Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN PRAKONSEPSI

DOSEN : SURIANI, SST, M.KM

      DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 6

RINI ANTIKA

ROSLIN SIBURIAN

RURY EKA WAHYUNI

SANTI SARDI

SARI NILA EKA PUTRI

SHITY AISYAH POHAN

SITI RABIATUN

SITI ZALEHA

SRI ASTUTI

SRI DEWI HANDAYANI

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
T/A 2020-2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, taufik, dan hidayahNya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “kesehatan reproduksi remaja
dan prakonsepsi”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, penulisan makalah ini tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Wassalamu 'alaikum Wr.Wb.

Medan, 25 November 2020


Penulis

Kelompok 6
I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i 
DAFTAR ISI......................................................................................................ii 
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
Latar Belakang.................................................................................................... 1
Perumusan Masalah............................................................................................ 2
Tujuan................................................................................................................. 2
 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
Skrining Prakonsepsi............................................................................................3
Konseling Persiapan Kehamilan......................................................................... 5
Jarak Ideal Antara Kehamilan.............................................................................11
Evidance Based Terkait Dengan Asuhan Prakonsepsi........................................14
BAB III PENUTUP ..........................................................................................15
Kesimpulan......................................................................................................... 15
Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

II
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal khusus yaitu suatu proses
pemberian bantuan yang dilakukan orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta harapan,
kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.Konseling adalah suatu hubungan timbal-balik
antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) yang bersifat profesional baik secara individu
atau kelompok, yang dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang berarti
dalam kehidupan.
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang
mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk
mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik penyakit
komplikasi dan lain-lain.
Pada umumnya, kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kehamilan
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya
kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai deteksi dini adanya
kehamilan yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga
antenatal care diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu.
Pernikahan adalah suatu peristiwa yang sangat sakral dan penting dalam kehidupan
manusia, bukan hanya sekedar prokreasi atau untuk melanjutkan keturunan umat manusia,
kalau bisa pernikahan tersebut merupakan yang pertama sekaligus yang terakhir serta
menghasilkan keturunan (generasi mendatang) yang lebih baik. Perlu persiapan yang matang
dari calon suami istri atau calon ayah ibu agar keturunannya kelak dapat sehat jasmani,
rohani dan sosial. Faktor yang harus dipertimbangkan adalah agama, pendidikan , sosial,
kesamaan visi dan misi dalam berumah tangga, saling terbuka, kesehatan jasmani, rohani
dan sosial; yang kira-kira dapat diringkas sebagai “faktor bobot, bibit dan bebet” dalam
memilih pasangan hidup. Di Indonesia masih ada pernikahan yang didasarkan atas
kepentingan keluarga (misalnya warisan    harta    atau    perusahaan). Hal ini    dapat
berbahaya bila dalam keluarga tersebut terdapat penyakit yang diturunkan secara genetik,
misalnya thalasemia, hemofilia atau diabetes mellitus. Banyak kelainan bawaan yang dapat
dicegah dengan cara melakukan aktivitas hidup yang sehat dan sesuai norma agama.
Misalnya penyakit anensefalus (janin tidak punya kepala), dan spina bifida (tulang belakang
berlobang) dapat dicegah dengan mengkonsumsi cukup asam folat, misalnya 1 – 5 mg per
hari. Sayangnya asam folat tersebut tidak cukup tersedia dalam konsumsi sayur dan buah
atau susu sehari-hari, artinya setiap calon ibu harus mengkonsumsi tablet asam folat,
minimal tiga bulan sebelum hamil. Dalam pembahasan berikut akan dijelaskan secara
singkat persiapan apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya mempersiapkan kehamilan
sehat.
B.    Rumusan Masalah
1. Bagaimana skrinning prakonsepsi?
2. Bagaimana konseling pada persiapan kehamilan?
3. Berapakah jarak ideal antara kehamilan?
4. Bagaimanakah evidance based terkaid dengan asuhan prakonsepsi?
C.    Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui skrinning prakonsepsi:
b. Untuk mengetahui konseling pada persiapan kehamilan:
c. Untuk mengetahui jarak ideal antara kehamilan.
d. Untuk mengetahui evidance basedterkaid dengan asuhan prakonsepsi
BAB II PEMBAHASAN
Kehamilan merupakan sesuatu yang membahagiakan dan didambakan oleh pasangan
suami istri. Menurut WHO (World Health Organization) setiap tahunnya terdapat 140 juta
wanita yang melahirkan diseluruh dunia.

Dimana pada tahun 2015, terdapat 303.000 kematian ibu akibat komplikasi dalam
kehamilan dan proses persalinan seperti pendarahan, infeksi, hipertensi dan diabetes dalam
kehamilan, serta HIV/AIDS.

Sebagian besar penyebab kematian ibu ini dapat dicegah dengan persiapan kesehatan
dan mental yang baik, sehingga kematian ibu dapat dihindari. Tetapi, 4 dari 10 wanita
mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga intervensi medis yang dapat
diberikan kepada ibu atau pasangan menjadi terhambat.

Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, terutama dari
segi kesehatan dan mental calon ibu. Berikut merupakan salah satu metode yang bisa
digunakan untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan mental calon ibu yang kuat, yaitu
biasa dikenal dengan prakonsepsi.

A.    PENGERTIAN PRAKONSEPSI

Prakonsepsi merupakan penggabungan 2 kata, yaitu pra yang berarti sebelum, konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur wanita dan sel sperma pria. Prakonsepsi dilakukan
untuk mengidentifikasi dan memodifikasi resiko biomedis, mekanis dan sosial terhadap
kesehatan wanita ataupun pasangan usia produktif yang berenca untuk hamil.

1.    SKRINING PRAKONSEPSI

Pada prosedur prakonsepsi, tenaga medis akan melakukan tanya jawab, pemeriksaan
dan pemeriksaan penunjang untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang ada, guna untuk
melakukan upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Tanya jawab akan dimulai untuk mencari tahu resiko yang dapat mempersulit kehamilan,
seperti :

 Riwayat penyakit dahulu yang dapat menjadi penyulit dalam kehamilan, seperti
diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan paru, tiroid, riwayat kejang, infeksi, dan lain-
lain.
 Riwayat konsumsi obat-obatan rutin yang dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada janin.
 Keadaan gizi pada ibu yang hendak hamil sangatlah penting, karena akan menjadi
sumber energi bagi ibu maupun bayi. Sebaiknya ibu berada dalam berat badan yang
ideal, dikarenakan dengan berat badan yang lebih dapat menyebabkan penyulit berupa
hipertensi dan diabetes dalam kehamilan serta preeklampsia. Sedangkan berat badan
yang kurang, dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.

Ibu perlu memasukkan unsur asupan gizi seimbang yang berupa karbohidrat, protein,
dan mineral, serta asam folat.

 Riwayat vaksinasi seperti hepatitis B, toxoid, cacar, campak, dan lain-lain.


 Riwayat keputihan, menstruasi, pendarahan, penggunaan kontrasepsi, riwayat
infertilitas maupun riwayat penyakit seksual menular juga merupakan hal penting untuk
diketahui dari para calon ibu.
 Riwayat penyakit keluarga untuk mendeteksi ada tidaknya riwayat retardasi mental,
malformasi kongenital, infertilitas, maupun keguguran.
 Riwayat sosial seperti tempat kerja, merokok, konsumsi alkohol, obat-obatan, kafein
juga penting karena sebaiknya dihindari selama mempersiapkan kehamilan. Tidak boleh
dilupakan, olahraga yang rutin minimal 150 menit dalam seminggu juga disarankan.
 Masalah psikososial yang terjadi sebelum dan dalam kehamilan seperti depresi juga
harus diketahui agar dapat dilakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan
menghindarkan calon ibu dari stress berlebih.

Selanjutnya, prosedur prakonsepsi dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik lengkap dan


pemeriksaan penunjang berupa EKG dan pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk
penyaringan resiko ataupun screening.
Selain itu, penting bagi ibu hamil untuk melakukan perawatan prakonsepsi yang sangat
penting untuk keselamatan serta kesehatan ibu dan bayi. Tidak boleh dilupakan, dukungan
keluarga dan suami serta terhindarnya dari stress akan berperan penting dalam mental calon
ibu.

B.    KONSELING PERSIAPAN KEHAMILAN

1.    KONSELING
    a.    Pengertian
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang
dimana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami
diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia
ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi
maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-
masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno
2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya
bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua
orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan
terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi
dirinya.
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut
adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan pemecahan
masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang
lingkup pelayanan kebidanan.
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain
(klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang mencari
(membutuhkan) advice atau nasehat.
2.    Tujuan konseling
a. Mencapai kesehatan psikologi yang positif
b. Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu
c. Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan
d. Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat
e. Adanya    perubahan    prilaku    dari    yang    tidak    menguntungkan    menjadi
menguntungkan.
3.    Hal-hal yang harus diperhatikan bidan
Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah: a)   
Membentuk kesiapan konseling.
Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi memperoleh bantuan,
pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah
dan harapan terhadap peran konselor.
1)    Hambatan dalam persiapan konseling adalah:
 Penolakan
 Situasi fisik
 Pengalaman konseling yang tidak menyenangkan
 Pemahaman konseling kurang
 Pendekatan kurang
 Iklim penerimaan pada konseling kurang.
2)    Penyiapan klien
 Orientasi pra konseling
 Teknik survey terhadap masalah klie
 Memberikan informasi pada klien ● Pembicaraan dengan berbagai topic ●
Menghubungi sumber-sumber referal. b)    Memperoleh informasi
Memperoleh    Riwayat    Kasus.    Riwayat    kasus    merupakan    kumpulan    informasi
ssistematis tentang kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus kebidanan, biasanya
tercatat dalam rekam medis. c)    Evaluasi psikodiagnostik
Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan
(kemungkinan teknik konseling dan perkiraan hasil konseling).
4.    Teknik-teknik konseling Teknik
konseling ada 3 yaitu :
a. Pendekatan authoritatian atau directive, pusat dari keberhasilan konseling adalah dari
konselor.
b. Pendekatan non-directive atau conseli centred, konseli diberikan kesempatan untuk
memimpin proses konseling dan memecahkan masalah sendiri.
c. Pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang baik sesuai dengan masalah
konseli.
5.    Langkah-langkah konseling
Langkah-langkah konseling terbagi menjadi tiga bagian yaitu: a.   
Pendahuluan (Langkah Awal)
Merupakan langkah penting dalam proses konseling kebidanan, keberhasilan langkah awal
akan mempermudah langkah berikutnya dalam proses konseling kebidanan.
Pada langkah awal tugas bidan sebagai seorang konselor adalah:
1. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri
3. Menentukan alas an klien minta pertolongan
4. Membina rasa percaya (trust), penerimaan dan melakukan komunikasi
5. Membuat kontrak bersama
6. Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien
7. Mengidentifikasi masalah klien 8)    Merumuskan tujuan bersama klien

b.    Bagian Inti/ Pokok (Langkah Inti)


Bagian ini mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar dan
melaksanakan jalan keluar tersebut. Langkah ini menentukan apakah bantuan yang diberikan
benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien dan apakah konseling berhasil dengan baik.
Tugas bidan pada langkah inti adalah sebagai berikut:
1. Mengeksplorasi stressor yang tepat
2. Mendukung perkembangan kesadaran diri klien    dan pemakaian koping mekanisme
yang konstruktif.
3. Mengatasi penolakan perilaku mal adaptif.
4. Memberikan beberapa alternatif yang dipilih klien.
5. Merencanakan tindak lanjut dari alternative pilihan.
c.    Bagian Akhir (Langkah Akhir)
Merupakan kegaitan akhir dari konseling yang meliputi pengumpulan dari seluruh aspek
kegiatan. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan penetapan untuk
pertemuan berikutnya. Tugas bidan pada langkah akhir adalah:
1. Menciptakan realitas perpisahan
2. Membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
3. Saling mengeksplorasi perasaan, penolakan (kehilangan), sedih, marah dan perilaku
lain.
4. Mengevaluasi kegiatan dan tujuan konseling
5. Apabila masih diperlukan, melakukan rencana tindak lanjut dengan membuat
kontrak untuk pertemuan berikutnya.
6.    Manfaat konseling
a. Peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah, merumuskan
alternatif pemecahan masalah, dan manilai hasil tindakan secara tepat dan cermat.
b. Klien memiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan pelaksanaan pemecahan
masalah kesehatan.
c. Adanya kemandirian dalam pemecahan masalah.

2.    KONSELING PERSIAPAN KEHAMILAN a. Persiapan Kesehatan


Bagaimana caranya calon ibu dan bapak dapat mengetahui kondisi kesehatannya ?
Tentunya memerlukan seorang konselor yang akan menjelaskan langkah-langkah apa yang
harus dilakukan dalam upaya mempersiapkan kehamilan yang sehat. Konselor tersebut dapat
seorang dokter, bidan, paramedis, atau petugas terlatih lainnya. Dalam persiapan tersebut
perlu dibahas bersama mengenai kesehatan mental, kesehatan jasmani, faktor resiko
prahamil, gaya hidup sehat, imunisasi pra hamil (pranikah), riwayat kehamilan yang lalu (bila
ada), dan riwayat sosial. b. Kesehatan Mental
Ada pepatah yang menyatakan “cinta itu buta”. Hal ini ada benarnya, mengapa ? Sering
kita dapatkan bahwa pasangan yang sedang jatuh cinta sulit menerima nasehat yang rasional,
disebabkan mereka mempunyai perasaan bahwa pasangan tersebut merupakan pilihan yang
terbaik dengan seribu alasannya.
Keterusterangan atau keterbukaan akan masalah kesehatan mental dalam masing-masing
keluarga ataupun dalam dirinya harus dikemukakan agar masalah serupa yang mungkin
timbul dapat dicegah atau diminimalkan dampaknya. Misalnya pada keluarga yang sering
bercerai atau memiliki kebiasaan seks bebas, maka hal ini dapat mempengaruhi kehidupan
pasangan tersebut selanjutnya, juga keturunannya kelak. Perlu usaha yang sungguhsungguh
dan kesabaran dalam mengatasi permasalahan yang ada. Ada nasehat yang baik, yaitu agar
kita selalu berfikir positif, mau berbagi, bertenggang rasa dan mengatasi masalah secara
bersama. Riwayat penyakit gangguan jiwa dalam keluarga juga perlu diperhatikan karena
mungkin saja hal ini akan menjadi masalah dimasa mendatang. c. Kesehatan Jasmani
Tujuan dari konseling kesehatan jasmani adalah untuk mengetahui secara dini kelainan
jasmani apa yang ada pada calon suami istri atau calon bapak ibu tersebut. Pemeriksaan
yang dilakukan antara lain pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan kandungan, dan
pemeriksaan saluran kemih. Pemeriksaan fisik umum terdiri atas tekanan darah, berat badan
ideal, mata, telinga, rongga mulut dan gigi, kelenjar gondok, kesehatan jantung, payudara,
perut, anggota gerak, sarah dan saluran pembuangan (dubur). Pemeriksaan kandungan
dilakukan untuk menilai organ kemaluan (genital) dalam dan luar. Bila calon tersebut masih
seorang “nona atau gadis”, maka pemeriksaan genitalia dalam dilakukan melalui colok
dubur dan USG. Bila sudah tidak gadis, maka periksa dalam dilakukan dengan memakai
spekulum cocor bebek dan periksa dalam dengan jari (colok vagina). Dilihat apakah ada
kelainan di daerah vagina dan mulut rahim (herpes genitalia, kondiloma akuminata, varises,
tumor, kelainan bawaan), diambil cairan vagina untuk deteksi kelainan (misalnya infeksi
jamur kandida albikans, trikhomonas, gonorea, klamidia, dll), dan pemeriksaan Paps smear
untuk deteksi dini kanker dan infeksi mulut rahim. Infeksi dan kelainan pada organ genitalia
dalam dapat meningkatkan kejadian persalinan kurang bulan atau ketuban pecah dalam
kehamilan. Pemeriksaan genitalia luar dilakukan melalui pemeriksaan fisik biasa. Dicari
apakah ada penyakit jengger ayam (kondiloma akuminata), herpes genitalis, varises, infeksi
jamur, kanker dan kelainan bawaan. Hal penting lainnya yang harus diperiksa adalah
pemeriksaan saluran kemih, terutama masalah infeksi dan penyakit menular seksual.
Pemeriksaan untuk calon suami atau bapak, hampir mirip dengan pemeriksaan wanita,
ditambah dengan analisa sperma.
d. Faktor Resiko Prahamil
Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin untuk menapis adanya anemia, infeksi
virus hepatitis B, kencing manis, penyakit gondok dan kelainan pada urin. Laboratorium
tambahan hanya dilakukan bila ada alas an medik, misalnya memelihara kucing sejak lama
atau sering berkebun tanpa memakai sarung tangan, maka perlu dilakukan pemeriksaan
toksoplasma. Perawat wanita yang bekerja dibangsal perawatan bayi atau anak, perlu
pemeriksaan rubella. Faktor resiko lainnya yang harus dicari adalah tekanan darah tinggi,
penyakit phenyl keton uria (PKU), HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS), keguguran
berulang, berat badan lahir rendah (pertumbuhan janin terhambat), persalinan prematur dan
kematian janin dalam kehamilan. Adanya penyakit ayan (epilepsy), cacat jantung bawaan,
kelainan darah (tromboemboli, trombofilia), gangguan system kekebalan (Imunologis) dan
penyakit jaringan ikat juga perlu ditanyakan. Tubuh yang kurus, kegemukan (obesitas) atau
kekurangan vitamin (terutama asam folat), merokok, alkohol, dan narkoba akan
mempengaruhi kualitas janin. Riwayat obstetri (kehamilan dan persalinan, nilai APGAR
bayi baru lahir, jenis persalinan, jenis bedah sesar, perdarahan pasca persalinan) juga
mempengaruhi kehamilan berikutnya e. Gaya Hidup Sehat
Teknologi yang saat ini sangat cepat berkembang, bersifat seperti pisau bermata dua.
Kemudahan yang diberikan oleh teknologi tersebut membuat manusia menjadi semakin
sedikit bergerak (aktivitas fisik sehat berkurang) akibatnya kesehatan akan semakin
berkurang, apalagi bila wanita tersebut bekerja di gedung-gedung yang kelembaban dan
pencahayaannya kurang. Makanan instant yang kaya dengan zat pengawet sudah terbukti
berbahaya bagi embrio atau janin. Seks bebas pranikah akan meningkatkan angka kejadian
PMS dan menambah dosa. Hubungan seks yang terlalu dini (usia di bawah 18 tahun),
apalagi sering berganti pasangan, akan meningkatkan infeksi human papilloma virus (HPV)
sekaligus meningkatkan resiko kaknker mulut rahim. Selain itu, angka kehamilan remaja
(kehamilan yang tidak diinginkan) juga akan meningkat, dengansegala permasalahan yang
menyertainya. Rokok, alkohol, narkoba dan stress berkepanjangan tampaknya sudah menjadi
bagian hidup dari sebagian kecil masyarakat bumi (termasuk Indonesia), yang anehnya hal
tersebut 100% disadari, tetapi tidak mau dihindari. Lingkungan kerja juga harus diperhatikan
misalnya, lingkungan fisik (sinar X, kebisingan, susu tinggi); lingkungan mikroba (bakteri,
jamur, virus, petugas kesehatan, petugas laboratorium); lingkungan kimia(timbal, air raksa,
pestisida terutama residunya pada zat makanan, insektisida); dan lingkungan sesame pekerja
(stress, penyebaran penyakit, misalnya SARS, hepatitis B, dan peran perusahaan dalam
menjaga kesehatan pekerjanya). Olah raga yang benar dan teratur harus dilakukan untuk
menjaga kesehatan jasmani dan rohani. f. Imunisasi Pranikah (Prahamil)
Pemerintah menganjurkan imunisasi dengan tetanus toksoid (imunisasi TT) bagi calon
pengantin. Hal ini memang penting untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat bayi
setelah dilahirkan. Infeksi tersebut dapat terjadi akibat perawatan tali pusat yang tidak bersih
atau terkontaminasi kuman.Imunisasi lainnya yang dapat dilakukan adalah MMR, hepatitis
B, influenza (umumnya untuk daerah endemis). Sebaiknya imunisasi dilakukan minimal tiga
bulan sebelum hamil.

C.    JARAK IDEAL ANTARA KEHAMILAN

1.    Jarak Kehamilan Yang Ideal Dan Aman


Jarak kelahiran yang cukup dekat antara anak pertama ke anak selanjutnya dapat
menimbulkan persoalan, baik kesehatan mental maupun fisik. Setelah kelahiran anak
pertama, orangtua sebaiknya membuat rencana jarak untuk mengandung kembali.
Healthy Timing and Spacing of Pregnancy (HTSP) atau pengaturan waktu dan jarak
kehamilan yang sehat adalah cara untuk membantu perempuan dan keluarga menunda
kehamilan mereka. Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah, berapa jarak yang ideal untuk
kelahiran anak selanjutnya?
World Health Organization (WHO) menyarankan kepada ibu setelah melahirkan dengan
pervaginal atau normal untuk memberikan jarak setidaknya 24 bulan atau 2 tahun sebelum
mencoba kehamilan berikutnya. Ini dilakukan untuk mengurangi risiko perinatal yang
merugikan ibu dan bayi.
Selain itu, untuk mencapai HTSP terbaik, Ada tiga hal yang perlu di perhatikan WHO,
diantaranya :
a. Pasangan sehat
Demi kesehatan ibu dan bayi, tunggulah minimal 24 bulan, tetapi tidak lebih dari 5
tahun, sebelum mencoba kehamilan selanjutnya. Pertimbangkan untuk menggunakan
metode keluarga berencana (KB) pilihan selama jarak waktu tersebut.
b. Pasangan ymengalami keguguran/aborsi
Untuk kesehatan ibu dan bayi, tunggulah setidaknya 6 bulan sebelum mencoba
kehamilan selanjtunya. Pertimbangkan untuk menggunakan metode keluarga
berencana (KB) pilihan tanpa henti selama jarak waktu 6 bulan tersebut.
c. Pasangan remaja
Untuk kesehatan ibu dan bayi, sebaiknya remaja menunda melakukan hubungan
seksual dan menunda memiliki anak hingga usia minimal 18 tahun.

d. Risiko prematur pada kelahiran dengan jarak dekat.


Laman Save Motherhood Week dalam British Journal of Obstetrics an Gynaecologist
menyebutkan, perempuan yang hamil kurang dari 11 bulan setelah melahirkan
memiliki peluang lebih tinggi diinduksi saat kelahiran selanjutnya sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Selain itu, kemungkinan kelahiran prematur juga meningkat
dibanding mereka yang menunggu tiga tahun untuk memiliki bayi lagi.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, perempuan yang hamil kurang dari enam
bulan setelah melahirkan memiliki risiko 70 persen lebih tinggi untuk kelahiran
prematur daripada perempuan dengan interval interpregnancy yang optimal.
Sedangkan ibu dengan interval interpregnancy enam hingga 11 bulan memiliki risiko
20 persen lebih tinggi untuk melahirkan prematur.

Menurut National Public Radio, hasil penelitian dari Universitas Harvard menyatakan,
perempuan yang melahirkan dengan jarak terlalu tentu merugikan dari segala usia. "Risiko
melahirkan dengan jarak dekat berisiko terhadap perempuan di segala usia, tetapi risiko
lebih tinggi akan terjadi pada perempuan yang lebih tua daripada perempuan muda,
khususnya dalam hal kesehatan,” kata ketua tim penelitian Universitas Harvard Laura
Schummers.
Menurut Journal of the American Medical Association (JAMA), jarak ideal antar
kehamilan adalah 2-5 tahun. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dianggap menganggu
kesehatan karena ibu belum benar-benar pulih dari persalinan sebelumnya dan masih dalam
masa menyusui. Sedangkan kehamilan di atas 5 tahun tergolong jarak yang terlalu jauh
sehingga ibu akan beradaptasi kembali dari awal, seperti memulai pengalaman kehamilan
pertama kali.
Dari sisi medis, jarak kehamilan antara 2-5 tahun merupakan rentang waktu yang aman
karena keadaan rahim ibu sudah kembali normal. Hormon estrogen dan progesteron juga
sudah kembali normal. Di samping itu, ibu akan mempunyai waktu yang cukup untuk
memberikan ASI kepada anak pertama. Seperti yang Anda ketahui, ASI eksklusif yang
diberikan 2 tahun penuh mendatangkan banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak.

Sementara dari sisi psikologis, orang tua dapat memiliki kesempatan untuk memberikan
perhatian yang besar kepada anak tanpa harus membaginya dengan anak lain. Tentunya
orang tua juga dapat mencukupi kebutuhan anak dengan lebih maksimal, berbeda halnya jika
Anda hamil saat anak masih dalam masa tumbuh kembang yang krusial.

2.    Risiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Bagaimana jika jarak antara kehamilan pertama dengan kedua kurang dari 2 tahun?
Menurut beberapa penelitian, jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dan lebih dari 5 tahun
dapat meningkatkan risiko anak kedua lahir dalam keadaan prematur, berat bayi lahir
rendah, dan autisme.

Selain itu, jarak kehamilan pertama dengan kedua yang berkisar antara 2 sampai 5 tahun
merupakan periode pola asuh yang terbaik. Kurang dari waktu tersebut akan berpengaruh
pada psikologis anak pertama.

Jarak kehamilan yang ideal nantinya akan memudahkan ikatan antara anak pertama dan
kedua, sehingga pola asuh yang akan Anda jalankan juga tidak mengalami kendala
berkepanjangan. Ini karena anak sudah mulai mengerti dan menerima bahwa sebentar lagi
ada anggota keluarga baru yang akan hadir.

Meskipun nantinya akan ada pertengkaran kecil antara kakak dan adik, ketahuilah
bahwa hal ini wajar dan tidak dapat terkontrol dengan sempurna walau sudah dipersiapkan
secara matang oleh orang tua.

Jika Anda dan pasangan memutuskan untuk mempunyai anak lagi, buatlah persiapan
dari sekarang dan mulai menghitung apakah jarak kehamilan Anda sudah ideal. Bila ingin
memulai program kehamilan sesegera mungkin, konsultasikan dengan dokter kandungan
Anda untuk melihat kesehatan organ reproduksi Anda saat ini.

D.    EVIDANCE BASED TERKAID DENGAN ASUHAN PRAKONSEPSI

1.    Pengertian Prakonsepsi


Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan
konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi
prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma
matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan yang diberikan pada perempuan
sebelum terjadi konsepsi
2.    Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada
dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan
lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi beberapa pasangan
mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang memang merencanakan kehamilan
dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin
memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang
dapat membahayakan kehamilan.

3.    Manfaat Prakonsepsi


Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan emosional
yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan
dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu
dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi,
sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir
dengan sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk :
a. Identifikasi keadaan penyakit
b. Penilaian keadaan psikologis
c. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
d. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk membantu
membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.

4.    Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi


a. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan
dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya.
b. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa
pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain :
pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap
smear, clamidia, HIV, dan GO.
c. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
d. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab
banyak masalah dalam kehamilan.
e. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan,
nifas maupun kecacatan )
f. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah
raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan
bila ibu sudah terbiasa )
g. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan penanganan
dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
h. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan yang
mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin.
i. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.
    Michael    C.    LU,    MD,    MPH,    David    Geffen    dalam    Recommendations    for
Preconception Care tahun 2007 menyatakan beberapa model asuhan prakonsepsi telah
dikembangkan. The American Academy of Pediatrics dan American College of
Obstetricians dan Gynecologists mengklasifikasikan komponen utama asuhan prakonsepsi
menjadi empat kategori: penilaian fisik, skrining risiko, vaksinasi, dan konseling. Sebagian
komponen asuhan prakonsepsi (Tabel 1)
Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi Minta pasien jika ia berencana untuk memiliki anak (atau anak-anak
rencana hidup tambahan jika dia sudah menjadi ibu) dan berapa lama ia berencana untuk
menunggu sampai ia menjadi hamil; membantunya mengembangkan
rencana, berdasarkan nilai-nilai dan sumber daya, untuk mencapai tujuan
tersebut

Riwayat Tinjau sebelumnya hasil kehamilan yang merugikan (misalnya, kematian


reproduksi bayi, kematian janin, cacat lahir, berat badan lahir rendah, kelahiran
prematur) dan menilai risiko biobehavioral berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kekambuhan pada kehamilan berikutnya

Riwayat Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat kondisi yang dapat


kesehatan mempengaruhi kehamilan berikutnya (misalnya, penyakit jantung rematik,
tromboemboli, penyakit autoimun); layar untuk kondisi kronis yang sedang
berlangsung seperti hipertensi dan diabetes
Obat Meninjau penggunaan saat pasien obat; menghindari FDA kehamilan
digunakan kategori X obat dan sebagian obat kategori D kecuali potensi manfaat lebih
besar daripada risiko janin ibu; meninjau penggunaan obat tanpa resep, jamu,
dan suplemen

Infeksi dan Skrining untuk periodontal, urogenital, dan infeksi menular


imunisasi seksual seperti yang ditunjukkan; memperbarui imunisasi
hepatitis B, rubella, varicella, Tdap, human papillomavirus, dan
vaksin influenza yang diperlukan; nasihat pasien tentang
mencegah infeksi TORCH

    Skrining    riwaya Menilai risiko pasien dari kelainan kromosom atau genetik
genetik    dan t berdasarkan riwayat keluarga, etnis latar belakang, dan usia;
menawarkan cystic fibrosis dan skrining operator lain seperti
keluarga
yang ditunjukkan; mendiskusikan pengelolaan kelainan genetik
yang dikenal (misalnya, fenilketonuria, trombofilia) sebelum
dan selama kehamilan

Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri (misalnya, BMI),


faktor biokimia (misalnya, anemia), faktor klinis, dan risiko diet

Penyalahgunaan Tanyakan pada pasien tentang tembakau, alkohol, dan


zat penggunaan narkoba; menggunakan CAGE atau T-ACE
kuesioner untuk layar untuk alkohol dan penyalahgunaan zat
Racun dan agen Menasihati pasien tentang kemungkinan racun dan paparan agen
teratogenik teratogenik di rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja
(misalnya, logam berat, pelarut, pestisida, endokrin, alergen);
meninjau
Material Safety Data Sheets dan berkonsultasi dengan spesialis
informasi teratologi lokal yang diperlukan

Kekhawatiran Skrining untuk depresi, kecemasan, kekerasan dalam rumah tangga, dan
psikososial stressor psikososial utama

Pemeriksaan Fokus pada periodontal, tiroid, jantung, payudara, dan pemeriksaan


fisik panggul

Pengujian Pengujian harus mencakup jumlah darah lengkap; urinalisis; skrining


laboratorium golongan darah; dan, jika diperlukan, skrining untuk rubella, sifilis,
hepatitis B, virus human immunodeficiency, gonore, klamidia, dan
diabetes dan sitologi serviks; mempertimbangkan pengukuran tiroid
merangsang kadar hormone

Promosi Kesehatan
Rencana Mempromosikan keluarga berencana berdasarkan rencana hidup
keluarga reproduksi pasien; bagi wanita yang tidak berencana untuk hamil,
mempromosikan penggunaan kontrasepsi yang efektif dan mendiskusikan
kontrasepsi darurat
Berat badan Mempromosikan berat badan sebelum hamil yang sehat (ideal BMI adalah
yang sehat dan 19,8-26,0 kg per m2) melalui latihan dan mendiskusikan nutrisi; makro
gizi dan mikro, termasuk mendapatkan "lima sehari" (yaitu, dua porsi buah
dan tiga porsi sayuran) dan mengonsumsi multivitamin harian yang
mengandung asam folat

Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti nutrisi, olahraga, seks yang aman,
penggunaan kontrasepsi yang efektif, flossing gigi, dan penggunaan
pelayanan kesehatan preventif; mencegah perilaku

berisiko seperti douching, tidak mengenakan sabuk pengaman, merokok


(misalnya, menggunakan lima A [Ask, Advise, Assess, Assist, Arrange]
untuk berhenti merokok), dan alkohol dan
penyalahgunaan zat

Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang cukup, dan teknik relaksasi;
mengatasi stres yang sedang berlangsung (misalnya, kekerasan dalam
rumah tangga); mengidentifikasi sumber daya untuk membantu pasien
mengembangkan pemecahan masalah dan resolusi konflik keterampilan,
kesehatan mental yang positif, dan hubungan yang kuat
Lingkungan Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan paparan pekerjaan untuk
yang sehat logam berat, pelarut organik, pestisida, endokrin, dan alergen;
memberikan tips praktis seperti bagaimana untuk
menghindari paparan

Asuhan Mempromosikan menyusui, menempatkan bayi di punggung mereka


Interconception untuk tidur untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak,
perilaku pengasuhan yang positif, dan pengurangan risiko biobehavioral
berkelanjutan

Identifikasi risiko, Intervensi medis dan psikososial


Intervensi harus mengatasi risiko medis dan psikososial diidentifikasi; contoh termasuk
suplemen asam folat, pengujian untuk rubella seronegativity dan vaksinasi jika diindikasikan,
kontrol ketat diabetes pragestasional, manajemen

hati-hati hipotiroidisme, dan menghindari agen teratogenik (Misalnya, isotretinoin


[Accutane], warfarin [Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol, tembakau)

FDA = U.S. Food and Drug Administration; Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria
toxoid, and acellular pertussis; TORCH =Toxoplasmosis, Other viruses, Rubella,
Cytomegaloviruses, Herpes (simplex) viruses; BMI = body mass index; CAGE = Cut down
on drinking, Annoyance with criticisms about drinking, Guilt about drinking, and using
alcohol as an Eye opener; T-ACE =
Tolerance, Annoyance, Cut down, Eye-opener

Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for
Preconception Counseling and Care tahun 2013 menyatakan bahwa Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit mendefinisikan asuhan prakonsepsi sebagai seperangkat intervensi
yang bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial
untuk hasil kesehatan atau kehamilan wanita melalui pencegahan dan manajemen.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa wanita itu sesehat mungkin sebelum konsepsi
untuk mempromosikan kesehatan dan kesehatan anak-anak masa depannya. Asuhan
prakonsepsi merupakan bagian integral asuhan primer bagi perempuan di tahun-tahun
reproduksi mereka. Ini bukan kunjungan medis tunggal, melainkan harus dimasukkan ke
dalam setiap keputusan medis dan rekomendasi pengobatan untuk wanita ini.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal khusus yaitu suatu proses
pemberian bantuan yang dilakukan orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta harapan,
kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.Konseling adalah suatu hubungan timbal-balik
antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) yang bersifat profesional baik secara individu
atau kelompok, yang dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang berarti
dalam kehidupan.
 Konseling pranikah (prahamil) diperlukan dan sudah saatnya untuk lebih
disosialisasikan kepada masyarakat.
 Perlu kesepakatan bersama untuk menyikapi hasil temuan dari konseling pranikah
(prahamil)

B.    SARAN
 Persiapan pranikah (prahamil) yang baik, diharapkan akan menhasilkan suatu
kehamilan yang baik pula.
 Diharapakan untu pembuat makalah selanjutkan agar dapat melengkapi dengan
materi-materi yang terbaru guna untuk menambah wawasan pembaca

.. 

DAFTAR PUSTAKA

Endjun, JJ. Mempersiapkan Kehamilan Sehat. Edisi Pertama. Puspaswara, Jakarta, 2002.
Sauerbrei EE, Nguyen KT, Nolan RL. A Practical Guide to Ultrasound in Obstetrics and
Gynecology. 2nd Ed, Lippincott, 1998. Farel, arvien. 2010. Komunikasi Konseling Anc.
http://arvienfarrel.blogspot.com/2010/06/komunikasi-konseling-anc.html Winarni,
Lastri. 2011 Materi Kebidanan.
http://wordpress.com/konsep-dasar-komunikasi-bidan
Febrizal. 2010. Komunikasi dan Konseling dalam praktik kebidanan
Http:// febrizal.Blogspot.Com/2010/10/Komunikasi-Dan-Konseling-Dalam-Praktik ADHS.
(2010). Arizona Preconception Health Strategic Plan 2011-2014. 11 Agustus 2015. Diambil
dari: http/www.azdhs.gov/phs/publicat/htm.
Atrash H, Jack BW, Johnson K. Preconception    care: A 2008    update. Obstetrics and
    Gynecology.    2013    [11    Agustus    2015];    20:1-9.    Tersedia    dari
URL: http://www.researchgate.net/publication/23456347
Badriah, DL. (2011). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Bandung: Refika Aditama
Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Systematic Review of Preconception
Risks and Interventions . Diambil dari zulfiqar.bhutta@aku.edu

Anda mungkin juga menyukai