Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL BOOK REVIEW

CRITICAL BOOK REVIEW


TAKSONOMI TUMBUHAN
TAKSONOMI TUMBUHAN
PRODI S1 PENDIDIKAN IPA

SKOR NILAI:

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA MAHASISWA : Che Che Rohani Silaban (4203151024)


Dea Fayana Pratiwi (4203351024)
Fytry Vebiola Marpaung (4203351012)
Grace Sinta Sitorus (4201151008)
Ivo Yantika Simanjuntak (4203351034)
Mayrosa Br Siburian (4201151014)
Melati Sri Agnes Sipahutar (4201151005)
Nurjannah Br Padang (4201151012)
Putri Desiana Sipahutar (4203151016)
Rahmayani Alfiyani (4201151018)
Rifda Pusparani Siregar (4201151004)

KELAS : PENDIDIKAN IPA C 2020

DOSEN PENGAMPU : WINA DYAH PUSPITA SARI., S.Si., M.Si

MATA KULIAH : TAKSONOMI TUMBUHAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
Rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review untuk
memenuhi tugas mata kuliah Taksonomi tumbuhan tanpa halangan yang berarti
selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan critical book ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penulisan
Critical book ini dengan baik. Dan tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengampu ibu WINA DYAH PUSPITA SARI., S.Si., M.Si. yang
telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi kami. Oleh karena itu, kami berharap sekiranya Critical book ini
dapat diterima dan berkenan di hati pembaca.

Kami sadar critical book ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami berharap
saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan critical book ini. Dan kami
berharap semoga critical book ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………..……………....…………….....……..2

DAFTAR ISI………………………………..…………………..………...........……3

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………..……………………........4

A.Rasionalisasi pentingnya CBR……………………………………………...…….4

B.Tujuan penulisan CBR………………………………..…………………..……....4

C.Manfaat CBR………………………………………………………………..……4

D.Identitas buku yang direview……………………………..…..……………….…5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU………………………………………….….…...6

A. Buku Utama……………………………………………………...………….......6

B. Buku Pembanding……………………………………………………….......…15

BAB III ANALISIS KRITIS……………………………………………………...22

A. Kelebihan dan kekurangan buku utama dan pembanding………………..……22

BAB IV PENUTUP………………………………..……………………...…....…23

A. Kesimpulan………………………………..………………………….....……..23

B. Saran………………………………..…………………..…………………...…23

DAFTAR PUSTKA………………………………..…………….………….……24

LAMPIRAN COVER BUKU………………………………..……….….……….25

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR

Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam


meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang
dianalisis, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang
dianalisis.Terkadang kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih
belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena
itu kami membuat Critical Book Review Taksonomi tumbuhan ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasa tentang Taksonomi tumbuhan. Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang
mempelajari penelusuran, penyimpanan contoh, pemerian, pengenalan
(identifikasi), pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Ilmu ini
merupakan cabang dari taksonomi.

B. Tujuan penulisan CBR


Critical Book Report ini bertujuan untuk:
1. Penyelesaian tugas mata kuliah Taksonomi tumbuhan.
2. Menambah pengetahuan dalam perbandingan tiap buku.
3. Meningkatkan kemampuan diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi
yang diberikan oleh setiap bab dari buku.
4. Menguatkan isi buku dengan perbandingan informasi yang ada dalam buku.

C. Manfaat CBR
Manfaat daripada Critical Book Report adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan para pembaca
2. Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku
3. Menambah wawasan
4. Melatih untuk berpikir kritis
4
D. Identitas buku

Buku utama

Judul Buku : EKSPLORASI TUMBUHAN PAKU PTERIDOPHYTA


DI WILAYAH KETINGGIAN YANG BERBEDA

Penulis : Advend Sri Rizky Sianturi ,Amin Retnoningsih, Saiful Ridlo.

Penerbit : Advend Sri Rizky Sianturi ,Amin Retnoningsih, Saiful Ridlo.

Tahun Terbit : 2020

Kota Terbit : Semarang

Halaman : 156 halaman

ISBN : 978-623-6686-98-0

Buku pembanding

Judul Buku : Tumbuhan Paku [Pteridophyta)

Penulis : Nujul Rahmah, Nurlia Zahara, Nurdin Amin

Penerbit : Nujul Rahmah, Nurlia Zahara, Nurdin Amin

Tahun Terbit : 2021

Kota Terbit : Banda Aceh

Halaman : 53 halaman

ISBN : -

5
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

RINGKASAN BUKU UTAMA

BUKU I (EKSPLORASI TUMBUHAN PAKU PTERIDOPHYTA)

Dunia tumbuhan atau kingdom plantae beranggotakan semua organisme


eukariotik multiseluler fotosintetik yang memiliki klorofil a dan b, menyimpan
karbohidrat yang biasanya berupa tepung, dan embrionya dilindungi oleh jaringan
tumbuhan parental.Dunia tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan tidak
berpembuluh (Atracheophyta) dan tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta).
Tumbuhan Atracheophyta adalah kelompok lumut sedangkan kelompok
Tracheophyta adalah kelompok paku – pakuan dan tumbuhan berbiji.

Tumbuhan Paku adalah kelompok tumbuh – tumbuhan yang mempunyai jenis


yang cukup banyak. Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 1.300 jenis
tumbuhan Paku dari 12.000 jenis yang ada di seluruh dunia. Sekitar 30% jenis
tumbuhan paku mempunyai penyebaran yang relatif sempit bahkan ada beberapa
jenis yang hanya dapat hidup pada tempat yang spesifik sedangkan kurang dari
10% jenis tumbuhan paku mempunyai persebaran yang luas dan bersifat
kosmopolitan.

A. Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas


mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokoknya, yaitu akar, batang, dan daun. Selain itu tumbuhan ini juga sudah
memiliki sistem pembuluh/ berkas pengangkut berupa xilem dan floem yang tidak
dijumpai pada lumut.
6
Bentuk morfologi tumbuhan paku dapat dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu paku herba dan paku pohon dan cara hidup tumbuhan paku pun bermacam
– macam seperti :

1) hidup di tanah (teresterial) di daerah terbuka, kawasan ternaungi dan


memanjat (climbing ferns)
2) hidup menempel pada tumbuhan lain (epiphyte) pada daerah terbuka dan
daerah ternaungi
3) hidup atau tumbuh pada bebatuan (epilithic)
4) hidup di air (aquatic ferns).

Berdasarkan cara hidupnya ada jenis – jenis paku yang hidup di atas tanah
(teresterial), ada yang hidupnya menumpang pada tumbuhan lain (epifit), dan ada
paku air (akuatik) .Tumbuhan paku cenderung meyukai tempat – tempat teduh
dengan derajat kelembapan yang tinggi dan tidak tahan pada kondisi dengan
ketersediaan air yang terbatas.

B. Ciri Tumbuhan Paku

Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh yang
memiliki ukuran bervariasi dari yang tingginya sekitar 2 cm, misalnya pada tumbuhan
paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan paku yang hidup di darat yang
tingginya mencapai 5 m, misalnya paku tiang (Alsophyla glauca).

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi


dua golongan yaitu:

1) Megaphyllus, yaitu tumbuhan paku yang mempunyai daun besar, bertulang,


bertangkai, daun yang bercabang-cabang dengan tangkai daun yang panjang
dan telah mempunyai daging dan (mesofil) yang terdiri atas jaringan tiang dan
bunga karang sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun.
2) Microphyllus, yaitu tumbuhan paku yang memiliki daun kecil dan umumnya
berupa rambut atau sisik tidak bertangkai daun kecil pada paku kawat dan
paku ekor kuda. Pada masa mikrofil tumbuhan paku dapat dibedakan antara
epidemis, daging daun (mesofil), dan tulang daun.

7
Bagian – bagian struktur tubuh tumbuhan paku antara lain:

1) Akar

Sistem perakaran tumbuhan paku merupakan akar serabut. Perakaran embrionya


dibedakan menjadi katub atas dan bawah. Katub atas berkembang menjadi
rimpang dan daun, sedangkan katub bawahnya membentuk akar. Akar tumbuhan
paku bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang. Akar tumbuhan paku awalnya
berasal dari embrio kemudian gugur dan digantikan akar-akar seperti kawat atau
rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang berasal dari batangnya.

Gambar Tumbuhan paku yang jelas dibedakan antara akar, batang, dan daun

2) Batang

Batang tumbuhan paku dapat berbentuk tiang, menjalar atau memanjat (rhizoma);
pendek dan kompak (stock, rootstock, atau caudex) ada pula yang tumbuh lurus/tegak
seperti pohon dengan daun berada di bagian ujung (trunk).

1) Bentuk, ukuran, dan cara tumbuh

Umumnya pertumbuhan batang tidak nyata, namun pada paku pohon, batangnya
tumbuh menyerupai batang pinang. Batang tumbuhan paku umumnya berupa akar
tongkat atau rimpang, ada yang berbentuk batang sesungguhnya. Batang
tumbuhan paku dapat berbentuk tiang, merambat, atau memanjat. Beberapa

8
tumbuhan paku yang hidup di tanah, batangnya tumbuh sejajar dengan permukaan
tanah sehingga disebut rimpang.

b) Percabangan

Tumbuhan paku memiliki percabangan dikotomi sederhana (titik tumbuh apikal


terbagi dalam dua bagian yang sama).

c) Rambut, bulu, dan sisik

Pada bagian batang yang masih muda sering kali tertutup oleh sisik atau rambut.
Sisik dan rambut juga menutupi daun muda ketika masih dalam kondisi
menggulung . pada batang dan daun dewasa, rambut dan sisik dapat semakin
bertambah ataupun berkurang. Sementara sisik dapat berbentuk linear, lanceolate,
oblong, peltate, flabellelate.

3) Daun

Daun pada tumbuhan paku umumnya dikenal dengan istilah ental(frond).


Daun tumbuhan paku terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai (stipe). Daun
tumbuhan paku umumnya mengumpul atau menyebar di sepanjang stipe dan rachis.

9
Daun muda umumnya menggulung yang dikenal dengan istilah coil atau gelung.
Bentuk daun pada daun muda berbeda dengan daun dewasa. Bentuk daun bersirip
(pinnate), tiap anak daun disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip berada disebut
rakis (rachis).

Gambar Tangkai Daun/stripe (sumber: Advend Sianturi, 2020)

Berdasarkan fungsinya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga kelompok


yaitu:

1. Tropofil, yaitu daun berwarna hijau yang berfungsi melaksanakan proses


fotosintesis
2. Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora
3. Trofosporofil, yaitu dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang
menghasilkan spora dan ada yang tidak ada spora.

Tropofi
l

Tumbuhan paku memiliki daun subur (fertil) dan daun mandul (steril) yang
bentuknya sama disebut paku homofil dan bentuknya berbeda termasuk ke dalam
paku heterofil.

Tipe Tumbuhan Paku:

- Daun tunggal : daun dengan Ɵpe rata hingga lobed tanpa percabangan rachis
10
- Daun Pinnatifid : Pinna yang berdekatan menyambung membentuk sinus
- Daun 1 – pinnate : pinnaƟdak menyambung, rachissekali bercabang
- Daun 2 – pinnate : rachis dua kali bercabang, pinnule tidak menyambung
- Daun 3 – pinnate : rachisƟga kali bercabang, pinule tidak menyambung.

Ciri umum lain yang dapat ditemukan pada tumbuhan paku yaitu daun muda yang
menggulung (sirsinat atau circinate), Namun ciri tersebut hanya dapat ditemukan
pada kelompok tumbuhan paku sejati. Spora tumbuhan paku dihasilkan dalam kotak
spora (sporangium).

1. Sorus: sporangia dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup (indusium). Letak
sorus pada setiap marga paku berlainan.

2. Strobilus: sporangia membentuk suatu karangan bangun kerucut

3. Sporakarpium: Sporangia dibungkus oleh daun buah (karpelum). Terdapat pada


salvinia, Marsilea, Azolla, dan paku air lainnya

C. Klasifikasi Tumbuhan Paku


Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan paku disebut Pteridologi dan ahlinya
disebut Pteridolog. Pteridofit ditempatkan pada takson divisio dengan empat kelas:

1) Kelas : Psilotinae (misalnya paku telanjang, Psilotum)

Jenis – jenis yang sekarang masih ada


hanya sedikit saja, dan lazimnya
dianggap sebagai relik suatu golongan
tumbuhan paku yang semula meliputi
jenis – jenis yang lebih banyak. Warga
paku purba merupakan paku telanjang
(tidak berdaun) atau mempunyai daun
Gambar Psilopsida – daun kecil (mikropil) yang belum
terdiferensiasi. Ada diantaranya yang
belum mempuyai akar. Paku purba
bersifat homospor.
11
2) Kelas : Lycopodinae/ Isoetinae (misalnya rane, kumpai, dan paku kawat)

Batang dan akar – akar bercabang cabang dan


menggarpu. Daunnya kecil – kecil (mikrofil),
tidak bertangkai, selalu bertulang satu saja, dan
ada beberapa ordo yang daun daunnya memiliki
lidah- lidah (ligula). Daun – daun tersusun
menurut garis spiral, sporofilnya berbeda
dengan tropofilnya. Tiap - tiap sporofil
Gambar Lycopodiella Cernua mempunyai satu sporagonium yang besar pada
bagian bawah sisi atas daun. Lycopodinae
adalah keturunan dari Psilophytinae, hal ini
dibuktikan oleh adanya mikrofil.

3) Kelas : Equisetinae (rumput betung atau paku ekor kuda)


Kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya
berupa terna yang menyukai tempat - tempat
lembab. Batangnya kebanyakan bercabang –
cabang berkarang dan jelas kelihatan berbuku -
buku dan beruas - ruas. Daun - daun kecil,
seperƟ selaput dan tersusun berkarang, sporofil
selalu berbeda dari daun biasa. Sporofil
biasanya berbentuk perisai dengan sejumlah
Gambar Equisetum adniee
sporangium pada sisi bawahnya, dan semua
sporofil tersusun merupakan suatu badan
berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang
atau cabang.

4) Kelas : Filicinae / Filices (paku sejati / benar, mencakup Eusporangiatae)


ordo Ophioglossales dan Maraƫ ales dan Leptosporangiatae)

12
Golongan ini terdiri dari beraneka ragam
paku-pakuan yang luar biasa banyaknya,
meliputi kurang lebih 90% dari jumlah marga
yang tergolong dalam Filicinae dan tersebar di
seluruh bumi. Terdapat di daerah tropik, paku
yang serupa pohon. Daun - daun menyirip
ganda sampai beberapa kali, batang
mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak
Gambar Pterium aquilinium
dapat masuk ke dalam tanah akar - akar itu tidak
Sumber: bertambah panjang, kambium tidak ada, jadi
batang tidak mengadakan pertumbuhan
menebal sekunder

D. Metagenesis Tumbuhan Paku


1. fase gametofit

Gametofit merupakan hasil perkecambahan dari spora yang bersifat haploid.


Bentuk gametofit bervariasi, pada paku sejati menyerupai talus, tipis berbentuk
seperti jantung pada Equisetum bercabang – cabang. Pada fase protalium tumbuhan
paku sejati ditandai dengan suatu bentukan berupa sepasang lembaran yang
menyerupai sayap kupu – kupu. Fase ini jumlah arkegonium dan anteridium semakin
banyak. Arkegonium akan menghasilkan sel – sel kelamin betina (ovum) sedangkan
anteridium akan menghasilkan sel – sel kelamin jantan (spermatozoa).

2. Fase sporofit

Fase sporofit muda ditandai dengan munculnya struktur seperti daun diantara
lembaran- lenbaran protalium, jumlah sporofit ini semakin bertambah. Sporofit ini
pada umumnya tumbuh di sekitar lekukan bagian atas. Pada fase ini, sporofit untuk
sementara waktu hidup sebagai parasit dan menyerapmakanan dari protaliumnya
sampai protalium itu mati. Sporofit muda terdiri atas akar (rizoid) dan daun. Sporofit
dewasa pada masing – masing jenis paku terdapat perbedaan bentuk daun (ental),
batang (rimpang) dan akar.

13
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibagi atas :

1. Paku Homospor/Isospor

- Spora yang dihasilkan sama ukuran dan jenisnya, Prothalium menghasilkan


anteridia dan arkegonia

- Contoh : Nephrolepis, Lycopodium, Drymoglossum

2. Paku Heterospor

- Spora berukuran besar (makrospora/megaspora) tumbuh menjadi prothallium yang


menghasilkan arkegonia. Spora berukuran kecil (mikrospora) tumbuh menjadi
prothallium yang menghasilkan anteridia.

- Contoh : Equisetum (paku ekor kuda).

3. Paku peralihan/campuran

- Spora yang dihasilkan berukuran dan bentuknya sama, tetapi jenisnya berbeda.
Prothaliumnya hanya menghasilkan anteridia atau arkegonia saja.

- Contoh : Equisetum(paku ekor kuda).

E. Peranan Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku banyak ragamnya. Banyak diantaranya yang mempunyai


bentuk yang menarik sehingga bagus untuk dijadikan sebagai tanaman hias.
Selain sebagai tanaman hias, paku dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran
berupa pucuk-pucuk paku. Dari segi obat-obatan tradisional, paku pun tidak luput
dari kehidupan manusia. Ada jenis-jenis yang daunnya dipakai untuk ramuan
obat, ada pula yang rhizomanya. Batang paku yang tumbuh baik dan yang sudah
keras, diperuntukkan untuk berbagai keperluan. Tidak jarang sebagai tiang rumah,
paku dipakai untuk pengganti kayu, batang paku diukir untuk dijadikan patung-
patung yang dapat ditempatkan di taman. Kadang-kadang dipotong-potong untuk
tempat bunga, misalnya tanaman anggrek (Sastrapradja dan Afriastini, 1979).
Sejak dulu tumbuhan paku telah dimanfaatkan oleh manusia terutama sebagai

14
bahan makanan (sayuran). Dewasa ini pemanfaatannya berkembang sebagai
material baku untuk pembuatan kerajinan tangan, pupuk organik dan tumbuhan
obat (Amoroso, 1990).

RINGKASAN BUKU KEDUA

A. Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


Pteridophyta merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji, memiliki
susunan tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan yang lain.
Pteridophyta disebut juga sebagai tracheophyta berspora, yaitu kelompok
tumbuhan yang berpembuluh dan berkembang biak dengan spora
B. Ciri-Ciri Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuh yang
memiliki ukuran bervariasi. Tumbuhan paku merupakan suatu tumbuhan yang
hidup ditempat yang lembab, mempunyai akar serabut berupa rizoma dan
merupakan suatu divisi yang mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam
tiga organ pokok yaitu akar, batang, dan daun.

C. Habitat
Habitat merupakan faktor yang memainkan peranan penting dalam
menentukan kehidupan tumbuhan paku, selain dari faktor abiotik lainnya
seperti: cahaya, hujan, angin dan perubahan suhu. Secara garis besar terdapat
lima kawasan yang menjadi habitat utama tumbuhan paku antara lain
1. Kawasan terbuka terdedah
Pada kawasan ini tumbuhan paku hidup berbentuk gerombolan atau
semak yang besar. Kawasannya menjadi habitat golongan ini adalah di
kawasan tanah yang gersang atau kering dan ditempat yang lembab atau
basah.
15
2. Kawasan terlindung
Golongan paku terestrial di kawasan terlindung ini mempunyai faktor
lingkunagan yang sangat berbeda dengan golongan paku yang hidup di
kawasan terbuka atau terdedah baik dari segi tanah, suhu udara,
kelembapan udara dan cahaya. Tumbuhan paku di kawasan ini memiliki
daun yang tipis, sebagian besar tumbuhan paku dijumpai ditepi sungai di
dalam hutan primer.
3. Paku memanjat Golongan paku ini mempunyai rizoma menjalar di atas
tanah dan apabila menemui pohon-pohon besar akan terus memanjat.
Kadang-kadang akar ini bermula pada dasar atau pangkal pohon kemudian
memanjat
4. Epifit Golongan tumbuhan paku ini hidup menumpang di atas pohon-
pohon lainnya namun tidak bersifat parasit.
a) Epifit dikawasan terlindung Jenis ini umumnya terdapat pada
pohon yang hidup di hutan. Golongan paku ini mempunyai
percabangan dan daun yang tipis. Dibagian pangkalnya ditutupi
lumut yang dapat membantu menahan dan menyimpan air.
b) Epifit dikawasan terbuka Jenis paku ini mendapatkan cahaya
matahari yang penuh hampir sepanjang hari. Udara disekelilingnya
lebih kering dan mendapat tiupan angin yang kuat. akar-akarnya
dapat menyerap air semaksimal mungkin diwaktu hujan dan dapat
mengatur untuk menahan kehilangan air tersebut
5. Paku berhabitat dibebatuan dan pinggiran sungai Golongan paku ini hidup
dikawasan bebatuan atau pinggiran tebing-tebing sungai. tumbuhan ini
mendapatkan air dari udara yang berkelembapan tinggi ditepi sungai,
rizomanya menjalar kuat dipermukaan batu dengan akar yang banyak.

D. Struktur Tubuh Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


1. Akar (Radix)
Sistem perakaran pada tumbuhan paku bersifat rizoid (pada generasi
gametofit), akar serabut (pada generasi sporofit) dan struktur anatomi
akar pada tumbuhan paku yaitu
• Bagian ujung akar dilindungi oleh kaliptra.
• Di belakang kaliptra terdapat titik tumbuh akar berbentuk bidang
empat yang aktivitasnya keluar membentuk kaliptra sedangkan
kedalam membentuk sel-sel akar.
• Pada silender pusat terdapat fasisi (berkas pembuluh angkut)
bertipe konsentris (xylem dikelilingi floe

16
2. Batang
Batang terdiri dari sumbu tegak dengan daun-daun yang melekat padanya yang
disebut dengan buku (nodus) dan diantara dua buku disebut ruas (internodus).
Struktur anatomi batang pada tumbuhan paku yaitu:
• Epidermis, pada bagian ini mempunyai jaringan penguat yang terdiri
atas sel-sel sklerenkim.
• Korteks, pada bagian korteks banyak mengandung lubang (ruang antar
sel).
• Silinder pusat, terdiri dari xylem dan floem yang membentuk berkas
pengangkut bertipe konsentris.
3. Daun
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan. daun
juga mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tumbuhan yaitu sebagai
pengolah zat-zat makanan pernapasan dan penguapan.
Berdasarkan ukurannya daun dibedakan menjadi dua yaitu:
Daun mikrofil yaitu daun berukuran kecil, hanya setebal selapis sel dan
berbentuk rambut. Daun makrofil yaitu daun yang berukuran besar dan tipis,
sudah memiliki bagian-bagian daun seperti tulang daun, tangkai daun, mesofil
daun dan epidermis.

Berdasarkan fungsinya daun dibedakan menjadi tiga yaitu:

• Daun tropofit, berfungsi untuk fotosintesis. Daun ini hanya


mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan untuk proses
fotosintesis.
• Daun sporofit, berfungsi untuk menghasilkan spora. Pada permukaan
daun ini terdapat bentuk berupa titik-titik hitam yang disebut sorus,
dalam sorus terdapat kumpulan sporangia yang merupakan tempat
atau wadah dari spora.
• Daun trofosporofit, dalam satu tangkai daun anak-anak daun ada yang
menghasilkan spora dan ada yang tidak menghasilkan spora.
4. Spora
Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora (sporangium). Pada jenis
paku yang berlainan, sporangium memiliki bentuk, ukuran dan susuan yang
berbeda. Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus terdapat dibagian
17
permukaan bawah daun. Susunan sorus beraneka ragam, misalnya berjajar
disepanjang tepi daun, sejajar tulang daun, zig-zag, tersebar merata
membentuk noktah, atau menutup permukaan bawah daun. Ditinjau dari
macam-macam spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dapat dibedakan
menjadi tiga golongan yaitu:
• Tumbuhan paku homospora/isospora Tumbuhan paku homospora
menghasilkan spora dengan ukuran yang sama tidak dapat dibedakan
antara spora jantan dan betina. Misalnya, Lycopodium sp.
• Tumbuhan paku heterospora Tumbuhan paku heterospora
menghasilkan spora berbeda ukuran. Pada heterospora, spora yang
berukuran kecil disebut mikrospora. Mikrospora merupakan spora
berkelamin jantan. Adapun spora yang berukuran besar disebut
megaspora, yang merupakan spora yang berkelamin betina. Misalnya
Sellaginella sp, Marsilea sp

5. Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


Siklus hidup tumbuhan paku meliputi 2 fase yaitu fase gametofit dan
fase sporofit. Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis)
antara dua generasi tersebut. Fase gametofit pada tumbuhan paku berupa
protalium sedangkan fase sporofitnya merupakan tumbuhan paku itu sendiri.
Pada siklus hidup tumbuhan paku fase yang paling dominan adalah fase sporofit
dibandingkan dengan fase gametofit. Tumbuhan paku memiliki kotak spora
atau sporangium yang menghasilkan spora. Banyak sporangium terkumpul
dalam satu wadah yang disebut sorus, yang di lindungi oleh suatu selaput yang
diebut indusium. Fase pembentukan spora dalam daur hidup tumbuhan paku
disebut generasi sporofit dan fase pembentukan gamet disebut generasi
gametofit.
Berdasarkan jenis sporanya tumbuhan paku dibedakan menjadi
tumbuhan paku homospora, heterospora, dan peralihan antara homospor dan
heterospora. Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran
yang sama tidak dapat di bedakan antara spora jantan dan betina, misalnya
Lycopodium sp. (paku kawat). Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora
berbeda ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut microspora dan spora
betina berukuran lebih besar disebut macrospora, misalnya Selaginella sp.
Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora jantan dan betina yang sama
ukurannya misalnya Equisetum sp. Marsilea sp. (semanggi). Dalam siklus hidup
tumbuhan paku terdapat generasi gametofit dan generasi sporofit. Selain itu,
pada tumbuhan paku juga terjadi pergiliran keturunan antara fase seksual dan
fase aseksual yang dinamakan metagenesis.
Banyak tumbuhan yang menampilkan beberapa bentuk reproduksi
vegetatif. Hal ini biasanya terjadi pada paku ekor kuda (Equisetaceae).
Tumbuhan paku yang tumbuh disepanjang aliran sungai memilki potongan
rimpang (Rhizome) yang dapat menyebar luas saat air pasang. Sedangkan pada
tumbuhan paku lainnya juga dapt mengembangkan struktur khusus untuk
memperbanyak diri secara vegetatif. Beberapa contohnya yaitu stolon yang

18
dapat memanjang menyebarkan batang dengan akar diujungnya sehingga
terbentuklah spesies baru.
a. Fase Gametofit
Fase gametofit pada tumbuhan paku diperankan oleh protalium. Fase
ini merupakan fase seksual pada tumbuhan paku dan berlangsung sangat
singkat. Protalium bersifat haploid karena berkembang melalui pembelahan
mitosis dari spora. Protalium akan menghasilkan sel gamet jantan dan betina.
Pada tumbuhan paku heterospora, akan menghasilkan mikrospora yaitu spora
yang berukuran kecil akan menjadi protalium jantan yang menghasilkan sel
sperma melalui pembentukan anteridium. Sementara makro-spora merupakan
spora yang berukuran besar yang akan berkembang menjadi protalium betina
yang akan menghasilkan sel ovum melalui arkogenium.
Sementara pada tumbuhan paku homospora, protalium akan
menghasilkan sel sperma dan sel ovum. Spora yang jatuh di tempat yang lembab
berkembang menjadi protalium yang berbentuk seperti tumbuhan talus.
Protalium memiliki masa hidup yang singkat dan berukuran kecil, sehingga kita
hampir tidak pernah melihat bentuk dari protalium tumbuhan paku. Protalium
akan membentuk sel gamet untuk reproduksi seksual. Hasil dari pembuahan sel
gamet akan menghasilkan zigot diploid (2n) yang akan berkembang menjadi
tumbuhan paku (2n), dan selanjutnya tumbuhan paku akan berkembang
menjadi sporofit
b. Fase sporofit

adalah fase dominan pada tumbuhan paku. Spora yang dihasilkan oleh
tumbuhan paku sangat beragam, hal ini didasarkan pada jenis dari
tumbuhan paku. Tumbuhan paku homospora (contohnya paku kawat)
adalah tumbuhan paku yang mengsalikan spora yang sama dalam ukuran
dan jenisnya. sementara tumbuhan paku heterospora (contohnya paku
rane) menghasilkan spora yang berbeda ukuran dan jenisnya. Spora yang
jatuh di tempat yang lembat (habitat tumbuhan paku) akan berkembang
mejadi protalium yang akan menghasilka sel gamet dan bersifat haploid
(n)

E. Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


Tumbuhan paku dapat di klasifikasikan berdasarkan jenis dan ukuran spora yang
dihasilkan, sifat anulus, letak sporangium, dan sorusnya pada daun. Divisi
Pteridophyta dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae,
Filicinae yang diuraikan sebagai berikut :
1. Kelas Psilophytinae (Paku purba)
Kelompok paku ini dinamakan paku purba karena sebagian besar telah punah.
Anggota paku purba ada yang merupakan paku telanjang (tidak berdaun dan
ada yang berdaun kecil atau mikrofil yang belum terdiferensiasi
Kelas Psilophytinae (paku purba) dibagi kedalam dua bangsa yaitu:
a. Bangsa Psilophytales (paku telanjang)
Merupakan tumbuhan paku yang paling rendah tingkat perkembangannya,
yang paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar. Batang telah

19
mempunyai berkas pengangkut, percabangan menggarpu dengan sporangium
pada ujung cabang.
Adapun yang termasuk bangsa Psilophytales (paku telanjang) adalah:
1. Suku Rhyniaseae 2. Suku Asteroxylaceae 3. Suku Pseudosporochnaceae
b. Bangsa Psilotales

Pada bangsa psilotales ini diantara tumbuhan yang masih hidup sekarang
ialah marga dari psilotum. Tumbuhan pada bangsa ini sama sekali tidak
berakar hanya mempunyai tunas-tunas tanah dengan rizoid dan pada
batangnya terdapat mikrofil atau daun kecil berbentuk sisik, tidak
bertulang dan tersusu jarang-jarang dalam garis spira. Contoh spesies dari
bangsa ini Psilotum nodum, Psilotum triquentum, dan Tmesipteris
tannesis

2. Kelas Lycopodinae (Paku Rambut atau Paku Kawat)


Paku kelompok ini batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu.
Daunnya kecil-kecil (mikrofil), tidak bertangkai, selalu bertulang saja dan
ada beberapa bangsa yang daunnya memiliki lidah (lingua)
3. Kelas Equisephyta (Paku Ekor Kuda)
Anggota paku ekor kuda sebagian sudah banyak yang punah. Umumnya
paku ekor kuda memiliki batang berupa rizoma. Cabang-cabang batangnya
beruas-ruas. Pada Cabang batangnya sering ditemukan badan bulat disebut
elatern. Badan ini merupakan penghasil spora.

4. Kelas Filicinae (Paku Sejati)


Paku sejati adalah tumbuhan paku yang sering dijumpai disekitar kita, yang
umumnya disebut pakis. Berdaun besar (makrofil), daun muda menggulung,
memiliki tulang daun, sudah memiliki mesofil (daging daun), dan
sporangium terdapat pada sporofit (daun penghasil spora).
• Kelas filicinae hanya terdiri dari satu bangsa yaitu bangsa
Leptosporangiate (filices) yang dibedakan ke dalam tiga golongan
yaitu:Simplices, sporangium di dalam sorus terjadi secara serempak.
• Gradate, sporangium di dalam timbulnya dari atas ke bawah
(basipetal).
• Mixtae, pembentukan sporangium di dalam sorus tidak beraturan.
F. Peranan Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
1. Peranan Tumbuhan Paku bagi kehidupan Manusia
Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki banyak ragam. Banyak diantaranya
mempunyai tubuh yang menarik sehingga bagus untuk dipergunakan sebagai
tanaman hias. paku dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran berupa pucuk-
pucuk paku. Dari segi obatobatan tradisional, paku pun tidak luput dari
kehidupan manusia. Ada jenis-jenis yang daunnya yang dipakai untuk ramuan
obat. Sebagai tanaman hias, contohnya Adiantum (suplir), Platyerum sp. (paku
tanduk rusa), Asplenium nidus (paku sarang burung), Nepholepish dan Alsophila
glauca (paku tiang), tumbuhan paku juga digunakan sebagai salah satu bahan
dalam pembuatan karangan bunga, seperti Lycopodium cernum. Sebagai bahan

20
makanan selain mengutamakan jumlah manusia secara umum juga
menginginkan makanan dengan nilai gizi tinggi. Keberadaan tumbuhan paku
seperti Marsilea crenata telah membantu manusia dalam menemukan
diversifikasi jenis makanan yang baru
Manfaat tumbuhan paku tersebut utamanya dijadikan sebagai sayuran dan
sumber serat. sebagai bahan-bahan makanan seperti sayuran. misalnya
Marsilea crenata,, Dilpazium esculentum, dan Pteridium aquilinum. Tumbuhan
paku juga bermanfaat sebagai bahan obat-obatan seperti Equisetum sp (paku
ekor kuda) yang mempunyai fungsi diuretik. diuretik adalah mempelancar
pengeluaran urine, dan Selaginella sebagai obat luka. Tumbuhan paku juga
dimanfaatkan sebagai tiang bangunan seperti Alsophila glauca dan sebagai
penggosok atau ampelas yaitu paku Equisetum sp.
2. Peranan Tumbuhan Paku bagi Ekologi
Peranan ekologi tumbuhan paku (Pteridophyta) sebagai penyedia habitat
utama bagi hewan tertentu dalam suatu ekosistem, salah satu komponen
pembentuk vegetasi hutan yang bermanfaat untuk mengurangi resiko banjir
dan penahan air. Dalam siklus ekologi tumbuhan paku berpengaruh dalam
pembentukan tanah dan berperan dalam proses pembusukan. Kehadiran
tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem
hutan antara lain, membantu menjaga lahan pegunungan terhadap bahaya
erosi serta mengatur tata guna air sehingga membuat tanah tetap lembab.
Tumbuhan paku memiliki peranan penting bagi keseimbangan ekosistem hutan
yaitu sebagai pencegah erosi, pengatur tata air dan membantu proses
pelapukan serasah hutan

21
BAB III

ANALISIS KRITIS

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU UTAMA DAN PEMBANDING

Kelebihan dan Kekurangan

Buku Utama

Kelebihan
• Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan
font adalah buku ini cukup tertata sehingga mudah untuk dibaca
karena sesuai dengan sistematika penulisan.
• Dari aspek isi buku, buku ini menyajikan gambar sehingga lebih
menarik dan pembaca lebih mudah mengerti
• Penggunaan bahasa yang sederhana dan EYD yang baik.
• Pada buku ini disajikan banyak contoh tumbuhan paku-pakuan
Kekurangan
• Materi yang disajikan dalam buku utama sangat sedikit
• Tidak dilengkapi dengan rangkuman dari materi yang dibahas

Buku Pembanding
Kelebihan
• Dari aspek isi buku, buku ini menyajikan gambar sehingga lebih
menarik dan pembaca lebih mudah mengerti

22
• Materi yang disajikan pada buku ini lebih lengkap dan terperinci
sehingga pembaca semakin memahami materi
• Pada buku ini disajikan banyak contoh tumbuhan paku-pakuan
Kekurangan
• Dari aspek tata bahasa, buku ini memiliki bahasa yang berat sehingga
pembaca sulit untuk memahaminya
• Pada buku ini terdapat banyak pengulangan kata
• Tidak dilengkapi dengan rangkuman dari materi yang dibahas

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Pteridophyta merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji, memiliki
susunan tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan yang lain. Pteridophyta
disebut juga sebagai tracheophyta berspora, yaitu kelompok tumbuhan yang
berpembuluh dan berkembang biak dengan spora

Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang


menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki
daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan
sel kelamin jantan (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina
(arkegonium). Seperti pada lumut tumbuhan paku juga mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis). Metagenesis tersebut dibedakan antara paku homospora
dan heterospora.

Saran
Selaku penulis makalah ini kami menyadari masih banyaknya kesalahan baik
dalam penyampaian atau pun pada format penulisan Critical book Report ini. Maka
dari itu kami mengharapkan saran yang bersifat membangun agar kedepannya
didapati Critical Book Report yang lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ebook fix advend.pdf

Huow.pdf

LAMPIRAN COVER BUKU

BUKU UTAMA

24
BUKU PEMBANDING

25

Anda mungkin juga menyukai