Anda di halaman 1dari 17

Kedudukan Guru Dalam Kepemimpinan Pembelajaran

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Perkuliahan Dengan Mata


Kuliah Etika Profesi Guru

Oleh:

NUR ILHAM ASNAWI

NIM: 80200219016

PASCASARJANA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN

MAKASSAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain rasa syukur atas kehadirat Allah SWT

atas rahmat, kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis, dan atas pertolongan-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Alhamdulillahi Rabbil’Alamin

penulis panjatkan syukur atas segala rahmat-Nya. Segala puji hanya bagi-Mu, Ya Allah.

Salam dan shalawat penulis curahkan kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW,

yang merupakan uswatun hasanah bagi umat manusia.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, semoga semua

pihak yang membantu penyusun mendapat pahala di sisi Allah swt, serta semoga makalah ini

bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis sendiri.

Samata, Oktober 2020


Penulis,

Nur Ilham Asnawi


NIM: 80200219016

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1-2

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….... 3-15

A. Bagaimana kedudukan guru dalam pembelajran...................... 3


B. Apa yang di maksud guru sebagai LEARNING AGENT........... 11
C. Bagaimana kepemimpinan guru dalam pembelajaran.............. 14

BAB III PENUTUP………………………………………………………….. 17

A. Kesimpulan............................................................................... 17
B. Saran.......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

            Seorang guru dijuluki sebagai sosok “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.Dalam konsep

pendidikan tradisional Islam, posisi guru begitu terhormat. Guru diposisikan sebagai orang

yang ‘alim, wara’, shalih, dan sebgaia uswah. Guru adalah sosok yang rela mencurahkan

sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa.1

            Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang

ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang

pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang

kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai

tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

            Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung

jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.

Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi


juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai

“pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

           Karena dalam kenyatannya tidak semua pekerjaan yang di lakukan orang atau

masyarakat dapat disebut sebagai profesi. Namun hanya pekerjaaan-pekerjaan yang mmenuhi

kriteria-kriteria tertentu saja yang dapat di katakana sebagai profesi dan tidak semua

pekerjaan dikatakan sebagai profesi. Tidak hanya itu karena dalam sebuah profesi itu juga

ada sebuah norma-norma yang mengikat yang sering disebut sebagai kode etik profesi.

Dengan adanya etika profesi atau kode etik guru diharapkan menjadi guru yang professional.

Guru yang professional adalah guru yang melakukan pekerjaan yang sudah dikuasai atau
1
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: P[ustaka Pelajar, 2008), hal. 1-5.

1
telah dibandingkan baik secara konsepsional secara teknik atau latihan. Dari keterangan di

atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa profesional guru adalah seperangkat fungsi dan

tugas dalam lapangan pendidikan dalam latihan khusus di bidang pekerjaannya dan mampu

mengembangkan keahliannya itu secara ilmiah di samping menekuni bidang profesinya.

 Sebenarnya guru memiliki peran yang unik dan sangat kompleks di dalam proses

belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa ke taraf yang dicita-citakan.

Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-

mata demi kepentingan siswa, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

            Kalau kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, pada umumnya akan tertuju

pada peran dan tugas seorang kepala sekolah. Pemahaman dan persepsi seperti ini bisa

dimaklumi karena hampir sebagian besar penelitian dan literatur yang membahas tentang

kepemimpinan pendidikan lebih cenderung membicarakan tentang kepemimpinan kepala

sekolah. Sementara penelitian dan literatur yang mengkaji secara spesifik tentang

kepemimpinan guru tampaknya masih relatif terbatas. Lantas, apa Kepemimpinan Guru

(Teacher Leadership) itu?

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta

didik, dan lingkungannya (Sudarwan Danim, 2011: 5). Guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

guru dan dosen).

Sebagai salah satu profesi resmi, kedudukan guru memerlukan keahlian khusus.Jenis

pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pekerjaannya.

Dalam pendidikan guru sangatlah penting untuk menunjang jalannya suatu proses

pendidikan. Tanpa adanya seorang guru maka pendidikan tidak bisa terealisasilkan.Seorang

guru haruslah bisa menjadi penggerak berjalannya pendidikan.Oleh karena itu, maka di

dalam pendidikan seorang guru mempunyai kedudukan yang khusus.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kedudukan guru dalam pembelajran ?

2. Apa yang di maksud guru sebagai LEARNING AGENT?

3. Bagaimana kepemimpinan guru dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah etika profesi guru

2. Mengetahui kedudukan Guru dalam pembelajtran

3. Mengetahui guru sebagai learning agent

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan guru dalam pembelajaran

1. Pengertian Guru

Guru itu kata orang Jawa dari kata digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Kehadiran

seorang guru bukan sekedar mengajar dan berdiri di depan kelas, melainkan seorang yang

mampu menjadi seorang pendidik. Guru adalah manusia yang rela menyumbangkan sebagian

besar waktunya untuk berbagi ilmu kepada semua anak didiknya. Guru bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak didik dengan tetap berusaha mengupayakan seluruh potensi

afektif, kognitif, maupun prikomotorik demi kelangsungan sebuah proses pendidikan.

Guru merupakan manusia yang paling bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak

didik, mengubah segala bentuk perilaku dan pola piker mnusia, membebaskan manusia dari

terbelenggu kebodohan.

Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan sekolah. Maju mundurnya kualitas

pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas guru.untuk memperoleh murid dengan sumber

daya manusia yang tinggi maka dibutuhkan guru yang memiliki sumber daa manusia yang

tinggi pula.

Walaupun bukan mrupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, guru

tetapah merupakan titik sentral dalam keterlaksanaan pendidikan. Tanpa guru, proses

pedidikan akan timpang bahkan tidak terarah. Manusia tidak akan dapat membedakan mana

yang baik dan mana yang buruk, karena mereka tidak mendapat bimbingan dari guru.2

2.  Pengertian Pembelajaran

2
Siti Suwadah, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, (Bandung: ALFABETA, 2011), hal. 1-3.

4
Pembelajran adalah “proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbanagn kedaulatan

sebjek didik dan kewibawaan pendidik” (T. Raka Joni). Sedangkan Driyakarya menjelaskan

pendidikan adalah “proses memanusiakan manusia muda”. Mendidik adalah “menuntun

segala kodrat yang ada pada anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan” (Ko Hajar

Dewantara).Langeveld berpendapat pendidikan adalah “mempengaruhi anak dalam

membimbingnya supaya menjadi dewasa”.3

B. Guru Sebagai Learning Agent Pembelajran

1. Guru Sebagai Pendidik dan Pembimbing

Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 2 ayat (1) berbunyi “Guru mempunyai kedudukan

sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikn menengah, dan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikanformal yang diangkat sesuai dengan

perundang-undangan.” Lebih lanju dalam pasal 4, menjelaskan mengenai fungsi kedudukan

guru yang berbunyi: “Kedudukan guru sebagi tenga profesional sebagaimana dimaksud

dalam pasa 2 ayat (1) berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran dan berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional.”

Penjelasan pasal 4 dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara lain sebagai

fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi
peserta didik.

Guru memang seorang “pendidik”, sebab dalam pekerjaanya ia tidak hanya “mengajar”

seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan

terutama sikap mental anak didik. “Mendidik” sikap ental seseorang tidak cukup hanya

“mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan,

dengan guru sebagai idolanya.

Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi beberapa syarat khusus. Untuk mengajar ia

dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seperangkat latihan

keterampilan keguruan, dan pada kondisi itu pula, ia belajar memersonalisasikan beberapa

sikap keguruan yang diperlukan.


3
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hal. 6.

5
Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing. Sebagai contoh guru

yang berfungsi sebagai “pendidik” dan “pengajar” seringkali akan melakukan pekerjaan

bimbingan, moisalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang sesuatu keterampilan dan

sebagainya. Jadi yang jelas dalam proses pendidikan kegiatan “mendidik”, “mengajar”, dan

“bimbingan” sebagai yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik

dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan

tujuan pendidikan.Sebagai pendidik, guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun

sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembanagn anak didik sesuai dengan

tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-

ersoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik.Dengan demikian, diharapkan dapat

menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik

maupun mental.

Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik, secara umum untuk mencapai

perkembanagn menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan bimbingan adalah usaha

pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau

motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Hal ini susuai dengan

apa yang pernah disampaikan Ki Hajar Dewantoro dengan sistem among, “ing madyo


mangun karso”.4

2. Guru Sebagai Tenaga Profesional

Pekerjaan professional akan senantiasa menggunakan teknik dan procedur yang berpijak pada

landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian

dipergunakan demi kemaslahatan orang lain.

Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profeional kependidikan, ditandai dengan serentetan

diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menerus.

Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian di bidang kependidikan sebagai

berikut:

4
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hal.125

6
a. Diakui oleh masyarakat dan layanan ynag diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang

dikategorikan sebagai suatu profesi.

b. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan

prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi di bidang kedokteran, harus pula

mempelajari, anatomi, bakteriologi, dan sebagainya. Juga profesi di bidang keguruan

misalnya harus mempelajari psikologi, metodik, dan lain-lain.

c. Diperlukan perisapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan

pekerjaan professional.

d. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang

diperbolehkan bekerja.

e. Memiliki organisasi professional untuk meningkatkan layanan pada masyarakat.

Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi professional guru sebagai tenaga professional

kependidikan, yaitu:

a. Tingkatan capability personal, maksdunya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan

dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola

proses belajar-mengajarsecara efektif.

b. Guru sebagai innovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen

terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan serta sikap ynag tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus

merupakan penyebar idepembaharuan yang efektif.

c. Guru sebagai developer. Guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas

perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab

tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.5

Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu meletakkan posisi guru

dengan tepat sehingga guru dapat memainkan perannya sesuai dengan kebutuhan belajar

peserta didik.Sebagai fasilitator, guru tidaklah mengajar, tetapi melayani peserta didik untuk

belajar.Sebagi motivator, guru mendrong peserta didik untuk belajar.Sebagai pemacu, guru

menyentuh faktor-faktor belajar agar kompetensi peserta didik meningkat.Sebagai

5
Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta: UNS Press, 2008), hal. 71.

7
perekayasa, guru manfaatkan segala media dan sumber belajar agar peserta didik mencapai

kompetensi yang telah ditentukan.Sebagai pemberi inspirasi, guru mengubah pandangan dan

kehidupan peserta didik menjadi lebih baik.

C. Kepemimpinan Guru Dalam Pembelajaran

1. Pengertian kepemimpinan

Soekanto (2003:288) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan seseorang

(yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin

atau pengikut-pengikutnya). Sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana

dikehendaki oleh pemimpin tersebut.”

Pengertian yang dikemukakan Soekanto ini tampaknya sejalan dengan yang

disebutkan oleh Charles W. Marrified dalam Al Muchtar (2001: 251), “..kepemimpinan

menyangkut bagaimana menstimulasi, memobilisasi mengarahkan dan mengkoordinasi

motif-motif dan kesetiaan yang terlibat dalam usaha bersama.”

Floyd Ruch dalam Gerungan (2002:129) menyebutkan tiga tugas utama

pemimpin, yaitu: 1) structuring the situation, 2) controlling group-behavior, 3)

spokesman of the group. Pada tugas yang pertama seorang pemimpin harus dapat

mengkonstruksi struktur dari situasi yang dihadapi kelompoknya secara jelas agar para

anggotanya dapat memahami situasi yang dihadapi mereka dan pada gilirannya
mampu memberi penyikapan dan melakukan tindakan yang tepat. Tugas kedua yang

harus dilaksanakan pemimpin adalah melakukan pengawasan dan

pengontrolan/pengendalian perilaku kelompok. Agar suatu kelompok/ organisasi dapat

mencapai tujuan-tujuannya, maka semua orang yang ada di dalamnya harus berjalan

atau melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Sehingga apabila

ada anggota kelompok yang ke luar jalur, maka tugas pemimpinlah yang ‘menyadarkan’

anggotanya tersebut untuk tetap ada di dalam ‘jalan yang benar.’

Tugas ketiga dari pemimpin adalah menjadi juru bicara dari kelompoknya mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan-keadaan di kelompoknya. Tentunya

apa yang dibicarakan oleh pemimpin pada pihak lain itu haruslah merupakan gambaran

nyata tentang kelompoknya, bukannya karangan pribadi pemimpin tersebut. Al Muchtar

8
(2001: 252) menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni: perencanaan, pemikir,

organisator, dinamisator, koordinator, pemegang amanah, pengawas, penengah,

pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya Al Muchtar mengungkapkan

bahwa untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, pemimpin haruslah memiliki tiga

keterampilan, yaitu: 1) technical skills (penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja

sampai evaluasi hasil karya); 2) conceptual skills (merumuskan gagasan atau

menjelaskan keadaan rumit ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anggota

kelompoknya), 3human skills (hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lai .).

2. Guru sebagai fasilitator

Mengajar bukan hanya persoalan pengetahuan yang mumpuni, mengajar juga harus rela

untuk menjadi fasilitator yang baik bagi siswanya. Menjadi fasilitator tentu tidak hanya

bersikap inklusif terhadap perbedaan yang terdapat pada siswa, tetapi secara lebih praktis

guru juga mampu memfasilitasi proses belajar-mengajar menjadi lebih menyenangkan. Ini

bisa dilakukan dengan menyajikan berbagai media pembelajaran, mampu memahami proses

pengorganisasian media, dan merancang media dengan baik. Sebagai fasilitator guru juga

dituntut untuk memahami dan mengembangkan media pembelajaran sebagai bahan untuk

menyampaikan materi pada siswa.

Seorang guru sebaiknya melakukan inovasi dalam proses belajar-mengajar serta


memfasilitasi siswa agar mudah menyerap bahan pelajaran dan tujuan belajar itu juga

tercapai secara optimal.6

Sebagai fasilitator guru harus mengembangkan pembelajaran aktif. Pembelajaran seperti ini

akan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. ada empat komponen

utama pembelajaran aktif yang harus dipahami guru, yaitu pengalaman, komunikasi,

interaksi, dan refleksi.

3. Guru Sebagai Inspirator

6
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Prifesi Kependidikan, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012),
hal. 69-70.

9
Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau petunjuk yang baik

bagi kemajuan siswa. Guru harus memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana cara belajar

yang baik, media apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga hal tersebut

akan melahirkan sebuah inspirasi dan dalam diri siswa tersebut untuk terus belajar guna

meraih prestasi. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik harus berkepribadian baik,

religious, bermoral dan bermartabat agar peserta didik dapat menginspirasi kita sebagai

pendidiknya.

Namun dalam dunia pendidikan peran guru sangatlah penting selain nilai – nilai diatas

guru pun harus mempunyai menjadi guru kreatif, menjadi seorang guru yang kreatif saat ini

tampaknya sudah menjadi suatu keharusan. Sebab, guru yang kreatif akan mampu

menciptakan proses pembelajaran yang memudahkan peserta didik menerima materi yang

disampaikan dengan proses yang menyenangkan. Selain itu, kreatifitas adalah salah satu

modal untuk menjadi guru profesional

Ngainun Naim, dalam bukunya “Menjadi Guru Inspiratif “ menjelaskan bahwa guru

adalah orang yang mengantarkan seseorang untuk mencapai kemulian. Guru begitu memiliki

peranan penting dalam proses belajar siswa. Guru juga harus bisa memberikan pencerahan

bagi siswanya dan mampu melahirkan siswa yang tangguh, siap menghadapi aneka tantangan

sekaligus memberi perubahan yang hebat bagi kehidupannya “Pencerahan itu pasti lahir dari
guru yang inspiratif. Guru inspiratif adalah guru yang memiliki orientasi jauh lebih luas.

Guru inspiratif memilih melakukan tindakan yang sangat strategis, yaitu bagaimana ia

mampu memberikan perspektif yang mencerahkan. Guru inspiratif menawarkan perspektif

yang memberdayakan, menghasilkan energi yang kreatif, “ ujar Ngainun.

Lanjut Ngainun,  guru inspiratif tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit

perubahan terhadap diri siswanya dari aspek diri pribadinya semata, tetapi ia juga harus

mampu mendesain iklim dan suasana yang juga inspiratif.

Penciptaan pola yang inspiratif akan semakin memperkukuh karakter dan sifat

inspiratif yang ada pada diri guru. Perpaduan keduanya yaitu karakter diri guru dan suasana

pembelajaran akan menjadikan dimensi inspiratif, semakin menemukan momentum untuk

mengkristalkan dan membangun energi perubahan positif dalam diri setiap siswa. Tambah

10
Ngainun, dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif, aspek paling

utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan

mendorong minat siswa untuk tenang dan menyukai terhadap pelajaran. “Penciptaan suasana

pembelajaran yang inspiratif sangat penting artinya untuk semakin mengukuhkan dan

mendukung kekuatan inspiratif yang bersumber dari diri pribadi guru. Dua aspek ini: pribadi

guru dan suasana pembelajaran, pada gilirannya akan mampu mengakumulasikan potensi

dalam diri para siswanya untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.

Salah satu ciri guru kreatif adalah selalu terbuka dengan gagasan atau kemungkinan

baru. Dia aktif mencari dan mengembangkan gagasan atau cara yang berbeda untuk

peningkatan kualitas pembelajaran siswa.(2)Kembangkan pertanyaan. Guru kreatif akan

selalu bertanya dan mencari terus menerus tentang yang dia lihat dan lakukan dalam

pembelajaran. Dengan demikian, dia akan terus berkembang dan tidak menganggap segala

sesuatu sudah semestinya dilakukan melainkan akan menghasilkan cara yang lebih baik

untuk peningkatan kualitas belajar siswa. (3) Kembangkan gagasan sebanyak-banyaknya.

Guru kreatif akan selalu mencari banyak solusi dan alternatif. Dia akan mengembangkan

kreativitas dan imajinasi yang dia punya untuk meningkatnya kualitas pembelajaran.7

Ciptakan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Seorang guru yang kreatif

akan selalu berpatokan pada ‘Learning is fun’. Dia akan selalu menciptakan model dan
metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak didiknya merasa tertarik tentang

apa yang dia sampaikan dan tidak merasa jenuh dalam kegiatan belajar

BAB III

KESIMPULAN

A. Kedudukan guru dalam kepemimpinan pembelajaran adalah:

1. Guru Sebagai Pendidik dan Pembimbing

7
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid, (Jogjakarta, DIVA Press, 2014),
hal. 12-13.

11
Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing. Sebagai contoh guru

yang berfungsi sebagai “pendidik” dan “pengajar” seringkali akan melaukan pekerjaan

bimbingan, misalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang sesuatu keterampilan dan

sebagainya. Jadi yang jelas dalam proses pendidikan kegiatan “mendidik”, “mengajar”, dan

“bimbingan” sebagai yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

2. Guru Sebagai Tenaga Profesional

Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profeional kependidikan, ditandai dengan serentetan

diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menerus.

Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi professional guru sebagai tenaga professional

kependidikan, yaitu:

a.         Tingkatan capability personal, maksdunya guru diharapkan memiliki pengetahuan,

kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu

mengelola proses belajar-mengajarsecara efektif.

b.         Guru sebagai innovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen

terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan,

kecakapan, dan keterampilan serta sikap ynag tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus

merupakan penyebar idepembaharuan yang efektif.

c.         Guru sebagai developer. Guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas
perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab

tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.

d.        Guru Sebagai Agen Pembelajaran (Learning Agent)

Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 2 ayat (1) berbunyi “Guru mempunyai kedudukan

sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikn menengah, dan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan

perundang-undangan.” berbunyi: “Kedudukan guru sebagi tenga profesional sebagaimana

dimaksud dalam pasa 2 ayat (1) berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai

agen pembelajaran dan berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional.”

3. Kepemimpinan guru dalam pembelajaran

12
Memnjadi seorang guru, guru harus memberikan teladan yang baik bagi siswa selain

itu guru juga di tuntut mengajar bukan hanya persoalan pengetahuan yang mumpuni,

mengajar juga harus rela untuk menjadi fasilitator yang baik bagi siswanya. Menjadi

fasilitator tentu tidak hanya bersikap inklusif terhadap perbedaan yang terdapat pada

siswa, tetapi secara lebih praktis guru juga mampu memfasilitasi proses belajar-

mengajar menjadi lebih menyenangkan. Ini bisa dilakukan dengan menyajikan

berbagai media pembelajaran, mampu memahami proses pengorganisasian media, dan

merancang media dengan baik. Sebagai fasilitator guru juga dituntut untuk memahami

dan mengembangkan media pembelajaran sebagai bahan untuk menyampaikan materi

pada siswa.

B. SARAN

Sebagai seorang calon guru atau sudah menjadi guru, sebaiknya kita lebih

mengenal lagi tujuan kita jadi guru. Karena guru merupakan bukan hanya sebagai suatu

pekerjaan biasa namun merupakan suatu profesi yang mempunyai tanggungjawab yang

besar bagi peserta didiknya. Oleh sebab itu kedudukan guru dalam kepemimpinan

bealajar sebaiknya dipahami oleh setiap calon guru atau guru itu sendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi dan Mohammad Arifin.2012. Etika dan Prifesi Kependidikan. Jogjakarta:

AR-RUZZ MEDIA.

Ngainun Naim.2008. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ravik Karsidi.2008. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

Rudi Hartono, 2014. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.

Jogjakarta, Rugaiyah dan Atiek Sismiati. 2013.Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Siti Suwadah. 2011.Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna.Bandung:

ALFABETA.

14

Anda mungkin juga menyukai