Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Ulkus peptikum


a) Ulkus peptikum merupakan defek fokal pada mukosa gaster atau duodenum yang meluas
ke submukosa atau lebih dalam lagi. Ulkus peptikum bisa bersifat akut maupun kronik,
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertahanan mukosa dan faktor agresi ( Zinner
MJ et al, 2012).
b) Peptic ulcer disease (PUD) is defined as the mucosal break of the upper gastrointestinal
tract due to acid peptic digestion resulting in ulcer formation which extends beyond the
muscularis mucosae into the submucosa (Yuan et al, 2019).
Terjemahan:
penyakit ulkus eptik (PUD) didefinisikan sebagai pecahnya mukosa saluran cerna bagian
atas
saluran usus karena pencernaan asam lambung yang mengakibatkan pembentukan ulkus
yang meluas melampaui muskularis mukosa ke dalam submucosa (Yuan et al, 2019).

2. Patofisiologi Ulkus peptikum

a) Peningkatan sekresi asam lambung dapat terjadi dengan tukak dodenum, tetapi pasien
dengan tukak peptik biasanya memiliki tingkat sekresi asam yang normal atau sedikit. NSAID
non selektif (termasuk aspirin) dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung dengan dua
mekanisme yaitu pertama mengiritasi langsung atau secara topikal pada epitel lambung, dan
yang kedua penghambatan sistemik sintesis prostaglandin mukosa endogen (Guyton dan
Hall, 2007).
b) Use of corticosteroids alone does not increase risk of ulcer or complications, but ulcer risk is
doubled in corticosteroid users taking NSAIDs concurrently. Epidemiologic evidence links
cigarette smoking to PUD, impaired ulcer healing, and ulcer-related GI complications. Risk is
proportional to amount smoked per day (Dipiro et al, 2015).
Terjemahan :
Penggunaan kortikosteroid saja tidak meningkatkan risiko ulkus atau komplikasi, tetapi risiko
ulkus menjadi dua kali lipat pada pengguna kortikosteroid yang menggunakan NSAID secara
bersamaan. Bukti epidemiologis menghubungkan merokok dengan PUD, gangguan
penyembuhan ulkus, dan komplikasi GI terkait ulkus. Risiko sebanding dengan jumlah yang
dihisap per hari (Dipiro et al, 2015).

3. Etiologi Ulkus Peptikum

a) Helicobacter phylori adalah bakteri gram negatif yang ada didalam mukosa lambung, lalu
berkembang menjadi gastritis dan berpotensi menjadi penyakit tukak peptik dan kanker
lambung. Ada berbagai jenis ulkus yang paling umum adalah ulkus peptikum yaitu
tampaknya terlihat akibat kerusakan pada lapisan perut dan ulkus duodenum yang dikaitkan
dengan sekresi asal yang berlebihan oleh lambung. Perforasi ulkus duodenum dapat terjadi
pada kondisi pasien seperti duodenal iskemia, duodenal diverticula, penyakit menular dan
pada kondisi autoimun seperti penyakit chron (radang usus), scledorma (penyakit autoimun
yang menyerang jaringan ikat, sehingga membuat jaringan tersebut menebal dan mengeras)
dan abdominal vasculitis (Amandeep et al., 2012).
b) The most common causes of peptic ulcer disease are H.Pylori infection and the use of
NAIDSs, including low dose aspirin. As the prevelence of H.pylori infection is declining, ulcers
associated with the use of NAIDs and low dose aspirin have become increasingly important
in the elderly. interestingly, the incidence of ulcers not associated with H.pylori or NAIDs use
is also rising (Dipiro et al, 2015).
Terjemahan :
Penyebab paling umum dari penyakit ulkus peptikum adalah infeksi H.Pylori dan
penggunaan NAIDS, termasuk aspirin dosis rendah. Karena prevalensi infeksi H.pylori
menurun, ulkus yang terkait dengan penggunaan NAID dan aspirin dosis rendah menjadi
semakin penting pada orang tua. Menariknya, insiden ulkus yang tidak terkait dengan
penggunaan H.pylori atau NAID juga meningkat (Dipiro et al, 2015).

4. Manifestasi klinik Ulkus Peptikum

a) Gejala dari tukak peptik yang paling sering adalah nyeri abnormal yang sering kali
digambarkan seperti rasa terbakar tetapi dapat timbul sebagai ketidaknyamanan yang tidak
jelas, perut terasa penuh atau kram. Rasa nyeri pada malam hari yang dapat membangunkan
pasien dari tidur terutama antara jam 12 pagi dan jam 3 pagi. Mulas, bersendawa dan
kembung sering menyertai rasa sakit selain itu mual, muntah dan anoreksia lebih sering
terjadi pada tukak peptik daripada tukak duodenum (Dipiro et al., 2020).
b) Clinicals Presentation of Peptic ulcer disease : (Dipiro et al, 2015)
- Pain is often epigastric and
described as burning but can present as vague discomfort, abdominal fullness, or
cramping. Nocturnal pain may awaken patients from sleep, especially between 12 am
and 3 am.
- Pain from duodenal ulcers often occurs 1 to 3 hours after meals and is usually
relieved by food, whereas food may precipitate or accentuate ulcer pain in gastric
ulcers. Antacids provide rapid pain relief in most ulcer patients.
- Heartburn, belching, and bloating often accompany pain. Nausea, vomiting, and
anorexia are more common in gastric than duodenal ulcers.
Terjemahan:
Manifestasi klinik dari ulkus peptikum :
- Nyeri perut sering epigastrium dan digambarkan sebagai rasa terbakar tetapi dapat
muncul sebagai ketidaknyamanan yang samar-samar, perut penuh, atau kram. Nyeri
malam hari dapat membangunkan pasien dari tidur, terutama antara jam 12 pagi dan 3
pagi.

- Nyeri akibat ulkus duodenum sering terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan dan biasanya
berkurang dengan makanan, sedangkan makanan dapat mencetuskan atau menonjolkan
nyeri maag pada tukak lambung. Antasida memberikan pereda nyeri yang cepat pada
sebagian besar pasien maag.

- Mulas, sendawa, dan kembung sering menyertai nyeri. Mual, muntah, dan anoreksia
lebih sering terjadi pada tukak lambung daripada tukak duodenum.

5. Menurut Gunawan (2016), Golongan obat ulkus peptikum terdiri dari :

- Golongan antasida terdiri atas natrium bikarbonat, aluminium hidroksida,

kalsium karbonat, magnesium hidroksida, dan magnesium trisilikat.

- Golongan penghambat pompa proton terdiri atas omeprazol, esomeprazol, lansoprazol,


rabeprazol.
- Golongan pelindung mukosaterdiri atas sukralfat
- Golongan analog prostaglandin E1 terdiri atas misoprostol
- Golongan Antagonist Reseptor H2 terdiri atas simetidin,ranitidine, famotidine,nizatidine.

6.(Dipiro et al, 2015

7. Tujuan Utama terapi

Tujuan dari terapi ulkus peptikum untuk menghilangkan nyeri tukak, mengobati ulkus, mencegah
kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan tukak. Obat-obatan yang digunakan
pada terapi tukak peptik yaitu golongan H₂ Reseptor Antagonist, PPI, sitoprotektor, antimuskarinik
dan antibiotik. Pada penderita dengan H. pylori positif, tujuan terapi adalah mengatasi mikroba dan
menyembuhkan penyakit dengan obat yang efektif (Sukandar dkk., 2013).
Dapus

Amandeep, K., Robin, S., Ramica, S., & Sunil, K. 2012. Peptic Ulcer : A Review on Etiology and
Pathogenesis. International Research Journal of Pharmacy, 35.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2020, Pharmacotherapy
Handbook, Eleventh Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.

Feng Y, Spezia M, Huang S, Yuan C, Zeng Z, Zhang L, et al. Breast Cancer Development And
Progression: Risk Factors, Cancer Stem Cells, Signaling Pathways, Genomics, And
Molecular Pathogenesis. Genes &Diseases. 2018;5(2):77–106

Gunawan, Sulistia Gan. 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
932 halaman.

Zinner MJ et al. 2012. Appendix and appendectomy in Maingot’s Abdominal Operation 11th
Ed, Mc Graw Hill education, New york, US, 1255-74

Anda mungkin juga menyukai