Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PENATALAKSANAAN PADA KASUS PLASENTA PREVIA DENGAN SYOK

HIPOVOLEMIK DAN ANEMIA BERAT

LAPORAN KASUS

Ilham Wahyudi 1610070100120


Assyifa Fadila 1610070100134

Pembimbing

dr. Ade Ariadi, Sp.An

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


KEPANITERAAN KLINIK SENIIOR BAGIAN ANESTESIOLOGI
SOLOK
MARET 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3

BAB II ILUSTRASI KASUS......................................................................... 4

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 12

3.1 Definisi dan Epidemiologi Plasenta Previa.............................................. 12

3.2 Gejala dan Faktor Resiko Plasenta Previa................................................ 12

3.3 Patofisiologi Plasenta Previa.................................................................... 13

3.4 Tatalaksana Plasenta Previa..................................................................... 13

3.5 Definisi dan Etiologi Syok Hipovolemik................................................. 14

3.6 Patofisiologi Syok Hipovolemik.............................................................. 14

3.7 Tatalaksana Syok Hipovolemik................................................................ 15

BAB 4 PEMBAHASAN................................................................................ 17

BAB 5 KESIMPULAN.................................................................................. 20

DAFTAR REFERENSI.................................................................................. 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

Plasenta previa adalah komplikasi dalam kehamilan yang ditandai dengan pendarahan

pada vagina tanpa rasa nyeri pada trimester ketiga, dimana letak plasenta menutupi ostium

uteri interna. Umumnya kategori plasenta previa adalah total, partial dan marginal. Di

Indonesia kejadian plasenta previa dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4 -

3,56 % dari seluruh kehamilan. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa

merupakan penyebab terbanyak. Plasenta previa dikaitkan dengan peningkatan morbiditas

dan mortalitas ibu dan janin, terutama jika disebabkan oleh perdarahan terus menerus.1,2

Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah

dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif atau

kehilangan plasma darah. Kejadian syok hipovolemik pada plasenta previa sangat mungkin

terjadi ketika perdarahan terjadi terus menerus dan tidak ditatalaksana yang sesuai.3

Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus perdarahan antepartum

adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan resusitasi secara tepat, apabila terdapat fetal

distress dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu dipertimbangkan untuk

terminasi kehamilan.3

3
BAB II

ILUSTRASI KASUS

Seorang wanita berusia 37 tahun (gravida 4, primida 3, abortus 0) pada usia

kehamilan 34 minggu datang untuk pertama kalinya ke instalasi gawat darurat RSMN Solok

dengan keluhan keluar darah yang banyak dan segar dari jalan lahir sejak 6 jam sebelum

masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ari- ari, demam tidak ada, pusing

ada, mual muntah ada. Kesadaran pasien saat masuk dengan GCS 15. Pasien memiliki

riwayat persalinan sebelumnya dengan persalinan pervaginam dan tidak ada perdarahan

antepartum. Riwayat hipertensi ada, riwayat penyakit jantung tidak ada, riwayat DM tidak

ada, riwayat yang sama pada kehamilan sebelumnya tidak ada.

Pasien direncanakan untuk dilakukan terminasi.

Subjektif : Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir.

Objektif :

- Status generalis :

Kes: GCS E4V5M6

TD : 90/60 mmhg

HR : 126 x/i

RR : 28 x/I

T : 36 C

- Pemeriksaan fisik :

Mata : Konjungtia anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor

Jantung : Irama reguler, murmur (-), Galop (-)

Paru : Suara pernafasan Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen : buncit sesuai kehamilan, bising usus (+), BJJ 92x/i

4
Ekstremitas : Akral dingin, ekstremitas inferior udem, CRT >2 detik

- Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hematologi Lengkap
Hb (L) 6.1 g/dl 14.0-17.4
Eritrosit (L) 2.14 106/mm3 4.5-5.5
Hematokrit (L) 16.3 % 42-52
MCV (L) 76.2 fL 84-96
MCH 28.5 pg/cell 28-34
MCHC (H) 37.4 g/dl 32-36
RDW-CV (H) 16.1 % 11.5-14.5
Leukosit (H) 15.7 103/mm3 5.0-10.0
Trombosit 269 103/mm3 140-400
ALC 2041 /µL 1500-4000
NLR (H) 6.31 <3.13
Hemostasis
PT 12.3 detik 10-12.7
APTT 26.3 23-34.7
Imunologi
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Rapid test antibody: Non raktif Non reaktif
Anti SARS-Cov-2

Assessment : G4P3H0A2 dengan plasenta previa + syok hipovolemik dan anemia berat

Planning :

Loading RL 500cc
Pasien dilakukan OP Sectio Caesarea emergency

5
Hasil pemeriksaan saat pasien di pindahkan ke ICU pada tanggal 01-03-2021

pukul 02.30 WIB

Subjektif : Pasien di pindahkan ke ICU dalam keadaan kesadaran dalam pengaruh obat

anestesi, dengan akral dingin dan menggigil.

Objektif :

-Status generalisata

Tampak sakit berat

Kesadaran : dalam pengaruh obat anestesi

TD : 90/68mmHg

HR : 135x/menit

RR : 41x/menit

T : 38 C

SPO2 : 99%

MAP : 104

- Pemeriksaan fisik

Mata : konjungtiva anemis , sklera tidak ikterik

Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)

Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : supel, distensi (-), BU (-)

Ekstremitas : akral dingin, oedem ekstremitas inferior, CRT>2 detik

A : Post SCTTP ai Plasenta Previa + Syok hipovolemik + Anemia berat

P:

-IVFDAminofluid 1000cc/24jam

-Inj. Ketorolac 3X30mg

-Paracetamol 3X700mg

6
-Ondansentron 3X4mg

-Transfusi PRC 350cc

-Inj. Fentanyl 50mcg (ekstra+25mcg)

-Loading RL 500cc

-Diet MCTKTP dan AP

Hasil pemeriksaan pasien saat pasien ICU pada tanggal tanggal 01-03-2021 pukul

07.00 WIB

Subjektif :

-Pasien mengatakan nyeri pada perut bekas SC

-Batuk (+)

Objektif :

- Status generalisata

Tampak sakit sedang

Kesadaran CMC, GCS E4V6M5

TD : 110/73 mmhg

HR : 150x/i

RR : 30x/I,

T : 38.4 C

SPO2 : 99%

MAP : 88

- Pemeriksaan fisik

Mata : konjungtiva anemis , sklera tidak ikterik

7
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)

Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), BU (+)

Ekstremitas : akral hangat, oedem ektremitas inferior, CRT<2 detik

- Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hematologi Lengkap
Hb (L) 6.6 g/dl 14.0-17.4
Eritrosit (L) 2.3 106/mm3 4.5-5.5
Hematokrit (L) 18.8 % 42-52
MCV (L) 81.7 fL 84-96
MCH 28.7 pg/cell 28-34
MCHC 35.1 g/dl 32-36
RDW-CV (H) 14.9 % 11.5-14.5
Leukosit (H) 26.8 103/mm3 5.0-10.0
Trombosit 231 103/mm3 140-400

A : Post SCTTP ai Plasenta Previa + Anemia perbaikan

P:

-IVFD RL + Oxytocin 1 amp + Methergin 2 amp 500cc/8jam

-IVFD RL 200cc loading

-Ceftriaxone 2X1gr

-Inj. Ketorolac 3X30mg

-Paracetamol 3X750mg

-Ondansentron 3X4mg

-Transfusi PRC kolf ke-5

8
-Inj. Transamin 3X500mg

-Inj. Ranitidine 2X50mg

-Inj. Vit K 3X1amp

-Ambroxol syr 3X1 sendok obat

-Diet MCTKTP

-AP

Hasil pemeriksaan pasien saat di ICU pada tanggal tanggal 02-03-2021 pukul

07.00 WIB

Subjektif :

-Pasien mengatakan nyeri pada perut bekas SC berkurang

-Batuk berkurang

Objektif :

- Status generalisata

Tampak sakit sedang

Kesadaran CMC, GCS E4V6M5

TD : 125/74 mmhg

HR : 73x/i

RR : 12x/I,

T : 36 C

SPO2 : 98%

MAP : 91

- Pemeriksaan fisik

Wajah : udem

Mata : konjungtiva anemis , sklera tidak ikterik

9
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)

Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), BU (+)

Ekstremitas : akral hangat, oedem ektremitas inferior, CRT<2 detik

- Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hematologi Lengkap
Hb (L) 9.1 g/dl 14.0-17.4
Eritrosit (L) 3.1 106/mm3 4.5-5.5
Hematokrit (L) 25.4 % 42-52
MCV (L) 76.2 fL 84-96
MCH 28.5 pg/cell 28-34
MCHC (H) 37.4 g/dl 32-36
RDW-CV (H) 16.1 % 11.5-14.5
Leukosit (H) 15.3 103/mm3 5.0-10.0
Trombosit 269 103/mm3 140-400
ALC 2041 /µL 1500-4000
NLR (H) 6.31 <3.13
Hemostasis
PT 12.3 detik 10-12.7
APTT 26.3 23-34.7

A : Post SCTTP ai Plasenta Previa + Anemia perbaikan

P:

-IVFD RL + Oxytocin 1 amp + Methergin 2 amp 500cc/8jam

-Ceftriaxone 2X1gr

-Inj. Ketorolac 3X30mg

10
-Paracetamol 3X750mg

-Ondansentron 3X4mg

-Inj. Transamin 3X500mg

-Inj. Ranitidine 2X50mg

-Inj. Vit K 3X1amp

-Ambroxol syr 3X1 sendok obat

-Diet MCTKTP

-AP

-Pasien dipindahkan ke kebidanan

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3. 1. Definisi dan Epidemiologi Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR)

sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI). Penyebab

plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Plasenta previa meningkat kejadiannya pada

keadaan-keadaan endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau

kurang baiknya vaskularisasi desidua.2

Di Indonesia kejadian plasenta previa dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar

antara 2,4 - 3,56 % dari seluruh kehamilan. Kejadian plasenta previa Pada beberapa Rumah

Sakit Umum Pemerintah di Indonesia melaporkan angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7

% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu < 1 %.1

3.2 Gejala dan Faktor Resiko Plasenta Previa

Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari

biasanya, berulang, darah biasanya berwarna merah segar. Pendarahan pertama (first

bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent

bleeding) biasanya lebih banyak.2

Ada beberapa faktor risiko yang terkait dengan peningkatan risiko plasenta previa adalah

usia ibu lanjut, multiparitas, riwayat seksio sesaria sebelumnya, aborsi sebelumnya, dan

merokok selama kehamilan.1

3.3 Patofisiologi Plasenta Previa

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20

12
minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis,

umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak

mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik

menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau

karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat di hindarkan

karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti

pada plasenta letak normal.2

3.4 Tatalaksana Plasenta Previa

Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:2

1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup masih

kecil. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan

perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali.

Syarat terapi ekspektatif yaitu:

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

d. Janin masih hidup.

2. Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi

perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup

bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan

dengan 2 cara yaitu:

a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, dengan

cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat tertutup kembali

13
(tamponade pada plasenta).

b. Cara seksio sesarea, sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan

perdarahan. Persalinan seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh kasus

plasenta previa.

3.5 Definisi dan Etiologi Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah

dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif

atau kehilangan plasma darah. Syok hipovolemik dalam kehamilan biasa diakibatkan

oleh perdarahan yang banyak. Akibat kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan

ektopik dan penyakit trofoblas (mola hidatidosa); perdarahan antepartum misalnya

plasenta previa, solution plasenta, rupture uteri dan perdarahan pasca persalinan karena

atonia uteri dan laserasi jalan lahir.3,4

3.6 Patofisiologi Syok Hipovolemik

Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan

menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal ini menimbulkan penurunan curah jantung.

Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani

oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak

dapat pulih).5

a. Tahap kompensasi

14
Tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya. Tanda atau

gejala yang dapat ditemukan seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi ringan, tekanan

darah normal, gelisah,dan pengisian pembuluh darah yang lama.

b. Tahap dekompensasi

Dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya. Tubuh akan berupaya

menjaga organ-organ vital yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan

perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat

ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan

tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu.

c. Tahap ireversibel

Dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki. Tahap

ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka aliran darah akan

mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung.

Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga

aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab

rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan

organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki.

3.7 Tatalaksana Syok Hipovolemik

Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik  antara

lain:6

1. Memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang

adekuat,  peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah.

2. Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut. Pada dasarnya penyebab perdarahan

akut pada sistem reproduksi (contohnya kehamilan ektopik, plasenta previa,

15
solusio plasenta, ruptur kista, keguguran) memerlukan intervensi bedah.

3. Resusitasi Cairan. Tujuan utama terapi syok hipovolemik adalah penggantian

volume sirkulasi darah. Penggantian volume intravascular sangat penting untuk

kebutuhan cardiac output dan suplai oksigen ke jaringan. Pada jalur intravena,

cairan yang pertama digunakan untuk resusitasi adalah kristaloid isotonik,

seperti Ringer Laktat atau Saline Normal. Syok hipovolemik yang disebabkan

oleh kehilangan darah dalam jumlah besar sering perlu dilakukan transfusi

darah.

16
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang wanita berusia 37 tahun (gravida 4, primida 3, abortus 0) pada usia

kehamilan 34 minggu datang untuk pertama kalinya ke instalasi gawat darurat RSMN Solok

dengan keluhan keluar darah yang banyak dan segar dari jalan lahir sejak 6 jam sebelum

masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ari- ari, demam tidak ada, pusing

ada, mual muntah ada. Kesadaran pasien saat masuk dengan GCS 15. Pasien memiliki

riwayat persalinan sebelumnya dengan persalinan pervaginam dan tidak ada perdarahan

antepartum. Riwayat hipertensi ada, riwayat penyakit jantung tidak ada, riwayat DM tidak

ada, riwayat yang sama pada kehamilan sebelumnya tidak ada.

Berdasarkan hasil anamnesa, pada pasien kasus di atas didapatkan keluhan utama

adalah keluar darah yang banyak dan segar dari jalan lahir. Hal ini terjadi 6 jam sebelum

masuk rumah sakit. Perdarahan yang terjadi diduga karena kehamilan pasien mengalami

plasenta previa. Plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan karena lepasnya plasenta dari

dinding uterus.2

Keluhan tersebut juga disertai peningkatan frekuensi jantung atau takikardi, hipotensi,

konjungtiva anemis, ujung-ujung ekstremitas dingin dan pengisian kapiler yang lama.

Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang didapatkan adanya kondisi anemis

yang dibuktikan dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 6,1 g/dl. Semua ini

menggambarkan gejala dari syok hipovolemik.

Syok hipovolemia terjadi penurunan preload ventrikular. Hal ini karena berkurangnya

volume pada intravaskular sehingga menurunkan tekanan dan volume diastole ventrikuler.

Cardiac output (CO) dan stroke volume (SV) juga menurun, terjadi hipotensi dan penurunan

17
tekanan nadi. Salah satu usaha kompensasi tubuh pada syok hipovolomia yaitu dengan

meningkatkan frekuensi jantung. Hal ini dilakukan tubuh untuk memenuhi kebutuhan darah

pada jantung. Karakteristik klinis seperti pucat, dingin, kulit lembab, takikardi (jika syok

berat terjadi bradikardi), takipnea, vena perifer tidak distended serta penurunan pulsasi vena

jugular, urin output dan kesadaran.5

Diagnosa awal ditegakan ialah G4P3A0H2 dengan plasenta previa + syok hipovolemik dan

anemia berat.

Terapi awal pada pasien ini

• Loading RL 500cc.

Pasien dipindahkan ke ruang operasi tanggal 1 Maret 2021 pukul 01.00, setelah

mendapatkan penanganan pertama di IGD. Pada kasus ini dilakukan operasi Sectio Cesaria

emergency atas indikasi perdarahan antepartum oleh karena Placenta Previa. Teknik anestesi

yang dilakukan adalah anastesi umum (general anestesia).

Pada pasien dilakukan general anestesi, tidak dilakukan regional anestesi karena pada

pasien ini dilakukan operasi SC emergency dengan Hb yang rendah, bila menggunakan

regional anestesi akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga perdarahan yang terjadi

akan lebih banyak dan akan memperparah kondisi pasien, regional anestesi juga dapat

menyebabkan hipotensi padahal dengan Hb yang rendah tubuh membutuhkan Oksigen lebih

banyak untuk dialirkan ke seluruh tubuh, selain itu bila menggunakan GA, anestesinya bisa

lebih diperpanjang dari pada teknik SAB sehingga bisa digunakan pada operasi dengan durasi

yang lama. Alasan lain dilakukan GA, karena pada GA dapat mengambil alih fungsi alat alat

vital, seperti mengurangi kerja tubuh dengan terpasangnya ventilator pada pasien, sehingga

tubuh pasien bisa menghemat pengeluaran energi. Selama dilakukan operasi dilakukan

transfusi PRC sebanyak 1 kantong.7

18
Pasien dipindahkan ke ICU tanggal 1 Maret 2021 pukul 02.30 untuk di monitoring pasca

operasi, perbaikan hipovolemik dan anemia pada pasien. Di ICU dilakukan resusitasi cairan

dengan menggunakan cairan kristaloid dan tranfusi PRC 1 kantong untuk mengatasi

hipovolemik dan anemia yang terjadi pada pasien. Seharusnya cairan yang dipakai untuk

resusitasi pada kasus hipovolomik yaitu cairan koloid. Karena cairan koloid memilik time of

action di intravaskuler lebih lama dari kristaloid.7 Pasien juga mengeluhkan nyeri perut pada

bekas operasi SC, lalu diberikan ketorolac 30mg. Tetapi nyeri pada perut pasien belum

berkurang sehingga diberikan fentanyl 50mcg.

Pada pasien diberikan transamin dan Vit K, karena banyaknya darah yang keluar dari

jalan lahir setelah terminasi dilakukan. Selama dua hari di ICU dilakukan transfusi PRC

sebanyak 5 kantong, sehingga pada tanggal 2 Maret 2021 hasil pemeriksaan laboratorium

pasien terakhir didapatkan Hb 9,1 g/dl dan tanda – tanda vital pasien sudah membaik. Pasien

dipindahkan ke bagian kebidanan pada pukul 12.00 WIB.

19
BAB V

KESIMPULAN

Plasenta previa adalah komplikasi dalam kehamilan yang ditandai dengan pendarahan

pada vagina tanpa rasa nyeri pada trimester ketiga, dimana letak plasenta menutupi ostium

uteri interna. Kejadian syok hipovolemik pada plasenta previa bisa terjadi ketika perdarahan

terus menerus dan tidak ditatalaksana yang sesuai.

Diagnosis klinis untuk syok hipovolemik harus dicurigai jika pada pasien mengalami

gejala pucat, dingin, kulit lembab, takikardi (jika syo k berat terjadi bradikardi), takipnea,

vena perifer tidak distended serta penurunan pulsasi vena jugular, urin output dan kesadaran.

20
DAFTAR REFERENSI

1. Syafitri E, Suwardi S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Plasenta Previa di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2018. J Ners dan Kebidanan (Journal Ners

Midwifery) 2020; 7: 182–189.

2. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan.

3. Vedy HI, Ramadhian MR. Multigravida Hamil 40 Minggu dengan HAP (Hemorrhage

Antepartum) e.c Plasenta Previa Totalis. J Medula 2017; 7: 53–56.

4. setiati siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing, 2014.

5. Hardisman H. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update

dan Penyegar. J Kesehat Andalas 2013; 2: 178.

6. Dewi E, Rahayu S. Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Ber Ilmu Keperawatan

ISSN 1979-2697 2010; 2: 93–96.

7. Groeneveld ABJ. Hypovolemic Shock. Crit Care Med Princ Diagnosis Manag Adult

2018; 485–520.

21

Anda mungkin juga menyukai