Anda di halaman 1dari 45

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

”ISU-ISU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”

OLEH

KELOMPOK 6

1. NUR AFNI G
PO530321119239
2. SARAH NOVIANA WLARY
PO530321119240
3. SHERLY AUGUSTYN
PO530321119241
4. SOFRONIUS REWO
PO530321119242
5. STEVIN KOEN
PO530321119243

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Isu-Isu Pemberdayaan Masyarakat”.Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah “Pemberdayaan
Masyarakat”. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima


kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Kupang, September 2021

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
i

DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii...........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................


1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................
2
1.3.3 Tujuan khusus.....................................................................................................
2
1.3.4 Tujuan Umum.....................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3

2.1 Konsep pemberdayaan................................................................................................


3
2.2.1 Pengertian pemberdayaan..................................................................................
3
2.2.2 Pemberdayaan masyarkat yang ada di Indonesia..............................................
4
2.2.3 Prinsip pemberdayaan........................................................................................
9
4

2.2 Konsep Issue ................................................................................................................


13
2.2.1 Fungsi isu-isu pemberdayaan masyarakat........................................................
13
2.2.2 Isu pemberdayaan keluarga..............................................................................
15
2.2.3 Fungsi isu pemberdayaan keluarga...................................................................
17
2.3 Konsep puskesmas.......................................................................................................
18
2.3.1 Pengertian Puskesmas.......................................................................................
18
2.3.2 Tujuan Puskesmas............................................................................................
19
2.3.3 Fungsi Puskesmas.............................................................................................
20
2.3.4 Jangkauan Pelayanan Puskesmas.....................................................................
23
2.3.5 Konsep puskesmas peduli keluarga..................................................................
23

2.3.6 Ciri puskesmas peduli keluarga........................................................................


24
2.3.7 Peran Puskesmas ..............................................................................................
25
2.4 Konsep Pemberdayaan Keluarga...............................................................................
26
2.4.1 Pengertian Pemberdayaan keluarga..................................................................
26
5

2.4.2 Tujuan Pemberdayaan Keluarga.......................................................................


27
2.5 Analisis pemberdayaan masyarakat dan keluarga..................................................
27
2.5.1 Analisis pemberdayaan masyarakat..................................................................
27
2.5.2 Analisis keterjangkauan pemberdayaan masyarakat........................................
28
2.5.3 Pendekatan keluarga memperkuat pendekatan komunitas...............................
29
2.5.4 Model pemberdayaan keluarga.........................................................................
35

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


38

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................


38

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
39
6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan adalah suatu proses membantu individu masyarakat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya mengontrol berbagai factor
yang berpengaruh pada kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya(WHO). Menurut Green dan Kreuter (1991). Promosi
kesehatan adalah kombinasi dari pendidikan kesehatan dan factor-faktor
organisasi, ekonomi, dan lingkungan yang seluruhnya mendukung
terciptanya perilaku yang kondusif terhadap kesehatan. Adapun yang
dimaksud dengan perilaku kesehatan menurut Kasl dan Cobb (1996)
meliputi : Perilaku pencegahan, Perilaku sakit, dan, Perilaku peran sakit
Misi dari promosi kesehatan adalah advokasi, mediasi dan
pemberdayaan. Yang
dimaksud dengan advokasi adalah upaya meyakinkan para pengambil
kebijakan agar memberikan dukungan berbentuk kebijakan terhadap suatu
program. Mediasi adalah upaya mengembangkan jejaring atau kemitraan,
lintas program, lintas sector dan lintas institusi duna menggalang dukungan
bagi implementasi program. Adapun pemberdayaan berarti upaya
7

meningkatkan kemampuan kelompok sasaran sehingga kelompok sasaran


mampu mengembangkan tindakan tepat atas berbagai permasalahan yang
dialami.
Konsep pemberdayaan mengemukakan sejak dicanagkan Strategi
Global WHO tahun 1984, yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam
Piagam Ottawa (1986). Dalam deklarasi tersebut dinyatakan tentang
perlunya mendorong terciptanya : Kebijakan berwawasan kesehatan,
Lingkungan yang mendukung, Reorientasi dalam pelayanan kesehatan,
Keterampilan individu, dan Gerakan masyarkat.

1.2 Rumusan masalah


1) Apa konsep pemberdayaan masyarakat
2) Apa konsep isu pemberdayaan
3) Apa konsep puskesmas
4) Apa konsep pemberdayaan keluarga

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi konsep – konsep yang berhubungan isu-isu
pemberdayaan masyarakat
1.3.2 Tujuan Khusus

1).Konsep pemberdayaan masyarakat

2). Konsep issue

3) Konsep analisa

4). Konsep perkembangan


8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep pemberdayaan

2.1.1 Pengertian pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan


bermenjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya
artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila
diberi awalan pe- dengan mendapat sisipan -m- dan akhiran –an menjadi
“pemberdayaan” artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai
daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia
merupakan terjemahan dari “empowerment” dalam bahasa inggris.
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut Merriam
Webster dalam Oxford English Dictionary mengandung dua pengertian
(Risyanti dan Roesmidi, 2006: 3): Pertama, to give ability or enable to, yang
diterjemahkan sebagai memberi kecakapan/ kemampuan atau memungkinkan
untuk. Kedua, to give power or authority to, yang berarti memberi kekuasaan.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
9

merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru


pembangunan yaitu yang bersifat “people-centered, participatory, empowering,
and sustainable” (Suaib, 1985: 116). Menurut Surjono dan Nugroho,
pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat
(khususnya yang kurang memiliki akses terhadap pembangunan) didorong
untuk meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan perikehidupan
mereka. Model-model pemberdayaan: People Centre Development (i.e. IDT,
Proyek Kawasan Terpadu (PKT), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan
Nelayan Kecil (P4K), Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Raskin, (BLT); Model
Lingkaran Setan Kemiskinan; Model Kemitraan, dan lain-lain (Surjono dan
Nugroho, 2008: 26). Sedangkan menurut Wrihatnolo dan Nugroho, konsep
pemberdayaan mencakup pengertian community development (pembangunan
masyarakat) dan community-based development pembangunan yang bertumpu
pada masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istilah community-driven
development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan
masyarakat atau diistilahkan pembangunan yang digerakkan masyarakat
(Wrihatnolo dan Nugroho, 2008: 15). Menurut Rohmanur Aziz (2014: 127),
pada kenyataannya proses pemberdayaan masyarakat tidak hanya
mengembangkan potensi ekonomi rakyat tetapi juga harkat dan martabat, rasa
percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat dan
bahkan pada negara yang menganut theisme akan mengembalikan pada nilai-
nilai ketuhanan atau dalam konsep Islam disebut sebagai nilai-nilai ilahiyah.
Adapun goals atau tujuan pemberdayaan seringkali ditujukan untuk
mengangkat orang miskin supaya keluar dari kemiskinannya. Padahal lebih
daripada itu, pemberdayaan bertujuan mengangkat harkat dan martabat
kemanusiaan dengan kata lain pemberdayaan adalah proses pendidikan secara
terbuka dalam kehidupan bermasyarakat yang berujung pada upaya
memanusiakan manusia. Adapun secara khusus, yang menjadi tujuan utama
pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya
kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan.
10

Pemberdayaan masyarakat sebagai konsep dalam pembangunan


memiliki perspektif yang luas. Pemberdayaan berarti pembangunan kekuasaan
yang adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan kesadaran politis
dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka
terhadap sumber daya alami dan pengelolaannya secara berkelanjutan
(Pranarka, 1996: 65). Pemberdayaan adalah alat untuk mencapai tujuan, untuk
memperkuat kapasitas organisasi/ kelompok mereka agar mampu mengubah
keadaan saat ini, memiliki kekuatan untuk mendorong terjadinya perubahan
besar yang sangat diperlukan dalam masyarakat

2.1.2 Pemberdayaan masyarkat yang ada di Indonesia

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan masyarakat yang sejahtera adalah
dengan adanya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini
menjadi salah satu nyata untuk membangun masyarakat itu sendiri. Maka dari
itu, baik negara berkembang maupun negara maju memperhatikan upaya ini.
Berikut beberapa contoh pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang.
1. Bidang Ekonomi

Bidang pertama yang mungkin perlu digaris bawahi sebagai contoh


pemberdayaan masyarakat adalah bidang ekonomi. Pasalnya salah satu misi
dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah upaya untuk mensejahterakan
masyarakat terutama dari sisi perekonomiannya. Bidang ekonomi ini bisa
menyorot dua hal yakni UMKM dan juga BUMdes.

Pengembangan dan juga pemberdayaan UMKM dan juga BUMdes ini juga
dapat menekan jumlah penduduk terutama masyarakat di usia produktif yang
pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Pasalnya baik UMKM dan juga
BUMdes dapat menyerap tenaga kerja lokal yang mana sebagai hasil lapangan
pekerjaan baru.

1. Pemberdayaan UMKM
11

Yang menjadi pertimbangan pertama untuk pemberdayaan di bidang ekonomi


adalah pemberdayaan UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah.
Pemberdayaan UMKM ini haruslah dengan basis pemahaman potensi
daerahnya sehingga dapat diberikan kebutuhan yang sesuai. Seperti contohnya
di daerah Pekalongan yang merupakan sentra batik, dapat ditingkatkan untuk
meraih pasar luar negeri.

2. BUMDes

Apabila UMKM merupakan usaha dengan sifat perorangan, maka BUMDes


merupakan badan usaha yang mana mengajak partisipasi seluruh atau sebagian
besar masyarakat desa sebagai modalnya. Pasalnya modalnya berasal langsung
dari kekayaan desa atau potensi desa yang dikembangkan. Pemberdayaan ini
akan mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat

2. Bidang Pertanian dan Perkebunan

Selanjutnya, untuk contoh pemberdayaan masyarakat ada di bidang pertanian.


Sudah menjadi hal umum jika hampir di seluruh desa yang ada di Indonesia
terdapat lahan pertanian yang cukup berlimpah. Bidang pertanian masih sangat
potensial yang bisa menjadi perhatian untuk diberdayakan seperti dengan
pendekatan teknologi tepat guna.

Basis pertanian ini bisa menjadi potensi yang dikembangkan bersamaan dengan
potensi desa lainnya seperti salah satunya adalah potensi wisata dengan konsep
agrowisata. Dengan demikian, petani akan mendapatkan hasil sekunder dari
pemberdayaan di bidang ini yang mungkin juga bisa menjadi sumber
penghasilan primer sebelum masa panen.

1. Pelatihan dan Pembinaan untuk para Petani


12

Untuk menghasilkan produk pertanian yang memiliki nilai jual yang lebih dari
hasil pertanian konvensional, maka perlu adanya pelatihan dan juga pembinaan
bagi petani. Salah satu contohnya adalah bagaimana petani dapat menghasilkan
produk pertanian organik yang menjadi minat pasar karena kelebihan di bidang
kesehatan serta bagi petani memiliki harga yang lebih baik.

2. Pengetahuan Tentang Pengairan Sawah

Upaya pertanian yang ada sebagai contoh pemberdayaan masyarakat juga perlu
didukung dengan pengelolaan fasilitas pertanian seperti salah satunya tentang
pengairan sawah. Bagi daerah yang memiliki surplus air mungkin akan lebih
mudah untuk pengairannya namun bagi daerah yang pengairannya sulit dapat
dikembangkan bagaimana agar air dapat mengalir sepanjang tahun.

3. Pendistribusian Hasil Pertanian ke Pasar atau Koperasi

Setelah dua upaya diatas dapat diupayakan dan berkembang dengan baik, maka
selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pemberdayaan untuk membuka
pasar pada petani. Dengan demikian produk yang dihasilkan dapat terus
menerus menemukan pasar.

3. Bidang Kesehatan

Selain pemberdayaan di bidang ekonomi dan juga pertanian, salah satu contoh
pemberdayaan masyarakat yang masih sangat dibutuhkan adalah pada bidang
kesehatan. Pasalnya, untuk masyarakat pedesaan, selain masih sangat terbatas
untuk akses ke sarana kesehatan juga tidak sedikit yang masih kurang
kesadarannya untuk memperhatikan masalah kesehatan.

Beberapa diantaranya yang menjadi contoh adalah seperti pada tingkat


kematian ibu saat melahirkan di desa yang sangat perlu ditekan. Untuk lainnya
juga seperti rumah yang belum berjamban atau permasalahan kesehatan yang
13

lain. Dengan peningkatan mutu kesehatan, maka diharapkan kesejahteraan


masyarakatnya juga dapat meningkat.

1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Pemberdayaan di bidang kesehatan yang dapat diperhatikan adalah mulai dari


peningkatan sarana dan prasarana kesehatan. Pembangunan tersebut bisa
dimulai dengan renovasi atau dibangunnya puskesmas dengan fasilitas yang
memadai bersama dengan tenaga medis profesional hingga bidan desa. Dengan
demikian bisa dilanjutkan untuk program di poin kedua.

2. Promosi dan Penyuluhan Program Kesehatan

Selain fasilitas dan tenaga medis yang perlu disiapkan, selanjutnya perlu juga
meningkatkan kesadaran masyarakat di Desa yang terbilang masih masih sangat
minim. Perlu diadakan promosi serta penyuluhan program kesehatan sehingga
gaya hidup masyarakat dapat berubah ke arah yang lebih sehat. Pihak kesehatan
dapat bekerja sama dengan PKK untuk program ini.

3. Bidang Pendidikan

Selain ketiga bidang diatas, untuk pemberdayaan jangka panjang,


pemberdayaan juga harus menyentuh pada bidang pendidikan. Alasan pertama
jelas untuk meningkatkan kualitas dan mutu SDM di desa. Harapannya dengan
pemberdayaan di bidang pendidikan maka dapat menjadi pondasi untuk
pemberdayaan di bidang lainnya.

Harapannya juga nantinya generasi dengan pendidikan yang lebih baik juga
dapat memberikan kontribusi kembali pada desa sehingga ilmu yang didapat
dapat bermanfaat untuk sesama. Seperti istilah dalam bahasa jawa yakni Bali
Ndesa Bangun Ndesa yang berarti pulang ke desa dan membangun desa.
14

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan sarana dan
prasarana pendikan. Pasalnya, pendidikan yang baik juga harus juga ditunjang
dengan fasilitas yang memadai. Alasannya tentu agar pengembangan
pendidikan tersebut juga dapat sesuai dengan tuntutan jaman. Contoh
pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan dapat berupa renovasi atau
pembangunan.

2. Tenaga Pengajar yang Memadai

Selain sarana dan prasarana, yang juga diperhatikan dalam pemberdayaan di


bidang pendidikan adalah tenaga pengajar yang juga mendukung. Untuk
memenuhi hal ini, dapat dijalankan dengan permohonan tenaga pengajar ke
dinas pendidikan setempat. Pemerintah juga bisa mengadakan program untuk
pendidik mengajar di daerah terpencil seperti di desa.

4. Bidang Agama

Selain keempat bidang diatas, program pemberdayaan masyarakat yang tidak


kalah penting untuk dipandang adalah bidang agama. Pasalnya, yang diinginkan
untuk masyarakat bukan hanya pemberdayaan dari segi fisik saja namun juga
dari segi non fisik seperti dari nilai-nilai dan moral yang harus terus dijaga.
Selain tentunya juga menghindari degradasi nilai pada generasi muda.

Beberapa contohnya adalah sepert mencegah masuknya narkoba, pornografi,


hingga gerakan radikal yang mengatasnamakan agama yang jelas akan
merugikan masyarakat. Dengan memperkuat bidang agama juga akan
membekali masyarakat untuk lebih meningkatkan keamanan dan rasa mencintai
lingkungan yang berdampak pada terjadinya alam sekitar.
15

2.1.3 Prinsip pemberdayaan


Salah satu aspek yang penting di bahas dalam proses pemberdayaan
masyarakat yaitu masalah prinsip pemberdayaan yang terkait dengan persoalan
kebijakan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pemberdayaan secara utuh, komprehensif dan menyeluruh sehingga sasaran
yang ingin di capai terutama dalam memberdayakan kelompok yang di nilai
sangat rentan terhadap masalah kemiskinan dapat terealisasi. Apalagi, dalam
menghadapi tantangan yang semakin kompleks serta beragam bentuknya maka
pemilihan kebijakan yang di anggap tepat, efektif dan akan menghasilkan
sesuatu yang optimal dapat terwujud. Menurut Dahana dan Bhatnagar (1980)
bahwa ada beberapa prinsip yanng perlu di perhatikan dalam proses
pemberdayaan di antaranya :
1. Kerja sama dan partisipasi
Dalam hal ini kegiatan pemberdayaan hanya dapat berhasil di laksanakan
apabila terdapat kerja sama yang sifatnya solid diantara berbagai elemen
masyarakat untuk ikut berpatisipasi secara aktif dalam merealisasikan program
yang sudah di rancang sebelumnya
2. Menggunakan metode yang tepat.
Maksudnya metode yang di gunakan sebaiknya di sesuaikan dengan kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran kegiatan
pemberdayaan sehingga metode tersebut tidak hanya bersifat efisien dan efektif
tetapi juga dapat berdaya guna serta berhasil guna
3. Demokratis
Maksudnya dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan maka sebaiknya
proses yang berlangsung hendaknya bersifat demokratis dalam arti memberi
kesempatan secara longgar dan leluasa pada masyarakat untuk memilih metode
mana yang sepantasnya di gunakan termasuk dalamnya proses pengambilan
keputusan yang di buat masyarakat sendiri.
4. Minat dan kebutuhan
16

Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat harus lah di dasarkan pada sesuatu
yang memang menjadi prioritas utama dan terkait dengan minat dan kebutuhan
masyarakat sehingga hasil yang di peroleh lebih efisien dan efektif.
5. Kelompok masyarakat bawah.
Untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan program yang di buat sebelumnya
maka sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat sebaiknya lebih diarahkan
pada mereka yang termasuk dalam kategori orang pinggiran dalam arti berada
pada tingkat akar rumput masyarakat
6. Keragaman budaya.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat seyogyanya di sesuaikan dengan
keragaman budaya lokal yang ada dengan alasan apabila kegiatan itu di lakukan
dengan menggunakan prinsip pada keseragaman budaya makan di khawatirkan
hal ini akan menimbulkan berbagai persoalan dan hambatan di lapangan.
7. Terarah dan spesialis.
8. Untuk konteks ni tenaga fasilitator/ penyuluh/agen pembaharu yang terlibat
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat harus terdiri orang yang memiliki
keahlian serta keterampilan dalam hal tertentu terutama pada kegiatan yang
membutuhkan tenaga spesialis untuk kegiatan yang merupakan bagian dari
agenda pemberdayaan masyarakat.
9. Belajar sambil bekerja
Maksudnya kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak sekedar tidak dilakukan
dalam bentuk menyampaikan konsep dan gagasan yang bersifat teoritis akan
tetapi yang jauh lebih penting yaitu mengikutsertakan secara aktif kelompok
sasaran untuk mencoba melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan apa yang
diarahkan oleh tenaga fasilitator sehingga dengan demikian masyarakat dapat
bekerja sambil belajar menggunakan konsep yang mereka peroleh dari para
penyuluh.
10. Perubahan budaya.
Dalam hal ini kegiatan pemberdayaan masyarakat haruslah di lakukan sesuai
dengan nilai budaya lokal kelompok sasaran. Dengan demikian dapat di hindari
17

timbulnya kejutan budaya di kalangan kelompok sasaran kegiatan


pemberdayaan dan oleh sebab itu para penyuluh sangat di tuntut untuk
bertindak secara hati-hati dan harus mengetahui terlebih dahulu dengan baik
nilai budaya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan
pemberdayaan.
11. Kepemimpinan.
Maksudnya kegiatan pemberdayaan dilakukan tidak boleh hanya
menguntungkan pada suatu pihak saja misalnya di kalangan mereka yang
melakukan penyuluhan. Tapi, justru yang diinginkan yaitu hendaknya kegiatan
pemberdayaan ini dapa di manfaatkan tokoh masyarakat yang ada dan di
harapkan dapat membantu kelancaran kegiatan pemberdayaan.
12. Segenap keluarga
Maksudnya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang di lakukan di kalangan
tenaga penyuluh sebaiknya memperlakukan keluarga sebagai suatu bagian
sistem sosial dengan cara mengaktifkan perananggota keluara untuk saling
bekerja satu sama lain agar supaya harapan untuk mencapai sasaran kegiatan
pemberdayaan dapat terealisasi.Sementara itu menurut pendapat beberapa pakar
lain yang kemudian di rumuskan oleh Suharto (2005) menjelaskan bahwa
beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam proses pemberdayaan
masyarakat jika dilihat dari perspektif pekerjaan sosial diantaranya :
1. Pertama: pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karena pekerja sosial dan
masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.
2. Kedua: proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau
subjek yang kompoten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan
kesempatan-kesempatan
3. Ketiga : masyarakat harus di melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting
yang dapat mempengaruhi perubahan
4. Keempat : kompetensi diperoleh atau di pertajam melalui pengalaman hidup,
khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyaraka
18

5. Kelima : solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan
menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada
situasi masalah tersebut.
6. Keenam : jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang
penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta
kemampuan mengendalikan seseorang
7. Ketujuh : masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri :
tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.
8. Kedelapan : tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena
pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.
9. Kesembilan : pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif.
10. Kesepuluh : proses pmberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus,
evolutif; permasalahan selalu memiliki beragam solusi. Dan akhirnya
11. Kesebelas: pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan
pembangunan ekonomi secara paralel.

2.2 Konsep Issue


2.2.1 Fungsi isu-isu pemberdayaan masyarakat
Mengacu pada konsep pemberdayaan masyarakat di atas, maka terdapat
berbagai ranah kajian yang dapat dijadikan sebagai isu penelitian. Ranah
kajian ini dapat ditinjau dari dimensi-dimensi yang terdapat dalam proses
pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Ledwith (2005) mengemukakan ada
empat dimensi yang dalam pemberdayaan masyarakat, yakni:
a) Pemberdayaan personal yang meliputi pembelajaran secara individual,
pengetahuan, kepercayaan diri dan skill
b) Aksi positif mencakup kegiatan yang berhubungan dengan kemiskinan,
kesehatan, ras, gender, ketidakmampuan dan berbagai aspek
diskriminasi struktur kekuasaan yang dominan
19

c) Organisasi kemasyarakatan, mencakup jarak, kualitas dan keefektifan


kelompok masyarakat, hubungan satu sama lain serta dengan
lingkungan yang lebih luas lagi
d) Partisipasi serta keikutsertaan dalam mensukseskan perubahan dalam
masyarakat.
Mengacu pada pandangan Ledwith di atas, keempat dimensi dalam
pemberdayaan masyarakat tersebut menjadi dasar dalam upaya
pengembangan masyarakat.Barr dan Hashagen (2000) dalam Ledwith
(2005) membuat indicator untuk mengevaluasi pengembangan masyarakat
yang disebut model ABCD model, dimana keempat dimensi pemberdayaan
masyarakat ini menjadi dasar utamanya.Masalah kemandirian masyarakat
merupakan isu yang sangat kompatibel dengan pemberdayaan. Apakah
benar pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi telah
menciptakan ketergantungan dan ketidakmandirian masyarakat.Ataukah
ketidakberdayaan yang membuat mereka selalu mengharapkan uluran
tangan dan bantuan pemerintah. Persinggungannya program-program
pemberdayaanmasyarakat yang dikembangkan pemerintah (seperti Program
IDT, P3DT, PPK,Agropolitan, Minapolitan, Desa Mandiri Pangan, DPM-
LUEP, PUAP, dan lain-lain)dengan kempat dimensi di atas juga merupakan
isu aktual yang dapat ditelitimahasiswa Program MSAP Unlam.
Pada hakikatnya penelitian yang terkait dengan pemberdayaan
masyarakatmerupakan kajian terhadap upaya membangun kemampuan
(capacity building)masyarakat dan memberdayakan sumberdaya manusia
melalui pengembangankelembagaan, sarana dan prasarana serta
pengembangan pendampingan,penyuluhan dan pelayanan.Dalam konteks
peranan kelembagaan lokal danpendampingan dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat merupakan isu actualuntuk kegiatan
penelitian.Pada berbagai kasus sering terjadi bahwa upayapemberdayaan
yang dilakukan tidak berhasil mengembangkan kemandirian
20

dankeberdayaan masyarakat karena tidak memperhatikan atau melibatkan


kelembagaanlokal masyarakat setempat.
Kajian terhadap pemberdayaan masyarakat ini dapat ditelaah pada
dimensipsikologis maupun struktural.Dimensi psikologis ini menekankan
pada unsurkepercayaan diri (trust), kontrol diri dan solidaritas yang tumbuh
dalam diri ataumasyarakat. Di sisi lain arah kajian pemberdayaan
masyarakat ini dapat bersifatpersonal maupun masyarakat. Hubungan antara
dimensi dan aras pemberdayaan inidigambarkan oleh Zubaedi (2007)
sebagai rentang pemberdayaan masyarakat inimeliputi psikologis-personal,
struktural-personal, psikologis-masyarakat, danstruktural-masyarakat.
Mengembangkanpengetahuan, wawasan,harga diri,
kemampuan,kompetensi, motivasi,kreasi, dan kontrol diri.Membangkitkan
kesadarankritis individu terhadap sruktursosial politik yang timpangserta
kapasitas individu untukmenganalisis lingkungankehidupan
yangmempengaruhi dirinya.
Berdasarkan hubungan antara dimensi dan aras pemberdayaan
tersebut,pemberdayaan dari sisi struktural-masyarakat merupakan bentuk
yang paling krusialkarena menyangkut aspek yang luas serta berpengaruh
terhadap berbagai aspekkehidupan masyarakat. Pada ranah ini partisipasi
masyarakat dalam pembangunanakan berpengaruh luas terhadap tumbuhnya
kemandirian dan keberdayaan masing-masinganggota masyarakat.

2.2.2 Isu pemberdayaan keluarga


Pemberdayaan keluarga dapat dipandang sebagai suatu proses
memandirikan klien dalam mengontrol status kesehatannya. Pengertian lain
tentang pemberdayaan adalah memampukan orang lain melalui proses
transfer termasuk didalamnya transfer kekuatan/power, otoritas, pilihan dan
perijinan sehingga mampu menentukan pilihan dan membuat keputusan
dalam mengontrol hidupnya. Penjelasan lain tentang pemberdayaan adalah
proses sosial dalam mengenal, mempromosikan dan meningkatkan
21

kemampuan orang untuk memenuhi kebutuhannya, menyelesaikan


masalahnya sendiri dan memobilisasi sumber-sumber yang diperlukan
untuk mengontrol hidup mereka. Secara keseluruhan pemberdayaan bisa
digunakan untuk merubah, tidak hanya seorang individu tetapi termasuk
merubah kondisi dan biasanya kondisi sosial dan politik yang berada pada
status tidak berdaya. Pemberdayaan keluarga memiliki makna bagaimana
keluarga memampukan dirinya sendiri dengan difasilitasi orang lain untuk
meningkatkan atau mengontrol status kesehatan keluarga (Nurhaeni,2013).
Pemberdayaan keluarga adalah intervensi keperawatan yang dirancang
dengan tujuan untuk mengoptimalkan kemampuan keluarga, sehingga
anggota keluarga memiliki kemampuan secara efektif merawat anggota
keluarga dan mempertahankan kehidupan mereka. Pemberdayaan keluarga
adalah mekanisme yang memungkinkan terjadinya perubahan kemampuan
keluarga sebagai dampak positif dari intervensi keperawatan yang berpusat
pada keluarga dan tindakan promosi kesehatan serta kesesuaian budaya
yang mempengaruhi tindakan pengobatan dan perkembangan keluarga
(Ardian,2014).
Pemberdayaan keluarga adalah seberapa baik sebuah keluarga mampu
menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan suatu
produk atau barang persatuan waktu kerja. Dalam hal ini sebuah keluarga
dinilai berdaya apabila keluarga tersebut mampu menghasilkan suatu
produk atau ouput persatuan wkatu kerjanya. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa keluarga menunjukkan tingkat pemberdayaan yang lebih
tinggi bila keluarga tersebut mampu menghasilkan produk yang lebih
banyak dengan menggunakan sumber daya yang sama atau lebih sedkit
(BKKBN, 2016).
Pemberdayaan keluarga adalah merupakan suatu proses atau upaya
untuk menumbuhkan kesadaran dan kemauan keluarga dalam memelihara
dan meningkatkan status kesehatan. Peningkatan pengetahuan dan
kesadaran tentang cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan
22

adalah awal dari pemberdayaan kesehatan yang selanjutnya menimbulkan


kemauan atau kehendak untuk melaksanakan tindakan kesehatan sehingga
keluarga dapat melaksanakan tindakan untuk berperilaku sehat. Melalui
pemberdayaan keluarga yang merupakan upaya persuasi diharapkan
keluarga mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan yang dihasilkan didasarkan pada pengetahuan dan
kesadaran melalui proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut
diharapkan dapat berlangsung lama dan menetap karena didasari dengan
kesadaran (Notoatmodjo, 2012).

2.2.3 Fungsi isu pemberdayaan keluarga

Pemberdayaan keluarga menekankan pada peningkatan potensi dan


kapasitas keluarga dalam memenuhi fungsinya seperti dinyatakan Resolusis
Majelis Umum PBB bahwa: keluarga sebagai wahana untuk mendidik,
mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh
anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik,
serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna
tercapainya keluarga sejahtera. Agar fungsi keluarga berada pada kondisi
optimal, perlu peningkatan fungsional dan struktur yang jelas, yaitu suatu
rangkaian peran dimana keluarga sebagai sistem sosial terkecildibangun.
Peran keluarga merupakan kunci utama keberhasilan keberfungsian
keluarga (families first-key to successful family functioning). Tugas dasar
keluarga berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan keluarga hari ke
hari, yaitu meliputi penyediaan kebutuhan dasar anggota keluarga,
menjalani dengan sukses tugas perkembangannya, sementara itu terdapat
lima peran utama keluarga bagi efektifnya fungsi keluarga yaitu penyediaan
sumberdaya yang dibutuhkan keluarga untuk tumbuh dan berkembang,
dukungan, pengasuhan dan kasih sayang, pengembangan keterampilan
23

hidup, pemeliharaan dan pengelolaan sistem keluarga dan kepuasan seksual


suamiistri.

2.3 Konsep puskesmas


2.3.1 Pengertian Puskesmas

Salah satu bentuk reformasi bidang kesehatan adalah dikeluarkannya Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

1. Unit Pelaksana Teknis


Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas
kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah dinas kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
Kecamatan. Tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu
24

Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas,


dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (Desa/ Kelurahan atau
RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan Kabupaten/Kota.
2.3.2 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional,
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas,
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat.
2.3.3 Fungsi Puskesmas
Ada 3 fungsi Puskesmas, yaitu :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan


pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyaraat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

1. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama masyarakat, keluarga dan


masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksana program kesehatan. pemberdayaan perorangan, keluarga dan
25

masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,


khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

1. Pusat pelayanan kesehatan pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat


pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi :

1) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan


tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan


tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut


serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar
berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil
yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah
terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung
26

terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang


diselenggarakan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan


promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian
besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas.
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan ( Depkes RI, 2007).

Fungsi dari Puskesmas adalah:

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 


2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
kemampuan untuk hidup sehat. 
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan masyarakat di
wilayah kerjanya.

2.3.4 Jangkauan Pelayanan Puskesmas

Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah, sarana perhubungan, dan


kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas. Agar jangkauan
pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang
dengan Puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa yang belum terjangkau
oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas keliling. Disamping itu pergerakkan
peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu.

2.3.5. Konsep puskesmas peduli keluarga

Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan antara
makanan (input) dengan kesehatan (outcome). Pada satu pihak masalah gizi
27

dapat dilihat sebagai masalah input, tetapi juga sebagai outcome. Apabila
masalah gizi dianggap sebagai identifikasi masalah input maka titik tolak
identifikasi masalah pangan, makanan (pangan diolah) dan konsumsi.
Apabila masalah gizi dilihat sebagai outcome, maka identifikasi masalah
dimulai pada pola pertumbuhan dan status gizi anak.
Situasi dan kondisi pangan nasional dewasa ini juga sangat
memprihatinkan. Maka kinilah saatnya pemerintah segera menggalakan
System Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dengan melakukan Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Tugasnya adalah memantau status gizi
masyarakat hingga ke pelosok desa terpencil. Jika ada warga yang
kedapatan terkena gizi kurang/buruk, petugas puskesmas terdekat harus
langsung menangani. Peran posyandu perlu disosialisasikan kembali pada
masyarkat, posyandu tidak membutuhkan fasilitas dan biaya besar, bahkan
dapat dilakukan dirumah penduduk maupun tempat-tempat prtemuan desa.
Hal ini digunakan untuk mengubah persepsi bahwa posyandu itu bukan
milik kesehatan melainkan milik masyarakat.

Pendekatan yang dilakukan untuk kondisi darurat penanggulangan lebih


difokuskan pada intervensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT), jika
bukan dalam keadaan darurat pencegahan kurang gizi dilakukan
pencegahan kurang gizi harus dilakukan dengan konsep pemberdayaan
keluarga.

2.3.6 Ciri puskesmas peduli keluarga

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini


merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan
perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut.
28

1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil


Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.

Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah,
ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam
satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka
rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk
menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah
penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia
Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
29

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih


12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks
Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-
masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang
bersangkutan.

Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus


diadakan atau dikembangkan, yaitu:

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.


2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.


1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa
family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan)
data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga
meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan
akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga
mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap
penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya
(merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita,
pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil,
Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai
30

balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi,


dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat


berupa forum-forum berikut.

1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.


2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan
lain-lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim,
rembug desa, selapanan, dan lain-lain.

Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat


diupayakan dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut.

1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader


Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.
2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

2.3.7 Peran Puskesmas

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di


tingkat Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh


Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).
2. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga
pengelola data Puskesmas.
3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan
menyusun rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
31

4. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh


Pembina Keluarga.
5. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung)
oleh tenaga teknis/profesional Puskesmas.
6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga
pengelola data Puskesmas.

Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-


langkah manajemen Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2
(Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).

2.4 Konsep Pemberdayaan Keluarga


2.4.1 Pengertian Pemberdayaan keluarga
Gibson mendefinisikan Pemberdayaan sebagai proses sosial, mengenali,
mempromosikan dan meningkatkan kemampuan orang untuk menemukan
kebutuhan mereka sendiri, memecahkan masalah mereka sendiri dan
memobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk mengendalikan hidup
mereka (Graves,2007).
Pemberdayaan Keluarga adalah intervensi keperawatan yang dirancang
dengan tujuan untuk mengoptimalkan kemampuan keluarga, sehingga
anggota keluarga memiliki kemampuan secara efektif merawat anggota
keluarga dan mempertahankan kehidupan mereka (Hulme P. A., 1999).
Pemberdayaan Keluarga adalah mekanisme yang memungkinkan
terjadinya perubahan kemampuan keluarga sebagai dampak positif dari
intervensi keperawatan yang berpusat pada keluarga dan tindakan promosi
kesehatan serta kesesuaian budaya yang mempengaruhi tindakan
pengobatan dan perkembangan keluarga (Graves, 2007).
Konsep Pemberdayaan Keluarga memiliki tiga komponen utama.
Pertama, bahwa semua keluarga telah memiliki kekuatan dan mampu
membangun kekuatan itu. Kedua, kesulitan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan mereka bukan karena ketidakmampuan untuk melakukannya,
32

melainkan sistem pendukung sosial keluarga tidak memberikan peluang


keluarga untuk mencapainya. Ketiga, dalam upaya pemberdayaan keluarga,
anggota keluarg berupaya menerapkan keterampilan dan kompetensi dalam
rangka terjadinya perubahan dalam keluarga ( Dunst et all., 1994 dalam
Graves,2007).
2.4.2 Tujuan Pemberdayaan Keluarga

Tujuan Pemberdayaan Keluarga dijelaskan berdasarkan pengertian


pemberdayaan keluarga, memiliki dimensi yang luas. (Sunarti, 2008)
menjelaskan tentang tujuan pemberdayaan keluarga sebagai berikut :

1) Membantu keluarga untuk menerima, melewati dan


mempermudah proses perubahan yang akan ditemui dan
dijalani oleh keluarga.
2) Membangun daya tahan daya adaptasi yang tinggi terhadap
perubahan agar mampu menjalani hidup dengan sukses tanpa
kesulitan dan hambatan yang berarti.
3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup seluruh
anggota keluarga sepanjang tahap perkembangan keluarga dan
siklus hidupnya.
4) Menggali kapasitas atau potensi tersembunyi anggota keluarga
yang berupa kepribadian, keterampilan manajerial dan
keterampilan kepemimpinan.
5) Membina dan mendampingi proses perubahan sampai pada
tahap kemandirian dan tahapan tujuan yang dapat diterima.
2.5 Analisis pemberdayaan masyarakat dan keluarga
2.5.1 Analisis pemberdayaan masyarakat
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
tinggi. Namun, sebagian masyarakat masih mengalami keterbatasan
33

dalam memperoleh pelayanan kesehatan sehingga tidak mengherankan


jika kondisi kesehatan masyarakat kurang begitu baik, tidak sesuai
dengan yang di harapkan oleh pemerintah

Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Unit Pelaksana Teknis


(UPT) Dinass Kesehatan yang ada di kabupaten/kota, mempunyai tanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu wilayah
kecamatan melalui pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kepmenkes No
128/Menkes/SK/II?2004 tentang Puskesmas dan salah satu fungsi peran
puskesmas merupakan pusat pemberdayaan dengan kelompok masyarakat.

Puskesmas melaksanakan tugas yang dilimpahkan bekerjasama dengan


pihak kecamatan yang ada di wilayah kerjanya dengan membentuk kader-
kader kesehatan seperti: kader posyandu, kader posyandu usila, kader
jumantik, kader TB, kader gizi, kader kesehatan lingkungan dan kader
HIV/AIDS.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan upaya


pengembangan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat agar lebih
berkemampuan menangani persoalan kesehatan yang dihadapi.
Pemberdayaan masyarakat telah diketahui oleh seluruh puskesmas yang ada
di Indonesia, namun berdasarkan kenyataan bahwa pemberdayaan
masyarakat yang menjadi salah satu fungsi puskesmas dan telah cukup lama
diperkenalkan tetapi keadaan sebenarnya ditingkat pembuat kebijakan di
daerah dan masyarakat masih belum banyak di ketahui. Kondisi ini
menyebabkan timbulnya kesulitan dalam penilaian dan pembuatan program
untuk meningkatkan kualitas upaya pemberdayaan masyarakat.

2.5.2 Analisis keterjangkauan pemberdayaan masyarakat

Dipandang dari segi fisik penyebaran sarana pelayanan kesehatan baik


puskesmas maupun rumah sakit serta sarana kesehatan lainnya termasuk
sarana penunjang upaya kesehatan, telah dapat dikatakan merata ke seluruh
34

pelosok wilayah Indonesia. Namun, harus diakui bahwa penyebaran fisik


tersebut masih belum diikuti sepenuhnya dengan peningkatan dan sarana
penunjang lainnya, proses pemberian pelayanan, dan kompensasi yang
diterima serta harapan masyarakat pengguna

Pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis


tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya,
proses pemberian pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan
masyarakat pengguna. Dengan demikian, peningkatan kualitas fisik serta
factor-faktor tersebut di atas merupakan prakondisi yang harus dipenuhi.
Selanjutnya, proses pemberian pelayanan ditingkatkan melalui peningkatan
pendidikan umum, penyuluhan kesehatan, komunikasi yang baik antara
pemberi pelayanan dan masyarakat.

2.5.3 Pendekatan keluarga memperkuat pendekatan komunitas

Kemiskinan adalah masalah sosial yang sifanya global. Hampir setiap


negara di dunia tak luput dari adanya kemiskinan. Indonesia sendiri kajian
mengenai kemiskinan sudah banyak diperbincangkan oleh para ahli, mulai
dari penyebab timbulnya hingga bagaimana cara menanggulangi
kemiskinan. Pengertian kemiskinan menurut Lavitan dalam Sudarwati
(2009) kemiskinan diartikan sebagi berikut “kemiskinan adalah kekurangan
barangbarang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar
hidup yang layak”. Menurut Suparlan dalam bukunya yang berjudul
Kemiskinan di Perkotaan (2013), pengertian kemiskinan adalah: Suatu
standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan
materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya
terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri
dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Adapun Friedman dalam
Suharto (2014) menegaskan bahwaKemiskinan merupakan suatu kondisi
35

sebagai akibat dari ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis


kekuatan sosial, kemiskinan dipandang sebagai ketidaksamaan kesempatan
untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial, meliputi aset produktif
dan aset (misalnya tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber-sumber
keuangan (pendapatan, kredit yang memadai), organisasi sosial dan politik
yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama
(partai politik, koperasi, kelompok usaha, kelompok simpan pinjam),
network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang- barang,
pengetahuan dan keterampilan serta informasi yang berguna untuk
memajukan hidup.
Adapun penyebab kemiskinan yang sering terjadi di perkotaan adalah
kemiskinan relatif, kultural dan struktural. Pembangunan fisik di perkotaan
dari sawah menjadi daerah industri dan komplek perumahan menyebabkan
kemiskinan relatif berupa ketimpangan pada pendapatan bagi mereka yang
tinggal di daerah perkampungan. Penyebab lain yaitu kultural berupa
budaya keluarga miskin yang boros, tidak biasa menabung, mudah putus
asa dan penyebab struktural yaitu rendahnya kemampuan keluarga miskin
dalam mengakses sumber daya yang ada (aset komunitas).
Untuk memutus lingkaran rantai penyebab kemiskinan tidak hanya
fokus pada satu aspek, melainkan seluruh aspek. Salah satu cara dalam
memutus rantai penyebab kemiskinan yaitu dengan pendekatan
pemberdayaan (empowering) dengan penekanan kepada upaya
menumbuhkembangkan kerjasama dan keterpaduan antara unsur multi
pihak (stakeholdes), menumbuhkan fungsi partisipasi multi pihak dalam
bentuk swadaya seperti bentuk tenaga dalam mendidik, membina,
peningkatan keterampilan, sumber daya manusia (intelektual) dan bentuk
materi.
Istilah pemberdayaan semakin populer dalam konteks pembangunan dan
penanggulangan kemiskinan. Menurut M. Anwas (2014) bahwa konsep
pemberdayaan berkembang dari realitas keluarga miskin yang tidak berdaya
36

(powerless) dalam aspek pengetahuan, pengalaman, sikap, keterampilan,


aset usaha, networking, kerja keras, dan lainnya. Pemberdayaan identik
dengan konsep kekuasaan (power) atau makna ”memperoleh” daya,
kekuatan atau kemampuan, sehingga memiliki keberdayaan. Keberdayaan
diberikan oleh pemerintah, masyarakat dan peguruan tinggi.
Selanjutnya, (1988:240) mengemukakan bahwa: …….people centered
development merupakan paradigma alternatif bagi paradigma
pembangunan yang berpusat pada produksi dan membentangkan
kemungkinan-kemungkinan baru yang sangat luas guna menciptakan
sebuah masyarakat dunia yang benarbenar manusiawi. Pemberian
kekuasaan pada masyarakat untuk mengendalikan kehidupan dan sumber
daya masyarakat sendiri, untuk menciptakan penghidupan dari sumber daya
itu dan mengarahkan serta mengembangkan diri mereka sebagai manusia
merupakan tujuan pembangunan yang berpusat pada masyarakat dan
sekaligus sebagai sarana untuk mencapainya.
Ada 3 karakter umum program pemberdayaan masyarakat (community
development) menurut Rudito (2013:21), yaitu:
a. Berbasis masyarakat (community-based) atau masyarakat
sebagai pelaku utama (subyek) dalam perencanaan dan
pelaksanaan program;
b. Berbasis sumberdaya setempat (local resources-base), yaitu
penciptaan kegiatan dengan melihat potensi sumberdaya (alam,
manusia) yang ada
c. Berkelanjutan (sustainable) yaitu program berfungsi sebagai
penggerak awal pembangunan yang berkelanjutan.

Pemberdayaan ditujukan untuk membawa keluarga miskin kurang


beruntung kepada keluarga miskin yang lebih adil yang akan memperkuat
anggota komunitas lokal untuk berupaya mewujudkan komunitas dengan
berbasis struktur yang efektif. Proses pemberdayaan, keluarga miskin
37

sebagai kesatuan yang utuh, dilibatkan, dan diberikan semangat untuk


melakukan pengendalian pada kegiatan mereka sendiri dan melalui program
ini dapat lebih mampu mengendalikan kehidupan komunitas mereka.

Pemecahan masalah keluarga miskin di diperkotaan dapat dilakukan


melalui proses pemberdayaan. Proses pemberdayaan menurut Oakley dan
Pranarka dalam Hikmat (2006) mengandung dua kecenderungan. Pertama,
kecenderungan primer yaitu fokus pada memberikan atau mengalihkan
kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (powerful) kepada keluarga miskin
(powerless) melalui aset/potensi yang dimiliki. Kedua, kecenderungan
sekunder yaitu fokus pada memotivasi keluarga miskin untuk mempunyai
kemampuan atau berdaya untuk membantu menyelesaikan masalahnya
melalui proses dialog. Proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan
pendekatan berbasis aset. Pendekatan berbasis aset memasukkan cara
pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti
melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi apa yang bekerja dengan baik
di masa lampau, dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapatkan
apa yang kita inginkan Christoper Derau (2013).

Pendekatan ini lebih memilih cara pandang bahwa suatu masyarakat


pasti mempunyai sesuatu yang dapat diberdayakan. Bahkan masyarakat
pedagang buah sawo yang sedianya berpendidikan tidak tinggi pada
dasarnya bisa mengolah potensi yang ada pada mereka. Hanya saja
kesadaran akan potensi tersebut sering kali tertutup oleh karena tekanan
yang ada, dan juga keengganan untuk bangkit dari titik nyaman yang selama
ini telah menjadi kebiasaan yang mereka lakukan. Pendekatan berbasis aset
membantu komunitas melihat kenyataan mereka dan kemungkinan
perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan fokus pada apa yang
ingin mereka capai dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif
untuk mewujudkan visi mereka. Christoper Derau (2013) menjelaskan
pendekatan berbasis aset diarahkan pada pengubahan cara pandang
38

masyarakat dengan mengandaikan diri sebagai gelas yang setengah penuh.


Derau menggambarkan bahwa pada dasarnya masyarakat hanya perlu
memandang keberadaan potensi sebagai sebuah jalan keluar dari
permasalahan pada tingkat komunitas.

Lebih lanjut, Christoper Derau (2013) menjelaskan tentang dimensi aset


komunitas yang terdiri dari 7 (tujuh) aset sebagai berikut :

1. Aset Manusia Sumber daya manusia yang berkualitas sehingga


dapat menguasai teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat,
baik itu teknologi yang sederhana maupun teknologi yang
canggih. Model ini mewakili unsur pengetahuan, perspektif,
mentalitas, keahlian, pendidikan, kemampuan kerja, dan
kesehatan yang bergunan untuk meningkatkan kualitas hidup.
2. Aset Fisik Aset ini mewakili unsur bangunan (seperti :
perumahan, pasar, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya) dan
infrastruktur dasar (seperti: jalan, jembatan, jaringan air minum,
jaringan telefon, dan sebagainya) yang merupakan sarana yang
membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Aset Finansial Aset ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan
yang ada di masyarakat (seperti penghasilan, tabungan,
pendanaan reguler, pinjaman aset usaha, sertifikat surat berharga,
saham, dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjang derajat kehidupan masyarakat.
4. Aset Teknologi Aset ini mewakili sistem atau peranti lunak
(software) yang melengkapi aset fisik (seperti teknologi
pengairan sawah, teknologi penyaringan air, teknologi pangan,
teknologi cetak jarak jauh dan berbagai teknologi lainnya) yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Aset Lingkungan Aset ini mewakili sumber daya alam dan
sumber daya hayati yang melingkupi suatu masyarakat
39

6. Aset Sosial
Sumber daya sosial (jaringan sosial, anggota kelompok,
hubungan dan kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi
sosial) untuk dapat meningkatkan sumber penghidupan mereka.
7. Aset Spiritual Upaya pemberian bantuan empathy dan perhatian,
kasih sayang, dan unsur utama dari kebijakan praktis.

Sedangkan, United Kingdom Departement for International


Development (DFID) dalam Carney et.al (1999), mengidentifikasi ada 5
(lima) aset dalam sumber penghidupan (livelihoods), yaitu:

1. Aset Manusia (Human Capital);


2. Aset Fisik (Fisical Capital);
3. Aset Sosial (Social Capital);
4. Aset Finansial (Financial Capital);
5. Aset lingkungan (Environmental Capital).

Selain penjelasan pakar di atas, terdapat kajian lain terkait


pemberdayaan keluarga miskin melalui aset komunitas. Fedryansyah
dan Risna (2017) mengkaji tentang penanggulangan kemiskinan melalui
pengembangan aset komunitas di Kabupaten Sumedang. Kajian ini
fokus dalam melihat adanya aset komunitas yang dapat dikembangkan
dalam penanggulangan kemiskinan. Hasil kajian ini menunjukkan
bahwa aset yang dapat dimanfaatkan adalah aset fisik, manusia dan
sosial.

No Jenis aset Daftar asset


1. Asset fisik 1. Masjid
2. Mushola
3. Kantor dan aula Kelurahan
4. Pasar
5. Perumahan
40

6. Sarana pendidikan
2. Asset manusia 1. Tokoh Agama
2. Tokoh masyarakat
3. Lurah dan Kaur Kesra
4. Ketua Koperasi
5. Bidan
6. Ketua LPM
3. Asset finnansial 1. Arisan
2. Rentenir
3. Koperasi
4. Bank
4. Asset social Ada kepercayaan, Ada nilai
Gotong Royong seperti
Gerakan Pungut Sampah,
Gober, Linmas Hubungan
kekeluargaan antar keluarga
miskin baik
5. Asset spiritual 1. Pengajian anak-anak,
2. ZIS
3. DKM
4. Subuh Keliling (SubLing)
5. Majelis Taqlim

Berdasarkan matrik di atas, diketui bahwa aset komunitas yang


dimaksud adalah Aset fisik yaitu aset berupa infrastrukturinfrastruktur yang ada
di Kelurahan untuk digunakan dalam membantu keluarga miskin mencapai
kehidupan yang lebih baik. Aset finansial yaitu aset dasar yang ada dan dimiliki
keluarga miskin untuk mencapai kesejahteraan. Aset lingkungan yaitu aset yang
berdasarkan kepada sumberdaya alam yang ada. Aset sosial yaitu sebuah
41

kesatuan, nilai dan norma yang mengatur hubungan satu sama lainnya. Aset
manusia yaitu masyarakat yang memiliki kemampuan/kekuatan dalam
membantu atau stakeholder.

Aset komunitas tersebut menunjukkan bahwa terdapat potensi dan


sumber yang sebenarnya dapat dioptimalkan untuk mengatasi permasalahan
keluarga miskin. Namun demikian, hal tersebut tidak terjadi karena
ketidakberdayaan keluarga miskin dalam memanfaatkan aset komunitas yang
ada. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemberdayaan keluarga miskin oleh
pekerja sosial untuk melakukan intervensi yang bersifat komprehensif yang
dapat menyentuh seluruh aspek seperti ekonomi, psikologis, sosial, budaya dan
politik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan


keluarga miskin dapat dilakukan dengan mengoptimalkan aset komunitas yang
ada di sekitar tempat tinggalnya baik aset fisik, aset finansial, aset manusia, aset
social dan aset spiritual. Aset fisik dapat digunakan sebagai tempat berkumpul
dari keluarga miskin dan stakeholder dalam proses pemberdayaan keluarga
miskin, aset finansial dapat dioptimalkan untuk peminjaman uang atau modal
agar tidak ke rentenir seperti koperasi, aset manusia dapat dioptimalkan untuk
membantu dalam memberikan dukungan seperti stakeholder, aset sosial dapat
dioptimalkan sebagai ikatan (bounding) untuk saling membantu dan berdaya
antara powerfull dan powerless, dan aset spiritual dapat dioptimalkan sebagai
dasar membantu sesama.

2.5.4 Model pemberdayaan keluarga

Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan


yang dirasa efektif dalam rangkamemandirikan dan memberdayakan
masyarakat. Pemberdayaan itu sendiri menekankan agar masyarakat
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
42

mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi


perhatiannya (Risyanti dan Roesmidi, 2006: 3).
Pada dasarnya kegiatan tersebut diajukan untuk kalangan masyarakat
yang kurang mampu, agar dapat memandirikan mereka, dan guna membuat
mereka dapat menolong dirinya sendiri. Peningkatan kualitas manusia
sebagai sumber daya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk
memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.
Salah satu upaya dalam melakukan pemberdayaan masyarakat saat ini
adalah dengan Posdaya (pos pemberdayaan keluarga) sebagai gagasan baru
dalam memberikan pemberdayaan bagi keluarga dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Salah satu upaya dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat saat ini adalah dengan Posdaya (pos pemberdayaan keluarga)
sebagai gagasan baru dalam memberikan pemberdayaan bagi keluarga dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Posdaya (Pos Pemberdayaan
Keluarga) merupakan suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi,
informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah
koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi kekeluargaan secara terpadu.
Posdaya merupakan gagasan yang dicanangkan oleh Yayasan Dana
Sejahtera Mandiri (Damandiri) bekerjasama dengan berbagai pihak seperti
kalangan perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Posdaya dikembangkan
oleh Prof. Haryono Suryono bersama dengan Yayasan Damandiri mulai
tahun 2006 sesuai kebutuhan masyarakat. Konsep Posdaya dikembangkan
untuk memberdayakan delapan fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya
merupakan bentuk organisasi sebagai upaya pemberdayaan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Konsep Posdaya menerapkan
proses pemberdayaan dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Program
yang berkembang di bidang pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan
penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Pemberdayaan yang
dilakukan secara terpadu menyangkut semua aspek kehidupan manusia.
Dapat dikatakan bahwa Posdaya merupakan wahana pemberdayaan 8 fungsi
43

keluarga secara terpadu, utamanya fungsi agama atau ketuhanan Yang


Maha Esa, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi
reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau
wirausaha dan fungsi lingkungan.
Posdaya atau Pos Pemberdayaan Keluarga merupakan program lanjutan
dari sekian banyak program penguatan SDM. Posdaya itu sendiri
merupakan sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up program”, yang
mengusung kemandirian, dan pemanfaatan sumber daya serta potensi lokal
sebagai sumber segala solusi. Posdaya dikembangkan sebagai salah satu
sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang hanya bisa diharapkan
melalui penguatan fungsi keluarga secara terpadu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat sebagai konsep dalam pembangunan


memiliki perspektif yang luas. Pemberdayaan berarti pembangunan kekuasaan
yang adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan kesadaran politis
dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka
terhadap sumber daya alami dan pengelolaannya secara berkelanjutan
(Pranarka, 1996: 65). Pemberdayaan adalah alat untuk mencapai tujuan, untuk
memperkuat kapasitas organisasi/ kelompok mereka agar mampu mengubah
keadaan saat ini, memiliki kekuatan untuk mendorong terjadinya perubahan
besar yang sangat diperlukan dalam masyarakat.
44

DAFTAR PUSTAKA

Murni, Sari, Nani. 2010. Pelaksanaan Konsep Pemberdayaan Keluarga Dan


Optimalisasi Posyandu Dalam Mengatasi Balita Gizi Kurang. Palembang:
STIK Bina Husada

Noor, Munawar. "Pemberdayaan masyarakat." CIVIS 1.2 (2011).

Noor, M. (2011). Pemberdayaan masyarakat. CIVIS, 1(2). NOOR, Munawar.


Pemberdayaan masyarakat. CIVIS, 2011, 1.2.

Alaudin, Irfan Dhiya, et al. "Laras Desa: Rancangan Konsep Media Komunitas
Pemberdayaan Keluarga." Jurnal Surya Masyarakat 3.2 (2021): 104-108.
45

Alaudin, I. D., Vianto, A. N., Susanto, A. P., Pangestu, F. R., Risti, G. E., &
Suryaningtyas, A. A. (2021). Laras Desa: Rancangan Konsep Media Komunitas
Pemberdayaan Keluarga. Jurnal Surya Masyarakat, 3(2), 104-108.

ALAUDIN, Irfan Dhiya, et al. Laras Desa: Rancangan Konsep Media


Komunitas Pemberdayaan Keluarga. Jurnal Surya Masyarakat, 2021, 3.2: 104-
108.

Anwas, Oos M. "Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga


Sebagai Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi." Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan (2011): 122350.

Anwas, O. M. (2011). Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan


Keluarga Sebagai Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 122350.

ANWAS, Oos M. Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga


Sebagai Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 2011, 122350.

Restuastuti, Tuti, et al.”Analisis Pemberdayaan Masyarakat di Bidang


Kesehatan.” Jurnal Kesehatan Melayu 1.1 (2017): 14-19

Restuastuti, T., Zahtamal, Z., Chandra, F., & Restila, R. (2017). Analisis
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. Jurnal kesehatan Melayu, 1
(1), 14-19

Anda mungkin juga menyukai