Anda di halaman 1dari 21

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN Tn. F DENGAN KASUS HERNIA INGUINALIS

DI RUANGAN OK RSUD POLEWALI MANDAR

NURHIDAYAH

Nim : N.

CI LAHAN CI INSTITUSI

_______________ _______________

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS) KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
TINJAUAN TEORI
HERNIA INGUINAL

A. Pengertian
Hernia adalah merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. (Brunner
& Suddart, 2002)
Hernia adalah penonjolan abnormal dari jaringan atau organ intra
abdominal (sebagain atau seluruhnya) melalui lubang atau defek dinding
abdomen.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah
penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung
kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga
menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan penyebab
congenital ataupun yang didapat. Hernia terdiri dari 3 bagian yaitu kantong,
isi, dan cincin hernia.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
adalah :
1. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intra abdominal di
anatranya ; kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda
berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi,
hipertropi prostat.
2. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
3. Kelemahan otot dinding perut.
4. Anulus internus yang cukup lebar.
C. Manifestasi Klinis
1. Pada orang dewasa
a. Laki-laki
1) Benjolan di daerah inguinal dapat mencapai skrotum.
2) Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan dan bila berdiri
lama/mengejan kuat maka benjolan makin membesar.
3) Terasa nyeri bila terjadi incarserata dan terasa kram apabila
benjolannya besar.
b. Wanita
Benjolan dapat mencapai labium majus.
2. Pada anak-anak
Bila menangis, timbul benjolan pada abdomen bagian bawah, dapat
mencapai skrotum atau labium majus, bila berbaring benjolan akan
hilang karena isi kantong hernis masuk ke dalam kavum abdomen.

D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus
kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu
tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana
kondisi itu ada sejak terjadi proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan
yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebakan gangrene (Oswari, E. 2000).
Hernia inguinaliis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab
yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot
dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertical. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis. Pada orang ewasa kanalis tersebut
sudah tertutup, tetapi karena kelenahan daerah tersebut makan akan seing
meninmbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra
abdomen (Netina, 2001).
E. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan
hernia menurut sifat atau tingkatanya.
1. Hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil.
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari
vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis
femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan
akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar
merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi
pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan
tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau
distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah
pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai
skrotum.
2. Menurut sifat atau tingkatannya :
1. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh
nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak
masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung
pada peritoneum.
3. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam
kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran
khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran
keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia
bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya
terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia
irreponibel
4. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus
yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus
kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis
pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan
kembali di sertai adanya nyeri tekan.
F. Komplikasi
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali.Keadan ini disebut
hernia inguinalis ireponiblis.pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulate. Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
konservatif dan pembedahan.
1. Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis
pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat
anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
2. Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia )
dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis
dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny
plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.Pasien
yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak
boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh
mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit
6 minggu. 

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut nurarif (2015),
antara lain :
a. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi atau peningkatan hematocrit, peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan elektrolit pada hernia.
b. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus atau obstruksi usus.
I. Pathway

Kehamilan, batuk kronis, obesitas. Kelemahan otot abdomen karena


usia atau secara kongenital

Tekanan intra abdomen

Peregangan rongga
dinding

Hernia

Cincin hernia

Hernia Inguinalis

Penekanan pembuluh darah Pembedahan

Strangulasi Terputusnya kontinuitas


jaringan lunak
Penekananan

Nyeri akut

Proses penyembuhan Destruksi pertahanan Keterbatasan gerak

Peningkatan Porte de Hipoperistaltik usus


KONSEP ASUHAN KEPEWATAN

HERNIA INGUINALIS

A. Pengkajian
a) Data umum
Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dan
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama
memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu (klien)
sperti identitas klien (nama, umur, agama, tempat tinggal, status
pendidikan, dll) dan penanggung jawab klien (Nursalam, 2008).
b. Kesehatan umum
1. Alasan MRS Keluhan Utama
Pola anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah
keluhan adanya nyeri akibat tindakan pembedahan maupun
sebelum pembedahan. Untuk mendapatkan pengkajian yang
lengkap mengenai nyeri klien, dapat digunakan metode PQRST.
2. Riwayat penyakit sekarang/riwayat kejadian
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan
nyeri didaerah sekitar pada dalam maupun testis, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan
pasca nyeri sering didapatkan.
3. Riwayat penyakit dahulu yang penting untuk dikaji antara lain
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, tubecolosis,
dipertimbangkan sebagai sasaran pengkajian preoperative serta
dengan aktivitas (khususnya pekerjaan) yang mengangkat beban
berat juga mempunyai resiko terjadi hernia.
4. Pola kesehatan
a. Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai
kebiasaan mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan
salah satu predisposisi hernia.
b. Pola aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan
intra abdomen seperti bersin, mengangkat beban berat,
batuk, mengejan.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal yang dilakukan antara lain :
a. Keadaan umum : yang sering muncul adalah kelemahan
fisik.
b. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pada penderita hernia
inguinal biasanya composmentis.
c. Tanda-tanda vital : biasanya penderita hernia ini tanda-
tanda vital dalam batas normal.
d. Kepala
Rambut : termasuk kuantitas, penybaran dan tekstur rambut
Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi.
Wajah : pucat dan wajah tampak berkerut menahan nyeri.
e. Mata
Mata tampak cekung (kekurangan cairan_, sclera ikterik,
konjungtiva merah muda. Pupil : miosis, midrosis, atau
anisokor.
f. Telinga
Daun telinga masih simetris kanan dan kiri. Gendang
telinga tidak tertutup. Serumen berwarna putih keabuan dan
masih dapat bervibrasi dengan baik pabila tidak mengalami
infeksi sekunder. Pengkajian terhadap pendengaran
terhadap bisikan maupun tes garputala dapat mengalami
penurunan.

g. Mulut dan faring


Bibir : sianosis, pucat (biaasanya penderita hernia
mengalami muak munntah karena adanya tekanan intra
abdomen). Mukosa oral : lembab atau kering. Langit-langit
mulut : terdapat bercak keputihan karena pasien mengalami
penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemhan
fisik.
h. Thorax dan paru
Frekuensi pernafan yang terjadi pada penderita hernia
biasanya dalam batas normal (16-20 kali permenit).
Dengarkan pernafasan pasien apabila terdengar stridor pada
obstruksi jalan nafas, mengi apabila penderita sekaligus
mempunyai riwayat asna atau bronchitis kronik.
i. Dada
Inspeksi : dalam batas normal, deformitas atau asimetris dan
retruksi inspirasi abdomen. Palpasi : adanya nyeri tekan
atau tidak. Perkusi : dalam batas normal. Pekak terjadi
apabila cairan atau jaringan padat menggantikan bagian
paru yang normalnya terisis udara (terjadi apabila penyakit
lain sperti : efusi pleura, tumor atau pasca penyembuhah
TBC). Auskultasi : bunyi nafas vesicular, bronco vesicular
(dalam batas normal).
j. Abdomen
Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal focus pemeriksaan
abdomen. Yang di dapatkan :
Inspeksi : terluhat benjolan di region inguinalis yang
berjalam dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Palpasi : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada fenikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tand aini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisis mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal ini hernia dapat
direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus
eksternus, pasien mulai mengejan kalau hernia menyentuh
ibu jari berarti hernia inguinalis lateralis.
Perkusi : bila didapatkan perkusi perut kembung maka
harus dipikirkan kemungkinan hernia, hipertimpani,
terdengar pekak.
Auskultasi : hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi
abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus.
k. Integument
Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan (luka
pembedahan pada abdomen).
l. Genitalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjola seperti lesi,
massa dan tumor.
m. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau
kekakuan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dengan keadaan yang mungkin terjadi pada klien dengan
post operasi hernia skrotalis acreata seperti yang telah diuraikan pada bagian
masalah maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang dapat muncul
adalah :
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Risiko infeksi
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Konstipasi
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1 Nyeri akut NOC : NIC :


 Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Defenisi :  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pengalaman sensori dan  comfort level kualitas dan faktor presipitasi
emosional tidak Kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
menyenangkan yang  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
muncul akibat nyeri, mampu menggunakan tehnik menemukan dukungan
kerusakan jaringan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
actual atau potensial mencari bantuan) nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
atau yang digambarkan  Melaporkan bahwa nyeri berkurang kebisingan
sebagai kerusakan, dengan menggunakan manajemen nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
awitan yang tiba-tiba 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
 Mampu mengenali nyeri (skala,
atau lambat, dari intervensi
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
intensitas ringan sampai 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berat dengan akhir yang dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
berkurang
dapat diantisipasi atau 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
 Tanda vital dalam rentang normal
diprediksi. 9. Tingkatkan istirahat
 Tidak mengalami gangguan tidur 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
2 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutrition Management
 Nutritional Status :
kebutuhan tubuh  Kaji adanya alergi makanan
 Nutritional Status : food and Fluid Intake
Definisi : Asupan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
 Nutritional Status: nutrient Intake Weight
nutrisi tidakcukup jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
control
untuk pasien. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
memenuhikebutuhan Kriteria Hasil :  intake Fe 
metabolik  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
 Adanya peningkatan berat badan sesuai
dan vitamin C
dengan tujuan
 Berikan substansi gula
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
 Yakinkan diet yang dimakan mengandung
badan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan
 Berikan makanan yang terpilih (sudah
nutrisi
dikonsultasikan denganahli gizi) 
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Menunjukkan peningkatan fungsi makanan harian.
pengecapan dan menelan  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Tidak terjadi penurunan beratbadan yang  Berikan informasi tentangkebutuhan nutrisi
berarti  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orang tua selama
makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, totalprotein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,hipertonik
papila lidah dan cavitasoral.
 Catat jika lidah berwarnamagenta, scarlet
3 Risiko Infeksi NOC NIC
 Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
Defenisi :  Knowledge : Infection control 2. Batasi pengunjung bila perlu
Rentan mengalami  Risk control 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
invasi dan multiplikasi Kriteria hasil: tindakan keperawatan
organism patogenik  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
yang dapat pelindung
 Menunjukkan kemampuan untuk
mengganggu kesehatan 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal dengan petunjuk umum
 Menunjukkan perilaku hidup sehat 6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan

 Status imun, gastrointestinal, infeksi kandung kencing

genitourinaria dalam batas normal 7. Tingkatkan intake nutrisi


8. Berikan terapi antibiotik:.................................
9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
10. Pertahankan teknik isolasi k/p
11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap
4 jam
4 Hambatan mobilitas fisik  NOC NIC
Definisi : keterbatasan  Joiint movement : active Exercise therapy :ambulation
pada pergerakan fisik  Mobility level 1. Monitor vital signsebelum/sesudah latihan dan
tubuh atau satu atau  Self care : ADLs lihat respon pasien saat latihan
lebih ekstremitas secara  Transfer performance 2. Konsultasikan denganterapi fisik
mandiri dan terarah Kriteria hasil tentangrencana ambulasi sesuaidengan

 Klien meningkat dalamaktivitas fisik  kebutuhan


3. Bantu klien untuk menggunakan tongkatsaat
 Mengerti tu"uan dari peningkatan
ber"alan dan cegah terhadap cedera
mobilitas
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
 Memverbalisasikan perasaan
laintentang teknik ambulasi
dalammeningkatkan kekuatandan
5. Kaji kemampuan pasiendalam mobilisasi
kemampuan berpindah
6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
 Memperagakan penggunaan alat
ADLs secara mandirisesuai kemampuan
bantuuntuk mobilisasi (walker)
7. Damping danbantu pasiensaat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs ps
8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
5. Konstipasi NOC NIC
Defenisi : Penurunan Bowel elimination Constipation/impaction management
pada prekwensi normal
Hydration  Monitor tanda dan gejala konstipasi
defakasi yang disertai
 Monitor bising usus
oleh kesulitan atau Kriteria hasil
 Monitor feses, frekuensi, konsistensi, dan
pengeluaran tidak
 Mempertahankan bentuk feses volume
lengkap feses/atau
 Lunak setiap 1-3 hari  Konsultasi dengan dokter tentang penurunan
pengeluaran fases yang
 Bebas dari ketidaknyamanan dan dan peningkatan bising usus
kering, keras dan
konstipasi
banyak  Mitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
 Mengidentifikasi indicator untuk
 Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan
mencegah konstipasi
terhadap pasien
 Feses lunak dan berbentuk
 Identifikasi faktor penyebab dan kontribussi
kontipasi
 Dukung intake cairan
 Kolaborasikan pemberian laksatif
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansyur, 2007, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa Agung
Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.
Doenges  M E. 2002. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan
pasien edisi 3 , Jakarta : EGC
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi  6, Volume1.
Jakarta: EGC.
Wilkinson dan Ahern. 2013. Buku Saku Diagnosa KeperawataN Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai