Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Bina Diri

Tentang:

“Kompetensi dan Indikator Program Pembelajaran Pengembangan Bina Diri yang Fungsional
Sesuai Kebutuhan Peserta Didik Tunagrahita

Dosen Pengampu:

Dra. Kasiyati, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Berlina Anisa Putri ( 20003055 )

2. Eka Pudji Astuti ( 20003009 )

3. Nabila Amelia Putri ( 20003129 )

4. Nazilatul Hamida ( 20003081 )

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


TAHUN 2021

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirrabil ‘alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt.

yang masih memberikan karunia beserta rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan penulisan makalah “ kompetensi dan indikator program pembelajaran
pengembangan bina diri yang fungsional sesuai kebutuhan peserta didik tunagrahita ” ini dengan
sebaik-baiknya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bina Diri
dan yang lebih pentingnya yakni untuk menambah ilmu pengetahuan kepada kita sebagai
mahasiswa Universitas Negeri Padang. Sebelumnya, ucapan terima kasih juga dihaturkan kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyelesaian makalah ini.

Didalam makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isinya,
bahasa, analisis maupun yang lainnya. Maka dari itu, komentar maupun kritik dan saran sangat
dibutuhkan oleh penulis untuk memperbaiki hasil karya kedepannya.

Akhir kata, sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, 7 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. B.Rumusan Masalah.............................................................................................................2

C. C.Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

BAB III..........................................................................................................................................15

PENUTUP.....................................................................................................................................15

A.Kesimpulan............................................................................................................................15

B.Kritik/ Saran...........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan


dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus
supaya dapat berkembang pada kemampuan yang maksimal. Program pengembangan diri
dalam dunia ketunagrahitaan mengacu pada istilah merawat diri (self care), menolong diri
(self help), dan aktivitas sehari-hari atau Activity of Daily Living (ADL) (Kemendiknas,
2010: 6). Program pengembangan diri merupakan keterampilan menolong diri sendiri,
atau suatu aktivitas untuk mengelola kegiatan pribadi.

Secara etimologis menurut Kamus Besar bahasa Indonesia arti kata


bina adalah berarti membangun atau proses penyempurnaan agar lebih baik. Program
pengembangan diri adalah usaha membangun diri individu tunagrahita baik sebagai
individu maupun mahluk sosial melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat, sehingga terwujud kemandirian dengan keterlibatan dalam kehidupan
sehari-hari secara memadai.

Standar Kompetensi Bina Diri merupakan kualifikasi kemampuan minimal


peserta didik yang menggambarkan keterampilan mengenal dan melakukan merawat
diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi
peserta didik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.

1
B. B.Rumusan Masalah

Bagaimana Kompetensi dan Indikator Program Pembelajaran Pengembangan


Bina Diri yang Fungsional Sesuai Kebutuhan Peserta Didik Tunagrahita?

C. C.Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan kepada
pembaca mengenai Kompetensi apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan bina
diri anak tunagrahita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan dalam


intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat
berkembang pada kemampuan yang maksimal.Pengembangan diri merupakan serangkaian
kegiatan pempengembanganan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam
pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang membutuhkan
layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik, hambatan
intelegensia, dan sebagainya, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
dengan tujuan meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang
lain dalam melakukan aktivitasnya.

Konsep dasar kompetensi dan Indikator

1. Kompetensi

Sanjaya (2008:170) Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap


yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari pelajaran tertentu pada jenjang
pendidikan tertentu pula. Abdul Majid (2012:42) kompetensi merupakan kerangka
yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur

2. Kompetensi inti

Majid (2012:42) mengatakan bahwa, kompetensi inti merupakan kerangka yang


menjadi gambaran dan penjelasan dasar pengembangan program pembelajaran yang
terstruktur. Mulyasa (2010:174) menjelaskan bahwa Kompetensi inti merupakan
operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus

3
dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan
kedalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
3. Kompetensi dasar

Majid (2012:43) berpendapat bahwa, kompetensi dasar berisi konten atau kompetensi yang
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti
yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi dasar akan memastikan capaian
pembelajaran tidak terhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke
keterampilan dan bermuara pada sikap.Mulyasa (2010:109) berpendapat bahwa, kompetensi
dasar merupakan gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan siswa dan rincian yang
lebih terurai tentang apa yang diharapkan dari siswa yang digambarkan dalam indicator
Materi pembelajaran atau latihan dalam memberikan pengalaman pembelajaran
pengembangan bina diri sebaiknya diberikan dari yang konkrit menuju abstrak, atau dari
yang mudah menuju yang lebih sulit, dari yang ringan menuju yang berat.

Tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan dalam


intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat
berkembang pada kemampuan yang maksimal.Pengembangan diri merupakan serangkaian
kegiatan pempengembanganan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam
pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang membutuhkan
layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik, hambatan
intelegensia, dan sebagainya, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
dengan tujuan meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang
lain dalam melakukan aktivitasnya.

Program pengembangan diri dalam dunia ketunagrahitaan mengacu pada istilah merawat
diri (self care), menolong diri (self help), dan aktivitas sehari-hari atau Activity of Daily Living
(ADL) (Kemendiknas, 2010: 6). Program pengembangan diri merupakan keterampilan menolong
diri sendiri, atau suatu aktivitas untuk mengelola kegiatan pribadi. Oleh karena itu, hakikat

4
program pengembangan diri adalah mengurus diri sendiri dan atau menolong diri sendiri dalam
kaitannya dengan aktivitas rutin keseharian, atau lebih dikenal dengan istilah ADL. Istilah
merawat diri (self care) mengacu pada suatu kegiatan yang dilakukan anak tunagrahita dalam
merawat dirinya sendiri demi alasan kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan hidup. Kegiatan
merawat diri sendiri itu bisa berupa merawat anggota tubuh, contohnya: merawat rambut, gigi,
dst. Kegiatan merawat diri juga bisa merawat hal-hal yang menempel pada dirinya, misalnya
mencuci baju, celana, dst. Istilah menolong diri (self help) mengacu pada suatu kegiatan yang
dilakukan anak tunagrahita untuk menolong dirinya sendiri, baik yang bersifat pencegahan
maupun pengobatan. Contoh sederhana dari kegiatan menolong diri sendiri itu adalah
pembelajaran mengobati luka jika anak tunagrahita mengalami luka.

Beberapa aktivitas rutin harian yang perlu diajarkan untuk anak tunagrahita, antara lain:
kegiatan ke kamar mandi, kegiatan mandi, menggosok gigi, berpakaian, makan, merias diri,
kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keterampilan bermobilitasi, dan bepergian
ke suatu tempat. Dari contoh-contoh di atas, maka tepatlah bahwa pembelajaran Program
pengembangan diri bagi anak tunagrahita, mengingat anak tunagrahita belum atau tidak bisa
mandiri dalam hal ke toilet, mandi, menggosok gigi, berpakaian, merias diri, makan, dan
sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling mendasar. Secara
etimologis menurut Kamus Besar bahasa Indonesia arti kata bina adalah berarti membangun atau
proses penyempurnaan agar lebih baik. Program pengembangan diri adalah usaha membangun
diri individu tunagrahita baik sebagai individu maupun mahluk sosial melalui pendidikan di
keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, sehingga terwujud kemandirian dengan keterlibatan
dalam kehidupan sehari-hari secara memadai.

Standar Kompetensi Bina Diri merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan keterampilan mengenal dan melakukan merawat diri, mengurus diri,
menolong diri, berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dengan Standar Kompetensi Bina Diri SDLB Tunagrahita Sedang diharapkan :

5
1. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi yang dimilikinya
dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
2. Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan Kompetensi Bina Diri peserta
didik dengan menyediakan berbagai kegiatan dan sumber belajar program Bina Diri.
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar seperti analisis tugas sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan kondisi lingkungan sekolah.
4. Orang tua dan masyarakat dapat berperan aktif dalam penentuan dan pelaksanaan
program Bina Diri di sekolah.
5. Sekolah dapat menyusun program Bina Diri sesuai dengan keadaan peserta didik dan
sumber belajar minimal yang tersedia
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar sesuai dengan kondisi dan kekhasan
daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional

Pelaksanaan Program Pengembangan Diri Kegiatan individual

1. Peserta membaca uraian materi pengertian anak berkebutuhan khusus seraya memberi
tanda (highlight) pada kata-kata atau kalimat-kalimat penting dengan menggunakan
stabillo. Mulai dari halaman112 sampai dengan halaman 123.
2. Pindahkan kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut ke dalam selembar kertas HVS
warna.
3. Diskusikan hasil bacaan di dalam setiap kelompok.
4. Buat rangkuman yang menggambarkan hasil diskusi kelompok pada kertas berwarna dan
bacakan oleh salah seorang perwakilan kelompok.
5. Selanjutnya tempelkan pada dinding yang tersedia.

Pelaksanaan Program Pengembangan Diri Kegiatan Kelompok


1. Setiap kelompok diberi tugas untuk menganalisis tugas dengan cara merinci dan memilih
serta memilih subtugas yang sesuai.
2. Kegiatan analisis tugas disesuaikan dengan kemampauan dan karakteristik peserta didik.
3. Tugas yang diberikan kepada setiap kelompok antara lain:
 Memakai baju Memakai celana

6
 Memakai sepatu
 Merapikan tas sekolah
 Menyediakan air minum
 Membasuh telapak tangan pakai sabun
4. Setiap kelompok memilih jenis tugas yang disediakan
5. Menganalisis tugas menggunakan tabel yang disediakan

Kompetensi Dan Indikator Program Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Yang


Fungsional Sesuai Kebutuhan Peserta Didik Tunagrahita

7
8
9
10
Strategi pelaksanaan pembelajaran bina diri

Mumpuniarti (2007) Strategi pelaksanaan program bina diri didasarkan atas pendekatan-
pendekatan sebagai berikut:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara integratif dan holistik.
b. Lingkungan yang kondusif juga sangat perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program
bina diri. Sebaiknya lingkungan diciptakan diciptakan semenarik dan semenyenangkan
mungkin dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan anak dalam
belajar.
c. Pelaksanaan program bina diri sebainya dilakukan dengan model pembelajaran terpadu,
atau dalam kurikulum dikenal denganistilah model pembelajaran tematik yang dalam hal

11
ini pembelajaranbina diri beranjak dari satu tema yang menarik dengan harapan anak
mampu mengenal berbagai konsep dengan mudah dan mengesankan.
d. Pelaksanaan program bina diri juga berfokus pada materi pengembangan keterampilan
atau kecakapan hidup.
e. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar juga sangat dianjurkan dalam
pelaksanaan program bina diri, agar materi yang disampaikan dapat dnegan mudah
dipahami oleh peserta didik. Pemilihan media dan sumber belajar harus
mempertimbangkan materi ajar dan kondisi peserta didik.
f. Pembelajaran bina diri seharusnya berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan
kemampuan anak.

Teknik Pembelajaran Bina Diri

Ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan suatu tingkah laku atau
ketrampilan yang baru kepada seorang anak, yaitu:

a. Memberi contoh (modelling), yaitu menunjukkan kepada anak apa yang harus dikerjakan
b. Menuntun/mendorong (promting), ialah melakukan atau mengatakan sesuatu untuk
membantu anak agar dapat mengerti apa yang harus dilakukan
c. Mengurangi tuntunan (fading), ialah mengurangi tuntunan secara bertahap sejalan dengan
keberhasilan siswa
d. Pentahapan (shaping), ialah membagi kegiatan dalam beberapa pentahapan, bagi
pekerjaan/kegiatan yang dimulai dari yang mudah ke yang sukar. (Astati:2011)

Pedoman pembelajaran bina diri

Dalam pembelajaran bina diri pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita, seorang guru
memerlukan sebuah pedoman pelaksanaan. Berikut beberapa pedoman yang bisa dijadikan
referensi guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah

a. Perhatikan apakah anak sudah siap (matang) untuk menerima latihan-latihan.


b. Belajar dalam keadaan santai (rileks). Segalanya dikerjakan dengan tegas tanpa ragu dan
dengan lemah lembut. Bersikap tenang dan manis, serta hindari suasana yang ribut.

12
c. Latihan hendaknya diberikan dengan singkat, sederhana, dan tahap demi tahap.
d. Tunjukkan pada anak cara melakukan sesuatu yang benar. Jangan menggunakan banyak
katakata karena akan membuat anak menjadi bingung. Satu macam latihan hendaknya
diulang-ulang sampai anak dapat melakukan sendiri dengan benar. Bantulah anak hanya
bila perlu. Tidak usah tergesa-gesa yang penting anak bisa.
e. Sebaiknya dilakukan percakapan dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, kata
yang mudah dipahami oleh anak, percakapan ini dilakukan saat anak sudah mulai
melakukan sesuatu.
f. Pembelajaran bina diri sebaiknya dilakukan dengan disiplin, tidak menyimpang dari dari
waktu dan tempat yang sudah ditentukan..
g. bila anak menunjukkan suatu keberhasilandalam melakukan sesuatu, maka berilah
pujian, namun sebaiknya jangan memuji berlebihan bila usaha yang dikerjakan anak
belum berhasil, sebaiknya tolong anak agar lain kali berusaha lebih baik dan sempurna.
h. Kesalahan anak tidak usah menjadikan anda marah dan cemas. Bila sudah lama berlatih
namun masih gagal juga, jangan kecewa dan hentikan latihan agar anak tidak frustasi dan
merasa gagal.
i. Fleksibilitas, jika latihan tidak berhasil analisalah persoalan dengan cermat. Mungkin
metode perlu disusun kembali sesuai dengan batas kemampuan dan kondisi anak
j. Hendaknya guru menggunakan kata-kata, atau istilah, isyarat dan metode mengajar yang
sama agar anak tidak menjadi bingung

Contoh Pembelajaran Program Pengembangan Diri

a. Contoh merawat diri bagi anak tunagrahita


1) Kemampuan pemeliharaan tubuh seperti: mandi, menggosok gigi, merawat rambut.
2) Kemampuan keselamatan diri dari bahaya sekitar, seperti: menjaga keselamatan diri
dari api, atau dari sengatan listrik.
3) Kemampuan mengatasi luka yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan diri,
seperti: mengobati luka bekas jatuh, mengobati luka sengatan serangga, dst.
b. Contoh mengurus diri bagi anak tunagrahita

13
1) Mengurus kebutuhan yang bersifat pribadi seperti: makan, minum, tatacara makan
sesuai dengan norma dan kondisi.
2) Berpakaian yang meliputi mengenakan bermacam-macam pakaian sesuai dengan
kebutuhan, seperti: memakai baju sekolah, memakai celana sekolah, memasang kaos
kaki, mengancingkan baju, memasang topi, dan seterusnya.
3) Pergi ke toilet, seperti: tahu arah toilet, membersihkan tubuh setelah buang air kecil
atau buang air besar dengan air bersih, kemudian memakai sabun, dan menyiram
kembali dengan air.
c. Contoh menolong diri bagi anak tunagrahita
1) Menggoreng makanan,seperti: menyalakan kompor, memasang wajan di atas kompor,
menuangkan minyak kelapa ke atas wajan, memasukkan makanan yang akan
digoreng, mengaduk makanan, mengangkat makanan yang sudah matang,
menuangkannya di atas piring, kemudian menghidangkannya di atas meja makan.
2) Mencuci pakaian, seperti: menuangkan air ke ember, menuangkan detergen ke ember,
mengaduk detergen dan air, memasukkan pakaian yang kotor ke ember, mengucek-
ngucek cucian, membilas pakaian dengan air sampai bersih, akhirnya menjemur
pakaian
3) Membersihkan rumah, seperti: menyapu lantai, mengepel lantai, mengapu halaman,
mengumpulkan sampah ke pengki, dan akhirnya membuang sampah ke tong sampah.
4) Membersihkan perabotan rumah, seperti mencuci piring: mengumpulkan sisa-sisa
makanan dari piring ke tong sampah, membersihkan piring dengan sabun pencuci
piring, membilas dengan air bersih, akhirnya menyimpan piring di rak piring supaya
kering.
d. Contoh berkomunikasi dan bersosialisasi bagi anak tunagrahita
1) Berkomunikasi ekspresif, menyebutkan identitas diri dan keluarga
2) menyebutkan nama diri, umur, alamat rumah, nama ayah, nama ibu, nama adik, nama
kakak.
3) Berkomunikasi reseptif seperti: mampu memahami apa yang disampaikan orang lain,
mampu dan mau mendengarkan orang lain, memahami simbol-simbol yang ada di
lingkungan seperti tanda toilet di tempat umum.

14
4) Bersosialisasi bagi anak tunagrahita meliputi keterampilan: (1) bermain dan berinteraksi,
(2) berpartisipasi dalam kelompok, (3) bersikap ramah dalam bergaul, (4) mampu
menghargai orang lain, (5) betanggung jawab terhadap diri sendiri, dan (6) mampu
berskpresi dan mengendalikan emosi.
e. Contoh keterampilan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita Keterampilan hidup adalah
keterampilan yang meliputi penggunaan uang. Belanja dan mengatur pembelanjaan,
seperti: tahu nilai uang, bisa membelanjakannya, mengatur pengeluaran uang, dst
f. Contoh mengisi waktu luang bagi anak tunagrahita Konsep mengisi waktu luang bagi
anak tunagrahita adalah, contohnya: bermain sambil belajar, bermain sambil berlatih
berbicara, belajar memelihara tumbuhan mulai dari menyiram, memberi pupuk, hingga
merawat kebersihan tanaman, dst.

15
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Program pengembangan diri dalam dunia ketunagrahitaan mengacu pada istilah merawat
diri (self care), menolong diri (self help), dan aktivitas sehari-hari atau Activity of Daily Living
(ADL) (Kemendiknas, 2010: 6).Program pengembangan diri adalah usaha membangun diri
individu tunagrahita baik sebagai individu maupun mahluk sosial melalui pendidikan di
keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, sehingga terwujud kemandirian dengan keterlibatan
dalam kehidupan sehari-hari secara memadai.

Standar Kompetensi Bina Diri merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan keterampilan mengenal dan melakukan merawat diri, mengurus diri,
menolong diri, berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

B.Kritik/ Saran

Dalam menulis makalah ini, spenulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna baik materi maupun secara penulisan. Dengan demikian, penulis sangat
mengharapakna saran dan kritik untuk mengembangkan dan menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai
sumber ilmu baru yang dapat dikembangkan.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Garnida, D. (2016). Modul Guru Pembelajar SLB TUNAGRAHITA. Pppptk Tk Dan Plb
Bandung, 1–165.

Munandar, U. (2006). PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus Bina Diri. Jurnal Pendidikan,
5, 1–15.

Mirnawati. (2018). Pembelajaran Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita Di Sekolah. Pendidikan
Khusus, 1–9.

Majid, Abdul. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada MediaGroup

Susilo, 2017)susilo. (2017). Mata Pelajaran / Paket Keahlian 2017.

iii

Anda mungkin juga menyukai