Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
dengan Dosen Pengampu Imroh Atul Musfiroh, M.Pd.I
Disusun oleh:
Alhamdullilah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufiq, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menggerakkan
tangan untuk memenuhi salah satu mata kuliah “Ilmu Pendidikan Islam” yang
berupa sebuah tulisan makalah yang membahas tentang “Lembaga Pendidikan
Islam”.
Sholawat dan salam kami panjatkan kepada jujungan kita Syaidil Imam Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliah ke jaman
islamiah yang penuh pengetahuan dan dari alam kegelapan kealam yang terang
benderag. Da saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya
umunya dan penulis khususnya.
Kemudian dengan hati yang lapang kami menerima kritik atau pun saran jika
ada kesalahan dan kekeliruan dalam makalah ini guna untuk melengkapi dan
membenarkan kekliruan tersebut.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah2
C. Tujuan Penulisan
A. Kesimpulan 14
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berangkat dari hal tersebut diatas, perlu kiranya kita meneliti atau
mempelajari kembali tentang lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu
dalam makalah ini akan di bahas tentang pengertian lembaga pendidikan
Islam, tujuan, fungsi, serta tanggung jawab lembaga pendidikan Islam.
1
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional
(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 58
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indnesia, (Jakarta: PT
Gramedia, 2008) hal.808
3
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal 149
3
Pendidikan Guru Agama, Pesantren dan Perguruan Tinggi Agama Islam Baik
negeri maupun swasta.4
4
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 7, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 96
4
perlu menggabungkan Pendidikan yang diajarkan di keluarga tadi dengan
pembelajaran di Lembaga tersebut. selanjutnya masjid, pondok, sekolah dan
pesantren bisa menjadi peralihan dari Pendidikan keluarga.
5
diartikan sebagai tempat ibadah bagi orang muslim. Dalam Bahasa inggris,
masjid memiliki arti mosque.
6
3) Ruang kuliah, guna untuk pelatihan(tadrib) pemuda masjid, atau juga
untuk Madrasah Diniyah. Omar Amin Hoesin memberi sebutan ruang
kuliah tersebut dengan Sekolah Masjid. Kurikulum yang disampaikan
khusus mengenai materi-materi keagamaan guna membantu
Pendidikan formal, yang keseimbangan materi keagamanya lebih
kurang dibandingkan dengan materi umum.
Menurut para ahli, pesantren bisa dikatakan pesantren bila memenuhi lima
syarat, yaitu:
7
1. Ada kiai
2. Ada pondok
3. Ada masjid
4. Ada santri
5. Ada pelajaran membaca kitab kuning.
8
masyarakat; yang kedua, adanya kegelisahan atas cepatnya perubahan
perkembangan persekolahan Belanda yang menimbulkan pemikiran sekuler di
masyarakat. Untuk menyamai perkembangan tersebut maka masyarakat
muslim terutama para reformist sedang berusaha melakukan reformasi melalui
upaya pengembangan dan pemberdayaan madrasah. Dan madrasah
merupakan perpaduan antara sekolah modern dengan system pondok yang ada
di pesantren dan proses tersebut masih berlangsung bertahap,mulai mengikuti
system klasikal. Yang awalnya pengajaran kitab selama ini dilakukan, diganti
dengan bidang pelajaran tertentu, sementara itu kenaikan tingkat ditentukan
oleh penguasaan terhadap sejumlah pelajaran.
a. Pengertian madrasah
9
Pendidikan jasad (tarbiyah jasadiyah), Pendidikan ruh (tarbiyah
ruhiyah), dan Pendidikan intelektualitas (tarbiyah aqliyah).
E. Perguruan tinggi sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Sebenarnya ide ingin mendirikan perguruan tinggi Islam sudah muncul
sebelum Indonesia merdeka. Dan kebanyakan yang dibangun pada masa
penjajahan itu bisa dibilang gagal karena perguruan tidak bertahan lama,
terkecuali sekolah tinggi yang dibangun oleh masyumi. Dan setelah Indonesia
merdeka muncullah (PTAIN) yang kemudian berkembang menjadi IAIN. Dan
secara teknis akdemik perguruan tinggi mendapat pembinaan dari dapartemen
Pendidikan Nasional, sedangkan fungsional dilakukan oleh kementrian
agama. Dan saat ini PTAIN terdiri atas 3 jenis yaitu: IAIN,STAIN,dan UIN.
Dan sampai sekarang fokus tujuannya ialah pengembangan ilmu agama, dan
menyikapi akan globalisasi yang semakin berkembang.
1. Suffaha, pada masa Rasulullah Saw. Suffaha befungsi sebagai tempat untuk
aktivitas pendididkan, yang mana biasa digunakan sebagai tempat
pemondokan bagi pendatang baru da mereka tergolong miskin. Disini para
siswa atau santri di ajarkan untuk mengahafal Alquran secara benar dan
hukum islam dibawah bimbingan langsung dari Nabi Saw.
2. Kuttab/Maktab, keduanya berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba
yang memiliki arti menulis. Sedangkan kuttab/maktab memiliki arti tempat untuk
menulis, atau tempat yang berfungsi sebagai lembaga belajar manulis.
3. Halaqah, adalah tempat belajar yang dilaksanakan diamana murid-murid
mengelilingi gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai sambil
menerangkan, membacakan karanganya, atau memberikan komentar atas
karya pemikiran orang lain.
10
4. Majlis, befungsi sebagai tempat belajar-mengajar.
5. Masjid, jauh sebelum adanya madrasah seperti sekarang ini masjid telah
menjadi pusat pembelajaran atau kegiatan dan informasi berbagai masalah
kaum muslimin, baik itu berupa pendidikan maupun tentang masalah sosial
ekonomi. Namun, yang lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan.
Karena selain menjadi tempat bersujud (ibadah) masjid juga berfungsi untuk
tempat belajar.
6. Khan, khan biasanya difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam
jumlah besar, selain itu khan juga berfungsi sebagai asrama untuk murid-
murid dari luar kota yang hendak belajar hukum Islam di suatu masjid, seperti
khan yang pernah dibuat atau di bangun oleh Di’lij ibn Ahmad ibn Di’lij
suraji. Selain dua fugsi atas khan juga berfungsi sebagai sarana untuk belajar
privat.
7. Ribath, berfungsi sebagai tempat kegiatan para kaum sufi yang ingi
menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsenkantrasikan diri
untuk semata-mata ibadah. Juga memberikan perhatian terhadap segala
kegiatan keilmuan yang dipimpin oleh seorang syekh yang terkenal
kealimannya dan kesalehannya.
8. Rumah-rumah Ulama, juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam,
karena para ulama dizaman klasik banyak yang mempergukan rumahnya
secara ikhlas untuk kegiatan belajar mengajar dan untu pengembangan ilmu
pengetahuan.
9. Toko-toko Buku dan Perpustakaan, juga sangat berfungsi atau memiliki
peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam. Karena memang pada
awalnya hanya untuk menjual buku-buku. Tetapi seiring berjalanya waktu,
toko buku bukanya hanya sekedar buat menjual tetapi bisa menjadi tempat
diskusi dan berdebat. Selain toko buku perpustakaan juga memiliki fugsi
penting dalam kegiatan transmisi keilmuan islam.
11
10. Rumah Sakit, pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat
merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga berfungsi untuk
mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan
pengobatan.
11. Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badawi), badiah-badiah ini
menjadi tempat atau pusat untuk pelajaran bahasa Arab yang asli dan murni.
Sehingga banyak para anak-anak khalifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu
pengetahuan pergi ke badiah-badiah dalam rangka guna mempelajari bahasa
dan kesusastraan Arab. Maka dari itu badiah-badiah berfungsi sebagai
lembaga pendidikan. 5
1. Madrasah
a. Tujuan umum adalah agar murid:
1) Memiliki sikap dasar sebagai orang muslim yang bertaqwa dan
berakhlak mulia.
2) Memiliki sikap dasar sebagai warga Negara yang baik.
3) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, percaya pada diri sendiri,
sehat jasmani dan rohani.
4) Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar
yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang berikutnya.
5) Memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan tugas hidupnya
dalam masyarakat dan berbakti kepada tuhan YME. guna mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Tujuan khusus
1) Dalam bidang pengetahuan:
5
Abuddi Nata sejarah pendidikan Islam, Cet. 5, (Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2016), hal. 32-42.
12
Memiliki ilmu pengetahuan dasar tentang islam dan sejarah
kebudayaan islam.
Memiliki pengetahuan dasar tentang ilmu pengetahuan sosial.
Memiliki pengetahuan dasar tentang berbagai unsur
kebudayaan Nasional.
2) Dalam bidang keterampilan
Memiliki keterampilan dasar tentang olahraga dan budaya.
Dapat mengamalkan pokok-pokok ajaran agama islam.
Dapat bekerja sama dengan orang lain dan dapat mengambil
bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.
3) Dalam bidang nilai dan sikap
Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintai
sesama manusia, bangsa serta lingkungan sekitarnya.
Menghargai segala aspek tradisi kebudayaan nasional.
Menerima dan mau melaksanakan pancasila dan UUD 1945.6
6
Dr. Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hal. 105-118.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah
ini, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa. Kami juga butuh
saran/ kritikan dari kalian semua, agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik dari pada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkakn terima
kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yaitu Ibu Imroh
Atul Musfiroh, M.Pd.I yang telah memberi kami tugas membuat makalah ini
demi kebaikan diri kami sendiri dan untuk orang lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.7, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Nata, Abuddi, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 5, Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2016