inflektif menembus ke bawah menu fasia profunda. Pada

saat ini destruksi muskulus terjadi dengan cepat.

3. Faktor resiko

Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu: 13

a. Mobilitas dan aktivitas

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi

tubuh, sedangkanaktivitas adalah kemampuan untuk berpindah.

Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu

untuk merubah posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan.

Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka

tekan

b. Penurunan sensori persepsi

Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami

penurunan untuk merasakansensari nyeri akibat tekanan di atas tulang

yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasiyang lama, pasien akan

mudah terkena luka tekan.

c. Kelembaban
11

Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat

mengakibatkan terjadinyamaserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang

mengalami maserasi akan mudah mengalamierosi. Selain itu

kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan

(friction) danperobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih

signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia

urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak

permukaan kulit.

d. Tenaga yang merobek (shear)

Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek

jaringan, pembuluh darahserta struktur jaringan yang lebih dalam

yang berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling

sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan

dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini

pasien bisa merosot kebawah, sehingga mengakibatkan tulangnya

bergerak ke bawah namun kulitnya masihtertinggal. Ini dapat

mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada

jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan

sedikit kerusakan padapermukaan kulit.

e. Pergesekan ( friction)

Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang

berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak


12

permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat

penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati.

f. Nutrisi

Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya

diidentifikasi sebagaifaktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.

Stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan

dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake

makanan yang tidak mencukupi

g. Usia

Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka

tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.

Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan

membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan,

pergesekan, dan tenaga yang merobek.

h. Tekanan arteriolar yang rendah

Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit

terhadap tekanan sehinggadengan aplikasi tekanan yang rendah sudah

mampu mengakibatkan jaringan menjadiiskemia. Studi yang

dilakukan menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik

yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.

i. Stress emosional
13

Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik

juga merupakanfaktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.

j. Merokok

Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan

memiliki efek toksikterhadap endotelium pembuluh. Beberapa

penelitian menunjukkan adahubungan yang signifikan antara

merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.

k. Temperatur kulit

Peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan

risiko terjadinya luka tekan.

4. Komplikasi

Ulkus dekubitus bisa menimbulkan komplikasi berikut ini, yang bahkan

mampu mengancam nyawa, yaitu: 14

a. Selulitis

Selulitis adalah infeksi dari kulit dan jaringan ikat lunak. Kondisi ini

dapat menyebabkan daerah yang terinfeksi terasa hangat, kemerahan

dan bengkak. Orang dengan saraf yang rusak seringkali tidak

merasakan sakit pada area yang mengalami selulitis.

b. Infeksi tulang dan

sendi
14

Infeksi dari luka akibat tekanan dapat masuk sampai ke dalam sendi

dan tulang. Infeksi sendi (septic arthritis) dapat merusak tulang rawan

dan jaringan. Infeksi tulang (osteomielitis) dapat mengurangi fungsi

sendi dan anggota badan.

c. Kanker

Luka yang tidak sembuh dalam jangka panjang (Marjolin’s ulcer)

dapat berkembang menjadi squamous cell carcinoma.

d. Sepsis

Walaupun jarang, ulkus pada kulit dapat menyebabkan sepsis.

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atau pengobatan ulkus dekubitus dilakukan antara lain

dengan mengurangi tekanan pada kulit yang terdampak, merawat luka,

mengontrol rasa sakit, mencegah infeksi, serta menjaga nutrisi yang baik.

a. Mengurangi tekanan

Tahap pertama dari pengobatan ulkus adalah dengan mengurangi

tekanan dan gesekan yang menyebabkan ulkus, melalui langkah-

langkah berikut ini:

1) Sering berganti posisi. Intensitas berganti posisi tergantung dari

kondisi dan kualitas permukaan tempat Anda berada. Secara

umum, jika duduk di kursi roda, cobalah untuk menggeser

penumpuan berat badan setiap 15 menit atau mengganti posisi


15

setiap jam. Jika berbaring di atas tempat tidur, gantilah posisi

setiap 2 jam.

2) Menggunakan permukaan yang mendukung seperti matras,

tempat tidur atau bantalan spesial yang dapat membantu, ketika

duduk atau berbaring dalam posisi tertentu. Sehingga, kulit yang

rentan bisa terlindungi.

b. Membersihkan luka dan mengganti perban pada luka

Perawatan pada ulkus dekubitus tergantung dari dalamnya luka. Pada

umumnya, perwatan dilakukan dengan membersihkan dan mengganti

perban pada luka dengan baik.

1) Membersihkan luka:

Jika kulit terdampak terkena masi utuh, bersihkan dengan

pembersih yang lembut dan tepuk-tepuk perlahan hingga kering.

Bersihkan luka terbuka dengan air atau cairan

garam (saline) setiap kali perban diganti.

2) Memakaikan perban:

Perban mempercepat penyembuhan dan menjaga kelembapan

luka. Kondisi ini akan menghalangi infeksi dan menjaga agar

kulit di sekitarnya tetap kering.

c. Mengangkat jaringan yang rusak atau mati

Untuk dapat sembuh dengan baik, maka luka harus bebas dari

jaringan yang rusak, mati atau terinfeksi. Mengangkat jaringan

(debridement) dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya


16

dengan membilas luka menggunakan air, atau memotong jaringan

yang rusak maupun mati.

6. Diagnosis

Anamnesis geriatri lengkap dilakukan baik autoanamnesis atau

aloanamnesis, terutama sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko

(primer dan skunder) misalnya lama terjadi imobilisasi, komorbid

penyakit (DM, stroke , penyakit pembuluh darah perifer, penurunan

fungsi perifer, penurunan fungsi kognitif) dan riwayat ulkus decubitus

sebelumnya. Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan teliti,

terutama pada daerah predileksi (bagian yang menonjol) terjadi decubitus

(sacrum, tumit, belikat, siku). Inspeksi pada kulit melihat adanya daerah

yang eritem/lesi, luka lecet, luka dalam. 15

a. Skala Norton

Skala Norton tidak mempertimbangkan faktor gizi, shearing dan

tidak memiliki definisi fungsional parameter yang diterapkan. Skala

Norton yang telah dimodifikasi menambahkan beberapa faktor

diantara lain adalah sebagai berikut:

1) Diabetes

2) Hipertensi

3) Hematokrit - pada laki-laki <14 gm%; pada wanita <12gm%

4) Tingkat serum albumin <3,3 gm%

5) Demam - suhu> 99,6oF

6) . Perubahan kondisi mental dalam waktu 24 jam


17

b. Skala Waterlow

Skala Waterlow dirancang oleh Judy Waterlow pada tahun 1987.

Sakala Waterlow memiliki faktor penilaian tambahan yang

membuatnya menjadi lebih kompleks.

c. Skala Braden

Skala penilaian resiko ini telah dirancang oleh Bergstrom pada tahun

1987.Skala Barden ini adalah alat skoring yang sistem penilaiannya

berbeda dengan skala Norton dan juga Waterlow.Pada skala Braden

menyimpulkan bahwa semakin rendah skor, semakin besar risiko

terjadinya ulkus.15

B. Microfiber Triangle Pillow

1. Pengertian

Microfiber triangle pillow adalah bantal segitiga terbuat dari serat

microfiber yang digunakan untuk menyanggah dalam rangka pencegahan

tekanan, gesekan dan kelembapan. Kelembapan akan mengakibatkan kulit

mudah terkena pergesekan (fiction) dan perobekan jaringan (shear).

Robekan jaringan merupakan kekuatan mekanisme yang meregangkan dan

merobek jaringan, pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih

dalam yang berdekatan dengan tulang yang menonjol.

2. Fungsi
18

Pengaturan posisi bukan semata-mata merubah posisi pasien berbeda

dari posisi sebelumnya, melainkan membutuhkan teknik-teknik tertentu

agar tidak menimbulkan masalah luka tekan yang baru. Dengan

menggunakan Microfiber triangle pillow dapat digunakan sebagai

penyanggah dan sebagai pencegah kelembapan, tekanan dan gesekan

untuk mencegah terjadinya dekubitus. Microfiber triangle pillow dibuat

dari bantal busa berbentuk limas segitiga dan dilapisi perlak serta

diberikan sarung bantal dimana Microfiber triangle pillow tersebut yang

berfungsi mencegah kelembapan, tekanan dan gesekan kulit.

Penelitian Agustin dkk tentang pengaruh microfiber triangle pillow

terhadap kejadian ulkus dekubitus pada pasien immobilisasi di Ruang

Perawatan RSUD Sukoharjo, dengan jumlah sampel 5 orang. Dimana

untuk mencegah ulkus dekubitus tersebut peneliti membuat bantal

penyanggah yang dinamakan microfiber triangle pillow, dimana bantal

penyanggah tersebut terbuat dari kain microfiber dimana bersifat 10 kali

lebih halus dari sutra dan 30 kali lebih halus dari katun, sehingga menurut

peneliti gaya gesek yang menimbulkan ulkus dekubitus dapat di

minimalisir. Responden penelitian tersebut dengan jenis luka grade 1

sebanyak 4 orang dan responden dengan jenis luka grade 3 sebanyak 1

orang. Dengan menggunakan studi pre-eksperimen dengan one group pre-

test dan post-test design didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden dengan jenis luka grade 1 sebanyak 4 orang dan responden

dengan jenis luka grade 3 sebanyak 1 orang. 7


19

Gambar 2.5 Microfiber Triangle Pillow


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus. Studi kasus dilakukan dengan meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal yang

dianalisis secara mendalam termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya

maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan
16
tertentu. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan

microfiber triangle pillow terhadap kejadian ulkus dekubitus pada pasien

imobilisasi.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek dalam penelitian ini berjumlah dua orang, dengan kriteria

subyek meliputi:

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien imobilisasi dengan diapnoa

b. Pasien dengan usia lebih dari 40 tahun

c. Pasien yang mengalami decubitus

c. Bisa memahami perintah.

2. Kriteri Eksklusi

a. Pasien mengalami gangguan pendengaran atau penglihatan.

20
21

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah penerapan microfiber triangle pillow

terhadap kejadian ulkus dekubitus pada pasien imobilisasi.

D. Definisi Operasional Studi Kasus

1. Ulkus decubitus adalah kerusakan seluler yang terlokalisasi baik akibat

tekanan langsung pada kulit, dan menyebabkan iskemia tekanan maupun

akibat kekuatan gesekan, sehingga menyebabkan stress mekanik terhadap

jaringan.

2. Imobilisasi adalah ketidakmampuan mengkoordinasikan sistem

muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan

keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama

mengangkat,membungkuk, bergerak.

3. Microfiber triangle pillow adalah bantal penyangga berbentuk segitiga

yang terbuat dari kain microfiber.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang digunakan adalah instrument daftar cek tingkatan ulkus

decubitus yang diadaptasikan oleh pressure ulclear staging dari National

Pressure Ulcer Advisory Panel.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan

observasi dari instrument daftar cek tingkatan ulkus decubitus yang


22

diadaptasikan oleh pressure ulclear staging dari National Pressure Ulcer

Advisory Panel.

2. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Mengurus perijinan dengan instansi terkait untuk melakukan

penelitian.

b. Peneliti memberikan informasi tentang maksud, tujuan, dan waktu

penelitian kepada kepala ruang atau perawat penanggung jawab di

tempat penelitian dan meminta persetujuan untuk melibatkan subjek

dalam penelitian.

c. Memberikan penjelasan kepada subjek tentang keikutsertaan subyek

dalam penelitian ini, dan yang setuju berpartisipasi dalam penelitian

ini diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian

(informed consent).

d. Peneliti mengidentifikasi atau mendiskusikan dengan subyek tentang

pemakaian bantal penyangga berupa microfiber triangle pillow.

e. Peneliti melakukan pengkajian awal dengan melakukan observasi

menggunakan instrument daftar cek tingkatan ulkus decubitus yang

diadaptasikan oleh pressure ulclear staging dari National Pressure

Ulcer Advisory Panel.

f. Melakukan intervensi berupa pemakaian microfiber triangle pillow.

g. Setelah diberi terapi, peneliti melakukan pengkajian dengan

melakukan observasi menggunakan instrument daftar cek tingkatan


23

ulkus decubitus yang diadaptasikan oleh pressure ulclear staging dari

National Pressure Ulcer Advisory Panel.

h. Peneliti melakukan pengolahan data kemudian menyajikan hasil

pengkajian dengan membandingkan tingkatan decubitus sebelum dan

setelah pemakaian microfiber triangle pillow.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit selama 2 minggu yaitu tanggal 9-22

Maret 2020.

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif

adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan

meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Data-data yang

disajikan meliputi frekuensi, proporsi, rasio dan sebagainya. <sup>17</sup>18

Analisa data ini dilakukan dengan melihat adanya penurunan tingkat

dekubitus atau tidak yaitu berdasarkan derajat decubitus dari deajat 1 sampai

dengan derajat 5 setelah diberikan bantal penyangga berupa microfiber

triangle pillow. Untuk penyajian data dalam studi kasus ini disajikan dalam

bentuk tabel.

I. Etika Studi Kasus

Penelitian ini memperhatikan beberapa prinsip hal yang menyangkut

etika penelitian sebagai berikut : <sup>19</sup>19

1. Prinsip manfaat
24

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian

yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

subyek. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak

memberikan atau menimbulkan kekerasan pada subyek, tidak menjadikan

subyek untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan

manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek

manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam

etik.

2. Prinsip menghormati manusia

Subyek memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus

dihormati, karena subyek berhak untuk menentukan pilihan antara mau

dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. Dalam

pelaksanaan pengambilan data, penulis akan menanyakan kesediaan pasien

untuk menjadi subjek penelitian.

3. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan subyek dengan

menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga

privasi subyek, untuk itu perlu adanya tanpa nama dan rahasia. Setelah

subyek mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian,

selanjutnya peneliti memberikan informed consent. Penulis tidak akan

membeda-bedakan antara subjek satu dengan yang lain.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan hasil studi kasus dan pembahasan yang meliputi

uraian data umum dan data khusus disertai dengan analisa tentang perubahan

derajat dekubnitus pada pasien imobilisasi sebelum dan sesudah diberikan

penerapan microfiber triangle pillow di ruang perawatan RSUD Sunan Kalijaga

Demak.

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di RSUD Sunan Kalijaga Demak

lokasinya di Jalan Sultan Fatah No. 669/50 Demak. RSUD Sunan

Kalijaga  Demak sudah dinyatakan lulus Paripurna oleh Komisi Akreditasi

Rumah Sakit (KARS) pada 2016. Studi kasus ini dilakukan terhadap

pasien imobilisasi karena stroke yang berdasarkan catatan bulan Februari

tahun 2020 untuk jenis stroke non hemoragik sebanyak 44 pasien dan yang

stroke hemoragik sebanyak 16 pasien. Pelaksanaan studi kasus dilakukan

di Ruang Soka.

2. Gambaran Subyek Studi Kasus

25
26

Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasus

yaitu subyek 1 dan II. Kedua subyek tersebut sudah sesuai dengan kriteria

inklusi yang telah ditetapkan.

a. Subyek 1

Subyek 1 Tn. S berjenis kelamin laki-laki berusia 57 tahun,

beragama Islam, pendidikan terakhir SD, subyek bekerja wiraswasta.

Subyek masuk ke IGD pada tanggal 25 Februari 2020 pukul 21.50

WIB dengan diagnose stroke non hemoragik. Pada saat dilakukan

pengkajian tanggal 1 Maret 2020 tekanan darah subyek 100/80 mmHg,

nadi 87x/menit, suhu 37,50C, RR 20x/menit, dengan kadar gula 229

mg/dl, berat badan 55 kg dan tinggi badan 160 cm. Status neurologis

didapatkan pada sistem motorik gerakan pasif pada lengan dan tungkai

kiri. Pada pemeriksaan tanda perangsangan meningeal refleks babinsky

positif pada tungkai kiri. Subyek dirawat di ruang Soka. Pengukuran

Barthel pada skor 80 yang berarti memiliki ketergantungan sedang.

Subyek merupakan pasien imobilisasi yang terbaring di tempat tidur

dengan jangka waktu yang lama sehingga mengalami decubitus

dengan deraat II, ditandai dengan adanya luka yang berwarna

kemerahan, kulit tampak melepuh dan adanya luka dangkal pada kulit

dengan lebar sekitar 2 cm.

b. Subyek II
27

Subyek 2 Ny.S berjenis kelamin perempuan berusia 46 tahun,

beragama Islam, pendidikan terakhir SD dan kegiatan sehari-hari

sebagai ibu rumah tangga di rumah. Subyek 2 masuk dari IGD tanggal

3 Maret 2020 pukul 15.45 WIB dengan stroke hemoragik. Pada saat

dilakukan pengkajian tanggal 3 Maret 2020 tekanan darah subyek

180/80 mmHg, nadi 118x/menit, suhu 36,20C, RR 20x/menit, berat

badan 60 kg dan tinggi badan 155 cm. Subyek dirawat di ruang Soka.

Subyek berbicara tidak lancar, tidak apatis atau masih dalam kesadaran

penuh, tetap mampu melaksanakan sholat 5 waktu dan tingkat

kesadaram compos mentis. Subyek II menyatakan haus berlebih,

mukosa kering dan turgor kulit kembali lambat. Pengukuran Barthel

pada skor 80 yang berarti memiliki ketergantungan sedang. Subyek

mengalami decubitus derajat I yang ditandai dengan terbentuknya

abrasi yang mengenai epidermis, dan luka merah, hangat dan mengeras

dengan luas sekitar 2 cm.

3. Penerapan Fokus Studi

a. Hasil Pengkajian Awal Skala Nyeri

Pengkajian awal studi kasus ini berfokus terhadap derajat

dekubitus pada pasien imobilisasi, sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengkajian Awal Dua Orang Subjek


28

Subjek Hasil derajat dekubitus Deskripsi luka

I 2 luka yang berwarna


kemerahan, kulit tampak
melepuh dan adanya luka
dangkal pada kulit dengan
lebar sekitar 2 cm
II 1 Terbentuk abrasi yang
mengenai epidermis, dan
luka merah, hangat dan
mengeras dengan luas
sekitar 2 cm.

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebelum dilakukan

intervensi derajat dekubitus pada subjek I adalah 2 dan subjek II adalah

1, artinya kedua subyek mengalami decubitus akibat imobiliasasi.

Tahap selanjutnya setelah melakukan pengkajian awal derajat

dekubitus, peneliti melakukan intervensi keperawatan dengan

menggunakan penerapan microfiber triangle pillow selama 7 hari.

Peneliti memberikan pengarahan selama proses penerapan microfiber

triangle pillow dengan bekerjasama dengan perawat setempat kemudian

melakukan pengkajian derajat dekibitus sebagai data post test. Terapi

Evaluasi tindakan dilakukan setiap selesai penerapan microfiber

triangle pillow dengan tujuan untuk mengetahui perubahan derajat

dekibitus pada pasien imobilisasi.

Selanjutnya untuk memperjelas derajat dekubitus pada kedua

subyek yang diobservasi sebelum intervensi keperawatan dengan

penerapan microfiber triangle pillow dapat digambarkan pada diagram

4.1
29

Diagram 4.1 Hasil Pengkajian Awal derajat dekubitus Dua

Subyek

Berdasarkan diagram 4.1 diketahui bahwa sebelum dilakukan

penerapan microfiber triangle pillow pada subyek I derajat 2 dan

subyek 2 derajat 1. Setelah melakukan pengkajian awal terkait dengan

derajat dekubitus pasien, maka dilakukan intervensi berupa penerapan

microfiber triangle pillow, dengan tujuan untuk mengetahui apakah

setelah penerapan microfiber triangle pillow, pasien mengalami

penurunan derajat dekubitus.

b. Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Subyek Sesudah Dilakukan

Intervensi Penerapan Microfiber Triangle Pillow

Berdasarkan hasil studi kasus, setelah dilakukan intervensi

keperawatan dengan penerapan microfiber triangle pillow diperoleh

hasil bahwa pasien imobilisasi mengalami penurunan derajat dekubitus.


30

Perubahan derajat dekubitus pada subyek 1 ditunjukkan pada tabel 4.2

sedangkan pada subyek II ditunjukkan dengan tabel 4.3

Subyek 1

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan


Microfiber Triangle Pillow pada Subyek 1

Hari Waktu Derajat


1 Pre test 2
Post test 2
2 Pre test 2
Post test 2
3 Pre test 2
Post test 2
4 Pre test 2
Post test 2
5 Pre test 2
Post test 1
6 Pre test 1
Post test 1
7 Pre test 1
Post test 1

Pada subyek 1 diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan skala

dekunitus pada pasien imobilisasi. Penurunan derajat decubitus pada

subyek selama 7 hari perlakuan berjalan sangat lambat. Pada pengkajian

hari pertama decubitus subyek I pada derajat 2 dan setelah penerapan

microfiber triangle pillow pada hari ke 7 terjadi penurunan derajat

decubitus menjadi 1. Selanjutnya untuk lebih memperjelas hasil

evaluasi derajat dekubitus pada subyek 1 ditunjukkan dengan gambar

grafik 4.1.
31

Diagram 4.2 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan


Microfiber Triangle Pillow pada Subyek 1

Pada subyek 1 diketahui mengalami penurunan derajat dekubitus paska

penerapan microfiber triangle pillow.

Subyek II

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan


Microfiber Triangle Pillow pada Subyek II
Hari Waktu Derajat
1 Pre test 1
Post test 1
2 Pre test 1
Post test 1
3 Pre test 1
Post test 1
4 Pre test 1
Post test 1
5 Pre test 1
Post test 1
6 Pre test 1
Post test 1
7 Pre test 1
Post test 0
32

Pada subyek II diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan skala

dekunitus pada pasien imobilisasi. Penurunan derajat decubitus pada

subyek selama 7 hari perlakuan berjalan sangat lambat. Pada pengkajian

hari pertama decubitus subyek II pada derajat 1 dan setelah penerapan

microfiber triangle pillow pada hari ke 7 terjadi penurunan derajat

decubitus menjadi 0. Selanjutnya untuk lebih memperjelas hasil

evaluasi derajat dekubitus pada subyek II ditunjukkan dengan gambar

grafik 4.1.

Diagram 4.3 Hasil Evaluasi Derajat Dekubitus Sesudah Penerapan


Microfiber Triangle Pillow pada Subyek II

Pada subyek 1 diketahui mengalami penurunan derajat dekubitus

paska penerapan microfiber triangle pillow.

B. Pembahasan
33

Berdasarkan hasil studi kasus tentang dekubitus pada pasien

imobilisasi didapatkan gambaran kasus kedua subyek mengalami stroke.

Pasien stroke terjadi kelumpuhan sehingga menyebabkan pasien mengalami

imobilisasi. Pasien yang imobilisasi dan menjalani tirah baring maka akan

beresiko terjadinya decubitus karena tekanan yang lama pada salah satu

bagian tubuh.

Pada subyek I, derajat decubitus yang muncul adalah pada derajat dua.

Derajat decubitus 2 ini ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti hiperemia

yang tidak memucat. Eritema yang tidak hilang pada saat dilakukan tekanan

ringan dengan jari, mengindikasikan adanya beberapa gangguan

mikrosirkulasi. Derajat decubitus 2 terjadi kerusakan superfisial, termasuk

ulserasi epidermal. Derajat kedua ini mengenai seluruh dermis, dan ulkus

membentuk cekungan dengan area merah di sekitar tepian.12 Subyek II

derajat decubitus yang muncul adalah pada derajat satu. Derajat decubitus 1

ini ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti hiperemia yang memucat.

Tekanan yang ringan dan singkat dengan jari pada tempat terjadinya eritema

yang diakibatkan tekanan di atas kulit dalam periode yang lama, dapat

menyebabkan kulit menjadi pucat, menunjukkan bahwa kulit tersebut utuh.8

Derajat pertama ini ditandai dengan terbentuknya abrasi yang mengenai

epidermis, dan luka merah, hangat dan mengeras.12

Dekubitus adalah suatu daerah kerusakan seluler yang terlokalisasi,

baik akibat tekanan langung pada kulit sehingga menyebabkan iskemia

tekanan, maupun akibat kerusakan gesekan sehingga menyebabkan stress


34

mekanik terhadap jaringan. Tekanan dan kekuatan gesekan akan mengganggu

mikrosirkulasi jaringan local, dan mengakibatkan hipoksia serta memperbesar

pembuangan metabolic yang dapat menyebabkan nekrosis. Luka decubitus

atau ulkus decubitus adalah ulserasi akibat tekanan yang lama, biasanya

terjadi pada pasien yang mengalami imobilitas. Sebagaimana disebutkan

bahwa penyebab dari luka decubitus dapat dibedakan menjadi dua factor

yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri dari

tekanan, pergesekan dan pergeseran, kelembaban, sementara untuk faktor

intrinsik terdiri dari usia, temperature dan nutrisi. khususnya pada mereka

dengan immobilitas yaitu pada pasien stroke, injury tulang belakang atau

penyakit degenaratif.20

Keadaan klien yang memungkinkan terjadinya dekubitus adalah

pasien yang mengalami immobilitas dikarenakan adanya penekanan pada

suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi

setempat. Kondisi lain penyebab decubitus adalah karena posisi penderita

yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam.21 Subyek penelitian

mengalami imobilisasi, sehingga terjadi tekanan yang sama pada posisi kulit

yang sama dalam jangka waktu yang lama. Selain itu posisi subyek juga

menyebabkan terjadinya kelembaban yang tinggi sehingga beresiko

terjadinya decubitus.

Hasil penerapan microfiber triangle pillow pada Subyek I yang

dilakukan selama tujuh hari dan dilakukan secara terus menerus didapatkan

terjadinya penurunan skala dekubitus pada subyek I dari skor 2 pada hari
35

pertama dan menurun menjadi skor 1 pada hari kelima dan terus berlanjut

hingga hari ketujuh. Hasil penerapan microfiber triangle pillow pada Subyek

II yang juga dilakukan selama tujuh hari dan dilakukan secara terus menerus

didapatkan terjadinya penurunan skala dekubitus pada subyek II dari skor 1

pada hari pertama dan menurun menjadi skor 0 pada hari ketujuh.

Hal ini juga berdasarkan pada teori yang mengatakan immobilitas

penyebab luka dekubitus dikarenakan salah satu bagian tubuh berada pada

suatu gradien (titik perbedaan antara dua tekanan), jaringan yang lebih dalam

dan dekat dengan tulang, terutama jaringan otot dengan suplai darah yang

baik, akan bergeser dan tetap dipertahankan pada permukaan kontak karena

adanya peningkatan friksi yang juga didukung oleh kelembaban. Kondisi

tersebut menyebabkan peregangan dan angulasi pembuluh darah

(mikrosirkulasi) yang dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang

dalam, hal ini akan menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis sebelum

berlanjut ke kulit.22

Penerapan microfiber triangle pillow dalam studi kasus ini terbukti

mampu menurunkan derajat decubitus. Cara kerja microfiber yang memiliki

serat-serat halus microfiber menembus permukaan pada level yang lebih

halus daripada serat biasa, sambil menghilangkan kotoran dan lemak pada

level yang lebih tinggi dan menciptakan permukaan yang lebih luas dari

keseluruhan area dan menciptakan listrik statis, seperti magnet, polyester dan

polyamide yang secafa natural memiliki daya listrik positif yang akan

menarik daya negative dari debu, kotoran, kutu, tungau dan bahkan
36

membersihkan benda pada level micro seperti bakteri. Hal ini tercipta karena

jutaan serat yang bergelombang, tercipta ketika proses splitting, yang

membuat produk ini menyerap baik secara ekstrim. Ketika digunakan saat

basah serat-serat yang sangat halus di dalam kain menciptakan capillary

effect, menyedot dan menahan cairan kotoran dari permukaan ke dalam serat-

serat kain.

Sebelum dilakukan intervensi menggunakan Microfiber Triangle

Pillow adalah tindakan perawat dengan melakukan alih baring pada pasien,

pembersihan dan perawatan kulit serta pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Tindakan tersebut ternyata mampu mencegah teradinya decubitus pada

derajat yang lebih lanjut, dan setelah diberikan intervensi menggunakan

Microfiber Triangle Pillow mempu membantu mempercepat penurunan

derajat decubitus pada pasien.

Penyembuhan luka decubitus ini juga dipengaruhi oleh factor lain

seperti kebersihan luka yang dilakukan oleh perawat. Pihak rumah sakit juga

memperhatikan diet pasien dengan memberikan kebutuhan nutrisi yang

diperlukan pasien, memonitor luka tekan pada setiap penggantian balutan

luka serta mengurangi tekanan lebih lanjut dengan menggunakan Microfiber

Triangle Pillow.

Hasil studi kasus ini mendukung dari hasil penelitian sebelumnya

menurut penelitian yang dilakukan oleh Agustin tahun 2015 tentang pengaruh

Microfiber Triangle Pillow Terhadap Kejadian Ulkus Dekubitus Pada Pasien

Imobilisasi di Ruang Perawatan RSUD Sukoharjo, menemukan bahwa


37

responden dengan jenis luka grade 1 sebanyak 4 orang dan responden dengan

jenis luka grade 3 sebanyak 1 orang. Sebelum diberikan triangle pillow pada

luka grade 1 keempat responden menunjukkan eritema pada kulit yang utuh

teraba hangat, tidak nyeri, tidak ada pus, tidak berbau, semuanya dibagian

sacrum karena tirah baring lama. Sedangkan pada jenis luka grade 3, terdapat

dibagian sacrum karena tirah baring lama, dengan karakteristik jaringan

subcutan rusak, warna merah, teraba hangat, terasa nyeri, luas luka 6 x 6 cm,

kedalaman 0,5 cm terdapat pus dan bau. Setelah diberikan triangle pillow

pada luka grade 1 menunjukkan kulit utuh, tidak ada tanda kemerahan, tidak

ada luka tekan, teraba hangat, tidak nyeri. Sedangkan pada luka grade 3

karakteristik luka masih kemerahan, terasa nyeri, luas 6x6 cm, kedalaman 0,5

cm tidak terdapat pus dan tidak berbau.7

C. Keterbatasan Studi Kasus

Dalam studi kasus ini penulis mengalami hambatan dalam penerapan

studi kasus ini. Hambatan tersebut adalah penerapan microfiber triangle

pillow tidak dapat diterapkan pada posisi yang sama terus menerus karena

terkadang posisi tidur subyek yang dirasa kurang nyaman sehingga akan

mengubah posisi tidur dan microfiber triangle pillow juga harus mengikuti

posisi tidur yang selanjutnya.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil yang didapatkan setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan

penerapan microfiber triangle pillow adalah terdapat penurunan derajat

decubitus pada pasien imobilisasi. Hasil sebelum dari penerapan microfiber

triangle pillow terjadi perubahan derajat decubitus pada subjek I pada skala 2

dan subjek II pada skala 1. Setelah terapi diberikan, hasil evaluasi yang

diperoleh pada subjek I menjadi derajat 1 dan pada subjek II menjadi derajat 0,

sehingga dapat dinyatakan penerapan microfiber triangle pillow mampu

menurunkan derajat dekubitus.

B. Saran

Berdasarkan analisa dan kesimpulan penelitian, maka dalam sub bab ini

peneliti akan menyampaikan beberapa saran diantaranya:

1. Bagi Masyarakat

Bagi klien diharapkan dapat menerapkan penggunaan microfiber triangle

pillow ketika menjadi pasien imobilisasi sehingga mampu menghindari

terjadinya decubitus akibat tekanan dan gesekan selama bedrest di tempat

tidur dalam jangka waktu yang lama.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Perawat dapat melakukan upaya promotif dalam manajemen decubitus

secara non-farmakologi pada pasien imobilisasi dengan menerapkan

38
39

microfiber triangle pillow untuk mencegah terjadinya decubitus pada

pasien imobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mutia L, Pamungkas KA, Anggraini D. Profil Penderita Ulkus Dekubitus


yang Menjalani Tirah Baring di Ruang Rawat Inap RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau Periode Januari 2011-Desember 2013. J JOM FK.
2015;2(2):1–11.
2. Morison MJ. Seri Pedoman Praktis: Manajemen Luka. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2014.
3. Mumtazia E, Dukungan H, Dengan K, Dekubitus P, Mumtazia E.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien
Stroke Di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nurs J Vol III No 3. 2012;28–38.
4. Okatiranti, Sitorus RE, Tsuawabeh D. Risiko Terjadinya Dekubitus
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Perawatan
Neurologi. J Keperawatan Padjadjaran. 2013;v1(n3):176–82.
5. Potter, P.A, Perry A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk. Jakarta: EGC; 2016.
6. Syapitri H, Siregar LM, Ginting D. Metode Pencegahan Luka Decubitus
Pada Pasien Bedrest Total Melalui Perawatan Kulit. Idea Nurs J.
2017;8(2):15–22.
7. Agustin WR. Pengaruh Microfiber Triangle Pillow Terhadap Kejadian
Ulkus Dekubitus Pada Pasien Imobilisasi di Ruang Perawatan RSUD
Sukoharjo. J KesMaDasKa. 2015;48–53.
8. Morison MJ. Seri pedoman praktis: manajemen luka. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2011.
9. Tjokroprawiro A, Setiawan PB, Santoso D, Soegiarto G, Rahmawati LD.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 2. Surabaya: Erlangga University
Press; 2015.
10. Rehatta M, Anindito E, Tantri AR, Bisri DY, Musbah AT, Lestari ML.
Anestesiologi dan Terapi Intensif. Edisi Pertama. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2019.
11. Smeltzer SC, Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
12. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.
13. Mahmuda INN. Pencegahan Dan Tatalaksana Dekubitus Pada Geriatri.
Biomedika. 2019;11(1):11.
14. Widiastuti. Ulkus Dekubitus _ Gejala, Diagnosis, Pengobatan [Internet].

40
41

2016. Available from: https://www.sehatq.com/penyakit/ulkus-dekubitus


15. Mamoto N, Gessal J. Rehabilitasi Medik pada Pasien GeriatriUlkus
Decubitus. J Med dan Rehabil. 2018;01(01):32–7.
16. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010.
17. Nursalam. Konsep dna penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
18. Nursalam. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
19. Hidayat AAA. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Aalisis Data.
Jakarta: Salemba Medika; 2015.
20. Lailiatus A, Maskun Z, Studi P, Iii D, Kesehatan FI, Surakarta UM. Upaya
perawatan integritas kulit pada pasien stroke. Artik Fak Ilmu Kesehat Univ
Muhammadyah Surakarta. 2017;
21. Sunaryanti B. Prevention At Pressure Sores With Reposition Health
Education and Coconut Oil. PROFESI, Vol 12/September 2014 - Pebruari
2015. 2015;1(September 2014):58–64.
22. Alrasyid, Misbach J. Komplikasi Medis dan Tata Laksana. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.; 2016.
42
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN


(PSP)

1. Kami adalah peneliti dari institusi Akademi Keperawatan Kesdam


IV/Diponegoro Semarang / Program Studi Diploma III Keperawatan dengan
ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang
berjudul penerapan microfiber triangle pillow terhadap kejadian ulkus
dekubitus pada pasien imobilisasi di ruang perawatan rumah sakit.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk menggambarkan asuhan
keperawatan penerapan microfiber triangle pillow terhadap kejadian ulkus
dekubitus pada pasien imobilisasi di ruang perawatan rumah sakit. Penelitian
ini akan berlangsung selama 3 hari berturut-turut.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-20
menit. Cara ini mungkin memyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak
perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan
asuhan/pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/pelayanan
keperawatan.
5. Nama dan jati diri anada beserta seluruh informasi yang anda sampaikan akan
tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada no Hp : 081226312992

Peneliti

Husni Aditya
432
Lampiran

INFORMED CONCENT
(Persetujuan menjadi partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah


mendapat persetujuan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai
penelitian yang akan dilakukan oleh Husni Aditya dengan judul Penerapan
Microfiber Triangle Pillow Terhadap Kejadian Ulkus Dekubitus Pada Pasien
Imobilisasi Di Ruang Perawatan Rumah Sakit.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat sewakyu-waktu tanpa sanksi apapun.

Saksi Semarang, 2020


Yang memberikan persetujuan

---------------------------------------- -----------------------------------------

Semarang, 7 Februari 2020

Peneliti

Husni Aditya
44 3
Lampiran

No Responden : ______________________

LEMBAR KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Jenis Kelamin : Laki-laki


Perempuan

2. Usia : 20-40 tahun (dewasa awak)


41-60 tahun (dewasa akhir)
> 60 tahun (lansia)

3. Tingkat Pendidikan : Tidak Sekolah


SD/tidak tamat
SMP
SMA
Lampiran
45 4

LEMBAR OBSERVASI SUBJEK

Nomor Responden :__________________

Hari Tanggal Derajat dekubitus


Ke
SEBELUM SESUDAH

Lampiran 5

JADWAL KEGIATAN
No Kegiatan Januari Februari Maret April
46

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan proposal dan proses
1 bimbingan proposal (BAB I,
II,III)                              
2 Pengumpulan Proposal Penelitian                              
3 Ujian Proposal Penelitian                               
Pengumpulan Berkas Proposal
4
Penelitian Revisi (Setelah Ujian)                              
5 Pengambilan Kasus KTI                              
Pengumpulan Berkas dan
6
Pendaftaran Ujian Sidang KTI                              
7 Ujian KTI                              
Pemberkasan KTI (revisi) dan
8
Yudisium KTI                              
9 Yudisium Semester                              

Nama : Husni Aditya


NIM : 20101440117038
Judul Penelitian : Penerapan Microfiber Triangle Pillow Terhadap
Kejadian Ulkus Dekubitus Pada Pasien Imobilisasi Di
Ruang Perawatan Rumah Sakit
Dosen Pembimbing : Ns. Diana Tri Lestari, M.Kep.Sp.Kep.MB.

Lampiran 6

Lembar Observasi Grade Luka Tekan National Pressure Ulcer Advisory Panel
(NPUAP)
47

Stage I : Kulit berwarna kemerahan, pucat pada kulit putih, biru, merah atau
ungu pada kulit hitam. Temperatur kulit berubah hangat atau dingin,
bentuk perubahan menetap dan ada sensasi gatal atau nyeri

Stage II : Hilangnya sebagian lapisan kulit namun tidak lebih dalam dari dermis,
terjadi abrasi, lepuhan, luka dangkal dan superfisial

Stage III : Kehilangan lapisan kulit secara lengkap meliputi subkutis, termasuk
jaringan lemak dibawahnya atau lebih dalam lagi namun tidak sampai
fascia. Luka mungkin membentuk lubang yang dalam

Stage IV : Kehilangan lapisan kulit secara lengkap hingga tampak tendon, tulang,
ruang sendi. Berpotensi untuk terjadi destruksi dan risiko
osteomyelitis
48
Lampiran 7

SOP PEMASANGAN MICROFIBER TRIANGLE


PILLOW

NO NO REVISI HALAMAN
DOKUMEN
PROSEDUR TERAPI
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
Pengertian Pemasangan bantal segitiga terbuat dari serat microfiber
yang digunakan untuk menyanggah dalam rangka
pencegahan tekanan, gesekan dan kelembapan
Tujuan 8. Mencegah kerusakan integritas kulit
9. Memperbaiki sirkulasi pada perfusi
Alat Batal microfiber triangle pillow.
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.

2.    Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada


klien atau keluarga.

3.    Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien


sebelum kegiatan dilakukan.

Tahap Orientasi

1.    Menjaga privasi

2.    Merubah posisi daria terlentang ke miring.

3.    Menata beberapa bantal disebelah pasien

4. Memiringkan pasien ke arah bantal yang disiapkan


49

5. Menekuk lulut kaki ke atas

6. Memastikan posisi pasien aman

7. Merubah posisi pasien dari miring ke terlentang

8. Menata bantal disebelah pasien

9. Menelentangkan pasien ke arah bantal yang


disiapkan

10 Meluruskan kedua lutut

11 Memastikan posisi pasien aman

12 Merapikan pasien

EVALUASI 1. Evaluasi hasil kegiatan dan respon klien sebelum


dan setelah tindakan
2. Beri reinforment positif pada klien dan keluarga
3. Akhiri kegiatan dengan baik
DOKUMENTASI Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
HAL YANG PERLU DI Patikan klien mampu diajak komunikasi (tidak
PERHATIKAN mengalami gangguan pendengaran)

Anda mungkin juga menyukai