Makalah Etikarelasi Dan Perlakuan Adil Kelompok 4 Manajemen B 2016
Makalah Etikarelasi Dan Perlakuan Adil Kelompok 4 Manajemen B 2016
Disusun Oleh :
M. Darsani – C1B016065
M. Abi Kurniawan – C1B016066
Nofriandi – C1B016063
Tia Maryadi – C1B016061
Wiwit Soleha Putri – C1B016056
Gita Depri Pratiwi – C1B016060
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Etika,
Relasi Karyawan, dan Perlakuan Adil di Tempat Kerja” dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu NUR HASANAH, S.E.,
M.Sc. selaku Dosen mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas Jambi
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan tentang Etika, Relasi Karyawan, dan Perlakuan Adil di Tempat Kerja.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................2
1) Makna Etika...............................................................................................................2
2) Etika dan Hukum.......................................................................................................2
3) Hak Karyawan dan Kebijakan Publik........................................................................3
4) Ketidak Adilan di Tempat Kerja................................................................................4
5) Mengapa kita harus memperlakukan karyawan secara adil.......................................5
2.3 Meningkatkan Kinerja : Alat-alat SDM Untuk Manajer Lini dan Wirausahawan..........10
iii
2.4 Mengelola Relasi.............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................19
Daftar Rujukan....................................................................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai inti dari manajemen sumber daya manusia, sebagian besar karyawan
mengaharapkan lebih. Sebagai contoh, mereka mengharapkan pemberi kerja memperlakukan
mereka secara adil dan mendapat kan lingkungan kerja yang aman. Oleh karena itu pada
pembahasan kali ini kita berfokus pada etika, keadilan karyawan, dan relasi pekerja. Tujuan
utama dari pembahasan ini adalah memahami etika, hak-hak karyawan, dan perlakuan adil,
semuanya merupakan pembentuk dari relasi karyawan yang positif. Topik kita meliputi
dasar-dasar etika dan perlakuan adil di tempat kerja; apa yang membentuk perilaku etis di
tempat kerja?; menggunakan alat-alat manajemen sumberdaya manusia untuk
mempromosikan etika dan perlakuan adil; mengelola pendisiplinan karyawan; dan mengelola
relasi karyawan.
Memahami etika, Relasi karyawan, dan perlakuan adil ditempat kerja. Hal ini dapat
menjadi sesuatu yang serius mengingat perilaku yang tidak etis dapat menjurus kearah
tindakan criminal serta perilaku lain yang merugikan perusahaan, baik finansial maupun
nonfinansial .
1
BAB II
PEMBAHASAN
Manajer menghadapi masalah etika setiap hari, sebagai contoh seorang manajer
mempunyai proposal dimejanya dari sebuah perusahaan yang memasok alat
pengawasan piranti lunak. Alat ini memungkinkan perusahaannya memeriksa apa yang
dikatakan dan dilakukan karyawan dan kandidat pekerjaan mereka di situs jejaring
sosial. Ia harus memutuskan apakah membeli dan menggunakan piranti lunak pemantau
tersebut merupakan ide bagus. Apakah penggunaan piranti lunak seperti itu dapat
diterima, atau akankah anda memandangnya sebagai sesuatu yang tidak etis dianggap
memata-matai karyawan. Hal tersebut sebagian tergantung pada perspektif etika anda.
1. Makna Etika
Sebenarnya, hukum adalah pedoman yang jauh dari sempurna mengenai apa itu
etika karena, sesuatu mungkin saja sah secara hukum tetapi tidak benar, atau benar
tetapi tidak sah secara hukum. Misalnya, memecat seorang karyawan yang berusia 38
tahun dengan masa kerja 20 tahun tanpa alasan atau pemberitahuan mungkin tidak etis,
tetapi masih sah secara hukum. Seorang wakil presiden praktik bisnis di United
Technologies Corp. (dan seorang bekas pengacara pengadilan) berkata seperti
ini :”Etika berarti mengambil keputusan yang mewakili apa yang anda perjuangkan,
tidak hanya bagaimana hukumnya”.
2
Hukum mungkin bukan pedoman yang sangat mudah memutuskan mengenai apa
yang etis untuk dilakukan, tetapi beberapa beberapa manajer memperlakukannya seperti
itu. Bisnis ada untuk menghasilkan laba, jadi profitabilitas cendrung menjadi penyaring
awal yang digunakan manajer dalam mengambil keputusan. Setelah laba diperoleh.
“apakah ini etis?” hanya setelah merenungkannya kembali itu pun jika mereka mau
memikirkannya.
Title VII dari Civil Rights Act memberikan hak kepada karyawan untuk
mengajukan tuntutan hukum terhadap pemberi kerja jika ia meyakini telah
dideskriminasi karena rasnya. Berikut hak-hak pekerja tersebut :
Namun, tidak semua hak berasal dari hukum. Banyak hak yang mengalir dari hak
“asasi manusia” atau “hak yang tidak dapat dirampas”. Keyakinan tidak tertulis yang
3
yang dianut masyarakat secara luas. Sebagai contoh, Deklarasi kemerdekaan Amerika
Serikat yang tersohor mengatakan “kami menganggap kebenaran ini berdiri sendiri,
bahwa semua orang diciptakan setara, bahwa mereka diberkati oleh sang pencipta
dengan Hak tertentu yang tidak dapat dirampas, yang diantaranya adalah kehidupan,
kebebasan, dan pencarian kebahagiaan.”
B. Kebijakan Publik
Salah satu cara melihat kejelasan etika perusahaan adalah mengetahui seberapa
adil perusahaan tersebut memperlakukan karyawannya. Seseorang yang mengalami
perlakuan tidak adil di tempat kerja mengetahui bahwa hal ini demoralisasi. Perlakuan
tidak adil merusak moral,meningkatkan stres,dan membawa pengaruh negatif bagi
kinerja. Karyawan dengan penyelia yang kasar memiliki kemungkinan lebih tinggi
untuk berhenti,dan menyampaikan kepuasan kerja dan hidup yang lebih rendah dan
stres yang lebih tinggi. Sikap kasar tersebut memiliki pengaruh lebih besar pada
karyawan ketika penyelia yang kasar tersebut tampak mempunyai dukungan dari
atasan.
Sering kali, ketidak adilan di tempat kerja bersifat halus dan tidak kentara.
Sebagai contoh,kebijakan yang tidak diplomatis yang mengharuskan asosiasi akuntan
publik untuk bekerja dan melakukan perjalanan 7 hari perminggu secara tidak adil
dapat menyisihkan ibu bekerja dari jalur asoiasi. Sementara, ketidakadilan lainnya
lebih menyolok. Sebagai contoh, sebuah survei terhadap 1.000 karyawan Amerika
Serikatmenyimpulkan sekitar 45% mengatakan mereka pernah bekerja untuk atasan
yang kasar. Di tempat kerja, perlakuan adil mencerminkan tindakan konkret
4
seperti”karyawan diperlakukan dengan hormat”, dan “karyawan diperlakukan tidak
adil”.
Terdapat banyak alasan mengapa manajer harus bersikap adil. Kaidah yang baik
adalah satu alasan yang jelas. Hal yang mungkin tidak begitu jelas adalahh bahwa
ketidakadilan penyelia dapat menjadi bumerang bagi peruhaan. Sebagai contoh,
korban ketidakadilan menunjukan lebih banyak penyimpangan di tempat kerja, seperti
pencurian dan sabotase. Persepsi adanya keadilan berhubungan dengan komitmen
karyawan yang lebih tinggi, kepuasan yang lebih tinggi dengan
organisasi,pekerjaan,dan pemimpin dan prilaku kewarganegaraan organisasi yang
lebih baik. Orang yang memandang diri mereka sendiri sebagai korban ketidakadilan
juga mengalami berbagai pengaruh buruk termasuk kesehatan yang buruk,
ketegangan, dan kondisi psikologis. Ketidakadilan menyebabkan adanya ketegangan
yang lebih tinggi antara karyawan dan keluarga pasangannya. Penyelia yang agresif
dapat melemahkan efektifitas bawahan mereka dan dapat mendorong mereka untuk
bertindak desstruktif.
5
2.2. Meningkatkan Kinerja (Praktik SDM di Seluruh Dunia)
Istilah tanggung jawab sosial cenderung memicu citra kontribusi amal dan
membantu gelandangan, tetapi sebenaarnya hal ini merujuk pada lebih banyak hal.
Sebagai contoh, tanggung jawab sosial merujuk pada kejujuran dari iklan perusahaan;
pada kualitas bagian-bagian yang di bangun kedalam produknya; dan pada
kejujuran,etika,keadilan,dan “kebenaran” dari hubungannya dengan
pelanggan,pemasok, dan tentu saja, karyawan. Pertanyaan dasarnya adalah apakah
perusahaan tersebut melayani semua konstituennya(atau “pemangku
kepentingan”)secara adil dan jujur. Jadi, tanggung jawab sosial (social
responsibility) korporat merujuk pada sejauh mana perusahan seharusnya dan benar-
benar menyalurkan sumber daya untuk meningkatkan satu atau lebih segmen
masyarakat selain dari pemilik atau pemegang saham perusahaan tersebut.
6
Penindasan maya: menggunakan internet, telepon seluler, atau teknologi
digital lainnya untuk merugikan orang lain.
Mengapa orang melakukan hal yang buruk? Hal ini rumit. Namun, sebuah
tinjauan terhadap riset etika selama lebih dari 30 tahun menyimpulkan bahwa terdapat
3 faktor gabungan yangmenentukan pilihan etis yang kita ambil. Penulisannya
memberi judul makalah tersebut “Apel busuk,peti buruk,dan tong buruk.” Judul ini
menyoroti kesimpulan mereka bahwa ketika “Apel busuk” (orang yang cenderung
mengambil pilihan tidak etis), harus berurusan dengan “peti busuk” (etika pekerjaan
yang siap untuk pilihan yang tidak etis), serta atau memaafkan pilihan tidak etis),...
maka kombinasi ini secara bersama-sama menentukan apakah seseorang akan
bertindak secara etis atau tidak.
A. Kelonggaran moral
Kelonggaran moral merupakan faktor yang besar, orang yang longgar secara moral lebih
berkemungkinan melakukan hal – hal yang tidak etis tanpa merasa tertekan, mereka dapat
berkata ”orang yang di perlakukan secara buruk biasanya telah melakukan sesuatu yang
membuat mereka mengalaminya” lebih berkemungkinan terlibat dalam perilaku tidak etis.
B. Usia pekerja
Usia pekerja juga menjad faktor penting dalam membentuk perilaku etis di tempat kerja,
sebuah survei membuktikan bahwa pekerja yang lebih tua(senior) umumnya mempunyai
interpretasi yang lebih ketat mengenai standar etika dan mengambil keputusan yag lebih etis
dibanding yang lebih muda.
C. Tekanan pekerjaan
Jika orang melakukan hal-hal tidak etis di tempat kerja hanya untuk keuntungan pribadi,
mungkin dapat di pahami(meskipun tidak dapat di maafkan). Hal yang di takutkan adalah jika
7
seorang pekerja melakukan hal tidak etis didasari oleh tekanan dalam pekerjaannya yang
membuat para pekerja melakukan hal-hal yang tidak seharusnya di lakukan.
F. Penegakan
Membuat kode aturan tanpa meneggakannya merupakan hal yang sia-sia , seperti yang di
simpulkan oleh sebuah studi mengenai etika ,”pernyataan kuat oleh manajer dapat
mengurangi risiko pelanggaran hukum dan etika oleh angkatan kerja mereka, tetapi
penegakan standar mempunyai dampak yang terbesar”. oleh karena itu, sebagian perusahaan
audit etika menenangani topik seperti konflik kepentingan, memberi dan menerima hadiah,
diskriminasi karyawan, dan akses terhadap informasi perusahaan.
H. Kultur organisai
Karyawan menerima sinyal mengenai hal-hal yang dapat diterima tidak hanya dari yang
dikatakan manajer saja, tetapi juga dari hal-hal yang mereka lakukan. Kultur adalah nilai
karakteristik, tradisi, dan perilak yang di miliki bersama oleh karyawan sebuah perusahaan.
Nilai adalah keyakinan dasar mengenai apa yang benar atau salah, atau mengenai apa yang
seharusnya dan tidak seharusnya anda lakukan.
8
I. Pengendalian kecurangan
Pengendalian kecurangan dapat mengurangi kecurangan dalam pekerjaan. Asosiasi
pemeriksa kecurangan bersetifikasi menemukan bahwa pengendalian kecurangan seperti
hotline ,audit mendadak, pelatihan kecurangan untuk karyawan, dan libur yang di haruskan,
masing-masing dapat megurangi pencurian internal kurang lebih sebesar 50%
Beberapa pedoman yang harus diingat ketika mengelola perilaku etis di tempat kerja.
Secara singkat berikut ini merupakan hal-hal yang disarankan oleh hasil riset untuk
manajer:
9
2.3 Meningkatkan Kinerja(Alat-alat SDM Untuk Manajer Lini dan Wirausahawan)
Ketika orang berpikir mengenai perilaku korporat yang tidak etis, perusahaan
besarlah yang terlintas dalam pikiran, karena perusahaan-perisahaan tersebut biasanya
dimuat di kepala berita. Namun, studi memperlihatkan bahwa perusahaan berukuran
kecil dan menengah pun sama rentannya dengan perusahaan besar, terkait perilaku
korporat tersebut.
1. Alat seleksi
Cara yang paling sederhana untuk menyetel sebuah organisasi, secara etika, adalah
dengan mempekerjakan lebih banyak orang etis. “Penyaringan etika” harus dimulai
bahkan sebelum pelamar melamar; gunakan materi perekrutan yang menekankan
komitmen perusahaan terhadap etika.
2. Alat-alat pelatihan
Pelatihan etika biasanya dilakukan dengan memperlihatkan kepada karyawan cara
untuk mengenali dilema etika, cara menerapkan kode perilaku untuk memecahkan
masalah, dan cara menggunakan aktivitas personel seperti praktik disipliner dengan
cara etis. Pelatihan harus menekankan dukungan moral dari pilihan etis dan komitmen
perusahaan yang mendalam terhadap integritas dan etika.
10
3. Meningkatkan kinerja melalui SISDM
Untuk mengelola suatu program etika tidaklah mudah atau murah. Untuk
melakukannya, dibutuhkan perhatian yang hampir terus-menerus dari manajer puncak
perusahaan, serta investasi dalam menetapkan dan memantau kode etik dan melatih
karyawan.
4. Alat penilaian kinerja
Penilaian yang tidak adil dapat mengirimkan sinyal bawah pemberi kerja akan
memaafkan perilaku tidak etis. Minimumnya:
Standar karyawan harus jelas.
Karyawan harus memahami dasar penilaian mereka.
Penyelia harus melakukan penilaian secara objektif dan adil.
Pemberi kerja harus memasukan sasaran etika dalam penilaian terhadap para
pemimpinnya, khususnya pemimpin senior.
Kebanyakan para karyawan memandang pelanggaran privasi mereka suatu hal yang
tidak etis dan tidak adil. Hal yang dianggap melanggar privasi karyawan adalah
mencampuri (seperti pengawasan ruang ganti dan surel), mempublikasikan hal-hal
pribadi, pengungkapan catatan medis.
Sebuah survei SHRM menemukan bahwa 40% dari pemberi kerja yang disurvei
mempunyai kebijakan formal yang mengatur media sosial yang digunakan karyawan.
Akan tetapi, pemberi kerja perlu merumuskan kebijakan tersebut denggan hati-hati.
Sebagai contoh, pembantasan yang terlampau luas pada “komentar yang menghina
mengenai perusahaan melalui media apapun, termasuk daring,” mungkin secara
hokum tidak dapat dibenarkan di bawah hokum tenaga kerja. Sebaliknya, melarang,
“perilaku yang benar-benar buruk” seperti komentar yang tidak pantas,
mengintimidasi, atau diskriminatif yang melanggar hokum mungkin diperboleh. Oleh
karena itu, tidak mengejutkan jika dalam sebuah survei 40% dari pemberi kerja
dengan dengan lebih dari 20.000 karyawan mempekerjakan seseorang yang bertugas
membaca surel karyawan 96% memblokir akses ke situs jejaring dewasa, 61%
memblokir akses ke situs permainan. Beberapa dari mereka mengecek situs blog
11
pribadi atau facebook karyawan untuk melihat apakah mereka mempublikasikan
materi yang berkaitan dengan pekerjaan. Bahkan twiter telah menjadi masalah
pengawasan. Namun, pengawasan secara luas seperti ini dapat menjadi dilemma bagi
pemberi kerja, seperti yang diilustrasikan oleh fitur pusat laba.
Hampir tidak ada pratik manajemen sumber daya manusia yang akan meracuni
persepsi karyawan mengenai “perlakuan etis dan adil” atau melemahkan relasi
karyawnan-pemberi kerja seperti protes disipliner yang tidak adil. Tujuan dari
pendisiplinan (discipline) adalah untuk mrndorong karyawan agar mematuhi
peraturan dan regulasi. Pendisiplinan diperlukan ketika karyawan melanggar salah
satu perusahaan. Akan tetapi, prosesnya haruslah dipikirkan dengan baik dan adil.
7. Tiga Pilar
Manajer membangun proses pendisiplinan yang adil pada tiga pilar : peraturan dan
regulasi, system hukuman progresif, dan proses banding.
12
Tujuan dari peraturan adalah untuk menginformasikan kepada karyawan sebelum
mengenai perilaku apa yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Pemberitahuan kepada karyawan lebih baik secara tertulis apa yang tidak diizinkan.
Ini harus dilakukan selama masa orientasi, buku pegangan orientasi karyawan harus
berisi peraturan dan regulasi.
2. Hukuman
System hukuman progresif adalah pilar kedua dari pendisiplinan yang efekif,
kerasnya hukuman biasanya bergantung pada pelanggaran dan jumlah terjadinya.
Contoh : sebagin besar perusahaan memberikan peringatan untuk keterlambatan yang
tidak dapat dimaafkan untuk pertama kali. Namun, untuk pelanggaran yang keempat,
tindakan disipliner yang biasa dilakukan adalah pemberhentian.
3. Proses Banding
Ketiga, proses banding harus menjadi bagian dari proses disipliner tujuannya dalah
untuk memastikan bahwa penyelia memberikan pendisiplinan secara adil.
Program garansi perlakuan adil multi-langkah FedEx mengilustrasikan hal ini. Pada
langkah 1). Tinjauan manajemen, pengadu menyerahkan keluhan tertulis kepada
manajer menengah. Kepala departemen meninjau semua informasi yang relevan;
mengadakan pertemuan dengan pengadu; mengambil keputusan untuk menguatkan,
mengubah, atau membalikan tindakan manajemen; dan mengomunikasikan
keputusannya secara tertulis kepada pengadu dan perwakilan SDM departemen
tersebut.
Jika tidak puas, dilanjutkan dengan langkah yang ke 2). Keluhan pejabat, pengadu
dapat menyerahkan keluhan tertulis kepada departemen relasi karyawan. Keluhan
tersebut kemudian diinvestigasi dan berkas kasusnya disiapkan untuk dewan banding
tinjauan eksekutif. Dewan banding CEO,COO, pejabat SDM kepala, dan tiga wakil
presiden senior-kemudian meninjau informasi tersebut dan mengambil keputusan
untuk menguatkan, membalikan, atau mengadakan; dewan tinjau atau untuk
mengambil tindakan yang diperlukan lainnya.
13
8. Mendisiplinkan Karyawan
14
Pendisiplinan tanpa hukuman (atau pendisiplinan alternative atau pendisiplinan non
punitive {nonpunitive discipline}) bertujuan untuk menghindari kelemahan dengan
mengurangi sifat menghukum dari pendisiplinan. Langkah-langkahnya meliputi :
Proses tersebut tidak berlaku untuk keadaan yang dikecualikan. Perilaku criminal atau
berkelahi dalam kawasan kantor dapat cukup menjadai dasar dilakukannya
pemberhentian segera, misalnya
Sebagian besar pemberian kerja berusaha untuk memelihara relasi yang positif antara
mereka sendiri dengan karyawan mereka. Akan tetapi, kita tidak mungkin dapat
melakukannya karyawan percaya bahwa perusahaan menekan mereka, memata-matai
mereka, atau (secara umum) memperlakukan mereka secara tidak etis dan tidak adil.
Oleh karena itu, kabijakan yang mengembangkan etika, perlakuan adil, dan pendisiplinan
yang adil membentuk dasar bagi relasi karyawan, yang positif. Dengan fondasi itu,
pemberi kerja kemudian dapat membangun program relasi karyawan yang efektif, yang
akan segera kita bahas.
Relasi karyawan (employee relations) adalah aktivitas yang melibatkan pembentukan dan
pemeliharaan hubungan karyawan-pemberi kerja yang berkontribusi pada produktivitas,
motivasi, moral, dan pendisiplinan yang memuaskan, dan untuk memelihara lingkungan
15
kerja yang positif, produktif, dan kohesif. Baik anda sedang merekrut karyawan,
mengelola serikat pekerja yang mengorganisasi kampanye, meminta karyawan untuk
bekerja lembur, maupun sedang melakukan tugas lainnya, masuk akal untuk membuat
karyawan “berada di pihak anda.” Oleh karena itu, sebagian besar pemberi kerja berusaha
keras untuk membangun relasi karyawan yang positif dengan asumsi logis bahwa
melakukannya lebih baik dari pada membangun yang negative. Mengelola relasi
karyawan biasanya merupakan tugas dari SDM, dan merupakan topic yang dibahas oleh
basis pengetahuan SHRM. Dalam bagian ini, kita akan membahas relasi karyawan
berdasarkan tiga topic utama : memperbaiki dan manilai relasi karyawan melalui
komunikasi yang lebih baik, mengembangkan program pengakuan/relasi karyawan, dan
menggunakan strategi keterlibatan karyawan.
2. Memperbaiki dan menilai relasi karyawan melalui komunikasi yang lebih baik.
Pemberi kerja menggunakan berbagai alat komunikasi untuk mendukung upaya relasi
karyawan mereka sebagai contoh : sebuah situs jejaring univ emngatakan, "kami percaya
kami harus membuat karyawan kami mendapatkan informasi sepenuhnya mengenai
kebijakan, prosedur, praktik dan tunjangan kami". Penyelia secara individual tentu saja
dapat menggukan metode seperti kebijakan pintu terbuka dan "manajemen dengan
berkeliling" untuk secara informal memantau " bagaimana jalannya keadaan".
Pemberian kerja lainnya menggunakan survei, nawala, dan pertemuan staf untuk
memfasilitasi komunikasi. Mereka membiarkan karyawan baru melaporkan opini mereka
tentan proses prekrutan secara anonim. Mereka mendistribusikan salinanya di 10 lokasi
rantai tersebut, juga memasangnya di situs jejaring perusahaan, dan berencana
menerjemahkannya kedalam bahasa spanyol.
16
meliputi, "apakah akrivitas kerja diatur dengan bujaksana ? . Pemberi kerja lainnya
menciptakan survei khusus mereka sendiri. Oleh karna itu, program tindakan umpan
balik survei dari FEDEX membiarkan karyawan mengungkapkan perasaan mereka
mengenai perusahaan dan menager serta (hingga tingkat tertentu) mengenai layanan,
bayaran dan tunjangan.
Kesempatan komunikasi dua arah dapat diperbaiki relasi karyawan, tetapi juga
terdapat jenis-jenis program relasi karyawan lainnya. Sebagai contoh, sebuah jurnal
perdagangan menyatakan bagaimana "Murray Supplay. yang berbasis di winston salem
N.C, Mengadakan makan malam pengakuan seluruh perusahaan pada maret saat para
rekannya menerima penghargaan berdasarkan masa pengabdian, pencapaian penjualan,
an keamanan pengemudi. Pemberi kerja Acap kali membagikan penghargaan seperti ini
dengan gegap gempita di acara khusus seperti makan malam pemberian penghargaan.
17
Menggunakan tim keterlibatan karyawan
Pemberi kerja juga menggunakan berbagai jenis tim untuk mendapatkan keterlibatan
karyawan dalam menangani masalah-masalah organisasi. tim saran adalah tim temporer
yang anggotanya mengerjakan tugas analitis spesifik, seperti bagaimana memangkas
biaya atau menungkatkan produktifitas. beberapa pemberi kerja memformalisasikam
proses ini dengan menunjuk tim pemecah masalah. tim ini mengidentifikasi dan meriset
proses kerja dan mengembangkan solusi terhadap permasalahan terkait pekerjaan.
Lingkaran mutu
Sejenis tim khusus pemebcah masalah formal biasanya terdiri dari 6 hingga 12
karyawan yang terlatih secara khusus yang bertemu secara mingguan untuk memecahkan
permasalahan yang memengaruhi area kerja mereka. dalam berbagai kesempatan, tim
karyawan swa - kelola yang terlatih secara khusus melakukan pekerjaan mereka dengan
sedikit atau tanpa pengawasan dari personel kepenyeliaan. tim seperti ini mewakili
puncak dari keterlibatan karyawan tim kerja swa-kelola / mandiri adalah "kelompok
yang terdiri atas sekitar 8 orang yang sangat terlatih, yang sepenuhnya bertanggung
jawab untuk menghasilkan sekmen pekerjaan jadi yang terdefinisi dengan baik".
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Etika dan perlakuan adil memainkan peran penting dalam mengelola karyawan di
tempat kerja. Etika merujuk pada prinsip-prinsip perilaku yang mengatur individu
atau kelompok. Beberapa masyarakat hanya mengandalkan pada etika atau rasa
keadilan manajer, dan oleh karenanya mengatur hak-hak karyawan, seperti mengenai
hak uang pensiun karyawan, hak referensi, hak pencemaran nama baik, dan hak
aktivitas serikat buruh.
2. Terdapat banyak hal yang mempengaruhi perilaku etis ditempat kerja. Sebuah studi
menyimpulkan bahwa perilaku etis mencerminkan “apel busuk, peti buruk, dan tong
buruk”.
3. Manajer dapat menggunakan metode SDM untuk mempromosikan etika dan
perlakuan adil.
4. Mengelola disiplin dan privasi karyawan merupakan keterampilan manajemen yang
penting. Dasar-dasar dari proses disipliner yang adil meliputi aturan dan regulasi yang
jelas.
5. Relasi karyawan adalah aktivitas yang melibatkan pembentukan dan pemeliharaan
hubungan karyawan – pemberi kerja yang positif yang berkontribusi pada
produktivitas, motivasi, moral, dan pendisiplinan yang memuaskan untuk
mempertahankan lingkungan kerja yang positif, produktif, dan kohesif.
19
Daftar Rujukan
Dessler, Gary. Ed (14) 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat.
20