DEKSAMETASON INJEKSI ”
Dosen Pengajar:
Apt. Yuni Anggraeni, M. Farm
Disusun oleh :
Kelompok 6 Farmasi Industri Apoteker 09
Istiqomatun Nisa
Nada Aprilia
Nurapni Hidayanti
Ramdhiyah Akil
Putri Annafi
Jovan Karnova
AGUSTUS 2O21
DAFTAR ISI
BAB 1
STUDI AWAL
PT. Nine Nova merupakan suatu perusahaan yang didirikan pada tahun
2000 oleh Jovan Karnova. PT. Nine Nova ini memiliki kantor pusat yang terletak di Tambun,
Bekasi. Pada tahun 2001 PT. Nine Nova mulai membangun pabrik industri farmasi berskala
besar diatas tanah seluas 30.000 m2. Berlokasi di Jl. Artagraha, Tambun Bekasi.
Pabrik mulai beroperasi pada tanggal 6 Juni 2004. Pada bulan Agustus tahun
2004, PT. Nine Nova memperoleh sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari
BPOM. PT. Nine Nova selalu berpedoman pada CPOB dan selalu mengikuti pedoman CPOB
yang terus diperbaharui sehingga kualitas mutu dan kepuasan konsumen terhadap produk PT.
Nine Nova tetap terjaga.
Visi Perusahaan :
Menjadi perusahaan industri farmasi yang berkomitmen untuk selalu menghasilkan
produk yang berkualitas dan terpercaya serta memiliki citra kuat
di pasar nasional.
Misi Perusahaan :
PT. Nine Nova ikut berperan dalam penyediaan obat-obatan berstandard cGMP yang
mengutamakan mutu untuk peningkatan Kesehatan masyarakat dengan harga yang terjangkau
Deksametason merupakan
glukokortikoid
yang kuat dengan efek analgesik dan
juga anti-
Deksametason merupakan
glukokortikoid
yang kuat dengan efek analgesik dan
juga anti-
Deksametason merupakan obat steroid jenis glukokortikoid telah digunakan secara luas untuk
mengurangi peradangan dan kerusakan jaringan dalam berbagai kondisi, termasuk penyakit radang usus,
rheumatoid arthritis, dan tumor ganas. Glukokortikoid memiliki efek imunomodulator kuat dan memiliki sifat
antiemetik (Waldron et al., 2012). Direkomendasikan untuk pemberian sistemik secara intravena atau
intramuskular ketika terapi oral tidak memungkinkan atau diinginkan dalam pengobatan.
Deksametason merupakan obat steroid jenis glukokortikoid telah digunakan secara luas untuk
mengurangi peradangan dan kerusakan jaringan dalam berbagai kondisi, termasuk penyakit radang usus,
rheumatoid arthritis, dan tumor ganas. Glukokortikoid memiliki efek imunomodulator kuat dan memiliki sifat
antiemetik (Waldron et al., 2012). Direkomendasikan untuk pemberian sistemik secara intravena atau
intramuskular ketika terapi oral tidak memungkinkan atau diinginkan dalam pengobatan.
1.2 Desain Produk Pengembangan Obat Baru
1.2.1 Spesikasi Obat
Target Profil Produk
Nama Merk Dexanine injeksi
Zat Aktif Injeksi deksametason ini mengandung 4 mg
deksametason sodium fosfat setiap 1 ml
Bentuk Sediaan Larutan injeksi
Komposisi
SITE OF INJECTION Sediaan
DEXAMETHASONE Selain
DOSE mengandung zat aktif deksametason sodium
Large joint (e.g. 1.7 mg – 3.3 mg (0.5fosfat, digunakan
ml – 1.0 ml) bahan tambahan seperti propilen
knee)
glikol, disodium EDTA, sodium hydroxide, dan air
Small joints (e.g. 0.66 mg – 0 .8 mg (0.2 ml – 0.25
Indikasi Terapi
interphalangeal, ml) Digunakan pada gangguan endokrin dan non
temporomandibular)
endokrin yang responsive terhadap terapi
Bursae 1.7 mg – 2 .5 mg (0.5 ml – 0.75
ml) kortikosteroid
Tendon sheaths* 0.33 mg – 0.8 mg (0.1 ml – 0.25
ml)
Soft-tissue infiltration 1.7 mg – 5.0 mg (0.5Pemberian
ml – 1.5 ml) Intravena dan Intramuskular
Ganglia Gangguan
0.8 mg – 1.7 mg (0.25 Endokrin
ml – 0.5 ml) :
Insufiesiensi adrenokortikal primer atau sekunder
Gangguan Non-Endokrin :
Alergi dan anafilaksis
Treatment COVID-19 pada dewasa dan anak remaja
(diatas 12 tahun dengan berat badan tidak kurang
dari 40 kg) yang membutuhkan penambahan terapi
oksigen
Gastrointestinal
Penyakit Chron’s dan Kolitis Ulcerative
Infeksi (kemoterapi)
Penyakit Saraf
Penyakit Saluran Nafas
Asma Bronkial dan pneumonia
Penyakit Kulit
Nekrolisis epidermal
Treatment untuk penderita shock
Pemberian Subkutan
Untuk pasien yang menerima pemberian obat
kortikosteroid dengan gejala kelelahan, mual,
1.3 Sediaan
anoreksia, muntah.
Injeksi
Pemberian Intraartikular
Terapi tambahan untuk pemberian jangka pendek
pada :
- Gangguan Jaringan lunak seperti sindrom
tunnel carpal dan tenosivitis
- Gangguan Intrartikular seperti rheumatoid
Kemasan Sediaan Injeksi Ampul merupakan wadah berbentuk silindris yang terbuat dari
gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1,
2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh
karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu
kali injeksi.
Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat
peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini
sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt hal. 464).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sediaan ampul :
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis
3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan
alkohol 70%
4. Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi Sediaan suntik dibuat secara steril
karena sediaan ini diberikan secara parenteral.
Istilah steril adalah keadaan bebas dari mikroorganisme baik bentuk vegetatif,
nonvegetatif, pathogen maupun nonpatogen. Sedangkan parenteral menunjukkan pemberian
dengan cara disuntikkan. Produk parenteral dibuat mengikuti prosedur steril mulai dari
pemilihan pelarut hingga pengemasan. Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan
steril yaitu gelas, plastik, elastik (karet), metal. Pengemasan sediaan suntik harus mengikuti
prosedur aseptis dan steril karena pengemas ini langsung berinteraksi dengan sediaan yang
dibuat, termasuk dalam hal ini wadah. Wadah merupakan bagian yang menampung dan
melindungi bahan yang telah dibuat (Ansel,1989).
Wadah obat suntik (termasuk tutupnya) harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik
secara fisik maupun kimia karena akan mengubah kekuatan dan efektifitasnya. Bila wadah
dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan, untuk
memungkinkan pemeriksaan isinya. Jenis gelas yang sesuai dan dipilih untuk tiap sediaan
parenteral biasanya dinyatakan dalam masing-masing monograf. Obat suntik ditempatkan dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis berganda (Ansel, 1989).
Wadah dosis tunggal adalah suatu wadah yag kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal, dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril. Wadah dosis berganda
adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya secara berulang tanpa
terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian pada bagian yang tertinggal (Ansel, 1989).
Wadah dosis tunggal biasanya disebut ampul, tertutup rapat dengan melebur wadah gelas dalam
kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari
bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sesudah dibuka, isi ampul dapat
dihisap kedalam alat suntik dengan jarum hipodermik. Sekali dibuka, ampul tidak dapat ditutup
dan digunakan lagi untuk waktu kemudian, karena sterilitas isinya tidak dapat
dipertanggungjawabkan lagi. Beberapa produk yang dapat disuntikkan dikemas dalam alat suntik
yang diisi sebelumnya dengan atau tanpa cara pemberian khusus (Ansel, 1989).
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara
baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau
kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkutan,
penyimpanan, penjualan, dan penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah
pengamatan terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam
masing-masing monografi. (Depkes RI, 1995). Wadah dan sumbatnya tidak boleh
mempengaruhi bahan yang disimpan di dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang
dapat mengakibatkan perubahan khasiat, mutu dan kemurniannya (Depkes RI, 1979).
Bagaimanapun bentuk dan komposisi wadah, wadah pengemas merupakan sumber dari masalah
stabilitas sediaan, bahan partikulat, dan sumber pirogen (Martindale, 1982)
BAB 2
DATA PREFORMULASI DAN FORMULASI
2.1 Formula Umum Sediaan Injeksi (Lachman.L, & H.A Lieberman, 1987)
1. Zat aktif
2. Zat pembawa (water for injection)
3. Zat tambahan :
- Pengawet
- Antioksidan
- Pengatur pH
- Pengatur tonisitas
- Chelating agents
- Stabilizer
- Suspending agents
- Anestetik lokal
- Solubilizer
Propylene glycol 20 mg
2.3 Profil Obat Originator Dexamethasone 3.3 mg/ml injection (hameln pharma ltd, 2021):
Nama Merek Dexamethasone 3.3 mg/ml Injection
(Dexamethasone sodium phosphate)
Asal Pabrik Hameln pharma ltd
Nama Zat Aktif Dexamethasone sodium phosphate
Indikasi Merupakan obat kortikosteroid. Mengurangi
peradangan dan menekan sistem kekebalan tubuh.
Obat ini digunakan untuk pasien dengan kondisi :
- Reaksi alergi parah yang menyebabkan
pembengkakan pada wajah dan tenggorokan
- Tekanan darah rendah dan kolaps (edema
angioneurotik dan anafilaksis)
- Syok karena infeksi atau TB berat
- Radang sendi (Rheumatoid arhtritis dan
osteoartritis)
- Sebagai pengobatan penyakit COVID 19 pada
pasien dewasa dan remaja (12 tahun keatas
dengan berat badan minimal 40 kg) dengan
kesulitan bernafas dan membutuhkan terapi
oksigen.
Dosis dan frekuensi Dosis awal 0,4 mg – 16,6 mg (0,12 ml – 5,0 ml)
pemberian sehari.
Dalam keadaan darurat, dosis Dexamethasone
3,3 mg/ml diberikan melalui injeksi intravena
atau intramuskular adalah 3,3 mg – 16,6 mg (1,0
ml – 5,0 ml) - pada syok hanya gunakan rute i.v.
Dosis ini dapat diulang sampai tercatat respon
yang memadai. Setelah perbaikan, dosis tunggal
menjadi 1,7 mg – 3,3 mg (0,5 ml – 1,0 ml) dapat
diulang seperlunya.
Dosis harian total dalam kondisi biasa bahkan
parah tidak perlu melebihi 66,4 mg (20 ml)
Bila diinginkan efek maksimal yang konstan,
dosis harus diulang dengan interval tiga jam
atau empat jam atau dipertahankan dengan
infus lambat.
Bentuk sediaan Injeksi single dose dengan volume sediaan 1 mL
Kemasan primer Ampul kaca
Kemasan sekunder Kardus
Konsentrasi zat aktif 4 mg deksametason sodium posfat
Rute pemberian IV, IM, SC, Intraartikular, Intrabursal
Formula pada kemasan 4 mg Dexamethasone sodium phosphate
20 mg Propylene glycol
23 mg sodium hydroxide solution
disodium edetate
Water for Injections
Harga 217.000
Kelebihan Branding/citra merek, lisensi originator
Kelemahan Harga mahal
Jumlah Fungsi
Nama bahan Jumlah (/1ml)
(%)
Dexamethasone sodium
4 mg
phosphate
Propylene glycol 20 mg
Air pro injeksi Air untuk injeksi adalah air yang telah dimurnikan
dengan cara destilasi atau proses pemurnian lain yang
setara atau lebih baik dari destilasi. Penggunaan air pro
injeksi sebagai pelarut bertujuan untuk menurunkan
kontaminan mikroba dan zat kimia (Depkes RI, 2020).
2.6 Karakteristik Zat Aktif Deksametason Natrium Fosfat
Struktur kimia
C10H14N2Na2O8
(Raymond C Rowe, 2009)
Berat Molekul 336.2 (Raymond C Rowe, 2009)
Pemerian Kristal putih, bubuk tidak berbau dengan rasa yang sedikit asam.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter; agak larut dalam
etanol (95%); larut 1 bagian dalam 11 bagian air (Raymond C
Rowe, 2009)
Titik Leleh Terdekomposisi pada suhu 252°C dalam bentuk anhidratnya
(Raymond C Rowe, 2009)
pH 4.3–4.7 (Raymond C Rowe, 2009)
Stabilitas Garam edetat lebih stabil daripada asam
etilenadiaminatetraasetat. Namun, disodium dihidrat edetat
kehilangan air ketika dipanaskan sampai 120˚C. Larutan
disodium edetat dapat disterilisasi dengan autoklaf, dan harus
disimpan dalam wadah alkali bebas. Dinatrium edetat bersifat
higroskopis dan tidak stabil bila terkena kelembaban (Raymond
C Rowe, 2009)
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat, basa kuat, ion logam,
dan paduan logam (Raymond C Rowe, 2009)
Kegunaan dan Chelating agent (0,00368%-0,05%) (Lachman.L, & H.A
kadar Lieberman, 1987).
2.7.3 NaOH
3
Nama Senyawa Natrium Hidroksida (Depkes RI, 2020).
Struktur Kimia NaOH (Depkes RI, 2020).
Berat Molekul 40.00 (Depkes RI, 2020).
Pemerian Bentuk cairan (cairan putih sampai bening), Putih atau praktis
putih, massa melebur, berbentuk pelet kecil, serpihan atau
batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan pecahan
hablur (Depkes RI, 2020).
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol (Depkes RI, 2020).
Titik Leleh 318° C (Raymond C Rowe, 2009)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 2020).
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan senyawa yang mudah mengalami
hidrolisis atau oksidasi (Raymond C Rowe, 2009)
Kegunaan Buffering agent (Raymond C Rowe, 2009)
f) Interpretasi: Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru dan kertas
saring atau kapas tidak basah.
(Agoes, 2012).
a. Evaluasi Kimia
9. Penetapan Kadar (Kemenkes RI, 2020)
Penetapan kadar deksametason injeksi dilakukan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT), dengan ketentuan:
a) Fase gerak
Larutan kalium fosfat monobasa 0,01 M dalam campuran metanol P-air (1:1), disaring dan
diawaudarakan (dihilangkan udaranya).
b) Larutan baku
Buat larutan pada saat akan digunakan. Timbang saksama sejumlah deksametason natrium
fosfat BPFI, larutkan dalam fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,09 mg/mL.
c) Larutan uji
Ukur saksama sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 8 mg deksametason
fosfat, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Encerkan dengan fase gerak sampai tanda.
d) Sistem kromatograf
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detector 254 nm dan kolom 4 mm x 30
cm berii bahan pengisi LI. Laju alir lebih kurang 1,6 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak. Simpangan baku
relative tidak lebih dari 1,5% (waktu retensi puncak deksametason fosfat lebih kurang 5
menit).
a. Prosedur
1) Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) larutan baku dan larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatograf dan ukur respons puncak utama.
2) Hitung persentase deksametason fosfat (C22H30FO8P) dalam injeksi yang digunakan dengan
rumus:
ru CS 472,44
( )( )(
rs
×
CU
×
516,40
×100 )
ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan larutan baku; CS adalah kadar
Deksametason Natrium Fosfat BPFI dalam µg/mL larutan baku; CU adalah kadar deksametason
fosfat dalam µg/mL larutan uji berdasarkan jumah yang tertera pada etiket; 472,44 dan 516,40
berturut-turut adalah bobot molekul deksametason fosfat dan deksametason natrium fosfat.
b. Persyaratan
Mengandung deksametason natrium fosfat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket, sebagai garam dinatrium.
10. Uji Identifikasi (Kemenkes RI, 2014)
Uji identifikasi deksametason natrium fosfat injeksi dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT), dengan ketentuan:
a) Fase gerak
Campuran kloroform P-aseton P-air (50:50:1).
b) Larutan uji
Pipet sejumlah volume injeksi, setara dengan 10 mg deksametason fosfat ke dalam labu
ukur 100 mL, tambahkan air sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam corong pisah
125 mL dan cuci dua kali masing-masing dengan 10 mL metilen klorida P yang telah
dicuci dengan air cucian. Pindahkan larutan ke dalam tabung reaksi bertutup kaca 50 mL
dan tambahkan 5 mL larutan alkali fosfatase P, dalam 50 mL dapar magnesium pH 9.
Diamkan pada suhu 37˚ selama 45 menit dan ekstrksi dengan 25 mL mmetilen klorida P.
Uapkan 15 mL ekstrak metilen klorida di atas tangas uap hingga kering, dan larutkan
residu dalam 1 mL metilen klorida P.
c) Larutan baku
Timbang saksama sejumlah Deksametason BPFI, larutkan dalam metilen klorida P hingga
kadar 300 µg per mL.
a. Prosedur
1) Totolkan secara terpisah masing-masing 5µL larutan uji dan larutan baku pada lempeng
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase ferak, biarkan merambat hingga tiga
perempat tinggi lempeng.
2) Angkat lempeng, biarkan kering di udara.
3) Semprot lempeng dengan larutan asam sulfat P (1 dalam 2), panaskan pada suhu 105˚
hingga bercak berwarna coklat atau hitam.
4) Harga Rf bercak utama dari larutan uji sesuai dengan harga Rf larutan baku.
a. Evaluasi Biologi
11. Uji Efektivitas Pengawet (Kemenkes RI, 2020)
Uji efektivitas pengawet bertujuan untuk menunjukkan aktivitas pengawet yang ada dalam
sediaan. Pengawet antimikroba harus disebutkan dalam etiket.
a. Mikroba uji
Candida albicans, Aspergillus niger, Escherichi coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus.
b. Prosedur
1) Pengujian dapat dilakukan pada lima wadah asli.
2) Inokulasi tiap wadah dengan satu inokula baku yang telah disiapkan dan diaduk. Volume
suspensi inokula yang digunakan antara 0,5% dan 1,0% dari volume sediaan.
3) Inkubasi wadah yang sudah diinokulasi pada 22,5˚±2,5˚.
4) Ambil sampel dari tiap wadah pada interval hari ke-7, 14, dan 28.
c. Kriteria efektivitas antimikroba
a. Bakteri tidak kurang dari 1,0 log reduksi dari jumlah hitungan awal pada hari ke-7;
b. Tidak kurang dari 3,0 log reduksi dari hitungan awal pada hari ke-14; dan
c. Tidak meningkat sampai hari ke-28.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes RI., 2020. Farmakope Indonesia, Edisi VI. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
https://www.medicines.org.uk/emc/product/4659/smpc
Jackson, M. and Lowey, A., 2010. Handbook of Extemporaneous Preparation A guide to
pharmaceutical compounding. Pharmaceutical Press. London, UK: Pharmaceutical Press.
Kaan MN, Odabasi O, Gezer E, Daldal A. The effect of preoperative deksamethasone on early
oral intake, vomiting and pain after tonsillectomy. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2006;70:73- 79
Lachman, L., Lieberman, and H.A., Kanig, J.L., 1987. The Teory and Practice of Industrial
Pharmacy. 3d ed. Bombay: Varghase Publishing House
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi Kedelapan. Jakarta: Salemba Medika.
Halaman 525.
Martindale. 1982. The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. London : The Parmaceutical
Press.
MSDS Toronto Research Chemical. Dexamethasone Sodium Phosphate . diambil
dari URL: https://www.trc-canada.com/product-detail/?D298898. Diakses pada tanggal
29 Juli 2021
Neal, M. J. 2012. Medical pharmacology at a glance (7th ed.). Oxford: Wiley- Blackwell.
Halaman 59-69.
Pubchem. Dexamethasone sodium phosphate. Diambil dari URL :
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Dexamethasone-sodium-phosphate. Diakses pada
tanggal 29 Juli 2021
Rowe, Raymond C, dkk. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.
Pharmaceutical Press, USA
Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London
Voight. R,.(1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Dr. Soendani Noerono. Edisi
Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
https://www.zionmarketresearch.com/report/dexamethasone-market diakses pada tanggal 28 Juli
2021 jam 20.17
https://www.databridgemarketresearch.com/reports/global-dexamethasone-market diakses pada
tanggal 28 Juli 2021 jam 20.21