Anda di halaman 1dari 31

Makalah Perencanaan Kepala Ruangan Berdasarkan Joint Commission

International (JCI)
Tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai salah satu mata kuliah Manajemen
Keperawatan

OLEH :
KELOMPOK 4

Annisa Rahma Yuni (1811312045)


Nilam Septia Erwanda (1811312049)
Rhiana Eviranita (1811313005)
Monica Imanda (1811313007)
Laila Sa’adah (1811313009)
Zela Indrinani (1811313011)
Zara Aprilia (1811313013)
Beauty Risha Ananda (1811313015)
Aisyah Rahma Dini (1811313017)
Natasya (1811313019)
Vebby Fitri Nur’Arita (1811313021)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tentang Perencanaan Kepala Ruangan Berdasarkan Joint Commission International (JCI)”
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan
kritikan dari Ibu Dosen dan saudara pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
inspirasi tehadap pembaca.

Padang, September 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 3
BAB II.................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Akreditasi Joint Commission International (JCI)........................................... 4
2.2 Tujuan dan Manfaat Akreditasi JCI ................................................................................ 5
2.3 Analisis Perencanaan Karu Akreditas JCI ....................................................................... 5
BAB III .............................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. Ruh sakit
sehatan. Ruh sakit menyediakan menyediakan pelayanan pelayanan kuratif komplek,
kuratif komplek, pelayanan g pelayanan gawat darurat, p awat darurat, pusat alih usat
alih pengetahuan pengetahuan dan tekno dan teknologi dan logi dan berfungsi sebagai
pusat rujukan. Rumah sakit harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai
dengan harapan pelanggan untuk meningkatkan kepuasan pemakai jasa. Dalam Undang
– Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf sal 29 huruf b
menyebutkan bahwa b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada Pasal
40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pelayanan
rumah sakit wajib sakit wajib dilakukan dilakukan akreditasi secara akreditasi secara
berkala minimal berkala minimal tigatahun sek tigatahun sekali. Dari ali. Dari undang-
undang tersebut diatas akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan
agar mutu dan kualitas diintegrasikan dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di
rumah sakit ( Depkes, 2009 ).
Menurut Joint Comission International (JCI) Tahun 2011, akreditasi adalah
proses penilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam penilaian organisasi pelayanan
kesehatan dalam hal ini rumah sakit utamanya rumah sakit non ini rumah sakit
utamanya rumah sakit non pemerintah, oleh pemerintah, oleh lembaga akreditasi
lembaga akreditasi internasional berdasarkan internasional berdasarkan standar
internasional y standar internasional yang telah ang telah ditetapkan. Akreditasi disusun
untuk meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan kesehatan.
Joint Commission International (JCI) merupakan lembaga akreditasi
internasional aga akreditasi internasional yang berwenang berwenang melakukan
melakukan akreditasi. akreditasi. Kementerian Kementerian Kesehatan Kesehatan
menetapkan menetapkan JCI sebagai sebagai lembaga lembaga atau badan yang dapat
melakukan akreditasi rumah sakit bertaraf Internasional yang ditetapkan bertaraf

1
Internasional yang ditetapkan dalam Keputusan Menkes dalam Keputusan Menkes No.
1195/MENKES/SK/VIII/2010 No. 1195/MENKES/SK/VIII/2010.
JCI didirikan tahun 1998 sebagai perpanjangan tangan untuk kawasan
internasional dari The Joint Commission (United States). JCI bermarkas di Amerika
Serikat. JCI telah bekerja sama dengan 80 menteri kesehatan di seluruh dunia.
Fokusnya ialah peningkatan pengawasan terhadap keamanan pasien dengan cara
memberikan sertifikasi akreditasi dan pendidikan untuk mengimplementasikan solusi
berkelanjutan berbagai organisasi pelayanan kesehatan Organisasi pelayanan kesehatan
itu meliputi rumah sakit, klinik, laboratorium klinik dan sebagainya
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan
budaya kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan
pelayanannya. Melalui proses akreditasi salah Melalui proses akreditasi salah satu
manfaatnya rum satu manfaatnya rumah sakit dapat meningkatkan kepe ah sakit dapat
meningkatkan kepercayaan rcayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitikberatkan
sasarannya pada keselamatan pasien nnya pada keselamatan pasien dan mutu dan mutu
pelayan. pelayan. Standar Standar akreditasi akreditasi rumah sakit merupakan
merupakan upaya Kementrian Kementrian Kesehatan Kesehatan RI menyediakan suatu
perangkat yang mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan
pelayanan. Dengan demikian rumah sakit harus menerapkan standar akreditasi rumah
sakit, termasuk standar-standar lain yang berlaku bagi rumah sakit sesuai dengan
penjabaran penjabaran dalam Standar dalam Standar Akreditasi Ru Akreditasi Rumah
Sak mah Sakit edisi it edisi 2011. Sesuai d Sesuai dengan standa engan standar
akreditasi r akreditasi rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit
secara teratur melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis
pasien (Depkes, 201 m medis pasien (Depkes, 2011 ).
Standar akreditasi rumah sakit merupakan upaya KementrianKesehatan RI
ntrianKesehatan RI menyediakan suatu menyediakan suatu perangkat perangkat yang
mendorong mendorong rumah sakit senantiasa senantiasa meningkatkan meningkatkan
mutu dan keamanan keamanan pelayanan. pelayanan. Dengan demikian demikian
rumah sakit harus menerapkan menerapkan standar standar akreditasi akreditasi rumah
sakit, termasuk standar - standar lain termasuk standar - standar lain yang berlaku bagi
r yang berlaku bagi rumah sakit sesuai dengan penjaba umah sakit sesuai dengan
penjabaran dalam ran dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi 2011. Sesuai dengan
standar akreditasi rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara

2
teratur melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien
( Depkes, 2011). Pelayanan yang bermutu bukan hanya pada bukan hanya pada
pelayanan medis pelayanan medis saja,tetapi saja,tetapi juga pada juga pada
penyelenggaraan rekam medis penyelenggaraan rekam medis yang menjadi salah satu
indikator mutu pelayanan rumah sakit yang dapat diketahui melalui kelengkapan
pengisian rekam medis.Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien. Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai
sebagai pemeliharaan pemeliharaan kesehatan kesehatan dan pengobatan pengobatan
pasien, pasien, alat bukti dalam proses penegakan penegakan hukum, keperluan
pendidikan dan penelitian, dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan dan data statistik
kesehatan (Depkes, 2008).Sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit, sebagai bagian
bagian peningkatan kinerja, peningkatan kinerja, rumah s rumah sakit secara teratur
teratur melakukan melakukan penilaian penilaian terhadap i terhadap isi dan
kelengkapan berkas rekam medis pasi kelengkapan berkas rekam medis pasien(Depkes,
2011) en(Depkes, 2011).
1.1 Rumusan Masalah
a. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu apa itu akreditasi JCI?
b. Bagaimana standar/kriteria penilaian pada tipe akreditasi JCI ?
c. Bagaimana mengidentifikasi perencanaan karu/ manajer keperawatan
berdasarkan akreditasi JCI

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
akreditasi JCI , standar/kriteria penilaian pada tipe akreditasi JCI keperawatan dan
Identifikasi perencanaan karu/ manajer keperawatan berdasarkan akreditasi JCI

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akreditasi Joint Commission International (JCI)

Akreditasi internasional yaitu JCI (Joint Commission International). JCI adalah


suatu organisasi yang independent, nonprofit, dan bukan lembaga pemerintahan yang berpusat
di Amerika Serikat dan merupakan divisi dari Joint Commission Resources (JCR)
cabang dari The Joint Commission. Fokus dari akreditasi JCI adalah keselamatan pasien
(patient safety) yang tertuang dalam standart 6 Sasaran Keselamatan Pasien. Standart
tersebut dikembangkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah medik yang berpotensi
menimbulkan outcome yang tidak diharapkan. Berdasarkan JCI tahun 2001 penerapan
keselamatan pasien mempunyai enam tujuan, meliputi identifikasi pasien dengan benar,
mencegah kesalahan obat, komunikasi efektif, mencegah infeksi nosokomial, mencegah
jatuh serta mencegah salah pasien, salah tempat dan salah prosedur tindakan
pembedahan (Kemenkes, 2011).

Akreditasi JCI merupakan salah satu elemen penting bagi rumah sakit, karena dapat
menjadi bukti atas kualitas layanan yang diberikan kepada pasien. Joint Commission
International (JCI) merupakan lembaga akreditasi unggulan berskala internasional yang
ditujukan untuk sektor pelayanan kesehatan berskala Internasional. Lembaga ini telah berdiri
sejak tahun 1951 dan memiliki standar akreditasi yang telah diakui sejak tahun 1994.

Selain itu, akreditasi JCI juga berhasil menciptakan standar kualitas pelayanan
kesehatan yang seragam di lebih dari 100 negara, tersebar mulai dari Eropa, Asia, Afrika,
Amerika Selatan, hingga Timur Tengah. Maka dari itu, tidak mengherankan jika rumah sakit
yang telah memenuhi syarat akreditasi JCI biasanya dibanjiri oleh calon pasien, karena
memang kualitas layanannya telah diakui secara internasional.

Akan tetapi, belum semua rumah sakit atau klinik mengenal akreditasi JCI untuk rumah
sakit. Bahkan menurut laporan Bisnis.com pada tahun 2019 yang lalu menyebutkan, baru
sekitar 36 rumah sakit di Indonesia yang lolos akreditasi internasional, termasuk akreditasi JCI.

4
2.2 Tujuan dan Manfaat Akreditasi JCI
Tujuan akreditasi JCI adalah untuk menawarkan kepada masyarakat internasional
proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang berbasis standar
(Frelita, et.al, 2011).
Dengan memperoleh akreditasi JCI, tidak hanya terjadi peningkatan mutu layanan,
tetapi juga tercipta perubahan budaya dalam rumah sakit yang menjadikan pasien sebagai pusat
rumah sakit. Dengan kata lain pasien tidak hanya menjadi pihak yang menerima layanan
kesehatan tetapi ia juga menjadi bagian dari rencana pengobatannya. Perubahan budaya ini
merupakan suatu proses yang berkelanjutan, dengan akreditasi ini Rumah Sakit akan
menunjukkan komitmennya terhadap peningkatan keselamatan pasien secara berkelanjutan.
2.3 Analisis Perencanaan Karu Akreditas JCI

No. Standar Analisis Perencanaan


1. Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP)
SIKP.1 Mengidentifikasi 1. Karu perlu melakukan supervisi kepada perawat
Pasien Dengan Benar pelaksana agar tidak terjadi kekeliruan dalam
setiap tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Supervisi merupakan interaksi dan komunikasi
profesional antara supervisor keperawatan dan
perawat pelaksana menerima
bimbingandukungan dan bantuan.
2. Motivasi staf, kemampuan seorang menajer
dalam membangun motivasistaf akan membawa
staf untuk berkontribusi lebih baik lagi dalam
pekerjaannya
3. Melalui bimbingan kemampuan dan
keterampilan perawat pelaksana akan meningkat.
Selain itu melalui bimbingan akan menimbulkan
rasa percaya diri perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
4. Supervisi dilakukan dalam bentuk evaluasi,
memberikan bimbingan atau arahan, mendidik
dan mendukung perawat pelaksana maka hasil
penerapan budaya keselamatan pasien baik
dalam pelaksanaan maupun pelaporan.

SIKP.2 Meningkatkan 1. Karu melakukan komunikasi dengan baik dan


Komunikasi Yang Efektif benar dengan perawat pelaksana.
2. Karu memastikan bahwa sesuatu yang di
komunikasikan dengan perawat pelaksana sudah
benar dan sama dengan yang dimaksud karu.

SIKP.3 Meningkatkan 1. Karu memastikan bahwa perawat pelaksana


Keamanan Obat-obatan Yang mengethui obat-obatan apa saja yang perlu
Harus Diwaspadai diwaspadai, contohnya elektrolit yang konsentrat

5
tinggi
5. 2.Karu memastikan perwawat pelaksana
mengetahui obat high allert
6.
SIKP.4 Memastikan Lokasi 1.Karu memastikan bahwa perawat pelaksananya
Pembedahan Yang Benar, paham dengan bagaimana prosedur pemberian
Prosedur Yang Benar, tanda pada lokasi pembedahan, dengan prosedur
Pembedahan Pada Pasien Yang yang benar, serta pada orang yang benar.
Benar

SIKP.5 Mengurangi Risiko 1.Karu mengedukasi bagaimana agar resiko infeksi


Infeksi Akibat Perawatan pada asaat perawatan dapat di minimalisir,
Kesehatan contohnya dengan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan.

SIKP.6 Mengurangi Risiko 1.Karu selalu mengngatkan bahwa keselamatan


Cedera Pasien Akibat Terjatuh pasien sangat penting, seperti memastikan
penyangga tempat tidur pasien sudah terkunci baik
agar pasien tidak jatuh dan terus di lakukan
pemantauan bagi pasien yang beresiko tinggi
cidera atau jatuh.

No. Standar Analisis Perencanaan


2. Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan (APKP)
APKP 1 : Penerimaan dalam 1. Karu mengajarkan dan membimbing
bagaimana cara agar pasien mendapatkan
Rumah sakit
perawatan yang baik dan dapat menerima
tindakan yang diperlukan pasien dengan benar
2. Pasien darurat mendapatkan penanganan
segera.
3. Mengenal kebijakan yang ada dan
mematuhinya.
4. Karu memastikan perawat pelaksana
memahami triase agar dapat melakukan tindakan
sebagaimana yang di prioritaskan terlebih dahulu
5. Karu memprioritaskan kebutuhan pasien
terkait layanan preventif, kuratif, rehabilitatif,
dan paliatif.
6. Perawat pelaksana dapat melakukan skrinning
yang tepat untuk perawatan selanjutnya.
APKP 2 : Perawatan 1. Karu memastikan semua pasien dan juga
Berkelanjutan keluarga mendapatkan informasi yang jelas
terhadap jalannnya perawatan di Rumah Sakit.
2. Perawat pelaksana memahami perbedaan
budaya dan keyakinan setiap pasien
3. Karu memastikan bahwa rekam medik pasien
yang dirawat di unit yang memberikan layanan

6
intensif/khusus mempunyai bukti bahwa mereka
memenuhi kriteria untuk layanan tersebut.
4. Perawatan yang berkesinmabungan untuk
pasien
APKP 3 :Pemulangan, Rujukan 1. Buat resume medis pasien pulang dengan benar
dan lengkap.
dan Tindak-lanjut

APKP 4 : Rujukan Pasien 1. Memahami kebijakan tentang rujukan atau


pemulangan bagi pasien.
APKP 5 : Transportasi

No. Standar Analisis Perencanaan


3. Assesmen Pasien (AP)
AP 1 : Semua pasien yang dirawat 1. Mengisi rekam medis dengan benar dan teliti
oleh rumah sakit diidentifikasi 2. Pasien dan kelurga berhak mendapatkan
kebutuhan perawatan informasi mengenai tindakan lanjutan
kesehatannya melalui suatu 3. Inform consent bagi pasien ynag ingin pulang
proses asesmen yang telah tanpa izin dokter
ditetapkan. 4. Membantu jika pasien butuh proses rujukan
segera serta memberikan informasi yang jelas
pada rumah sakit tempat drujuk
5. Memantau kondisi pasien selama proses
rujukan
6. Semua proses tindakan didokumentasikan
7. Proses asesmen pasien yang efektif akan
menghasilkan keputusan mengenai kebutuhan
penanganan pasien sesegera mungkin dan
berkesinambungan
8. Karu memberi tahu bahwa asesmen medis dan
keperawatan awal diselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan.
9. Untuk Perawat yang merawat pasien dapat
menemukan dan mengambil asesmen yang
diperlukan dari rekam medis atau tempat standar
yang mudah diakses.
10. Pasien yang berisiko memiliki masalah gizi
menurut kriteria tersebut akan diases status
gizinya.
11. Karu memastikan perwawat pelaksana
mengetahui cara mengkaji nyeri
12. Karu memebimbing proses asesmen untuk
populasi pasien berkebutuhan khusus.
13. Karu ikut serta dan memantau dalam
melakukan asesmen dan asesmen ulang terhadap

7
pasien menjelang ajal dan keluarganya.
14. Asesmen awal mencakup penentuan
dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus
tambahan.
AP 2 : Semua pasien diases ulang 1. Para pasien diases ulang untuk merencanakan
dengan interval tertentu melanjutkan pengobatan atau pemulangan.
berdasarkan kondisi dan
pengobatan mereka untuk
mengetahui respons mereka
terhadap pengobatan
AP 3 : Individu yang memenuhi 1. Karu menetapkan Asesmen keperawatan
kualifikasi melaksanakan dilakukan oleh individu yang memenuhi
asesmen dan asesmen ulang kualifikasi untuk melakukannya.
2. Penilaian yang terintegrasi
3. Prioritas kebutuhan pasien ditetapkan
berdasarkan hasil penilaian.
AP 4 : Dokter, perawat serta 1. Karu mengedukasi perawat agar tidak
individu dan layanan lain yang membeda-bedakan perawatan antar pasien.
bertanggung jawab terhadap 2. Kebijakan dan prosedur memandu perawatan
perawatan pasien bekerja sama yang seragam dan mencerminkan undang-undang
untuk menganalisis dan dan peraturan yang relevan.
mengintegrasikan asesmen pasien 3. Karu membuat Perencanaan perawatan
terintegrasi dan terkoordinasi antara berbagai
jenis perawatan, departemen, danjawatan
4. Terdapat kebijakan dan prosedur untuk
memandu perawatan pasien keadaan darurat.
5. Karu memastian perawat bekerja sesuai SOP
yang telah ditetapkan
6. Karumemandu perawatan pasien lanjut usia,
orang dengan keterbatasan, anak-anak, dan
populasi pasien yang berisiko sesuai kebiajakan
dan prosedur
7. Karu memastikan makanan atau nutrisi, yang
sesuai untuk pasien, tersedia secara teratur
8. Karu mengingatkan perawat untuk
mengedukasi keluarga agar mengetahui batasan-
batasan makanan bagi pasien.
9. Makanan yang didapatkan oleh pasien dijamin
kebersihannya dan tidak terkontaminasi
10. Karu memastikan perawat pelaksana
memberikan terapi gizi kepada pasien dengan
risiko menderita gangguan gizi.
11. Karu berkolaborasi untuk merencanakan,
memberikan dan memantau terapi gizi.
12. Karu mengingatkan perawat pelaksana untuk
memantau dan mencatat respons pasien terhadap
terapi gizi yang diberikan.

8
No. Standar Analisis Perencanaan
4. Perawatan Pasien (PP)
StandarPP.1:
Kebijakan dan prosedur serta
undang-undang dan peraturan
yang berlaku memandu
keseragaman perawatan untuk
semua pasien.

StandarPP.2:
Terdapat suatu proses untuk
mengintegrasi dan
mengoordinasikan perawatan
yang diberikan kepada setiap
pasien.

Standar PP.3 1. Karu bertanggung jawab untuk


Terdapat kebijakan dan prosedur mengembangkan, menerapkan dan
untuk memandu perawatan pasien menjaga kebijakan dan prosedur yang
berisiko tinggi dan penyediaan ditetapkan dan dijalankan.
layanan berisiko tinggi. 2. Karu bertanggung jawab untuk
menjalankan program pengendalian
mutu yang ditetapkan dan dilakukan.

Standar PP.4
Berbagai pilihan makanan yang
tepat untuk status gizi pasien dan
konsisten dengan perawatan
klinis pasien, tersedia secara
teratur.

Standar PP.5 1. Karu membahas risiko, manfaat, dan


Pasien dengan risiko menderita alternatif dengan pasien, keluarga
gangguan gizi menerima terapi pasien, atau mereka yang membuat
gizi. keputusan untuk pasien.

Standar PP.6 1. Karu memastikan perawat


Pasien didukung secara efektif pelaksana mengidentifikasi pasien yang
dalam mengelola rasa nyerinya. menderita nyeri.
2. Karu memastikan pasien yang
menderita nyeri menerima perawatan
sesuai dengan pedoman manajemen nyeri.
3. Karu berkomunikasi dengan
pasien serta mendidik pasien dan
keluarganya mengenai nyeri.

9
4. Karu mendidik staf mengenai manajemen
nyeri.

Standar PP.7 1. Karu mengingatkan staf mengenai


Rumah sakit menyediakan kebutuhan khusus pasien di akhir hayat.
perawatan pada akhir hayat. 2. Karu mengevaluasi mutu
perawatan di akhir hayat bersama
keluarga dan staf.
3. Karu memastikan perawatan pasien
dalam keadaan menjelang ajal
mengoptimalkan kenyamanan dan
martabatnya.
4. Karu memastikan intervensi untuk
menangani kebutuhan psikososial,
emosional dan spiritual pasien dan
keluarganya mengenai kematian dan
berkabung berjalan lancar.

No. Standar Analisis Perencanaan


5. Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB)
Standar PAB.1 1. Karu memastikan layanan anestesi
Layanan anestesi (termasuk (termasuk sedasi sedang dan dalam) memenuhi
sedasi sedang dan dalam) tersedia standar, undang-undang dan peraturan lokal serta
untuk memenuhi kebutuhan nasional yang berlaku.
pasien, dan semua layanan
semacam itu memenuhi standar,
undang-undang dan peraturan
lokal dan nasional yang berlaku
serta standar-standar profesional.

Standar PAB.2 1. Karu memastikan layanan anestesi


Seseorang yang memenuhi (termasuk sedasi sedang dan dalam) yang
kualifikasi bertanggung jawab memadai, teratur, dan mudah tersedia
untuk mengelola layanan anestesi untuk memenuhi kebutuhan pasien.
(termasuk sedasi sedang dan 2. Karu memastikan layanan anestesi
dalam). (termasuk sedasi sedang dan dalam)
tersedia untuk keadaan darurat setelah jam
kegiatan kerja biasa.
Standar PAB.3 1. Karu memastikan perawat pelaksana
Kebijakan dan prosedur mengatur memenuhi kualifikasi bertanggung jawab
perawatan pasien yang sedang untuk mengelola layanan anestesi
menjalani sedasi sedang dan (termasuk sedasi sedang dan dalam)
dalam. 2. Karu memastikan layanan anestesi
(termasuk sedasi sedang dan dalam)
seragam di seluruh rumah sakit.
Standar PAB.4 1. Karu bertanggung jawab untuk
Seseorang yang memenuhi merekomendasikan sumber dari luar
kualifikasi melaksanakan untuk layanan anestesi.

10
asesmen praanestesi dan penilaian 2.Karu bertanggung jawab untuk
prainduksi memantau dan mengkaji semua layanan
anestesi.

Standar PAB.5 1. Karu merencanakandan


Perawatan anestesi setiap pasien mendokumentasikan perawatan
direncanakan dan anestesi setiap pasien.
didokumentasikan di dalam
rekam medis.

Standar PAB.6 1. Karu bertanggung jawab dalam


Status pascaanestesi setiap pasien mengatur prosedur perawatan pasien
dipantau dan didokumentasikan. yang sedang menjalani sedasi sedang
Pasien dipindahkan dari area dan dalam.
pemulihan oleh individu yang 2. Karu mengevaluasi risiko dan
memenuhi kualifikasi atau kesesuaian sedasi bagi pasien.
dengan menggunakan kriteria
yang telah ditetapkan

Standar PAB.7 1. Karu memantau dan


Perawatan bedah setiap pasien mendokumentasikan status pasca
direncanakan dan anestesi setiap pasien.
didokumentasikan berdasarkan
hasil-hasil asemen.

No. Standar Analisis Perencanaan


6. Penyuluhan Pasien dan Keluarga Pasien (PPKP)
Standar PPKP.1 1. Karu melibatkan pasien dan
Rumah sakit memberikan keluarganya dalam pengambilan
penyuluhan yang mendukung keputusan perawatan.
partisipasi pasien dan
keluarganya dalam keputusan
perawatan dan proses perawatan.

Standar PPKP.2 1. Karu memastikan kebutuhan


Kebutuhan penyuluhan setiap penyuluhan setiap pasien diases dan
pasien diases dan dimasukkan ke dimasukkan ke dalam rekam
dalam rekam medisnya. medisnya.

Standar PPKP.3 1. Karu memastikan pasien dan keluarga


Penyuluhan dan pelatihan pasien mempelajari tentang
membantu memenuhi kebutuhan bagaimana berpartisipasi dalam
kesehatan pasien yang keputusan perawatan.
berkesinambungan. 2. Karu membantu memenuhi
kebutuhan kesehatan pasien yang
berkesinambungan dengan
penyuluhan dan pelatihan.
3. Karu memberikan penyuluhan yang
mendukung partisipasi pasien dan

11
keluarganya dalam keputusan
perawatan dan proses perawatan.

Standar PPKP.4 1. Karu memfasilitasi perawatan


Penyuluhan pasien dan berkelanjutan.
keluarganya mencakup topik-
topik berikut, yang berkaitan
dengan perawatan pasien:
penggunaan obat-obatan yang
aman, penggunaan peralatan
medis yang aman, potensi
interaksi antara obat- obatan dan
makanan, panduan gizi,
manajemen nyeri, serta teknik-
teknik rehabilitasi.

Standar PPKP.5 1. Karu memastikan pasien menerima


Metode penyuluhan dipilih penyuluhan dan pelatihan untuk
dengan mempertimbangkan nilai memenuhi kebutuhan kesehatan
yang dianut dan preferensi pasien mereka secara berkesinambungan
dan keluarganya serta atau untuk mencapai sasaran
memungkinkan terjadinya kesehatan mereka
interaksi yang memadai antara
pasien, keluarga pasien dan staf
sehingga terjadi proses
pembelajaran.

Standar PPKP.6 1. Karu bekerja sama dengan


Profesional kesehatan yang profesional kesehatan yang merawat
merawat pasien bekerja sama pasien untuk menyediakan
untuk menyediakan penyuluhan penyuluhan

12
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Akreditasi internasional yaitu JCI (Joint Commission International). JCI
adalah suatu organisasi yang independent, nonprofit, dan bukan lembaga pemerintahan
yang berpusat di Amerika Serikat dan merupakan divisi dari Joint Commission
Resources (JCR) cabang dari The Joint Commission. Fokus dari akreditasi JCI
adalah keselamatan pasien (patient safety) yang tertuang dalam standart 6 Sasaran
Keselamatan Pasien. Akreditasi JCI merupakan salah satu elemen penting bagi rumah
sakit, karena dapat menjadi bukti atas kualitas layanan yang diberikan kepada pasien.
akreditasi JCI ini bertujuan untuk menawarkan kepada masyarakat internasional
proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang berbasis
standar
Sebagian besar standart 6 Sasaran Keselamatan Pasien diterapkan oleh perawat,
khususnya perawat di ruang rawat inap yang dituntut untuk selalu berinteraksi dengan
pasien. Koordinator perawat dapat menggunakan kepemimpinan transformasional
untuk mengkoordinir staf yang dipimpinnya sehingga care of patient (standar
pelayanan terhadap pasien) mampu dipertahankan secara maksimal. Koordinator
perawat dapat mengaplikasikan teori Watson dimana teori keperawatan Watson
menjelaskan 10 faktor carative caring sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama
manusia dalam proses perawatan dan ada unsur nilai moral, pengetahuan, dan spiritual
yang sangat berperan dalam interaksi sesama manusia.
3.2 Saran
Keperawatan merupakan profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya
lebih luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti
keperawatan. Maka perawat profesional harus disiapkan dengan mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Maka dari itu sebagai calon perawat yang profesional,
perawat harus mulai menanamkan manajemen yang benar secara ilmu dan baik secara
etika dari sekarang dan memulai dari hal yang terkecil.

13
DAFTAR PUSTAKA

Syafridayani, F. (2019). 6 SASARAN PENTING KESELAMATAN PASIEN YANG


HARUS DIKETAHUI DAN DIPAHAMI OLEH SEORANG PERAWAT.
Pambudi, Y. D. W., Sutriningsih, A., & Yasin, D. D. F. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam Penerapan 6 Skp (Sasaran Keselamatan Pasien) Pada
Akreditasi Jci (Joint Commission International) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Waluya Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1).
Sari, K. (2020). PERAN PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL DALAM STANDARISASI
JOINT COMMISION INTERNATIONAL (JCI) DI BIDANG KEPERAWATAN.

14
A. PENGERTIAN AKREDITASI JOINT COMMISSION
INTERNATIONAL (JCI)

Akreditasi internasional yaitu JCI (Joint Commission


International). JCI adalah suatu organisasi yang independent, nonprofit,
dan bukan lembaga pemerintahan yang berpusat di Amerika Serikat
dan merupakan divisi dari Joint Commission Resources (JCR)
cabang dari The Joint Commission. Fokus dari akreditasi JCI adalah
keselamatan pasien (patient safety) yang tertuang dalam standart 6
Sasaran Keselamatan Pasien. Standart tersebut dikembangkan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah medik yang berpotensi
menimbulkan outcome yang tidak diharapkan.
B. TUJUAN DAN MANFAAT AKREDITASI JCI

 Tujuan akreditasi JCI adalah untuk menawarkan kepada masyarakat


internasional proses objektif untuk mengevaluasi organisasi
pelayanan kesehatan yang berbasis standar (Frelita, et.al, 2011).
 Dengan memperoleh akreditasi JCI, tidak hanya terjadi peningkatan mutu
layanan, tetapi juga tercipta perubahan budaya dalam rumah sakit yang
menjadikan pasien sebagai pusat rumah sakit.
2.2 Analisis Perencanaan Karu Akreditas JCI

No. Standar Analisis Perencanaan


1. Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP)
SIKP.1 Mengidentifikasi 1. Karu perlu melakukan supervisi kepada perawat
Pasien Dengan Benar pelaksana agar tidak terjadi kekeliruan dalam
setiap tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Supervisi merupakan interaksi dan komunikasi
profesional antara supervisor keperawatan dan
perawat pelaksana menerima
bimbingandukungan dan bantuan.
2. Motivasi staf, kemampuan seorang menajer
dalam membangun motivasistaf akan membawa
staf untuk berkontribusi lebih baik lagi dalam
pekerjaannya
3. Melalui bimbingan kemampuan dan
keterampilan perawat pelaksana akan meningkat.
Selain itu melalui bimbingan akan menimbulkan
rasa percaya diri perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
4. Supervisi dilakukan dalam bentuk evaluasi,
memberikan bimbingan atau arahan, mendidik
dan mendukung perawat pelaksana maka hasil
penerapan budaya keselamatan pasien baik
dalam pelaksanaan maupun pelaporan.

SIKP.2 Meningkatkan 1. Karu melakukan komunikasi dengan baik dan


Komunikasi Yang Efektif benar dengan perawat pelaksana.
2. Karu memastikan bahwa sesuatu yang di
komunikasikan dengan perawat pelaksana sudah
benar dan sama dengan yang dimaksud karu.

SIKP.3 Meningkatkan 1. Karu memastikan bahwa perawat pelaksana


Keamanan Obat-obatan Yang mengethui obat-obatan apa saja yang perlu
Harus Diwaspadai diwaspadai, contohnya elektrolit yang konsentrat
tinggi
5. 2.Karu memastikan perwawat pelaksana
mengetahui obat high allert
6.
SIKP.4 Memastikan Lokasi 1.Karu memastikan bahwa perawat pelaksananya
Pembedahan Yang Benar, paham dengan bagaimana prosedur pemberian
Prosedur Yang Benar, tanda pada lokasi pembedahan, dengan prosedur
Pembedahan Pada Pasien Yang yang benar, serta pada orang yang benar.
Benar

SIKP.5 Mengurangi Risiko 1.Karu mengedukasi bagaimana agar resiko infeksi


Infeksi Akibat Perawatan pada asaat perawatan dapat di minimalisir,
Kesehatan contohnya dengan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan.

SIKP.6 Mengurangi Risiko 1.Karu selalu mengngatkan bahwa keselamatan


Cedera Pasien Akibat Terjatuh pasien sangat penting, seperti memastikan
penyangga tempat tidur pasien sudah terkunci baik
agar pasien tidak jatuh dan terus di lakukan
pemantauan bagi pasien yang beresiko tinggi
cidera atau jatuh.
No. Standar Analisis Perencanaan
1. Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan (APKP)
APKP 1 : Penerimaan dalam 1. Karu mengajarkan dan membimbing
bagaimana cara agar pasien mendapatkan
Rumah sakit
perawatan yang baik dan dapat menerima
tindakan yang diperlukan pasien dengan benar
2. Pasien darurat mendapatkan penanganan
segera.
3. Mengenal kebijakan yang ada dan
mematuhinya.
4. Karu memastikan perawat pelaksana
memahami triase agar dapat melakukan tindakan
sebagaimana yang di prioritaskan terlebih dahulu
5. Karu memprioritaskan kebutuhan pasien
terkait layanan preventif, kuratif, rehabilitatif,
dan paliatif.
6. Perawat pelaksana dapat melakukan skrinning
yang tepat untuk perawatan selanjutnya.
APKP 2 : Perawatan 1. Karu memastikan semua pasien dan juga
Berkelanjutan keluarga mendapatkan informasi yang jelas
terhadap jalannnya perawatan di Rumah Sakit.
2. Perawat pelaksana memahami perbedaan
budaya dan keyakinan setiap pasien
3. Karu memastikan bahwa rekam medik pasien
yang dirawat di unit yang memberikan layanan
intensif/khusus mempunyai bukti bahwa mereka
memenuhi kriteria untuk layanan tersebut.
4. Perawatan yang berkesinmabungan untuk
pasien
APKP 3 :Pemulangan, Rujukan 1. Buat resume medis pasien pulang dengan benar
dan lengkap.
dan Tindak-lanjut

APKP 4 : Rujukan Pasien 1. Memahami kebijakan tentang rujukan atau


pemulangan bagi pasien.
APKP 5 : Transportasi
No. Standar Analisis Perencanaan
1. Assesmen Pasien (AP)
AP 1 : Semua pasien yang dirawat 1. Mengisi rekam medis dengan benar dan teliti
oleh rumah sakit diidentifikasi 2. Pasien dan kelurga berhak mendapatkan
kebutuhan perawatan informasi mengenai tindakan lanjutan
kesehatannya melalui suatu 3. Inform consent bagi pasien ynag ingin pulang
proses asesmen yang telah tanpa izin dokter
ditetapkan. 4. Membantu jika pasien butuh proses rujukan
segera serta memberikan informasi yang jelas
pada rumah sakit tempat drujuk
5. Memantau kondisi pasien selama proses
rujukan
6. Semua proses tindakan didokumentasikan
7. Proses asesmen pasien yang efektif akan
menghasilkan keputusan mengenai kebutuhan
penanganan pasien sesegera mungkin dan
berkesinambungan
8. Karu memberi tahu bahwa asesmen medis dan
keperawatan awal diselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan.
9. Untuk Perawat yang merawat pasien dapat
menemukan dan mengambil asesmen yang
diperlukan dari rekam medis atau tempat standar
yang mudah diakses.
10. Pasien yang berisiko memiliki masalah gizi
menurut kriteria tersebut akan diases status
gizinya.
11. Karu memastikan perwawat pelaksana
mengetahui cara mengkaji nyeri
12. Karu memebimbing proses asesmen untuk
populasi pasien berkebutuhan khusus.
13. Karu ikut serta dan memantau dalam
melakukan asesmen dan asesmen ulang terhadap
pasien menjelang ajal dan keluarganya.
14. Asesmen awal mencakup penentuan
dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus
tambahan.
AP 2 : Semua pasien diases ulang 1. Para pasien diases ulang untuk merencanakan
dengan interval tertentu berdasarkan melanjutkan pengobatan atau pemulangan.
kondisi dan pengobatan mereka
untuk mengetahui respons mereka
terhadap pengobatan
AP 3 : Individu yang memenuhi 1. Karu menetapkan Asesmen keperawatan
kualifikasi melaksanakan asesmen dilakukan oleh individu yang memenuhi kualifikasi
dan asesmen ulang untuk melakukannya.
2. Penilaian yang terintegrasi
3. Prioritas kebutuhan pasien ditetapkan berdasarkan
hasil penilaian.
AP 4 : Dokter, perawat serta 1. Karu mengedukasi perawat agar tidak membeda-
individu dan layanan lain yang bedakan perawatan antar pasien.
bertanggung jawab terhadap 2. Kebijakan dan prosedur memandu perawatan yang
perawatan pasien bekerja sama seragam dan mencerminkan undang-undang dan
untuk menganalisis dan peraturan yang relevan.
mengintegrasikan asesmen pasien 3. Karu membuat Perencanaan perawatan terintegrasi
dan terkoordinasi antara berbagai jenis perawatan,
departemen, danjawatan
4. Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu
perawatan pasien keadaan darurat.
5. Karu memastian perawat bekerja sesuai SOP yang
telah ditetapkan
6. Karumemandu perawatan pasien lanjut usia, orang
dengan keterbatasan, anak-anak, dan populasi pasien
yang berisiko sesuai kebiajakan dan prosedur
7. Karu memastikan makanan atau nutrisi, yang
sesuai untuk pasien, tersedia secara teratur
8. Karu mengingatkan perawat untuk mengedukasi
keluarga agar mengetahui batasan-batasan makanan
bagi pasien.
9. Makanan yang didapatkan oleh pasien dijamin
kebersihannya dan tidak terkontaminasi
10. Karu memastikan perawat pelaksana
memberikan terapi gizi kepada pasien dengan risiko
menderita gangguan gizi.
11. Karu berkolaborasi untuk merencanakan,
memberikan dan memantau terapi gizi.
12. Karu mengingatkan perawat pelaksana untuk
memantau dan mencatat respons pasien terhadap
terapi gizi yang diberikan.
No. Standar Analisis Perencanaan
1. Perawatan Pasien (PP)
StandarPP.1:
Kebijakan dan prosedur serta
undang-undang dan peraturan
yang berlaku memandu
keseragaman perawatan untuk
semua pasien.

StandarPP.2:
Terdapat suatu proses untuk
mengintegrasi dan
mengoordinasikan perawatan
yang diberikan kepada setiap
pasien.

Standar PP.3 1. Karu bertanggung jawab untuk


Terdapat kebijakan dan prosedur mengembangkan, menerapkan dan
untuk memandu perawatan pasien menjaga kebijakan dan prosedur yang
berisiko tinggi dan penyediaan ditetapkan dan dijalankan.
layanan berisiko tinggi. 2. Karu bertanggung jawab untuk
menjalankan program pengendalian
mutu yang ditetapkan dan dilakukan.

Standar PP.4
Berbagai pilihan makanan yang
tepat untuk status gizi pasien dan
konsisten dengan perawatan
klinis pasien, tersedia secara
teratur.

Standar PP.5 1. Karu membahas risiko, manfaat, dan


Pasien dengan risiko menderita alternatif dengan pasien, keluarga
gangguan gizi menerima terapi pasien, atau mereka yang membuat
gizi. keputusan untuk pasien.

Standar PP.6 1. Karu memastikan perawat


Pasien didukung secara efektif pelaksana mengidentifikasi pasien yang
dalam mengelola rasa nyerinya. menderita nyeri.
2. Karu memastikan pasien yang
menderita nyeri menerima perawatan
sesuai dengan pedoman manajemen nyeri.
3. Karu berkomunikasi dengan
pasien serta mendidik pasien dan
keluarganya mengenai nyeri.
4. Karu mendidik staf mengenai manajemen
nyeri.
Standar PP.7 1. Karu mengingatkan staf mengenai
Rumah sakit menyediakan kebutuhan khusus pasien di akhir hayat.
perawatan pada akhir hayat. 2. Karu mengevaluasi mutu
perawatan di akhir hayat bersama
keluarga dan staf.
1. Karu memastikan perawatan pasien
dalam keadaan menjelang ajal
mengoptimalkan kenyamanan dan
martabatnya.
2. Karu memastikan intervensi untuk
menangani kebutuhan psikososial,
emosional dan spiritual pasien dan
keluarganya mengenai kematian dan
berkabung berjalan lancar.

No. Standar Analisis Perencanaan


1. Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB)
Standar PAB.1 1. Karu memastikan layanan anestesi
Layanan anestesi (termasuk (termasuk sedasi sedang dan dalam) memenuhi
sedasi sedang dan dalam) tersedia standar, undang-undang dan peraturan lokal serta
untuk memenuhi kebutuhan nasional yang berlaku.
pasien, dan semua layanan
semacam itu memenuhi standar,
undang-undang dan peraturan
lokal dan nasional yang berlaku
serta standar-standar profesional.

Standar PAB.2 1. Karu memastikan layanan anestesi


Seseorang yang memenuhi (termasuk sedasi sedang dan dalam) yang
kualifikasi bertanggung jawab memadai, teratur, dan mudah tersedia
untuk mengelola layanan anestesi untuk memenuhi kebutuhan pasien.
(termasuk sedasi sedang dan 2. Karu memastikan layanan anestesi
dalam). (termasuk sedasi sedang dan dalam)
tersedia untuk keadaan darurat setelah jam
kegiatan kerja biasa.
Standar PAB.3 1. Karu memastikan perawat pelaksana
Kebijakan dan prosedur mengatur memenuhi kualifikasi bertanggung jawab
perawatan pasien yang sedang untuk mengelola layanan anestesi (termasuk
menjalani sedasi sedang dan dalam. sedasi sedang dan dalam)
2. Karu memastikan layanan anestesi (termasuk
sedasi sedang dan dalam) seragam di seluruh
rumah sakit.
Standar PAB.4 1. Karu bertanggung jawab untuk
Seseorang yang memenuhi merekomendasikan sumber dari luar untuk
kualifikasi melaksanakan asesmen layanan anestesi.
praanestesi dan penilaian prainduksi 2.Karu bertanggung jawab untuk memantau
dan mengkaji semua layanan anestesi.

Standar PAB.5 1. Karu merencanakandan


Perawatan anestesi setiap pasien mendokumentasikan perawatan anestesi
direncanakan dan didokumentasikan setiap pasien.
di dalam rekam medis.

Standar PAB.6 1. Karu bertanggung jawab dalam mengatur


Status pascaanestesi setiap pasien prosedur perawatan pasien yang sedang
dipantau dan didokumentasikan. menjalani sedasi sedang dan dalam.
Pasien dipindahkan dari area 2. Karu mengevaluasi risiko dan kesesuaian
pemulihan oleh individu yang sedasi bagi pasien.
memenuhi kualifikasi atau dengan
menggunakan kriteria yang telah
ditetapkan

Standar PAB.7 1. Karu memantau dan mendokumentasikan


Perawatan bedah setiap pasien status pasca anestesi setiap pasien.
direncanakan dan didokumentasikan
berdasarkan hasil-hasil asemen.
No. Standar Analisis Perencanaan
1. Penyuluhan Pasien dan Keluarga Pasien (PPKP)
Standar PPKP.1 1. Karu melibatkan pasien dan
Rumah sakit memberikan keluarganya dalam pengambilan
penyuluhan yang mendukung keputusan perawatan.
partisipasi pasien dan
keluarganya dalam keputusan
perawatan dan proses perawatan.

Standar PPKP.2 1. Karu memastikan kebutuhan


Kebutuhan penyuluhan setiap penyuluhan setiap pasien diases dan
pasien diases dan dimasukkan ke dimasukkan ke dalam rekam
dalam rekam medisnya. medisnya.

Standar PPKP.3 1. Karu memastikan pasien dan keluarga


Penyuluhan dan pelatihan pasien mempelajari tentang
membantu memenuhi kebutuhan bagaimana berpartisipasi dalam
kesehatan pasien yang keputusan perawatan.
berkesinambungan. 2. Karu membantu memenuhi
kebutuhan kesehatan pasien yang
berkesinambungan dengan
penyuluhan dan pelatihan.
3. Karu memberikan penyuluhan yang
mendukung partisipasi pasien dan
keluarganya dalam keputusan
perawatan dan proses perawatan.

Standar PPKP.4 1. Karu memfasilitasi perawatan


Penyuluhan pasien dan berkelanjutan.
keluarganya mencakup topik-
topik berikut, yang berkaitan
dengan perawatan pasien:
penggunaan obat-obatan yang
aman, penggunaan peralatan
medis yang aman, potensi
interaksi antara obat- obatan dan
makanan, panduan gizi,
manajemen nyeri, serta teknik-
teknik rehabilitasi.
Standar PPKP.5 1. Karu memastikan pasien menerima
Metode penyuluhan dipilih dengan penyuluhan dan pelatihan untuk
mempertimbangkan nilai yang memenuhi kebutuhan kesehatan mereka
dianut dan preferensi pasien dan secara berkesinambungan atau untuk
keluarganya serta memungkinkan mencapai sasaran kesehatan mereka
terjadinya interaksi yang memadai
antara pasien, keluarga pasien dan
staf sehingga terjadi proses
pembelajaran.

Standar PPKP.6 1. Karu bekerja sama dengan profesional


Profesional kesehatan yang merawat kesehatan yang merawat pasien untuk
pasien bekerja sama untuk menyediakan penyuluhan
menyediakan penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai