Anda di halaman 1dari 16

Makalah

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 1

NAMA : IRHAMNA
SEM/UNIT : III/I
PRODY : S-I HKI

KATA PENGANTAR

1
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia yang

tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan baik,

shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. pembawa

risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia

didunia dan diakhirat.

Makalah ini mengkaji tentang “Tarikh Tasyri’”. Saya sadar bahwa penyusun

makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini saya sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini

bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i. Semoga juga menjadi amal

yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.

Sigli, 29 September 2019


Kelompok 1

DAFTAR ISI

Halaman

2
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan....................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Pengertian......................................................................................
B. Tasyri’ Masa awal abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H
(Periode Mazhab)................................................................................... 2
C. Faktor Pendorong Perkembangan Tasyri’ Pada Masa awal abad
ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H (Periode Mazhab)................. 2
1. Madzhab Hanafi....................................................................... 4
2. Madzhab Maliki....................................................................... 5
3. Madzhab Syafi’i....................................................................... 6
4. Madzhab Hanbali .................................................................... 7

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 9


A. Kesimpulan..................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode ini dimulai sejak berdirinya Dinasti Abbasiyah setelah runtuhnya

Dinasti Umayyah pada tahun 132 Hijriyah dan berakhir pada pertengahan abad ke-4

H ketika Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran dan tidak ada yang tersisa dari

kekuasaan  dinasti tersebut kecuali hanya tinggal namanya saja. Pada masa keemasan

Islam ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak hanya terjadi

pada bidang fiqih, namun juga terjadi  pada bidang ilmu lain seperti tafsir, hadits,

tauhid, dan bahasa. Yang pengaruhnya dapat dirasakan hingga sekarang oleh kita.

Pada masa ini, hukum Islam dan ilmu pengetahuan terpancar keseluruhan

wilayah Islam hingga ke manca negara, bahkan Baghdad merupakan pusat kota dan

ibukota Islam yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban yang tinggi saat itu.

Saat ini diharapkan agar Islam bangkit dan menjadi acuan dalam segala hal termasuk

dalam perkembangan hukum yang telah dicapai zaman keemasan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Tarikh tasyri ?

2. Bagaimana keadaan Tasyri’ pada masa Awal Abad ke-2 H sampai

Pertengahan Abad ke-4 H?

3. Apa yang menjadi Pendorong Perkembangan Tasyri’ pada masa tersebut?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Secara bahasa Tarikh artinya catatan tentang perhitungan tanggal, hari, bulan

dan tahun. Lebih populer dan sederhana diartikan sebagai sejarah atau riwayat.

Menurut Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf yang dikutip oleh Wajidi Sayadi, tasyri'

adalah pembentukan dan penetapan perundang-undangan yang mengatur hukum

perbuatan orang mukallaf dan hal-hal yang terjadi tentang berbagai keputusan serta

peristiwa yang terjadi dikalangan mereka.1

Tarikh al-Tasyri’ menurut Muhammad Ali al-sayis adalah “Ilmu yang

membahas keadaan hukum Islam pada masa kerasulan (Rasulullah SAW masih

hidup) dan sesudahnya dengan periodisasi munculnya hukum serta hal-hal yang

berkaitan dengannya, (membahas) keadaan fuqaha dan mujtahid dalam merumuskan

hukum-hukum tersebut”. Tasyri’ adalah bermakna legislation, enactment of law,

artinya penetapan undang-undang dalam agama Islam.

Pengertian tasyri’ menurut istilah syara’ dan undang-undang adalah pembuatan/

pembentukan undang-undang untuk mengetahui hukum-hukum bagi perbuatan orang

dewasa, dan ketentuan-ketentuan hukum serta peristiwa yang terjadi dikalangan

mereka.

Dengan demikian, pada hakikatnya tarikh tasyri’ tumbuh dan berkembang di

masa Nabi SAW sendiri, karena Nabi SAW mempunyai wewenang untuk

1
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2000), hal. 86

5
mentasyri’kan hukum dan berakhir dengan wafatnya Nabi SAW. Dan dalam hal ini,

nabi SAW berpegang kepada wahyu.

Para fuqaha, ahli-ahli fiqh, hanyalah menerapkan kaidah-kaidah kulliyah,

kaidah-kaidah yang umum meliputi keseluruhan, kepada masalah-masalah juz-iyah,

kejadian-kejadian yang detail dengan mengistinbathkan, mengambil hukum dari

nash-nash syara’, atau ruhnya, di kala tidak terdapat nash-nashnya yang jelas. Syariat

memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan

maupun berupa suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.2

B. Tasyri’ Masa awal abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H (Periode
Mazhab)

Periode ini disebut sebagai periode gemilang karena fiqih dan ijtihad ulama

semakin berkembang. Pada periode inilah muncul berbagai mazhab, khususnya

mazhab yang empat, yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan

Mazhab Hanbali.

Kitab-kitab fiqih pun mulai disusun pada periode ini, dan pemerintah pun

mulai menganut salah satu mazhab fiqh resmi negara, seperti dalam pemerintahan

Daulah Abbasiyah yang menjadikan fiqh Mazhab Hanafi sebagai pegangan para

hakim di pengadilan. Disamping sempurnanya penyusunan kitab fiqh dalam berbagai

mazhab, dalam periode ini juga disusun kitab-kitab ushul fiqh, seperti kitab ar-

Risalah yang disusun oleh Imam Syafi’i. Sebagaimana pada periode ketiga, pada

periode ini fiqih iftiradi semakin berkembang karena pendekatan yang dilakukan

dalam fiqih tidak lagi pendekatan aktual di kala itu, tetapi mulai bergeser pada

2
Mohamad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007). hal. 42

6
pendekatan teoritis. Oleh sebab itu, hukum untuk permasalahan yang mungkin akan

terjadi pun sudah ditentukan.3

C. Faktor Pendorong Perkembangan Tasyri’ Pada Masa awal abad ke-2


Sampai Pertengahan abad ke-4 H (Periode Mazhab)

Dinamika hukum Islam mencapai masa keemasan setelah runtuhnya Daulah

Umayah. Naiknya Daulah Bani Abbas memberikan angin segar bagi perkembangan

hukum Islam. Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah

berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam.4

Masa ini adalah masa kecemerlangan hukum Islam (fiqh). Pada masa ini, fiqh

telah berkembang dan menjadi ilmu yang mandiri. Masa ini juga ditandai dengan

mulai dirintisnya ilmu ushul fiqh, perumusan metodologi serta kaidah-kaidah ijtihad

yang dipakai para mujtahid dalam pengambilan hukum. Para imam madzhab datang

dengan tawaran metodologis yang matang.

Selain perhatian yang besar dari para khalifah Bani Abbas, ada beberapa hal

yang menjadi penyebab lahirnya masa keemasan ini yaitu Pertama, meluasnya daerah

kekuasaan Islam Kedua, karya-karya dari masa sebelumnya, seperti dibukukannya

Al-Qur’an. Ketiga, munculnya tokoh-tokoh besar. Keempat, tumbuh suburnya

kajian-kajian ilmiah. Beriringan dengan fenomena itu, adalah gerakan penerjemahan

buku-bukuYunani dan Romawi, selain itu lahirnya fiqh dengan corak baru. Kelima,

kebebasan berfikir. Perhatikan Khalifah  Bani Abbas terhadap fiqih dan fuqaha

terlihat dari berbagai stimulasi dan penciptaan suasana yang konstruktif bagi tumbuh

3
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2000), hal. 89

4
Supiana, Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 110

7
suburnya ijtihad. Keenam, fiqh menuju era keemasan. Ketujuh, kodifikasi ilmu.

Kedelapan, umat Islam berusaha menghendaki supaya ibadah, mu’amalah dan

sebagainya sesuai dengan hukum Islam.5

Dengan berkembang luasnya mujtahid dan banyaknya permasalahan baru

yang bermunculan di berbagai negeri-negeri Islam pada periode Abbasiah yang

terkenal dengan masa pembangunan dan kesempurnan atau disebut dengan masa

kegemilangan, yang melahirkan para imam-imam mujtahid, imam mazhab, dan para

fuqoha yang mengabdikan ilmunya untuk agama dan masyarakat.6

Banyaknya imam mujtahid, menyebabkan timbulnya ajaran-ajaran baru dari

mazhab-mazhab yang ada. Dan berkembangnya masa serta meluasnya daerah serta

semakin canggihnya dunia, maka tidak semua imam mazhab tersebut solid didalam

ajaran-ajarannya.

5. Madzhab Hanafi

Pendiri madzhab ini adalah an-Nu’man bin Zuhdi, dan lebih dikenalsebagai

Imam Abu Hanafi. Beliau lahir di Kufah tahun 80 H dan wafat tahun150 H. Abu

Hanifah hidup dalam dua generasi, pada masa Bani Umayah selama 52 tahun dan

pada masa Abbasiyah selama 18 tahun.

Pengalaman keilmuannya diawali dari studi filsafat dan dialektika,setelah

menguasai ini, beliau mendalami fiqh dan hadist. Guru utamanyaadalah Imam

Hammad bin Zaid, beliau belajar di bawah bimbingan ulama besar ini selama 18

tahun. Ketika gurunya wafat, beliau menggantikan posisinya karena kedalaman

5
Ngainun Naim, Diktat Sejarah Pemikiran Hukum Islam, (Tulungagung, STAIN
Tulungagung), hal.52-55
6
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam,,. hal.91

8
ilmunya dan kemuliaan karakter pribadinya, parakhalifah Bani Umayah sangat

menghormatinya. Imam Abu Hanifahdigolongkan sebagai tabi’in kecil, yaitu murid

sahabat, karena telah bertemudengan beberapa sahabat dan meriwayatkan sejumlah

hadits dari mereka.

Imam Abu Hanifah juga memiliki beberapa murid terkenal,diantaranya Abu

Yusuf, Muhammad Zufar dan Hasan bin Ziyad. Mereka bersama dengan Hanifah

membentuk madzhab Hanafi.

Sumber hukum madzhab Hanafi:

a. Al-Qur’an, merupakan sumber hukum utama yang tidak perludiperdebatkan


lagi. 
b. Sunnah, sebagai sumber hukum setelah Al-Qur’an, tetapi dengan beberapa
kualifikasi dalam penggunaannya.
c. Ijma’ sahabat, dalam hal ini ijma’ sahabat lebih diutamakan
daripada pendapat pribadi Abu Hanifah dan murid-muridnya.
d. Qiyas.
e. Istihsan.
f. Urf.7

Fiqh Abu Hanifah :

Ada beberapa pemikiran Abu Hanifah dalam bidang hukum, misalnyaia

berpendapat bahwa benda wakaf masih tetap milik wakif, kedudukan

wakaf dipandang sama dengan ‘ariyah (pinjam meminjam). Pendapatnya yang

lainadalah bahwa perempuan boleh menjadi hakim di pengadilan yang

tugasnyakhusus menangani masalah perdata, bukan masalah pidana.8

7
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam,,. hal.93

8
Ibid., hal. 95

9
6. Madzhab Maliki

Pendiri madzhab ini adalah Imam Malik bin Anas al-Asy bahial-‘Arabi.

Beliau lahir pada tahun 93 H (713 M) di Madinah, beliau lahir padamasa Al-Walid

bin ‘Abd Al-Malik (Bani Umayah) dan wafat pada masaHarun Al-Rasyid (Bani

Abbasiyah).

Di bawah didikan Az-Zuhri beliau mulai belajar ilmu Hadist,sedangkan

dalam bidang ilmu hukum Islam, beliau belajar kepada Nafi’Maula Ibn Umar dan

Yahya bin Sa’id al-Anshari. Karya monumental beliaudalam bidang hadist adalah al-

Muwattha’. Selain itu, beliau juga menyusunkitab al-Mudawwamah yang berisi asas-

asas fiqh.9

Beliau mulaimengumpulkan hadist-hadist yang kemudian dimuat dalam kitab

ini atas permintaan khalifah Abbasiyah, Abu Ja’far al-Mansyur (754-775 M)

yangmenginginkan sebuah kitab Undang-undang hukum yang komprehensif dengan

berdasarkan sunnah Nabi SAW yang bisa diterapkan secara seragamdi seluruh

wilayah kekuasaannya, madzhab Maliki merupakan antitesis darimadzhab Hanafi

yang rasionalis.

Imam Malik cenderung berfikir secara tradisional dan kurang menggunakan

rasional dalam corak pemikiranhukumnya, beliau juga dianggap sebagai wakil ahli

hadist.

Sumber hukum madzhab Maliki:

a. Al-Qur’an, sebagaimana imam yang lain, Imam Malik menempatkan Al-


Qur’an sebagai landasan utamanya.

9
Abdul Wahab Khallaf, Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam, (Terj.) Imron Am,
(Surabaya: tp, tt), hal. 57

10
b. Sunnah, walaupun sama-sama menggunakan sunnah sebagaimana
imamlainnya tetapi Imam Malik memiliki konsepsi sendiri.
c. Ijma’ sahabat.
d. Pendapat individu sahabat.
e. Qiyas
f. Istislah (maslahat)
g. Urf.10

Fiqih Imam Malik :

Imam Malik memiliki pendapat yang mandiri, diantaranya dalam halini:

1) Ulama sepakat tentang ketidakbolehan menikah bagi wanita yang

sedangdalam masa ‘iddah, baik ‘iddah hamil, ditinggal mati maupun

cerai. (Q.S.Al-Baqoroh 228 dan 234), Imam Malik berpendapat bahwa

wanita ituwajib dipisahkan dan baginya diharamkan (selamanya) menikah

lagidengan laki-laki yang menikahinya dalam masa ‘iddah. 

2) Hanafi berpendapat bahwa shalat gerhana matahari dan shalat

gerhana bulan dilaksanakan dua rokaat yang dilakukan seperti shalat Idul

Fitri, IdulAdha dan shalat Jum’at. Sedangkan menurut Malik dan Jumhur,

shalat dua gerhana itu dilaksanakan dua rokaat dan terdapat dua ruku’

dalamsetiap rokaatnya.

3) Imam Malik berpendapat bahwa jumlah minimal mahar adalah tigadirham

atau seperempat dinar.

7. Madzhab Syafi’i

Pendiri madzab ini adalah Muhammad bin Idris as-Syafi’i. Beliau lahir di

kota kecil Ghazzah di kawasan mediterania (Syam) pada tahun 769 M.Menginjak

usia remaja beliau belajar fiqih dan hadits kepada Imam Malik.

10
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam,,. hal. 94

11
Mazhab Syafi’i terdiri dari dua macam: Qaul Qadim, yaitu mazhab yang

dibentuk sewaktu hidup di Irak. Qaul Jadid, yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu

beliau hidup di Mesir pindah dari Irak.

Dasar-dasar Mazhab Syafi’i dalam mengistinbat hukum syara’ adalah:

a. Al-Qur’an
b. As-Sunnah
c. Al-Ijma’
d. Khabar Ahad
e. Al-Qiyas 
f. Al-Istishab.11

Keistimewaan Imam Syafi’i dibanding dengan Imam Mujtahidin yaitu bahwa

beliau merupakan peletak batu pertama ilmu Ushul Fiqh dengan kitabnya Ar-

Risaalah. Dan kitab dalam bidang Fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya yaitu Al-

Umm.

Pokok pikiran dan prinsip dasar ini kemudian disebarluaskan dan

dikembangkan oleh ketiga muridnya yang terkemuka seperti Yusuf bin Yahya al-

Buwaiti, Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani, dan ar-Rabi bin Sulaiman al-

Marawi.  

8. Madzhab Hanbali

Pemikiran Mazhab Hanbali diawali oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau

lahir di Baghdad pada tahun 164 H, wafat tahun 241 H.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziah dalam kitab I’laamul Muwaaqi’in, prinsip

dasar Mazhab Hanbali adalah sebagai berikut:

a. Nash Al-Qur’an dan atau nash hadits,  


b. Fatwa sebagian sahabat,
c. Pendapat sebagian sahabat,

11
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam,,. hal. 95

12
d. Hadits mursal atau hadits dhaif,
e. Qiyas.12

Para pengembang Mazhab Hanbali diantaranya: al-Atsram Abu Bakar Ahmad

bin Muhammad bin Hani, Ahmad bin Muhammad bin al-Hajjaj, Abu Ishaq Ibrahim

al-Harbi, dan lain-lainnya.Menurut Al-Ulwani cara ijtihad Ahmad Ibn Hambal

hampir sama dengan cara ijtihad Al-Syafi’i. Ibn Qayyim Al-Jauziyyah

menjelaskan pendapat-pendapat Ahmad Ibn Hanbal dibangun atas lima dasar yaitu:

a. Nash al-Qur’an dan Al-Sunnah

b. Menukil fatwa shohabat yang shahih

c. Memilih salah satu pendapat yang lebih dekat kepada nash Al-Qur’an

d. Hadist mursal dan dla’if

Gagasan-gagasan Ahmad Ibn Hanbal yang dilestarikan dalam beberapa kitab

diantaranya adalah mukhtashar Al-Khurqi, al-Mughniysyarh ‘ala Mukhtashar al-

khurqi majmu’ patawa, ghayah al-muntaha Fi jam’ dan masih banyak lagi kitab-kitab

lainnya.

Sumber Hukum Madzhab Hanbali

a. Al-Qur’an (mempunyai kedudukan yang tinggi dalam mengatasi semua


sumber hukum lainnya untuk semua keadaan).
b. Al-Sunnah
c. Ijma’ Sahabat. Imam Hanbali menempatkan ijma’ sebagai sumber
hukum pada posisi ketiga diantara prinsip-prinsip dasar lainnya.
d. Apabila terjadi khilaf, Imam Hanbali memilih yang paling dekat kepada
Al-Qur’an dan sunnah.
e. hadist-hadist mursal dan dla’if.13

BAB III

12
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam,,. hal. 96

13
Abdul Wahhab Khallaf, Perkembangan Sejarah Hukum Islam,,. hal. 32-98

13
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Periode ini disebut sebagai periode gemilang karena fiqih dan ijtihad ulama

semakin berkembang. Pada periode inilah muncul berbagai mazhab,

khususnya mazhab yang empat, yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki,

Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali. Kitab-kitab fiqih pun mulai disusun

pada periode ini, dan pemerintah pun mulai menganut salah satu mazhab fiqh

resmi negara, seperti dalam pemerintahan.

2. Selain perhatian yang besar dari para khalifah Bani Abbas, ada beberapa hal

yang menjadi penyebab lahirnya masa keemasan ini yaitu Pertama,

meluasnya daerah kekuasaan Islam Kedua, karya-karya dari masa

sebelumnya, seperti dibukukannya Al-Qur’an. Ketiga, munculnya tokoh-

tokoh besar. Keempat, tumbuh suburnya kajian-kajian ilmiah. Beriringan

dengan fenomena itu, adalah gerakan penerjemahan buku-bukuYunani dan

Romawi, selain itu lahirnya fiqih dengan corak baru. Kelima , kebebasan

berfikir. Perhatikan Khalifah  Bani Abbas terhadap fiqih dan fuqaha terlihat

dari berbagai stimulasi dan penciptaan suasana yang konstruktif bagi tumbuh

suburnya ijtihad. Keenam, fiqh menuju era keemasan. Ketujuh, kodifiaksi

ilmu Kedelapan, umat Islam berusaha menghendaki supaya ibadah,

mu’amalah dan sebagainya sesuai dengan hukum Islam.

B. Saran

14
Demikianlah pembahasan makalah kami ini, tentunya masih ada kesalahan

atau kesilapan dalam penulisan maupun penuturan. Oleh karena itu kami dengan

segenap hati membuka kritikan sekaligus dengan saran untuk teman-teman semua,

tujuannya untuk kebaikan pribadi kami sendiri dan juga untuk teman-teman lain yang

akan tampil berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya

bagi kami sebagai pemakalah sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Khallaf, Abdul Wahhab.2000. Perkembangan Sejarah Hukum Islam, Bandung: CV.


Pustaka Setia
Khallaf, Abdul Wahab. tt. Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam, (Terj.) Imron
Am, Surabaya: tp
Naim, Ngainun, Diktat Sejarah Pemikiran Hukum Islam, Tulungagung, STAIN
Tulungagung
Supiana, 2000. Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,

16

Anda mungkin juga menyukai