Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam


istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum
yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacingan.

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix


vermiformis, Organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ
tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa
fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan
dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) di mana
memiliki/berisi kelenjar limfoid. Appendicitis merupakan nama penyakit
yang menyerang usus buntu Yang bernama Appendicitis terjadi ketika
appendix, nama lain dari usus buntu telah meradang dan membuatnya rentan
pecah, ini termasuk darurat medis serius.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Penyakit Usus Buntu?


2. Bagaimana Persebaran Penyakit Usus Buntu?
3. Apa Faktor Resiko Penyakit Usus Buntu?
4. Bagaimana Riwayat Alamiah Penyakit Usus buntu?
5. Bagaimana Pencegahan Penyakit Usus Buntu?

C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian dari penyakit usus buntu.
b. Untuk bagaimana Persebaran Penyakit Usus Buntu.
c. Untuk mengetahui apa Faktor Resiko Penyakit Usus Buntu.
d. Untuk mengetahui bagaimana Riwayat Alamiah Penyakit Usus
buntu.
e. Untuk mengetahui bagaimana Pencegahan Penyakit Usus
Buntu.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Usus Buntu (Apendisitis)


Usus buntu adalah ujung yang tertutup, sempit, cacing seperti
tabung hingga beberapa inci panjangnya yang mengikat ke cecum (bagian
pertama dari Usus). (nama anatomisnya adalah appendix, vermiform appendix,
berarti sambungan seperti ulat.) Dinding appendix mengandung jaringan getah
bening yang merupakan bagian sistem kekebalan yang menghasilkan antibodi.

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix


vermiformis, Organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Pada awalnya Organ ini dianggap sebagai organ
tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi
apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam
sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi
kelenjar limfoid.

B. Persebaran Penyakit Usus Buntu

Insiden apendisitis pada laki –laki tertinggi pada umur 10 –14


tahun (27.6% per 10.000 penduduk), sementara pada wanita insiden tertinggi
pada umur 15 –19 tahun (20,5% per 10.000 penduduk) (Bernard & David,
2005; douglas & david, 2005).

Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di


Negara berkembang (Pieter,2005). Kejadian ini mungkin disebabkan akibat
perubahan pola makan di Negara berkembang yang banyak mengkonsumsi
makanan berserat. Di Indonesia insidens apendisitis akut jarang
dilaporkan.Insidens apendisitis akut pada pria berjumlah 242 sedangkan pada
wanita jumlahnya 218 dari keseluruhan 460 kasus (Ruchiyat dkk,1999).
Tahun 2008, insiden apendisitis mengalami peningkatan. Hal ini diakibatkan
karena peningkatan konsumsi junk food dari pada makanan berserat.

Berdasarkan data yang didapatkan menurut DEPKES RI, jumlah


pasien yang menderita penyakit apendiksitis di Indonesia berjumlah sekitar
27% dari jumlah penduduk di Indonesia, di Kalimantan Timur bcrjumlah
sekitar 26% dari jumlah penduduk di Kalimantan Timur, sedangkan dari data
yang ada pada rekam medik RS Islam Samarinda untuk bulan Januari sampai
Juni 2009, tercatat penderita yang dirawat dengan apendiksitis sebanyak 153
orang dengan rincian 57 pasien wanita dan 104 pasien pria. Hal ini
membuktikan tingginya angka kesakitan dengan kasus apendiksitis. Sebagian
besar kasus apendiksitis di rumah sakit Islam Samarinda diatasi dengan
pembedahan. Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian appendiksitis di
sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia,

2
jumlah pasien yang menderita penyakit apendiksitis berjumlah sekitar 7% dari
jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, apendisitis akut merupakan
salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan
operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendiksitis di Indonesia
menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya
(Depkes 2008). Jawa Tengah tahun 2009, jumlah kasus appendiksitis
dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya menyababkan kematian.
Jumlah penderita appendiksitis tertinggi ada di Kota Semarang, yakni 970
orang. Hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat
modern (Dinkes Jateng, 2009).

C. Faktor Resiko Penyakit Usus Buntu

Berikut adalah faktor risiko terjadinya usus buntu:


a) Apendisitis paling umum terjadi pada usia 20-30 tahun
b) Selain itu kebersihan juga mempengaruhi terjadinya peradangan
usus buntu. Pada keadaan lingkungan yang bersih maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya peradangan pada usus yang
juga pada akhirnya menyebabkan peradangan usus buntu
c) Pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang kurang serat dapat
meningkatkan risiko gangguan pencernaan, sehingga lebih jauh
mengakibatkan usus buntu.

D. Riwayat Alamiah Penyakit Usus Buntu


a) Etiologi

Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya


proses radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus
diantaranya Hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan
cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan tahap
awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :

1. Faktor sumbatan

2. Faktor Bakteri

3. Kecenderungan familiar

4. Faktor ras dan diet

5. Faktor infeksi saluran pernapasan

b) Patofisiologi
1. Pada umumnya obstruksi pada appendiks ini terjadi karena :

3
Hiperplasia dari folikel limfoid ini merupakan penyebab terbanyak
2. Adanya faekolid dalam lumenappendiks
3. Adanya benda asing seperti biki- bijian, biji lombok, jeruk DLL
4. Steiktula lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
5. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E-Coli dan
streptococcus
6. Laki-laki lebih banyak pada wanita, yang terbanyak pada umur 15-
30 tahun ( remaja dewasa). Di sebabkan karena pembanyakan
jaringan limfoid pada masa tersebut.
7. Tergantung pada bentuk appendiks
8. Appendiks yang terlalu panjang
9. Messo appendiks yang pendek
10. Penonjolan jaringan limfoid dalam lumen appendiks
11. Kelainan katup di pangkal appendiks

c) Gejala klinis

1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu


kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Nyeri berhubungan
dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh
inflamasi.

2. Muntah dan mual oleh karena nyeri viseral. Nutrisi kurang dan
volume cairan yang kurang dari kebutuhan juga berpengaruh dengan
terjadinya mual dan muntah.

3. Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat (karena kuman yang menetap
di dinding usus).

4. Rasa sakit hilang timbul

5. Diare atau konstipasi

6. Tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika diluruskan

7. Perut kembung

8. Hasil pemeriksaan leukosit meningkat 10.000 - 12.000 /ui dan


13.000/ui bila sudah terjadi perforasi

9. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan.

4
E. Pencegahan Penyakit Usus Buntu

1. Mengonsumsi Makanan Berserat

Radang usus buntu salah satu penyebabnya adalah karena


penyumbatan yang disebabkan oleh feses yang menumpuk. Dengan
mengonsumsi makanan berserat sistem perncernaan akan lancar dan feses
tidak keras sehingga tidak menyumbat usus.

2. Jangan Menahan Buang Air Besar

Hal sepele seperti menahan buang air besar ternyata bisa


menyebabkan terjadinya radang usus buntu. Jika Anda menahan buang air
besar maka akan menyebabkan penumpukan feses yang dapat menyumbat
usus yang meningkatkan risiko radang usus buntu. Tak hanya itu saja Anda
harus menghindari menahan buang gas karena hal ini juga bisa
menyebabkan hal yang sama.

3. Banyak Minum Air Putih

Minum delapan gelas sehari dapat membantu Anda untuk


mencegah terjadinya radang usus buntu. Apalagi jika Anda bekerja selama
berjam-jam di depan komputer sebaiknya sediakan air minum putih di
dekat Anda.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

kita harus memperhatikan makanan yang kita konsumsi, karena


penyakit usus buntu bermula dari makanan yang menggunakan lombok yang
sangat banyak, karena dengan mngkonsimsi lombok yang banyak, dapat
menyebabkan penyumbatan di dalam usus yang menimbulkan infeksi dari
bakteri-bakteri yang masuk, sehingga menimbulkan penyakit usus buntu.
jagalah pola makan yg baik untuk kesehatan diri kita.

B. SARAN

Jagalah pola makan yang baik, hindarilah makanan yang


mengandung lombok dan minyak yang tinggi, untuk kesehatan tubuh kita.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1916
2/4/Chapter%20II.pdf Diakses tanggal 05 November 2015

Craig Sandy, Lober Williams. Appendicitis, Acute. Diakses dari www.emedicine.
com, tanggal 09 November 2015.

Katz S Michael, Tucker Jeffry. Appendicitis. Diakses dari: www.emedicine.com,


tanggal 09 November 2015.

Perawat_heri. 2009. Apendisitis. http://perawatheri.blogspot.com/ Diakses tanggal


09 November 2015

Aquino Thommy. http://thommy aquino.blogspot.co.id/2011/10/makalah kesehata
n-usus-buntu.html?m=1. Diakses tanggal 09 November 2015

Anda mungkin juga menyukai