DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
ARMAWATI (2020203886208042)
NURHIKMA (2020203886208031)
FITRI (2020203886208044)
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih diberi kesehatan dan
keselamatan serta umur yang panjang. Tak lupa pula kita kirimkan shalawat dan salam
kepada Nabi junjungan kita Muhammad shallallahu ‘alaihi Wasallam sosok manusia
mulia teladan ummat hingga akhir zaman.
Dengan izin Allah Alhamdulillah makalah yang berjudul “Usia dan Tugas Belajar
Mengajar” yang kami susun ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Muzdalifah
Muhammadun, M.Ag selaku pengampuh mata kuliah Hadist Tarbawi yang telah
memberikan tanggung jawab kepada kami selaku kelompok 8 untuk menyelesaikan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang ikut
terlibat dalam pengerjaan makalah hingga rampung.
Kami menyadari penulisan makalah ini belum sempurna karena pengetahuan yang kami
miliki juga sangat terbatas. Oleh karena itu saran dan masukan dari pembaca sebagai
bahan koreksi untuk penyempurnaan makalah berikutnya sangat kami butuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
...........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
...........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
...........................................................................................................................................2
3.1 Kesimpulan
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
13
3.2 Saran
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
Usia belajar merupakan usia sekolah dimana anak sudah mampu untuk berpikir kritis
sehingga dapat diterima sekolah secara formal. Dalam sebuah hadist anjuran untuk
memerinthkan anak melaksanakan shalat adalah ketika usianya menginjak 7 tahun,
karena pada usia ini anak sudah mampu diperintah dan mulai dapat membedakaan hal-
hal baik dan buruk. Jika usia sebelumnya anak hanya sekedar ikut-ikutan lain halnya
pada saat anak menginjak usia ini karena diharapkan ia mampu melaksanakan shalat
dengan baik sebagaimana mestinya. Adapun komsekuensi yang diterima anak jika
sudah mampu melaksanakan sholat dengan baik namun melalaikannya maka pastilah
akan diberi hukuman apabila meninggalkannya.
Belajar dan mengajar merupakan tugas suci dan kewajiban setiap orang. Karena orang
yang tidak berilmu akan senantiasa menuntut ilmu dan belajar, sedangkan tugas orang
yang berilmu adalah mengajarkan serta membagi ilmunya kepada orang lain melalui
pengajaran yang diberikan. Secara singkatnya adalah orang yang belum berilmu
tugasnya adalah belajar dan orang yang berilmu tugasnya mengajarkan ilmunya kepada
orang yang belum tahu. Agar mencapai tujuan pendidikan yang relevan maka guru dan
siswa harus memiliki kerja sama yang baik.
1.2.1 Apa pelajaran yang diberikan kepada anak usia belajar dan hukumannya?
1.2.2 Bagaimana tugas belajar mengajar serta ragam kesuksesan tugas belajar dalam
pembelajaran?
1.3.1 Menjelaskan pelajaran yang diberikan kepada anak usia belajar dan hukumannya
1.3.2 Mengetahui tugas belajar mengajar serta ragam kesuksesan tugas belajar dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan pertama pada anak tumbuh dari lingkungan keluarga, sehingga anak
pertama kali mendapatkan bimbingan serta pendidikan bukan dari lingkungan sekolah
melainkan dari lingkungan keluarga. Keluarga memiliki tugas utama untuk pendidikan
anak, yaitu sebagai acuan dasar mengenai pendidikan keagamaan, nilai budaya, serta
nilai moral sebagai modal dalam bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat
(Supriyono dkk., 2015). Pendidikan dalam lingkungan keluarga menjadikan orang tua
sebagai pendidik utama pada anak, menjadi salah satu proses dalam pendidikan
informal. Setiap keluarga memiliki strategi yang berbeda dalam mendidik anak,
disebabkan oleh input yang berbeda sehingga memiliki proses dengan menghasilkan
output yang berbeda.1
Kosa kata/Mufradat :
1. ُمرُوْ ا : Perintahlah
2. أَوْ اَل َد ُك ْم : Anak-anak mu sekalian
3. َأَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِ ْين : Anak-anak berusia tujuh tahun
4. َواضْ ِربُوْ هُ ْم : Dan pukullah mereka (diberi pelajaran)
5. َوفَ ِّرقُوْ ا : Dan pisahkan.
6. ضا ِج ِع َ فِى ْال َم : Dari tempat tidur.
Terjemahan :
1
Dini, J. P. A. U. (2021). Pendidikan Anak dalam Keluarga Era Covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 5(1), 823-31.
2
Ensiklopedi Hadist 9 Imam, diakses pada 11 Oktober 2021
apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR.
Abu Dawud no.418 )
Penjelasan :
Pada hadist diatas menunjukkan bagaimana pendidikan awal yang diajarkan kepada
anak adalah tata cara melaksanakan kewajiban setiap muslim yaitu mendirikan shalat,
sebab semuanya perlu pembiasaan yang dimulai sejak anak masih kecil sehingga ketika
mulai beranjak dewasa terasa ringan dalam pelaksanaannya. Diantara perintah agama
yang terdapat dalam hadist diatas adalah melaksanakan shalat, memberi hukuman jika
melalaikannya, dan perintah pendidian seks.
a. Perintah Shalat
Perintah shalat ini dimulai dari didikan yang dilakukan oleh orang tua sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :
Secara tegas disampaikan untuk memerintahkan shalat sebab mendidik sebaiknya lebih
baik dilakukan sebelum usia tersebut meskipun melalui pembiasaan ikut-ikutan salah
satu contohnya di bawah ke masjid. Membiasakan mereka melaksanakan syiar-syiar
agama semenjak kecil sehingga pelaksanaan itu menjadi kebiasaaan yang mendarah
daging, dan mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab
mereka melaksanakannya.3 Pendidikan shalat anak merupakan hal yang sangat penting.
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa kunci pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan
3
Yusrina, J A, ‘Studi Analisis Hadis Nabi Tentang Perintah Shalat Pada Anak Sejak Usia 7 Tahun
Dalam Perspektif Pendidikan Islam.’, 2014 <http://eprints.walisongo.ac.id/5407/>
kalbu (rohani) atau pendidikan agama. Dan shalat merupakan makanan utama yang
sangat dibutuhkan oleh ruh dan hati. Sebagaimana tubuh membutuhkan makanan dan
minuman, ruh juga membutuhkan makanan dan makanan ruh yang paling utama adalah
shalat. Tubuh dan ruh setiap saat membutuhkan makanannya masing-masing yang harus
diperbarui setiap saat.4
b. Memberikan Hukuman
Dalam hadist diatas juga terdapat perintah untuk memukul sebagai bentuk hukuman
yang diberikan atas pembangkangannya.
“Apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak
melaksanakannya”
Maksud dari kata pukul disini adalah yang tidak mencederai fisik anak namun lebih
kepada mendidik sepert menasehati, dan sebagainya. Sanksi pukulan adalah salah satu
cara yang telah ditetapkan oleh Islam. Namun, ini dilakukan pada tahap akhir setelah
nasihat dan boikot tidak lagi mempan. Pukulan adalah sanksi yang paling keras, maka
pendidik tidak boleh menggunakannya kecuali bila seluruh cara lain untuk meluruskan
dan memperbaiki ternyata gagal. Ketika menetapkan sanksi pemukulan, Islam
menyertakan berbagai batasan dan syarat-syarat agar pemukulan itu tidak keluar dari
tujuannya, adapun syarat-syarat bagi sanksi pemukulan diantaranya :
- Tidak boleh langsung memukul kecuali semua cara telah dilakukan namun tidak
diindahkan
- Tidak dianjurkan memukul ketika marah sedang memuncak karena ditakutkan akan
melukai anak
- Pemukulan tidak dilakukan dibagian-bagian yang membahayakan seperti bagian
wajah, dada, dan perut.
- Pukulan yang pertama kali dilakukan hendaknya tidak keras dan menyakitkan
dilakukan dengan tongkat pada tangan atau kaki dengan cara yang tidak keras
- Jika anak baru pertama kali melakukan kesalahan, maka berilah ia kesempatan untuk
bertaubat atas perbuatannya, dan minta maaf atas kelakuannya. Beri dia peluang
untuk mendapatkan pembela yang dapat mengatasinya tanpa perlu dihukum, diiringi
dengan janji untuk tidak mengulangi kesalahannya untuk yang kedua kalinya.
Tindakan ini lebih baik dari pada pemukulan.
- Pendidik harus melakukan hukuman dengan pukulannya sendiri. Jangan sampai ia
menyerahkan kepada orang lain.
4
J A Yusrina, ‘Studi Analisis Hadis Nabi Tentang Perintah Shalat Pada Anak Sejak Usia 7 Tahun Dalam
Perspektif Pendidikan Islam.’, 2014 <http://eprints.walisongo.ac.id/5407/>.
- Jika anak sudah usia baligh, maka pukulan boleh ditambah dan diulangi, dengan
membuat sakit jika diperlukan. Tujuannya adalah agar anak dapat kembali lurus
perangainya, dan menjalani hidup diatas petunjuk yang lurus.5
c. Pendidikan Seks
Berikutnya yang terdapat dalam hadist diatas adalah pendidikan seks diberikan ketika
anak berusia 10 tahun. Sebagaimana sabda Rasulullah shallahu’alaihi wasallam.
a. Usia 0-5 tahun usia pendidikan jasmani, akhlak dan pembiasaan budi pekerti.
Pembiasaan ucapan yang baik, pembiasaan mulai makan dengan basmalah,
pembiasaan akan adab tidur dan bangun tidur.
b. Usia 6 tahun usia sekolah diberi pendidikan jasmani, rohani, akli, khuluqi (Akhlak),
dan sosial
c. Usia 7 tahun diisahkan tempat tidurnya, diajarkan berwudhu dan dibiasakan shalat
d. M
Umur 10 tahun dipukul sebagai hukuman karena meninggalkan shalat. [ CITATION
Kho12 \l 1057 ]
Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru khususnya ia
dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan seperangkat
latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan
sikap keguruan yang diperlukannya. Keberhasilan pembelajaran salah satu
pendukungya adalah dengan tersedianya media pembelajaran. Karena dengan media
pembelajaran akan lebih memperjelas dan lebih memperdalam pemahaman siswa.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreatifitas siswa, baik dalam
mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.8
َ ِرينjشْ َدهُ ِعjا ِع ْنjjَ فَأَقَ ْمن، َا ِربُونjjَبَبَةٌ ُمتَقjشَ ُلَّ َم َونَ ْحنjس َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوَ أَتَ ْينَا إِلَى النَّبِ ِّي،ٌ َح َّدثَنَا َمالِك: قَا َل،ََعنْ أَ ِبيقِالَبَة
سأَلَنَا
َ - شتَ ْقنَاْ أَ ْو قَ ِد ا- شتَ َه ْينَا أَ ْهلَنَاْ ظنَّ أَنَّا قَ ِد ا
َ فَلَ َّما،سلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ َو َكانَ َر،ًَي ْو ًما َولَ ْيلَة
َ ِ سو ُل هَّللا
َا أَ ْو الjjشيَا َء أَ ْحفَظُ َهْ َ َو َذ َك َر أ- فَأَقِي ُموا ِفي ِه ْم َو َعلِّ ُمو ُه ْم َو ُم ُرو ُه ْم،ار ِج ُعوا إِلَى أَ ْهلِي ُك ْمْ : قَا َل،ُ فَأ َ ْخبَ ْرنَاه،َع َّمنْ تَ َر ْكنَا بَ ْع َدنَا
(ارj ُر ُك ْم (رواه البخjَ ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكبjَ َو ْلي، ُد ُك ْمjؤ َِّذنْ لَ ُك ْم أَ َحjُالَةُ فَ ْليjالص
َّ ت ِ َرjضَ إ ِ َذا َحjَ ف،صلِّي َ ُصلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِي أ َ َو- أَ ْحفَظُ َها
Kosakata (Mufrodat):
10. اَ ْكبَ ُر ُك ْم : Orang yang paling besar atau tua usianya
Artinya :
8
Maulana Akbar S, (2020) Tugas dan Peranan Guru Dalam Proses Peningkatan Belajar Mengajar , jurnal
Serunai Ilmu Pendidikan ,6
Dari Abi Qilabah berkata; memberitakan kepada kami Malik (bin al-Huwayrits) r.a.
berkata: “Kami datang kepada Rasulullah SAW kami beberapa pemuda yang sebaya
usia dan tinggal bersama Beliau selama dua puluh hari. Beliau adalah seorang yang
penyayang dan pengasih. Ketika .Beliau mengira bahwa kami telah menginginkan
bertemu dengan keluarga atau merindukannya, Beliau bertanya tentang keluarga yang
kami tinggalkan, dan setelah kami beritahu tentang hal itu Beliau bersabda: “Pulanglah
kamu kepada keluargamu tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka
shalat serta perintahlah mereka untuk taat — dan Beliau menyebutkan beberapa hal
yang aku hafal atau yang aku tidak hafal—, shalatlah sebagaimana engkau melihat aku
shalat, apabila datang waktu shalat hendakiah adzan salah satu di antara kamu dan
hendaklah menjadi imam yang tartua di antara kamu.” (HR.Bukhari).
Hadist diatas menjelaskan bagaimna kesungguhan para sahabat dalam mencari ilmu dan
belajar ilmu dari Rasulullah SAW sekalipun mereka datang dari tempat yang jauh tidak
menghalangi niat mereka untuk belajar. Nabi bertanya langsung tentang keadaan
mereka. Setelah diberitahu keadaan yang sesungguhnya Nabi memaklumi hal itu dan
mereka dipersilakan pulang. Begitulah di antara akhlak Beliau Rasullah dengan para
sahabat yang akrab dan simpatik banyak bertanya tentang keadaannya dan keadaan
keluarga. Begitu dekatnya hubungan antara guru dan murid atau antara pimpinan dan
yang dipimpin yang penuh kasih sayang dan kekeluargaan. Ada beberapa hal yang
dipesankan Rasulullah kepada para sahabat yang telah belajar dengan Beliau, sebagai
berikut9:
“Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada
mereka shalat serta perintahlah mereka untuk taat”.
9
Khon A bdul Majid (2012). Hadis Tarbawi, hal. 270-278
“Apabila datang waktu shalat hendakiah adzan salah satu di antara kamu”.
Disini adzan berfungsi sebagai petunjuk waktu shalat telah tiba, di samping ajakan
melaksanakan shalat berjamaah.
ص َمjjا ُل َع ْبٍ jد احفَظُوهُ قَا َل َمjjا نَقَ َ س ُم َعلَ ْي ِهنَّ َوأُ َح ِّدثُ ُك ْم َح ِديثًا فَ ْ
سلَّ َم يَقُو ُل ثَاَل ثَةٌ أُ ْق ِ
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ سو َل هَّللا ِ َ س ِم َع َر ُ
َ
َ
اب ف ْق ٍر َ َ
سألَ ٍة إِاَّل فت ََح هَّللا ُ َعلَ ْي ِه بَ َ اب َم ْ َ ً
صبَ َر َعلَ ْي َها إِاَّل َزا َدهُ هَّللا ُ ِع ّزا َواَل فت ََح َع ْب ٌد بَ َ َ ً ْ ُ
ص َدق ٍة َواَل ظلِ َم َع ْب ٌد َمظلَ َمة ف َ َ ِمنْ َ
َ َ َ َ
احفَظوهُ قا َل إِنَّ َما ال ُّد ْنيَا أِل ْربَ َع ِة نَفَ ٍر َع ْب ٍد َرزَ قهُ هَّللا ُ َمااًل َو ِع ْل ًما ف ُه َو يَتَّقِي فِي ِه َربَّهُ ُ َ ً ُ ُ
أَ ْو َكلِ َمة نَ ْح َوهَا َوأ َح ِّدث ُك ْم َح ِديثا ف ْ
ً
ق النِّيَّ ِة صjjا ِد ُض ِل ا ْل َمنَا ِز ِل َو َع ْب ٍد َر َزقَهُ هَّللا ُ ِع ْل ًما َولَ ْم يَ ْر ُز ْقهُ َمااًل فَ ُه َو َ ص ُل فِي ِه َر ِح َمهُ َويَ ْعلَ ُم هَّلِل ِ فِي ِه َحقًّا فَ َه َذا بِأ َ ْف َ َويَ ِ
jو َ ْ ْ هَّللا َ
سَ jوا ٌء َو َع ْبٍ jد َرزَ قjهُ ُ َم jااًل َولَ ْم يَ ْر ُزقjهُ ِعل ًمjا ف ُه َ َ َ َ ُ ْ َ
يَقُو ُل لَ ْو أنَّ لِي َمااًل لَ َع ِملتُ بِ َع َم ِل فاَل ٍن ف ُه َو بِنِيَّتِِ jه فأ ْج ُر ُه َمjا َ
ث ا ْل َمنَا ِز ِل َو َع ْب ٍ jد ل ْمَ ْ َ َ َ ً ّ هَّلِل َ
ص ُل فِي ِه َر ِح َمهُ َواَل يَ ْعل ُم ِ فِي ِه َحقا ف َهذا بِأخبَ ِ يَ ْخبِطُ فِي َمالِ ِه بِ َغ ْي ِر ِع ْل ٍم اَل يَتَّقِي فِي ِه َربَّهُ َواَل يَ ِ
س َوا ٌء يَ ْر ُز ْقهُ هَّللا ُ َمااًل َواَل ِع ْل ًما فَ ُه َو يَقُو ُل لَ ْو أَنَّ لِي َمااًل لَ َع ِم ْلتُ فِي ِه بِ َع َم ِل فُاَل ٍن فَ ُه َو بِنِيَّتِ ِه فَ ِو ْز ُر ُه َما َ
يح
ص ِح ٌ
سنٌ َ
يث َح َ قَا َل أَبُو ِعي َ
سى َه َذا َح ِد ٌ
)Kosakata (Mufrodat
اُ ْق ِس ٌم َعلَ ْي ِه ْم 1. : Aku bersumpah padanya (tiga perkara), sumpah dimaksudkan
untuk memperkuat isi pembicaraan berikutnya.
َ : Seorang hamba tidak dianiyaya dengan suatu penganiayaan.و الَ ظُلِ َم َع ْب ٌد َم ْ
ظلَ َمةً 2.
Penganiayaan meliputi harta benda, badan, dan kehormatan.
ب َم ْسا َ لَ ٍة 3.
بَا َ : Pintu minta-minta.
اِنَّ َما ال ُّد ْنيَا 5. : Sesungguhnya (keadaan penghuni) dunia.
اِل َ رْ بَ َع ِة نَفَ ٍر 6. : Bagi empat orang. Kata nafar dalam bahasa digunakan antara 3
hingga 10 orang.
َر ِح َمهُ 7. : Keluarganya, asal rahim adalah tempat janin bagi seorang
wanita hamil, kemudian diartikan sanak saudara yang ada hubungannya dengan
kelahiran atau nasab.
اَ ْخبَ ِ
ث ا ل َمنَا ز ل 8. : Kedudukan yang terburuk.
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma'il telah menceritakan kepada
kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami 'Ubadah bin Muslim telah
menceritakan kepada kami Yunus bin Khabbab dari Sa'id Ath Tho'i Abu Al Bakhtari
berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Kabsyah Al Anmari ia mendengar
Rasulullah ﷺbersabda, "Tiga hal, aku bersumpah atasnya dan aku akan
mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kalian menjaganya." Rasulullah
ﷺbersabda, "Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah, tidaklah
seseorang diperlakukan secara lalim lalu ia bersabar melainkan Allah akan
menambahkan kemuliaan untuknya dan tidaklah seorang hamba membuka pintu
minta-minta melainkan Allah akan membukakan pintu kemiskinan untuknya -atau
kalimat sepertinya- dan aku akan mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kalian
menjaganya." Rasulullah ﷺbersabda, "Sesungguhnya dunia itu untuk
empat orang; Pertama, seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu, dengan
ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan ia
mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik,
Kedua, selanjutnya hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus,
ia berkata, Andai saja aku memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan
si fulan, maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama,
Ketiga, selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia
melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada
Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak
mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk, Keempat, selanjutnya
orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia berkata, Andai aku punya harta
tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan yang serampangan
meneglola hartanya, dan niatnya benar, dosa keduanya sama." Berkata Abu Isa: hadits
ini hasan shahih. (HR. Tirmidzi :2247)
Penjelasan Hadis
Rasulullah SAW menyampaikan suatu berita yang amat penting pada Hadis di atas.
Tidak seperti Hadis lain pada Hadis ini sebelum Beliau menyampaikannya suatu
pesan terlebih dahulu minta diper hatikan dan dipelihara Hadisnya bahkan diperkuat
dengan sumpah beliau. Angka tiga disabdakan terlebih dahulu oleh Nabi agar yang
mendengar menantikan apa tiga hal itu? Dalam ilmu al-Balaghah disebut faedahnya
li al-isytiyâq (merindukan). Kemudian diperkuat lagi dengan bersumpah dan
pemberitaan. Rasul bersumpah sebelum menyampaikan suatu pesan menunjukkan
betapa pentingnya berita yang akan disampaikan dan kemudian diperkuat lagi
dengan penyampaian suatu berita Hadis. Kata "Hadis" timbul berdasarkan petunjuk
dari Beliau sendiri sebagaimana dalam ungkapan Hadis tersebut. Dua kalimat diatas
(kalimat bersumpah dan penyampaian pemberitaan suatu Hadis) sebagai pemisah
(jumlah mu'taridhah) antara kata "Tiga perkara" dan isi pesan tiga perkara tersebut.
Apa tiga konsep kesuksesan yang dipesankan Rasul itu? Tiga konsep itu adalah
bersedekah, bersabar, dan memelihara kehormatan diri tidak minta-minta kepada
orang lain.
a. Banyak Bersedekah
ص َد َق ٍة َ َما َن َق
َ ْص َما ل ُ َع ْب ٍد مِن
"Tidak berkurang harta seseorang karena bersedekah."
Orang yang sabar atas penganiayaan tidak tambah rendah status sosialnya
dan tidak mengurangi gengsinya, akan tetapi bertambah naik derajat dan
kemuliaannya. Kata zhulima tidak menyebutkan subjeknya (fa'il) ia mabni
majhul (bentuk pasif) bermakna umum mencakup orang kuat terhadap yang
lemah atau sebaliknya. Demikian juga kata mazhlamatan bentuk isim
nakirah (umum) meliputi penganiayaan harta benda, jiwa raga, dan
kehormatan. Sabar artinya menahan kesakitan akibat penganiayaan dan
tidak ada dendam untuk membalas. Orang yang sabar atas kejahatan orang
lain dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT.
C. Tidak Minta-minta
سا َ لَ ٍة اِ الَّ فَت ََح ا هَّلل ُ َعلَ ْي ِه بَا َب فَ ْق ٍر اَ ْو َكلِ َمةً نَ ْج َو هَا
ْ َوالَ فَت ََح َع ْب ٌد بَا َب َم
"Dan tiada seseorang yang membuka pintu meminta-minta melainkan Allah
membukakan baginya pintu kemiskinan atau kalimat yang sama”
Tiga modal yang dipesankan Rasul sebagai konsep kesuksesan seseorang yakni
banyak bersedekah akan memperbanyak harta, sabar atas penganiayaan akan
menaikkan derajat kemuliaan dan memelihara. diri tidak minta-minta akan
memperkaya diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perintah shalat kepada anak berumur tujuh tahun dimaksudkan latihan dan pembiasaan
shalat. Pada usia ini anak telah mencapai usia kritis (mumayyiz) sudah mampu belajar
dan berlatih shalat. Usia ini kemudian dijadikan pedoman pendidikan modern dalam
menerima anak sekolah di SD. Usia 10 tahun pembelajaran shalat semakin diting katkan
karena semakin dekat dengan usia baligh yang sudah diwajibkan melaksanakan shalat.
Ada hukuman dan hadiah pada usia ini supaya termotivasi dalam melaksanakan
perintah Allah. Pendidikan seks juga diperlukan pada usia ini agar tidak terjadi
penyimpangan seksual.
Sistem pendidikan boarding school sudah pernah dilaksanakan masa Rasulullah yaitu
sejumlah orang sahabat dari Bashrah yang dikirim tugas belajar bersama Rasulullah
SAW selama 20 hari. Di situ mereka belajar secara langsung sunah-sunah Rasulullah
SAW. Setelah tercukupi pembekalan kaderisasi sunnah dan terasa mereka sudah me
rindukan keluarga diperkenankan pulang ke daerahnya. Tugas mereka setelah pulang ke
daerahnya adalah pulang kembali kepada masyarakat, hidup bersama mereka, ajarkan
ilmu yang telah diperoleh dari Nabi, shalat yang benar sebagaimana Nabi mengajarkan
shalat, azan, shalat berjemaah dan yang menjadi imam adalah orang yang paling tua
usia di antara mereka. Usia tua lebih didahulukan karena tingkat bacaan dan fakihnya
sama di kalangan mereka.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Majid, K. A. (2012). Hadis Tarbawi (1 ed.). jakarta: prenamedia group.
Alfiah, Hadis Tarbawi Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi, Kreasi Edukasi, 2015.
Ani Oktarina, M. A. (2020). Pendidikan Seks Usia Dini Dalam Kajian Hadist. jurnal
studi hadist, 6.
Maulana Akbar S, (2020) Tugas dan Peranan Guru Dalam Proses Peningkatan Belajar
Mengajar , jurnal Serunai Ilmu Pendidikan ,6