Acara 3 - 463645 - Perwira Budi Atmaja
Acara 3 - 463645 - Perwira Budi Atmaja
DISUSUN OLEH:
1.2. TUJUAN
Pada praktikum acara 3 yang berjudul “Pengenalan Dasar Alat & Mesin Pengendali
Hama Dan Penyakit Tanaman Dan Kalibrasi Sprayer” mempunyai tujuannya yaitu:
1. Mendapatkan persyaratan agroteknis yang diperlukan serta mempelajari cara
pengaturan bagian-bagian sprayer dalam penggunaan sprayer tersebut untuk
melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan dosis tertentu
yang diberikan dalam konsentrasi larutan tertentu.
2. Mempelajari prinsip kerja serta cara pengaturan bagian-bagian mist blower
dalam kaitannya dengan penggunaan mesin tersebut dalam pengendalian
hama dan penyakit tanaman baik di lapangan maupun di dalam ruangan,
dengan penggunaan obat tertentu, yang diberikan dalam bentuk larutan cairan,
maupun dalam bentuk bubuk (powder).
1.3 MANFAAT
Manfaat dari dilakukannya praktikum acara 3 yang berjudul “Pengenalan Dasar Alat
& Mesin Pengendali Hama Dan Penyakit Tanaman Dan Kalibrasi Sprayer” yaitu
praktikan dapat mengetahui fungsi, cara pengoprasian, dan kalibrasi pada alat-alat
penyemprotan sprayer dan mist blower
BAB II
DASAR TEORI
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan
tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan
budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang
mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Untuk
mengatasi hama, salah satu proses perawatannya adalah penyemprotan pestisida
sehingga tanaman padi terhindar dari hama. Penyemprotan ini adalah pemeliharaan
tanaman padi yang sangat penting kerena dapat mempengaruhi hasil produktifitas
pada saat panen (Annafiyah, Anam, & Fatah, 2021). Perlindungan tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit menggunakan pestisida, khususnya di Indonesia, masih
dilakukan secara berlebihan tanpa pengontrolan dosis yang tepat. Dimana
penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintesisberkembang luas karena
dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi gangguan hama. Namun,
penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama, resurjensi
hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan dan sangat
berbahaya bagi manusia (Kardinan, 2001).
Salah satu sarana atau peralatan yang digunakan oleh petani adalah alat penyemprot
(sprayer). Sprayer merupakan sarana atau peralatan yang digunakan petani dalam
rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Droplet
(butiran cair kecil) merupakan pecahan larutan kimia aktif pemberantas hama yang
dihasilkan atau dirubah oleh alat penyemprot (sprayer). Kesesuaian ukuran droplet
aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu agar sesuai dengan
ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan menjadi faktor
penentu kelayakan kinerja sprayer. (Priyatmoko, Widodo, & Salahudin, 2016).
Sprayer digunakan petani untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan kimia aktif
pemberantas hama penyakit pada tumbuhan. Kualitas dan kuantitas bahan aktif yang
terkandung 37 dalam setiap butiran larutan (droplet) yang melekat pada spot yang
dituju menjadi tolak ukur kelayakan kinerja sprayer. Sprayer digunakan untuk
memecah larutan kimia aktif pemberantas hama menjadi butiran cair kecil (droplet)
( Pramuhadi, Asphar, & Ghulam, 2012) Efektifitas sprayer bergantung pada beberapa
faktor, antara lain lebar nozzle, tekanan, dan bentuk no zzle. Selain itu faktor lain
seperti viskositas, kecepatan aliran dan tegangan muka cairan, serta faktor luar seperti
kerapatan udara, suhu, angin, udara, dan faktor pada tanaman juga berpengaruh pada
efektifitas sprayer (Dharmawan & Soekarnoe, 2020)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 ALAT DAN BAHAN
Pada praktikum acara 3 yang berjudul “Pengenalan Dasar Alat & Mesin Pengendali
Hama Dan Penyakit Tanaman Dan Kalibrasi Sprayer” digunakan alat dan bahan
yaitu:
• Knapsack Sprayer
• Gelas ukur
• Kompresor
• Gelas plastik
• Stopwatch
• Meteran
3.2 CARA KERJA
3.2.1. Spesifikasi Sprayer
Bagian-bagian sprayer diamati dan fungsi bagian-bagian tersebut ditentukan.
Kemudian spesifikasi sprayer ditentukan dengan pengukuran bagian -bagian sprayer.
3.2.2 Kalibrasi Sprayer
Langkah pertama tangki sprayer diisi dengan air. Kemudian gelas plastik disususn
tepat di bawah alur dari seng plasti supaya air hasil penyemprotan dapat tertampung.
Lalu sprayer dipompa hingga barometer berada pada tekanan 6 kg/cm2 . Kran slang
air dibuka secara bersamaan dengan stopwatch diaktifkan. Waktu yang diperlukan
untuk penyemprotan dicatat pada tekanan 6-5 kg/cm2.Volume air yang tertampung
pada tiap-tiap gelas plastik diukur dengan gelas ukur.Cara kerja a hingga f diulangi
untuk tekanan 5-4 kg/cm2 dan 4-3 kg/cm2 . Langkah a sampa g dilakukan kembali
untuk 2 kali pengulangan. Hasil pengamatan dicatat pada blangko yang tersedia dan
selanjutnya dilakukan analisis dari data yang diperoleh.
3.2.3 Spesifikasi Mist Blower
a. Kondisi fisik dari Mist Blower dan alat pendukungnya diamati .
b. Spesifikasi Mist Blower dan alat pendukungnya dicatat pada form yang
telah disediakan.
3.3. Cara Analisa Data
No Tek. 6-5 kg/cm2 Tek. 5-4 kg/cm2 Tek. 4-3 kg/cm2
Botol Ulg. 1 Ulg. 2 𝑥̅𝑖 Ulg. 1 Ulg. 2 𝑥̅𝑖 Ulg. 1 Ulg. 2 𝑥̅𝑖
1 x1,1 x2,1 𝑥̅1 x3,1 x4,1 𝑥̅31 x5,1 x6,1 𝑥̅61
2 x1,2 x2,2 𝑥̅2 x3,2 x4,2 𝑥̅32 x5,2 x6,2 𝑥̅62
3 x1,3 x2,3 𝑥̅3 x3,3 x4,3 𝑥̅33 x5,3 x6,3 𝑥̅63
4 x1,4 x2,4 𝑥̅ 4 x3,4 x4,4 𝑥̅34 x5,4 x6,4 𝑥̅64
5 x1,5 x2,5 𝑥̅5 x3,5 x4,5 𝑥̅35 x5,5 x6,5 𝑥̅65
6 x1,6 x2,6 𝑥̅6 x3,6 x4,6 𝑥̅36 x5,6 x6,6 𝑥̅66
7 x1,7 x2,7 𝑥̅7 x3,7 x4,7 𝑥̅37 x5,7 x6,7 𝑥̅67
8 x1,8 x2,8 𝑥̅8 x3,8 x4,8 𝑥̅38 x5,8 x6,8 𝑥̅68
9 x1,9 x2,9 𝑥̅9 x3,9 x4,9 𝑥̅39 x5,9 x6,9 𝑥̅69
10 x1,10 x2,10 𝑥̅10 x3,10 x4,10 𝑥̅40 x5,10 x6,10 𝑥̅70
11 x1,11 x2,11 𝑥̅11 x3,11 x4,11 𝑥̅41 x5,11 x6,11 𝑥̅71
12 x1,12 x2,12 𝑥̅12 x3,12 x4,12 𝑥̅42 x5,12 x6,12 𝑥̅72
13 x1,13 x2,13 𝑥̅13 x3,13 x4,13 𝑥̅43 x5,13 x6,13 𝑥̅73
14 x1,14 x2,14 𝑥̅14 x3,14 x4,14 𝑥̅44 x5,14 x6,14 𝑥̅74
15 x1,15 x2,15 𝑥̅15 x3,15 x4,15 𝑥̅45 x5,15 x6,15 𝑥̅75
16 x1,16 x2,16 𝑥̅16 x3,16 x4,16 𝑥̅46 x5,16 x6,16 𝑥̅76
17 x1,17 x2,17 𝑥̅17 x3,17 x4,17 𝑥̅47 x5,17 x6,17 𝑥̅77
18 x1,18 x2,18 𝑥̅18 x3,18 x4,18 𝑥̅48 x5,18 x6,18 𝑥̅78
19 x1,19 x2,19 𝑥̅19 x3,19 x4,19 𝑥̅49 x5,19 x6,19 𝑥̅79
20 x1,20 x2,20 𝑥̅20 x3,20 x4,20 𝑥̅50 x5,20 x6,20 𝑥̅80
21 x1,21 x2,21 𝑥̅21 x3,21 x4,21 𝑥̅51 x5,21 x6,21 𝑥̅81
22 x1,22 x2,22 𝑥̅22 x3,22 x4,22 𝑥̅52 x5,22 x6,22 𝑥̅82
23 x1,23 x2,23 𝑥̅23 x3,23 x4,23 𝑥̅53 x5,23 x6,23 𝑥̅83
24 x1,24 x2,24 𝑥̅24 x3,24 x4,24 𝑥̅54 x5,24 x6,24 𝑥̅84
25 x1,25 x2,25 𝑥̅25 x3,25 x4,25 𝑥̅55 x5,25 x6,25 𝑥̅85
26 x1,26 x2,26 𝑥̅26 x3,26 x4,26 𝑥̅56 x5,26 x6,26 𝑥̅86
27 x1,27 x2,27 𝑥̅27 x3,27 x4,27 𝑥̅57 x5,27 x6,27 𝑥̅87
28 x1,28 x2,28 𝑥̅28 x3,28 x4,28 𝑥̅58 x5,28 x6,28 𝑥̅88
29 x1,29 x2,29 𝑥̅29 x3,29 x4,29 𝑥̅59 x5,29 x6,29 𝑥̅89
30 x1,30 x2,30 𝑥̅30 x3,30 x4,30 𝑥̅60 x5,30 x6,30 𝑥̅90
∑𝑥̅𝑖1 ∑𝑥̅𝑖2 ∑𝑥̅𝑖3
𝑖𝑦̅∑̅𝑥̅)
∑(
Diketahui:
np = jumlah alur penampang = 30
nv = varietas tekanan =3
dbv = derajat bebas variasi = v-1 = 3-1 = 2
dbu = derajat bebas ulangan = nv (nu-1) = 3(2-1) = 3
a. Faktor Koreksi
(∑ 𝑋𝑖j)2
FK =
𝑛𝑣
b. Jumlah Kuadrat Penampang (JKP)
2
JKP = ∑(𝑋𝑖 ) − 𝐹𝐾
2 2 2 2
= {(𝑋1 ) + (𝑋2 ) + (𝑋3 ) + . . . + (𝑋90 ) } − 𝐹𝐾
g. F perhitugan
KTV
Fhitung =
KTU
h. F tabel
Ftabel = F (5%; dbv; dbu)
TABEL DATA ANOVA SATU ARAH
Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Total Fhitung Ftabel
2 JKV KTV
3 JKP KTU
5 JKT
Hipotesa:
Ho : µ1 = µ2 = µ3 = µ
H1 : µ1 ≠ µ1 ≠ µ3
Kesimpulan:
Jika Fhitung < Ftabel: maka Hoditerima dan H1ditolak Ho diterima berarti rataan
volume dari ketiga variasi tekanan sama sehingga variasi tekanan pada tabung
sprayer tidak memengaruhi jumlah volume yang dikeluarkan.
Jika Fhitung > Ftabel: maka Hoditolak dan H1diterima Ho ditolak berarti rataan
volume dari ketiga variasi tekanan berbeda sehingga tekanan pada tabungsprayer
mempengaruhi jumlah volume yang dikeluarkan.
4.1. Hasil
A. SPRAYER
1. Spesifikasi :
Nama : Sprayer
Merek : Maruya ma
Model : Hand Sprayer
Type : MCH-11
No. Seri : -
Buatan : Jepang
Tahun Pembuatan : -
Jenis sprayer : Knapsack Sprayer
Jenis Pompa Penekan : Manual
Jenis Nozzle : -
Jumlah Nozzle : -
Harga Skala Tekanan :
10kg/m2
Tangki
Kapasitas Tangki : 11.34 liter
Berat : -
Spesifikasi Lainnya :
Tinggi : 71 cm
Diameter : 22 cm
Panjang Selang : -
Panjang Batang Sprayer : -
BAGIAN-BAGIAN DARI SPRAYER
350
200
300
250
150
Jumlah
200
100
150
100
50
50
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
Axis Title
Alat penyemprot (sprayer) merupakan salah satu peralatan yang sering digunakan
di dunia pertanian. Sprayer digunakan petani untuk mengaplikasikan sejumlah
tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit pada tumbuhan. Kualitas
dan kuantitas bahan aktif yang terkandung 37 dalam setiap butiran larutan
(droplet) yang melekat pada spot yang dituju menjadi tolak ukur kelayaka n
kinerja sprayer. Sprayer digunakan untuk memecah larutan kimia aktif
pemberantas hama menjadi butiran cair kecil (droplet). Sprayer merupakan alat
aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan
kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu
tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan
disemprotkan, Prinsip kerja sprayer adalah karena adanya tekanan udara yang
dihasilkan tenaga pompa, larutan dikeluarkan dari tangki.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Pramuhadi, G., Asphar, & Ghulam. (2012). Studi Aplikasi Knapsack Sprayer,
Knapsack Power Sprayer, Dan Boom Sprayer Di Pt Laju Perdana Indah.
Pelembang: IPB.
Annafiyah, Anam, S., & Fatah, M. (2021). Rancang Bangun Sprayer Pestisida
Menggunakan Pompa Air DC 12 V dan Panjang Batang Penyemprot 6
Meter. Jurnal Rekayasa Mesin, 91-99.
Kardinan. (2001). Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Priyatmoko, A., Widodo, S., & Salahudin, X. (2016). Analisis Tekanan Tangki
Sprayer Dengan Tekanan Variasibesar Diameter Roda Dan Panjang Tuas
Engkol Peluncur Dengan Menggunakan Satu Pompa Pada Sprayer Semi
Otomatis. Jurnal Teknik Mesin Universitas Tida, 33-53.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
Naskah ini diterima pada 20 Maret 2020; revisi pada 2 Juni 2020;
disetujui untuk dipublikasikan pada 5 Juni 2020
ABSTRACT
The research aimed to examine droplet distribution using a knapsack sprayer with a water level detector-based
patternator. The tests consist of measuring spraying discharge, effective spray wide and height, droplet distribution
patterns and areas, and traveling speed. The sensor calibration showed that the system read the liquid volume in
the container with R2 = 0.99 at a linear curve: y = 2.572 + 2.502x. The spray discharge was 0.033 L/s. The optimal
spray was at 60 cm-nozzle height with effective spray wide and height were 0.64 m and 0.344, respectively. The
spray distribution pattern illustrated that nozzle height affected droplet areas. The traveling speed due to nozzle
height at 40 to 70 cm was 0.29 to 0.58 m/s, and had a line-up tendency, whereas spraying capacity was declined
1298 to 562 L/Ha.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji distribusi droplet sprayer pestisida tipe gendong menggunakan
paternator berbasis water level detector. Pengujian terdiri atas pengukuran debit semprotan, lebar dan tinggi
penyemprotan efektif, pola dan luas distribusi semprotan, dan kecepatan kerja penyemprotan di lapangan. Hasil
kalibrasi sensor menunjukkan bahwa perangkat dapat membaca volume semtoran pada container denga nilai
korelasi R2 = 0,99 pada kurva linier y = 2,572 + 2,502x. Debit penyemprotan sprayer menunjukkan 0,033 L/det.
Penyemprotan optimal sprayer berada pada tinggi semprot 60 cm dengan lebar penyemprotan efektif 0.64 m dan
tinggi penyemprotan efektif 0,344 m. Pola distribusi penyemprotan menunjukkan bertambahnya tinggi nosel
semprot mempengaruhi luas penyemprotan. Kecepatan kerja akibat perbedaan tinggi penyemprotan dari 40 ke
70 cm cenderung naik dengan nilai 0,29 m/s ke 0,58 m/s, sedangkan volume aplikasi penyemprotan menurun
pada nilai 1298 L/ha ke 562 L/ha.
I. PENDAHULUAN
karena masif nya penggunaan pestisida oleh
Upaya meningkatkan produktivitas pertanian petani, sampai dengan tahun 2016 terdapat 3.930
menggunakan pestisida kimia dan alami jumlah pestisida dengan nama dagang yang
merupakan cara yang menurut petani paling terdaftar pada Dirjen Prasarana dan Sarana
efektif dalam mengendalikan organisme dan Pertanian Kementerian Pertanian (KEMENTAN,
penyakit tanaman (Budi, 2009). Penggunaan 2016). Pestisida yang beredar di masyarakat
pestisida dipilih oleh petani karena harganya dapat berupa cairan emulsi, butiran (granulars),
yang terjangkau, mudah pengaplikasian dan debu (dust), tepung (powder), minyak (oil), dan
dapat digunakan dalam area yang luas. Oleh fumigant (Sudarmo, 1991).
85
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)
86
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
87
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)
88
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
merupakan pergeseran dari grafik murni ke arah track lahan percobaan dengan panjang lintasan
kanan dan kiri sehingga terjadi perpotongan dari 10 meter diterapkan untuk pengukuran ini.
grafik-grafik tersebut. Grafik tumpang tindih ini Waktu tempuh diukur menggunakan stopwatch
digunakan untuk merekomendasikan lalu nilai dirata-rata. Kecepatan kerja dihitung
penggunaan nosel yang lebih dari satu dengan menggunakan Persamaan 2.
hasil penyemprotan berimbang. Batas volume s
keluaran sprayer optimal diperoleh dari v (2)
t
penjumlahan volume cairan yang masuk dalam
Dimana: v adalah kecepatan kerja (m/det), s
kurva overlapping.
adalah jarak lintasan kerja (meter), dan t adalah
waktu tempuh (detik).
Selain itu, nilai sudut penyemprotan dan lebar
penyemprotan efektif digunakan untuk e. Volume aplikasi penyemprotan
penentuan tinggi penyemprotan efektif. Tinggi Volume aplikasi alat semprot dihitung
penyemprotan efektif (TPE) merupakan besar menggunakan Persamaan 3.
jarak vertikal butiran halus yang dibentuk oleh Q
nosel, yang diukur dari mulut nosel ke bidang V (3)
horisontal pada saat terbentuk lebar L*v
penyemprotan efektif (BSNI, 2008). Untuk dimana: V adalah volume aplikasi alat semprotan
menentukan tinggi penyemprotan efektif dapat (L/Ha), Q adalah debit penyemprotan (L/det), L
menggunakan Persamaan 1. adalah lebar penyemprotan teoritik (m), dan v
1 adalah kecepatan kerja penyemprotan (m/det).
* L PE
TPE 2 (1)
1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
tan 2 *
3.1. Kalibrasi Water Level Detector
c. Pengujian pola distribusi penyemprotan
Untuk mengetahui tingkat akurasi dari sensor
sprayer
ultrasonik, kalibrasi sensor HC-SR04 dilakukan
Pengujian dilakukan dengan ketinggian nosel 40,
dengan pembacaan volume air (V obs) sesuai
50, 60 dan 70 cm pada Grid Patternator. Droplet
dengan tinggi air aktual (Hact). Persamaan linear
yang jatuh dan tertampung pada tiap grid dihitung
hasil kalibrasi (Gambar 4) digunakan sebagai
volumenya kemudian ditabulasi pada tabel kerja.
acuan dalam pembacaan volume air pada grid
container pada pengujian penyemprotan
d. Kecepatan kerja penyemprotan
menggunakan patternator konvensional.
Perhitungan kecepatan kerja dilakukan dengan
Gambar 4 menunjukkan nilai korelasi R2 = 0,9971
mencatat jarak/panjang dan waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja pada kurva linier: y 2,5721 2,5018 x ,
ketika sprayer diaplikasikan di lapangan. Tiga dengan x adalah pembacaan tinggi muka cairan
89
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)
(mm) dan y adalah volume cairan dalam wadah pada zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan
(mL). Dari persamaan tersebut, apabila oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama besar.
pembacaan tinggi muka cairan berada kurang Tekanan yang sama besar dan melewati
dari 0,98 mm maka volume (y) akan bernilai penampang (pipa) dengan diameter yang sama
negatif. Pada kondisi ini volume cairan aktual menyebabkan laju aliran yang mengalir sama
tidak lebih dari 0,019 mL atau dengan kata lain besar sehingga volume cairan yang keluar pada
pembacaan sensor sangat rendah sehingga nosel memiliki nilai yang hampir sama (Yuwana,
ditetapkan pada nilai 0 mm. 2014). Debit dipengaruhi oleh kecepatan aliran
air, semakin besar kecepatan aliran air maka debit
3.2. Debit Penyemprotan yang dihasilkan semakin besar, dan begitu juga
Hasil pengukuran debit penyemprotan sprayer sebaliknya (Muhlizah, 2018).
tipe gendong disajikan pada Tabel 1. Debit
penyemprotan yang dihasilkan berada pada nilai 3.3. Lebar dan Tinggi Penyemprotan Efektif
0,033 L/det. Faktor yang mempengaruhi debit Lebar penyemprotan teoritik (Gambar 5)
penyemprotan adalah pengaruh nosel dan merupakan lebar maksimum yang dapat
tekanan. Jenis nosel mempengaruhi besar dijangkau nosel untuk melakukan
droplet yang keluar. Pada penyemprotan sprayer penyemprotan pada tekanan optimum sprayer.
pestisida, pengkabutan (atomizing) cairan Penyemprotan pada ketinggian nosel 40, 50, 60,
merupakan cara paling efektif untuk dan 70 cm dilakukan di atas patternator
mendistribusikan pestisida pada permukaan konvensional. Penyemprotan ini dilakukan pada
tanaman. Faktor lain adalah tekanan semprot. selang waktu 30 detik. Akibat kemiringan 200,
Perbedaan tekanan tersebut mengakibatkan air semprotan yang mengenai patternator akan
adanya perbedaan debit, panjang penyemprotan mengalir ke bawah dan tertampung pada wadah
dan luas penyemprotan (Rahman dan Yamin, penampung kemudian diukur volume yang
2014). Semakin besar tekanan yang diberikan tertampung di tiap alur. Lebar penyemprotan
pada pemompaan berpengaruh terhadap teoritik diperoleh dari mengukur panjang alur-
terhadap besar cairan yang disemprotkan. Pada alur yang mengalirkan air atau tempat
keadaan ini berlaku hukum Pascal yang penampung yang terisi oleh cairan.
menyatakan bahwa tekanan yang diberikan
90
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
Lebar penyemprotan efektif diperoleh dari Perhitungan tinggi penyemprotan efektif dari
sebaran air yang paling seragam (Yuwana, perlakuan tinggi penyemprotan ditunjukkan
2014). Lebar penyemprotan efektif pada Tabel 2. Dari perhitungan diperoleh bahwa
digambarkan pada grafik tumpang tindih semakin tinggi penyemprotan maka tinggi
(overlapping) sehingga terjadi perpotongan penyemprotan efektif yang diperoleh semakin
antara grafik. Penentuan lebar penyemprotan besar. Pada penyemprotan sprayer pestisida di
efektif dapat diperoleh dari koefisien variasi lapangan, tinggi penyemprotan sprayer
(CV). Lebar penyemprotan efektif dipilih dari disesuaikan dengan kondisi tanaman. Semakin
lebar dengan CV yang minimum (paling merata) dekat jarak nosel pada tanaman maka pemberian
(Yuwana, 2014). Lebar penyemprotan efektif cairan pestisida pada permukaan tanaman akan
disajikan pada Gambar 6 dimana masing-masing semakin banyak, dan sebaliknya. Selain itu,
tinggi penyemprotan 40, 50, 60 dan 70 cm semakin tinggi penyemprotan sprayer maka
memiliki lebar penyemprotan efektif 0,48, 0,56, droplet mudah terusik oleh pergerakan udara.
0,64, dan 0,56 m. Pemberian pestisida berlebih berdampak buruk
bagi kesehatan manusia, lingkungan dan
Dari Gambar 6 juga diperoleh bahwa tinggi menyebabkan resistensi hama (Wilis, 2013).
penyemprotan mempengaruhi lebar
penyemprotan efektif. Tinggi penyemprotan 60 3.4. Pola dan Luas Distribusi Penyemprotan
cm menghasilkan lebar penyemprotan efektif Hasil penentukan pola distribusi semprot
paling besar 0,64 m. Sedangkan pada ketinggian disajikan pada Gambar 7 dan diketahui bahwa
70 cm menunjukkan penurunan lebar vasiasi ketinggian semprot mempengaruhi lebar
penyemprotan efektif 0,56 m. Semakin tinggi variasi dan luas permukaan yang terkena droplet.
nosel, distribusi penyemprotan nosel sangat Semakin tinggi penyemprotan maka semakin
sensitif dan mudah terusik oleh pergerakan luas permukaan yang terkena droplet dan
udara. Efisiensi penyemprotan nosel diperolah sebaliknya. Jumlah grid yang terkena semprot
berturut pada ketinggian semprot 40, 50, 60, dan dari variasi ketinggian semprot 40, 50, 60, dan
70 cm masing-masing 54,55%, 53,85%, 57,14%, 70 cm masing-masing adalah 124, 198, 217, dan
dan 53,85%.
Gambar 5. Lebar Penyemprotan Sprayer pada Tinggi Semprotan: (a) 40 cm, (b) 50 cm, (c) 60 cm,
dan (d) 70 cm
91
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)
Gambar 6. Kurva Overlapping pada Tinggi Semprotan: (a) 40 cm, (b) 50 cm, (c) 60 cm, dan (d) 70
cm
Gambar 7. Pola Distribusi Penyemprotan Sprayer pada Ketinggian: (a) 40 cm, (b) 50 cm, (c) 60
cm, dan (d) 70 cm
247 dengan luas permukaan yang terkena Gambar 8. Dari pengukuran yang dilakukan, tren
semprot masing-masing 0,335, 0,535, 0,587, dan kecepatan kerja yang menunjukkan berangsur
0,668 m2. naik sepanjang bertambahnya ketinggian
semprot. Pada ketinggian semprot 40 cm
3.5. Kecepatan Kerja Penyemprotan diperoleh kecepatan kerja 0,29 m/s, sedangkan
Hasil pengukuran kecepatan kerja dari keempat pada ketinggian semprot 70 cm menghasilkan
perlakuan ketinggian semprot disajikan pada kecepatan kerja 0,57 m/s. Ketinggian semprot
92
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
mempengaruhi luas area tanaman yang terkena pada volume cairan yang disemprotkan.
semprotan cairan. Pengaruh ketinggian semprot mempengaruhi
lebar penyemprotan. Ketinggian 70 cm
3.6. Volume Aplikasi Penyemprotan menghasilkan semprotan lebih lebar sehingga
Perhitungan volume aplikasi penyemprotan permukaan tanaman lebih luas terkena
digunakan untuk menentukan jumlah cairan semprotan dan membuat nilai kecepatan kerja
yang dibutuhkan untuk melakukan juga besar. Berbeda pada penyemprotan dengan
penyemprotan cairan pestisida pada luasan ketinggian 40 cm yang menghasilkan lebar
tertentu. Hasil perhitungan volume aplikasi penyemprotan pendek sehingga kecepatan jalan
penyemprotan disajikan pada Gambar 9. melambat agar permukaan tanaman kerkena
cairan. Sedangkan faktor tekanan berpengaruh
Perlakukan ketinggian semprot pada terhadap volume semprotan cairan. Sangat
penyemprotan cairan pestisida cenderung disarankan pada pengaplikasian sprayer di
memiliki trend menurun. Jumlah aplikasi lapangan dilakukan dengan tekanan konstan.
penyemprotan cairan menggunakan sprayer di
lapangan bergantung dari kecepatan operator,
jumlah nosel yang digunakan, lebar semprot, dan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tekanan yang dipakai (Daywin et al., 1992). Pada
penelitian yang dilakukan, sangat penting untuk 4.1. Kesimpulan
menjaga kecepatan jalan/kerja yang konstan. Hasil kalibrasi sensor ultasonik menunjukkan
Perubahan kecepatan lebih lambat berakibat bahwa perangkat dapat membaca volume hasil
93
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)
penyemprotan pada grid dengan nilai korelasi Forth Edition. New York: McGraw-Hill
R 2 = 0,99 pada kurva linier dengan Education.
persamaan y 2,5721 2,5018 x . Pengujian
Daywin, F. J., Sitompul, R. G., dan Imam, H. 1992.
sprayer menunjukkan debit penyemprotan 0,033
Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor:
L/det. Penyemprotan optimal sprayer berada
JICA-DGHE/IPBProject.
pada tinggi semprot 60 cm dengan lebar
penyemprotan efektif 0,64 m dan tinggi
Forque, D., Pieters, J. G., dan Nuyytens, D. 2012.
penyemprotan efektif 0,344 m. Pola distribusi
No Title. Spray deposition and distribution
penyemprotan yang diukur menggunakan grid
in a bay laurel crop as affected by nozzle
patternator menunjukkan bertambahnya tinggi
type, air assistance and spray direction
semprot mempengaruhi luas penyemprotan.
when using vertical spray booms. Crop
Kecepatan kerja akibat perbedaan tinggi
Protections, 41, 77–87.
penyemprotan dari 40 ke 70 cm cenderung naik
akibat penyemprotan yang dihasilkan lebar
Guntur, A. P., Igbal, dan Sapsal, A. 2016. Uji Kinerja
dengan nilai kecepatan 0,29 m/s dan 0,58 m/s,
Knapsack Sprayer Tipe Pb 16
sedangkan volume aplikasi penyemprotan
Menggunakan Hollow Cone Nozzle dan
menurun pada nilai 1298 L/ha ke 562 L/ha.
Solid Cone Nozzle. Jurnal AgriTechno, 9(2),
107–113.
4.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
KEMENTAN. 2016. Statistik Sarana dan
menggunakan berbagai macam tipe sprayer,
Prasarana Pertanian Tahun 2011-2015.
variasi tipe nosel yang digunakan, variasi
Jakarta: Direktorat Jenderal Prasarana dan
tekanan semprot, dan menggunakan nosel yang
Sarana Pertanian Kementerian Pertanian
lebih dari satu. Selain itu, penelitian lanjutan
RI.
diharapkan dapat diaplikasikan pada tanaman
pertanian yang berbeda, karena pemberian
Muhlizah, M. W. 2018. Kinerja Knapsack Power
jumlah cairan pestisida berbeda-beda tergantung
Sprayer dan Mist Blower pada
jenis tanaman.
Pengendalian Gulma Lahan Kering
Menggunakan Mobile Sprayer Machine.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Andayani, M., Indrasari, W., dan Iswanto, B. H. Permana, A., Triyanto, D., dan Rismawan, T. 2015.
2016. Kalibrasi Sensor Ultrasonik HC-SR04 Rancang Bangun Sistem Monitoring Volume
sebagai Sensor Pendeteksi Jarak pada dan Pengisian Air Menggunakan Sensor
Prototipe Sistem Peringatan Dini Bencana Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler AVR
Banjir. Prosiding Seminar Nasional Fisika, ATMega8. Jurnal Coding, 3(2), 76–87.
5, 43–46.
Prabaningrum, L. 2017. Pengaruh Arah
BSNI. 2008. SNI 4513. 2008: Alat Pemeliharaan Pergerakan Nozzle dalam Penyemprotan
Tanaman – Sprayer Gendong Semi Otomatis PestisidaTerhadap Liputan dan Distribusi
- Unjuk Kerja dan Metode Uji. Jakarta: Badan Butiran Semprot dan Efikasi Pestisida pada
Standarisasi Nasional. Tanaman Kentang. Jurnal Hortikulture,
27(1), 113–126.
Budi, G. P. 2009. Beberapa Aspek Perbaikan
Penyemprotan Pestisida untuk Rahman, M. N., dan Yamin, M. 2014. Modifikasi
Mengendalikan Organisme Pengganggu Nosel pada Sistem Penyemprotan untuk
Tanaman. Agritech, 11(2), 69–80. Pengendalian Gulma Menggunakan Sprayer
Gendong Elektrik. Jurnal Keteknikan
Cengel, Y. A., dan Cimbala, J. M. 2018. Fluid Pertanian, 2(1), 39–46.
Mechanics: Fundamentals and Applications,
94
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
Smith, D. W., Sims, B. G., dan O’Niell, D. H. 1994. Yuwana, N. A. 2014. Desain dan Kontruksi Grid
Testing and Evaluation of Agricultural Patternator untuk Pengujian Kinerja
Machinery and Equipment: Principles and Penyemprotan Sprayer. Skripsi. Bogor:
Practices. Rome: Food and Agriculture Institut Pertanian Bogor.
Organization, United Nations.
Zhai, C., Zhao, C., Wang, X., Wang, N., Zou, W., dan
Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Yogyakarta: Kanisius. Li, W. 2015. Two-Dimensional Automatic
Measurement for Nozzel Flow Distribution
Wilis, R. 2013. Peningkatan Penerapan Geografi using Improved Ultrasonic Sensor. Sensors,
Pertanian dengan Pembuatan Pestisida 15, 26353 – 26367.
Nabati untuk Tanaman Kakao (Theobroma
cacao L.) di Kenagarian Kaum Kabupaten
Tanah Data. Jurnal Geografi, 2(2), 112–126.
95