Anda di halaman 1dari 5

F6.

Pengobatan Dasar – GERD


Judul Laporan Seorang laki-laki berusia 25 tahun dengan GERD
LatarBelakang Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu kondisi
refluksnya HCL dari gaster ke esofagus, mengakibatkan gejala klinis dan
komplikasi yang menurunkan kualitas hidup seseorang, GERD
merupakan salah satu jenis gangguan pencernaan yang cukup sering
dijumpai di masyarakat sehingga dapat menurunkan kualitas hidup.
Prevalensi GERD di Amerika Utara yaitu 18,1%-27,8% di Eropa yaitu
8,8%- 25,9% di Asia Timur 2,5%-7,8%, Australia 11,6%, dan Amerika
Selatan yaitu 23,0%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah
sakit Cipto Mangunkusumo, didapatkan peningkatan prevalensi GERD
dari 5,7% pada tahun 1997 sampai 25,18% pada tahun 2002, peningkatan
ini terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup yang dapat meningkatkan
faktor risiko GERD seperti merokok dan obesitas.

GERD dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, diet,


rokok, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), obesitas, faktor
pelindung lambung dan faktor perusak gaster, faktor pelindung gaster
diantaranya yaitu sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa,
dan regenerasi epitel, sedangkan faktor perusak gaster yaitu asam
hidroklorida (HCL) lambung serta zat- zat yang dapat merangsang sekresi
asam HCL gaster berlebihan dan dilatasi gaster. Tidak adanya
keseimbangan faktor pelindung dan faktor perusak pada organ gaster
merupakan inti dari permasalahan GERD. Dengan menghindari faktor
perusak seperti makanan pedas, kopi, dan NSAID, diharapkan dapat
menghindari kekambuhan GERD.

Pasien GERD dapat datang dengan keluhan heartburn yang merupakan


gejala tipikal dari GERD, penderita merasakan sensasi terbakar di area
perut atau dada bagian bawah. Gejala khas lainnya yaitu regrgitasi dan
disfagia, meskipun gejala khas GERD adalah heartburn namun gejala
atipikal juga bisa timbul yang meliputi nyeri dada non kardiak, sendawa,
cegukan, mual muntah, sesak dan batuk. Gejala tersebut biasanya terjadi
setelah makan dan gejala ini menjadi lebih berat dengan posisi berbaring,
membungkuk atau aktivitas fisik.

Tujuan pengobatan GERD adalah menyembuhkan esofagitis,


meringankan gejala, memperbaiki kualitas hidup dan mencegah
komplikasi. Terapi medikamentosa untuk GERD adalah pemberian obat
golongan antasida, prokinetik, H2-reseptor antagonists dan proton pump
inhibitor (PPI). Cara kerja Obat golongan PPI adalah dengan
menghambat/memblok pompa proton (H+, K+, ATPase) yang terdapat di
membran sel parietal gaster, sehingga menghambat sekresi asam gaster
oleh sel parietal secara irreversibel. Obat golongan antagonis reseptor H2
bekerja dengan cara memblok reseptor histamine di membran sel parietal
gaster. Obat golongan prokinetik bekerja meningkatkan kekuatan sfingter
esofagus bagian bawah, peristaltis esophagus, dan mempercepat waktu
pengosongan lambung
Permasalahan 1. IDENTITAS PASIEN
Nama: Tn. M
Usia: 25 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Agama: Islam
Pekerjaan: Tukang Ojek
Alamat: Besani
Pasien: Balai Pengobatan (BP) umum Puskesmas Leksono 1

2. ANAMNESIS
KeluhanUtama: Nyeri ulu hati
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan nyeri ulu hati sejak 2 hari. Nyeri seperti
terbakar, tidak tembus ke punggung dan tidak menjalar. Tenggorokan
terasa nyeri dan mulut terasa pahit. Mual (+), muntah (-), sesak (+),
demam (-), batuk (-), pilek (-). Keluhan dada berdebar (-). BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Pasien sering minum kopi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Pasien tidak memiliki keluhan ini sebelumnya
 Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kolesterol
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
Riwayat Penyakit Keluarga:
 Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama
 Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung

3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Balai Pengobatan (BP) umum
Puskesmas Leksono 1 pada 5 November 2019 pukul 09.00 WIB
Keadaan umum : compos mentis
GCS: E4V5M6
Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N: 90 x/menit,reguler
t : 36,7 c
Kulit : turgor cukup
Mata : mata cowong (-/-) konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Tenggorok : hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher : dalam batas normal
Thorax : bentuk normal
Cor
▪ Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
▪ Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V
▪ Perkusi : Konfigurasi jantung dbn
▪ Auskultasi : BJ I-II reguler, tunggal
Pulmo
▪ Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
▪ Palpasi : stem fremitus kanan sama dengankiri, nyeritekan (-/-)
▪ Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
▪ Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi(-/-)
Abdomen
▪Flat, supel, BU(+)N, NTE (+)
Ekstremitas :
Akral hangat, edem (-/-), crt <2 dtk
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
5. DIAGNOSIS
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease)

6. DIAGNOSIS BANDING
1. Gastritis
2. STEMI
7. TATALAKSANA
a. Terapi Farmakologi
Terapi Rawat Jalan:
Omeprazole 2x 20 mg
Sucralfat Syr 3 x C2

b. Terapi Non Farmakologi


Terapi non-farmakologik dilakukan dengan modifikasi gaya hidup
meliputi:
 Meninggikan posisi kepala 6 inchi (15 – 20 cm ) saat tidur
 Menurunkan berat badan sesuai IMT ideal.
 Menghindari makanan yang dapat merangsang GERD seperti
cokelat, minuman mengandung kafein, alkohol dan makanan
berlemak – asam – pedas.
 Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur.
 Tidak makan terlalu kenyang

PERENCANAA Terapi untuk GERD yang dilakukan untuk pasien ini menggunakan terapi
N DAN farmakologis :
PEMILIHAN  Omeprazole 2x20 mg. Omeprazole merupakan golongan PPI. Obat
INTERVENSI golongan PPI (protont pump inhibitor) merupakan obat pilihan
yang terbukti efektif mengatasi gejala serta menyembuhkan lesi
esofagitis. Cara kerja Obat golongan PPI adalah dengan
menghambat/memblok pompa proton (H+, K+, ATPase) yang
terdapat di membran sel parietal gaster, sehingga menghambat
sekresi asam gaster oleh sel parietal secara irreversibel.
 Sucralfat Syr 3xC2. Sukralfat bekerja dengan cara membentuk
kompleks polimer yang dapat melapisi jaringan tukak dengan cara
mengikat eksudat protein pada lokasi ulkus. Kompleks polimer
yang terbentuk berfungsi sebagai sawar/barrier yang mencegah
keluarnya asam, pepsin dan asam empedu/bile salts, sehingga
dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan lebih lanjut.

Non farmakologi
Terapi nonfarmakologis berupa meninggikan posisi kepala 6
inchi (15 – 20 cm ) saat tidur, menurunkan berat badan sesuai
IMT ideal, menghindari makanan yang dapat merangsang
GERD seperti cokelat, minuman mengandung kafein, alkohol
dan makanan berlemak – asam – pedas, makan malam paling
lambat 3 jam sebelum tidur dan tidak makan terlalu kenyang
PELAKSANAAN Pada tanggal 5 November 2019 pukul 09.00 bertempat di Balai
Pengobatan (BP) umum Puskesmas Leksono 1. Proses intervensi berupa
anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik pada pasien serta memberikan
penatalaksanaan yang komprehensif baik dari terapi farmakologi maupun
non farmakologi. Pasien disarankan untuk kontrol apabila keluhan belum
membaik selama 1 minggu.
MONITORING Dilakukan dengan cara mengfollowup pengobatan pasien pada saat
DAN EVALUASI kontrol.

Anda mungkin juga menyukai