Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

MESIN PRODUKSI PERTANIAN


TPPB13101
ACARA III
PENGENALAN DASAR ALAT & MESIN PENGENDALI HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN DAN KALIBRASI SPRAYER

DISUSUN OLEH:

NAMA : PERWIRA BUDI ATMJA


NIM : 20/463645/TP/12923
GOL. :2
CO ASS : RISKA AMALIA ABRIANTI

LABORATORIUM ENERGI MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertanian yakni sektor yang seharusnya didesain serta dikelola dengan sebaik
mungkin. Peranan pertanian pada perekonomian sendiri antara lain yakni sanggup
mensejahterakan petani, menyediakan pangan, wahana pemerataaan
pembangunan menciptakan devisa, meyediakan lapangan pekerjaan, serta
kenaikan pemasukan nasional. Kegiatan pertanian terdiri dari berbagai tahap,
mulai dari persiapan lahan, penanaman, perawatan, hingga pemanenan, Indonesia
mulai melakukan mekanisasi pertanian pada semua tahap yang ada, tidak
terkecuali kegiatan perawatan tanaman, seperti pengendali hama dan penyakit
tanaman penyebab penurunana kualitas hasil pertanian adalah hama dan penyakit.
Hama dan penyakit ini ada berbagai macam jenisnya. Sehingga perlu dilakukan
pengendalian dan penanganan untuk mengendalikan hama. Pengendalian hama
dan penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pengendali
hama dan penyakit pada tanaman.

Pengendaliannya adalah pengendalian hama dengan menggunakan bahan kimia


yang dapat menekan laju pertumbuhan hama yang disebut herbisida. Aplikasi
herbisida dapat dilakukan dengan cara penyemprotan (spraying), pengasapan
(fogging), penghembusan (dusting), pencelupan (dipping), injeksi, penyiraman,
dan penaburan. Pemberian pupuk dan pestisida berbentuk padat dapat dilakukan
melalui akar tanaman. Alat yang digunakan untuk penyemprotan pestisida pada
tanaman, yaitu sprayer dan mist blower. Selain memperhatikan alat yang
digunakan, penyemprotan pestisida juga perlu memperhatikan dosis yang sesuai
untuk tanaman. Untuk menghindari terjadinya kelebihan atau kekurangan ,
dilakukan kalibrasi dalam penggunaan metode ini agar dosis sesuai. Dengan itu
dilakukannya praktikum ini agar dapat mengoperasikan alat-alat penyemprotan
serta dapat melakukan kalibrasi pada sprayer supaya penyemprotan yang
dilakukan menjadi efektif

1.2. TUJUAN
Pada praktikum acara 3 yang berjudul “Pengenalan Dasar Alat & Mesin Pengendali
Hama Dan Penyakit Tanaman Dan Kalibrasi Sprayer” mempunyai tujuannya yaitu:
1. Mendapatkan persyaratan agroteknis yang diperlukan serta mempelajari cara
pengaturan bagian-bagian sprayer dalam penggunaan sprayer tersebut untuk
melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan dosis tertentu
yang diberikan dalam konsentrasi larutan tertentu.
2. Mempelajari prinsip kerja serta cara pengaturan bagian-bagian mist blower
dalam kaitannya dengan penggunaan mesin tersebut dalam pengendalian
hama dan penyakit tanaman baik di lapangan maupun di dalam ruangan,
dengan penggunaan obat tertentu, yang diberikan dalam bentuk larutan cairan,
maupun dalam bentuk bubuk (powder).

1.3 MANFAAT
Manfaat dari dilakukannya praktikum acara 3 yang berjudul “Pengenalan Dasar Alat
& Mesin Pengendali Hama Dan Penyakit Tanaman Dan Kalibrasi Sprayer” yaitu
praktikan dapat mengetahui fungsi, cara pengoprasian, dan kalibrasi pada alat-alat
penyemprotan sprayer dan mist blower
BAB II
DASAR TEORI
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan
tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan
budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang
mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Untuk
mengatasi hama, salah satu proses perawatannya adalah penyemprotan pestisida
sehingga tanaman padi terhindar dari hama. Penyemprotan ini adalah pemeliharaan
tanaman padi yang sangat penting kerena dapat mempengaruhi hasil produktifitas
pada saat panen (Annafiyah, Anam, & Fatah, 2021). Perlindungan tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit menggunakan pestisida, khususnya di Indonesia, masih
dilakukan secara berlebihan tanpa pengontrolan dosis yang tepat. Dimana
penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintesisberkembang luas karena
dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi gangguan hama. Namun,
penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama, resurjensi
hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan dan sangat
berbahaya bagi manusia (Kardinan, 2001).

Salah satu sarana atau peralatan yang digunakan oleh petani adalah alat penyemprot
(sprayer). Sprayer merupakan sarana atau peralatan yang digunakan petani dalam
rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Droplet
(butiran cair kecil) merupakan pecahan larutan kimia aktif pemberantas hama yang
dihasilkan atau dirubah oleh alat penyemprot (sprayer). Kesesuaian ukuran droplet
aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu agar sesuai dengan
ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan menjadi faktor
penentu kelayakan kinerja sprayer. (Priyatmoko, Widodo, & Salahudin, 2016).
Sprayer digunakan petani untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan kimia aktif
pemberantas hama penyakit pada tumbuhan. Kualitas dan kuantitas bahan aktif yang
terkandung 37 dalam setiap butiran larutan (droplet) yang melekat pada spot yang
dituju menjadi tolak ukur kelayakan kinerja sprayer. Sprayer digunakan untuk
memecah larutan kimia aktif pemberantas hama menjadi butiran cair kecil (droplet)
( Pramuhadi, Asphar, & Ghulam, 2012) Efektifitas sprayer bergantung pada beberapa
faktor, antara lain lebar nozzle, tekanan, dan bentuk no zzle. Selain itu faktor lain
seperti viskositas, kecepatan aliran dan tegangan muka cairan, serta faktor luar seperti
kerapatan udara, suhu, angin, udara, dan faktor pada tanaman juga berpengaruh pada
efektifitas sprayer (Dharmawan & Soekarnoe, 2020)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 ALAT DAN BAHAN
Pada praktikum acara 3 yang berjudul “Pengenalan Dasar Alat & Mesin Pengendali
Hama Dan Penyakit Tanaman Dan Kalibrasi Sprayer” digunakan alat dan bahan
yaitu:
• Knapsack Sprayer
• Gelas ukur
• Kompresor
• Gelas plastik
• Stopwatch
• Meteran
3.2 CARA KERJA
3.2.1. Spesifikasi Sprayer
Bagian-bagian sprayer diamati dan fungsi bagian-bagian tersebut ditentukan.
Kemudian spesifikasi sprayer ditentukan dengan pengukuran bagian -bagian sprayer.
3.2.2 Kalibrasi Sprayer
Langkah pertama tangki sprayer diisi dengan air. Kemudian gelas plastik disususn
tepat di bawah alur dari seng plasti supaya air hasil penyemprotan dapat tertampung.
Lalu sprayer dipompa hingga barometer berada pada tekanan 6 kg/cm2 . Kran slang
air dibuka secara bersamaan dengan stopwatch diaktifkan. Waktu yang diperlukan
untuk penyemprotan dicatat pada tekanan 6-5 kg/cm2.Volume air yang tertampung
pada tiap-tiap gelas plastik diukur dengan gelas ukur.Cara kerja a hingga f diulangi
untuk tekanan 5-4 kg/cm2 dan 4-3 kg/cm2 . Langkah a sampa g dilakukan kembali
untuk 2 kali pengulangan. Hasil pengamatan dicatat pada blangko yang tersedia dan
selanjutnya dilakukan analisis dari data yang diperoleh.
3.2.3 Spesifikasi Mist Blower
a. Kondisi fisik dari Mist Blower dan alat pendukungnya diamati .
b. Spesifikasi Mist Blower dan alat pendukungnya dicatat pada form yang
telah disediakan.
3.3. Cara Analisa Data
No Tek. 6-5 kg/cm2 Tek. 5-4 kg/cm2 Tek. 4-3 kg/cm2
Botol Ulg. 1 Ulg. 2 𝑥̅𝑖 Ulg. 1 Ulg. 2 𝑥̅𝑖 Ulg. 1 Ulg. 2 𝑥̅𝑖
1 x1,1 x2,1 𝑥̅1 x3,1 x4,1 𝑥̅31 x5,1 x6,1 𝑥̅61
2 x1,2 x2,2 𝑥̅2 x3,2 x4,2 𝑥̅32 x5,2 x6,2 𝑥̅62
3 x1,3 x2,3 𝑥̅3 x3,3 x4,3 𝑥̅33 x5,3 x6,3 𝑥̅63
4 x1,4 x2,4 𝑥̅ 4 x3,4 x4,4 𝑥̅34 x5,4 x6,4 𝑥̅64
5 x1,5 x2,5 𝑥̅5 x3,5 x4,5 𝑥̅35 x5,5 x6,5 𝑥̅65
6 x1,6 x2,6 𝑥̅6 x3,6 x4,6 𝑥̅36 x5,6 x6,6 𝑥̅66
7 x1,7 x2,7 𝑥̅7 x3,7 x4,7 𝑥̅37 x5,7 x6,7 𝑥̅67
8 x1,8 x2,8 𝑥̅8 x3,8 x4,8 𝑥̅38 x5,8 x6,8 𝑥̅68
9 x1,9 x2,9 𝑥̅9 x3,9 x4,9 𝑥̅39 x5,9 x6,9 𝑥̅69
10 x1,10 x2,10 𝑥̅10 x3,10 x4,10 𝑥̅40 x5,10 x6,10 𝑥̅70
11 x1,11 x2,11 𝑥̅11 x3,11 x4,11 𝑥̅41 x5,11 x6,11 𝑥̅71
12 x1,12 x2,12 𝑥̅12 x3,12 x4,12 𝑥̅42 x5,12 x6,12 𝑥̅72
13 x1,13 x2,13 𝑥̅13 x3,13 x4,13 𝑥̅43 x5,13 x6,13 𝑥̅73
14 x1,14 x2,14 𝑥̅14 x3,14 x4,14 𝑥̅44 x5,14 x6,14 𝑥̅74
15 x1,15 x2,15 𝑥̅15 x3,15 x4,15 𝑥̅45 x5,15 x6,15 𝑥̅75
16 x1,16 x2,16 𝑥̅16 x3,16 x4,16 𝑥̅46 x5,16 x6,16 𝑥̅76
17 x1,17 x2,17 𝑥̅17 x3,17 x4,17 𝑥̅47 x5,17 x6,17 𝑥̅77
18 x1,18 x2,18 𝑥̅18 x3,18 x4,18 𝑥̅48 x5,18 x6,18 𝑥̅78
19 x1,19 x2,19 𝑥̅19 x3,19 x4,19 𝑥̅49 x5,19 x6,19 𝑥̅79
20 x1,20 x2,20 𝑥̅20 x3,20 x4,20 𝑥̅50 x5,20 x6,20 𝑥̅80
21 x1,21 x2,21 𝑥̅21 x3,21 x4,21 𝑥̅51 x5,21 x6,21 𝑥̅81
22 x1,22 x2,22 𝑥̅22 x3,22 x4,22 𝑥̅52 x5,22 x6,22 𝑥̅82
23 x1,23 x2,23 𝑥̅23 x3,23 x4,23 𝑥̅53 x5,23 x6,23 𝑥̅83
24 x1,24 x2,24 𝑥̅24 x3,24 x4,24 𝑥̅54 x5,24 x6,24 𝑥̅84
25 x1,25 x2,25 𝑥̅25 x3,25 x4,25 𝑥̅55 x5,25 x6,25 𝑥̅85
26 x1,26 x2,26 𝑥̅26 x3,26 x4,26 𝑥̅56 x5,26 x6,26 𝑥̅86
27 x1,27 x2,27 𝑥̅27 x3,27 x4,27 𝑥̅57 x5,27 x6,27 𝑥̅87
28 x1,28 x2,28 𝑥̅28 x3,28 x4,28 𝑥̅58 x5,28 x6,28 𝑥̅88
29 x1,29 x2,29 𝑥̅29 x3,29 x4,29 𝑥̅59 x5,29 x6,29 𝑥̅89
30 x1,30 x2,30 𝑥̅30 x3,30 x4,30 𝑥̅60 x5,30 x6,30 𝑥̅90
∑𝑥̅𝑖1 ∑𝑥̅𝑖2 ∑𝑥̅𝑖3
𝑖𝑦̅∑̅𝑥̅)
∑(
Diketahui:
np = jumlah alur penampang = 30
nv = varietas tekanan =3
dbv = derajat bebas variasi = v-1 = 3-1 = 2
dbu = derajat bebas ulangan = nv (nu-1) = 3(2-1) = 3

a. Faktor Koreksi
(∑ 𝑋𝑖j)2
FK =
𝑛𝑣
b. Jumlah Kuadrat Penampang (JKP)
2
JKP = ∑(𝑋𝑖 ) − 𝐹𝐾
2 2 2 2
= {(𝑋1 ) + (𝑋2 ) + (𝑋3 ) + . . . + (𝑋90 ) } − 𝐹𝐾

c. Jumlah Kuadrat Total (JKT)


∑(∑ 𝑋𝑖)2
JKT = − 𝐹𝐾
𝑛𝑣
2 2 2
(∑ 𝑋𝑖1 ) +(∑ 𝑋𝑖2 ) +(∑ 𝑋𝑖3 )
= − 𝐹𝐾
3

d. Jumlah Kuadrat Volume (JKV)


JKV = JKT - JKP
e. Kuadrat Total Variasi (KTV)
𝐽𝐾𝑉
KTV = 𝑑𝑏𝑣

f. Kuadrat Total Ulangan (KTU)


𝐽𝐾𝑃
KTV = 𝑑𝑏𝑢

g. F perhitugan
KTV
Fhitung =
KTU
h. F tabel
Ftabel = F (5%; dbv; dbu)
TABEL DATA ANOVA SATU ARAH
Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Total Fhitung Ftabel
2 JKV KTV
3 JKP KTU
5 JKT
Hipotesa:
Ho : µ1 = µ2 = µ3 = µ
H1 : µ1 ≠ µ1 ≠ µ3
Kesimpulan:
Jika Fhitung < Ftabel: maka Hoditerima dan H1ditolak Ho diterima berarti rataan
volume dari ketiga variasi tekanan sama sehingga variasi tekanan pada tabung
sprayer tidak memengaruhi jumlah volume yang dikeluarkan.

Jika Fhitung > Ftabel: maka Hoditolak dan H1diterima Ho ditolak berarti rataan
volume dari ketiga variasi tekanan berbeda sehingga tekanan pada tabungsprayer
mempengaruhi jumlah volume yang dikeluarkan.

DEBIT ALIRAN (Q)


a. Tekanan 6-5 kg/cm2
𝛴𝑋𝑖1
𝑄= (liter/menit)
𝛴𝑡1

b. Tekanan 5-4 kg/cm2


𝛴𝑋𝑖2
𝑄= (liter/menit)
𝛴𝑡2

c. Tekanan 4-3 kg/cm2


𝛴𝑋𝑖3
𝑄= (liter/menit)
𝛴𝑡3
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA

4.1. Hasil

A. SPRAYER
1. Spesifikasi :
Nama : Sprayer
Merek : Maruya ma
Model : Hand Sprayer
Type : MCH-11
No. Seri : -
Buatan : Jepang
Tahun Pembuatan : -
Jenis sprayer : Knapsack Sprayer
Jenis Pompa Penekan : Manual
Jenis Nozzle : -
Jumlah Nozzle : -
Harga Skala Tekanan :
10kg/m2
Tangki
Kapasitas Tangki : 11.34 liter
Berat : -
Spesifikasi Lainnya :
Tinggi : 71 cm
Diameter : 22 cm
Panjang Selang : -
Panjang Batang Sprayer : -
BAGIAN-BAGIAN DARI SPRAYER

Keterangan : (bagian dan fungsinya)


1. Selang = menyalurkan cairan/penghubung nozzle dengan keran
2. Tangkai Nozzle = Pegangan nozzle
3. Nozzle = Menyemprotakan cairan
4. Indikator Tekanan = Petunjuk besaran tekanan sprayer
5. Pompa = Injeksi Udara
6. Tangki Sprayer = Tempat menyimpan cairan
7. Keran Sprayer = membuka/tutup aliran cairan dalam tangki
B. SPESIFIKASI MIST-BLOWER
Nama : Mist Blower
Merek : Shikutani
Model : DMG-70
Type : -
No. Seri : 28457
Buatan : -
Tahun Pembuatan : -
Jenis : Knapsack
Ukuran (PxLxT) : 148 x 38 x 64 cm
Berat Kosong : -
Kapasitas Tangki Obat-Obatan : -
Kapasitas tangki Bahan Bakar : -
Debit Maksimum: : -
Mist : -
Duster : -
Granuler : -
Maksimum Kecepatan Udara : -
Maksimum Volume Udara : -
Panjang Pipa Penghembus : -
Motor Penggerak : -
Model : -
Type : -
Daya/Rpm : -
Isi Silinder : -
Spesifikasi Lainnya : -
Jenis MP : 2 tak
Perbandingan Kompresi : 25:1
BAGIAN-BAGIAN DARI MIST BLOWER

Keterangan : (bagian dan fungsinya)


1. Tangki Obat = tempat menaruh obat-obatan
2. Tangki Bahan Bakar = tempat menaruh bahan bakar
3. Busi = Pengapian motor
4. Engkol = Starter pembakaran
5. Knalpot = Tempat pembuangan sisa pembakaran
6. Standar = Penyangga alat
7. Nozzle = Penyemprot dan memecahkan cairan
8. Saluran Udara = Sirkulasi udara alat
9. Saluran Cairan = mengeluarkan cairan ke nozzle
10. Tuas Gas = Pengatur besar kecilnya pembakaran
11. Filter = Penyarin kotoran dari luar
4.1.2. Kalibrasi Sprayer

Tabel 4.1.1 Hubungan Tekanan Tabung dengan Volume Keluaran

Tek. 6-5 kg/cm2 Tek. 5-4 kg/cm2 Tek. 4-3 kg/cm2


No Kuadrat Kuadrat Kuadrat
Ulg. 1 Ulg. 2 Rerata Ulg. 1 Ulg. 2 Rerata Ulg. 1 Ulg. 2 Rerata
Rerata Rerata Rerata
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 1 0 0,5 0,25 0 0 0 0
3 4,4 0 2,2 4,84 6,6 2 4,3 18,49 3 0,5 1,75 3,0625
4 7,2 4,4 5,8 33,64 18 1 9,5 90,25 5,1 0,6 2,85 8,1225
5 21 20 20,5 420,25 39 1,8 20,4 416,16 13 11 12 144
6 47 43 45 2025 81 15 48 2304 24 31 27,5 756,25
7 74 78 76 5776 181 25 103 10609 43 82 62,5 3906,25
20022,2
8 124 15376 141,5 65 4225
106 142 257 26 5 56 74
24806,2 26732,2
9 127 188 157,5 5 297 30 163,5 5 66 69 67,5 4556,25
22350,2 24806,2
10 149,5 157,5 60 3600
121 178 5 285 30 5 48 72
11 85 0,8 42,9 1840,41 169 57 113 12769 43 98 70,5 4970,25
13110,2
12 107 11449 114,5 95,5 9120,25
82 132 193 36 5 53 138
26732,2
13 135 192 163,5 5 345 27 186 34596 73 68 70,5 4970,25
15252,2
14 68,5 4692,25 123,5 26,7 712,89
115 22 221 26 5 44 9,4
15 11 16 13,5 182,25 14 2 8 64 7,2 2 4,6 21,16
16 8 18 13 169 11 0 5,5 30,25 4,2 0 2,1 4,41
17 5 20 12,5 156,25 8 2 5 25 1,2 2 1,6 2,56
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
116013, 160845, 325584,
Jumlah Rerata 1001,4 1203,7 570,6
6 7 4
100280 1448893, 325584,
Kuadrat Jumlah rereata 2 7 4
Total Jumlah Rerata 2775,7
602443,
Jumlah Kuadrat Rerata 7
Waktu
67,61 66,995 40,55
(s) 63,45 71,77 86,34 47,65 36,78 44,32
Tabel 4.1.2 Data Anova Satu Arah
Db Jumlah Kuadrat Kadrat Total Fhitung Ftabel
2 JKP 474035,1 KTV 161658,18
3 JKT 797351,5 KTU 158011,71 1,023077 9,552
5 JKV 323316,4

Tabel 4.1.3 Debit Aliran pada Tiap Tekanan


Tekanan
(kg/cm2) Debit Aliran (Q)
6-5 kg/cm2 14,81141843
5-4 kg/cm2 17,96701246
4-3 kg/cm2 14,07151665

Tabel 4.1.4 Data Overlapping


Tinggi Nozzle : 38
cm Jarak alur terdekat : 5 cm
Tek. 6-5 Tek. 5-4 Tek. 4-3
N kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2
o Jumla Ulg. Ulg. Jumla Ulg. Ulg. Jumla
Ulg. 1 Ulg. 2 h 1 2 h 1 2 h
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 1 1 0 0
3 4,4 4,4 6,6 6,6 3 3
4 7,2 7,2 18 18 5,1 5,1
5 21 21 39 39 13 13
6 47 47 81 81 24 24
7 74 74 181 181 43 43
8 106 106 257 257 56 56
9 127 127 297 297 66 66
10 121 121 285 285 48 48
11 85 85 169 169 43 43
12 82 82 193 193 53 53
13 135 0 135 345 0 345 73 0 73
14 115 0 115 221 0 221 44 0 44
15 11 0 11 14 2 16 7,2 0,5 7,7
16 8 4,4 12,4 11 1 12 4,2 0,6 4,8
17 5 20 25 8 1,8 9,8 1,2 11 12,2
18 0 43 43 0 15 15 0 31 31
19 0 78 78 0 25 25 0 82 82
20 0 142 142 0 26 26 0 74 74
21 188 188 30 30 69 69
22 178 178 30 30 72 72
23 0,8 0,8 57 57 98 98
24 132 132 36 36 138 138
25 192 192 27 27 68 68
26 22 22 26 26 9,4 9,4
27 16 16 2 2 2 2
28 18 18 0 0 0 0
29 20 20 2 2 2 2
30 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0

400 Overlapping 250

350
200
300

250
150
Jumlah

200

100
150

100
50
50

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
Axis Title

Tek 5-4 kg/cm2 Tek. 6-5 kg/cm2 Tek. 4-3 kg/cm2

Gambar 4.1.2 Grafik Overlapping


4.2. Pembahasan

Alat penyemprot (sprayer) merupakan salah satu peralatan yang sering digunakan
di dunia pertanian. Sprayer digunakan petani untuk mengaplikasikan sejumlah
tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit pada tumbuhan. Kualitas
dan kuantitas bahan aktif yang terkandung 37 dalam setiap butiran larutan
(droplet) yang melekat pada spot yang dituju menjadi tolak ukur kelayaka n
kinerja sprayer. Sprayer digunakan untuk memecah larutan kimia aktif
pemberantas hama menjadi butiran cair kecil (droplet). Sprayer merupakan alat
aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan
kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu
tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan
disemprotkan, Prinsip kerja sprayer adalah karena adanya tekanan udara yang
dihasilkan tenaga pompa, larutan dikeluarkan dari tangki.

Dalam penggunaan alat/mesin penyemprot ada pula dinamakan syarat agroteknis,


agroteknis dilakukan agar penyemprotan dapat efektif, Persyaratan agroteknis
diperlukan supaya penyemprotan dapat disesuaikan degan kebutuhan tanaman dan
luas area tanaman sehingga penyemprotan dapat dilakukan dengan efisien , dan
ada juga pengaruh dari beberapa faktor antara lain yang berasal dari sprayer itu
sendiri, yaitu lebar nozzle, bentuk nozzle, dan tekanan yang dihasilkan. Selain itu
juga dipengaruhi oleh faktor cairannya juga seperti viskositas, tegangan muka,
dan kerapatan cairan. Faktor yang ditentukan oleh cairan ini mempengaruhi
bentuk dan ukuran dari droplet cairan yang disemprotkan. Waktu yang tepat untuk
melakukan penyemprotan adlah pada pagi hari. Hal ini dikarenakan pada pagi hari
angin yang bertiup masih kecil sehingga droplet atau kabut cairan tidak aka n
terbawa angin dan jatuh ke tanaman sehingga efektifitas penyemprotannya juga
akan lebih tinggi.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dilakukan perhitungan menggunakan anova
satu arah. Pada hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jumlah rerata volume air pada
tekanan 6-5 kg/cm3 , 5-4 kg/cm3 , dan 4-3 kg/cm3 adalah 1001,4 ml, 1203,7ml, dan
570,6 ml. Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan anova satu arah dan diperoleh
fakta bahwa F hitung < F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi tekanan pada
tabung sprayer tidak memengaruhi jumlah volume yang dikeluarkan. Setelah dilakukan
perhitungan menggunakan anova satu arah, kemudian dilakukan perhitungan debit air
pada masing masing tekanan. Pada tekanan 6-5 kg/cm3 memiliki debit air sebesar
14,81141843 liter/menit, pada tekanan 5-4 kg/cm3 memiliki debit air sebesar
17,96701246 liter/menit, dan pada tekanan 4-3 kg/cm3 memiliki debit air sebesar
14,07151665 liter/menit
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

• Penggunaan sprayer harus memenuhi persyaratan agroteknis, yaitu dengan


kalibrasi. Kalibrasi dilakukan penyemprotan dapat dilakukan dengan
efektif. Kalibrasi yang dilakukan telah menghasilkan fakta bahwa rataan
volume pada ketiga tekanan adalah sama sehingga dapat disimpulkan
bahwa variasi tekanan pada tabung tidak memengaruhi jumlah volume
yang dikeluarkan.
• Pada sprayer, terdapat juga bagian-bagian yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan agroteknis. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi
masing masing. Selang digunakan untuk menghubungkan keran dengan
nozzle, tangkai nozzle digunakan sebagai pegangan, nozzle digunakan
untuk menyemprotkan cairan, indikator tekanan sebagai petunjuk besar
tekanan pada sprayer, pompa sebagai injeksi udara, tangki sebagai
penyimpan cairan, dan keran untuk membuka atau menutup aliran cairan
• Mist blower terdiri dari tanki obat, tanki bahan bakar, busi, knalpot,
engkol, standar, filter, saluran cairan, saluran udara, nozzle, d an gas.
Prinsip kerja mist blower adalah larutan keluar dari tangki akibat adanya
tekanan udara yang berasal dari tenaga pompa sentrifugal, sehingga cairan
yang disalurkan ke slang ke ujung laras penghembus sedikit lebih besar.
Lalu alat pengatur tekanan serta pipa pelimpahan menyalurkan kembali
kelebihan cairan ke dalam tangki.

5.2. Saran

Praktikum berjalan dengan baik. Terima Kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Pramuhadi, G., Asphar, & Ghulam. (2012). Studi Aplikasi Knapsack Sprayer,
Knapsack Power Sprayer, Dan Boom Sprayer Di Pt Laju Perdana Indah.
Pelembang: IPB.

Annafiyah, Anam, S., & Fatah, M. (2021). Rancang Bangun Sprayer Pestisida
Menggunakan Pompa Air DC 12 V dan Panjang Batang Penyemprot 6
Meter. Jurnal Rekayasa Mesin, 91-99.

Dharmawan, & Soekarnoe, S. (2020). Uji distribusi semprotan sprayer pestisida


dengan patternator berbasis water level director. Jurnal Teknik Lampung,
86-90.

Kardinan. (2001). Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Priyatmoko, A., Widodo, S., & Salahudin, X. (2016). Analisis Tekanan Tangki
Sprayer Dengan Tekanan Variasibesar Diameter Roda Dan Panjang Tuas
Engkol Peluncur Dengan Menggunakan Satu Pompa Pada Sprayer Semi
Otomatis. Jurnal Teknik Mesin Universitas Tida, 33-53.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

UJI DISTRIBUSI SEMPROTAN SPRAYER PESTISIDA DENGAN


PATTERNATOR BERBASIS WATER LEVEL DETECTOR

TEST OF SPRAYER DROPLET DISTRIBUTION USING WATER LEVEL


DETECTOR-BASED PATTERNATOR

Agus Dharmawan1,2, , Siswoyo Soekarno2


1
Laboratorium Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
2
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember

Komunikasi Penulis, email: agusd@unej.ac.id
DOI:http://dx.doi.org/10.23960/jtep-l.v9.i2.85-95

Naskah ini diterima pada 20 Maret 2020; revisi pada 2 Juni 2020;
disetujui untuk dipublikasikan pada 5 Juni 2020

ABSTRACT
The research aimed to examine droplet distribution using a knapsack sprayer with a water level detector-based
patternator. The tests consist of measuring spraying discharge, effective spray wide and height, droplet distribution
patterns and areas, and traveling speed. The sensor calibration showed that the system read the liquid volume in
the container with R2 = 0.99 at a linear curve: y = 2.572 + 2.502x. The spray discharge was 0.033 L/s. The optimal
spray was at 60 cm-nozzle height with effective spray wide and height were 0.64 m and 0.344, respectively. The
spray distribution pattern illustrated that nozzle height affected droplet areas. The traveling speed due to nozzle
height at 40 to 70 cm was 0.29 to 0.58 m/s, and had a line-up tendency, whereas spraying capacity was declined
1298 to 562 L/Ha.

Keywords: patternator, sprayer, spray distribution, water level detector

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji distribusi droplet sprayer pestisida tipe gendong menggunakan
paternator berbasis water level detector. Pengujian terdiri atas pengukuran debit semprotan, lebar dan tinggi
penyemprotan efektif, pola dan luas distribusi semprotan, dan kecepatan kerja penyemprotan di lapangan. Hasil
kalibrasi sensor menunjukkan bahwa perangkat dapat membaca volume semtoran pada container denga nilai
korelasi R2 = 0,99 pada kurva linier y = 2,572 + 2,502x. Debit penyemprotan sprayer menunjukkan 0,033 L/det.
Penyemprotan optimal sprayer berada pada tinggi semprot 60 cm dengan lebar penyemprotan efektif 0.64 m dan
tinggi penyemprotan efektif 0,344 m. Pola distribusi penyemprotan menunjukkan bertambahnya tinggi nosel
semprot mempengaruhi luas penyemprotan. Kecepatan kerja akibat perbedaan tinggi penyemprotan dari 40 ke
70 cm cenderung naik dengan nilai 0,29 m/s ke 0,58 m/s, sedangkan volume aplikasi penyemprotan menurun
pada nilai 1298 L/ha ke 562 L/ha.

Kata Kunci: distribusi semprotan, patternator, sprayer, water level detector

I. PENDAHULUAN
karena masif nya penggunaan pestisida oleh
Upaya meningkatkan produktivitas pertanian petani, sampai dengan tahun 2016 terdapat 3.930
menggunakan pestisida kimia dan alami jumlah pestisida dengan nama dagang yang
merupakan cara yang menurut petani paling terdaftar pada Dirjen Prasarana dan Sarana
efektif dalam mengendalikan organisme dan Pertanian Kementerian Pertanian (KEMENTAN,
penyakit tanaman (Budi, 2009). Penggunaan 2016). Pestisida yang beredar di masyarakat
pestisida dipilih oleh petani karena harganya dapat berupa cairan emulsi, butiran (granulars),
yang terjangkau, mudah pengaplikasian dan debu (dust), tepung (powder), minyak (oil), dan
dapat digunakan dalam area yang luas. Oleh fumigant (Sudarmo, 1991).

85
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)

Budidaya tanaman untuk mengendalikan sudut penyemprotan, lebar dan tinggi


organisme pengganggu tanaman (OPT) penyemprotan efektif.
umumnya menggunakan pestisida berbentuk
cair dan tepung (Guntur et al., 2016). Pemberian Penggunaan patternator konvensional (BSNI,
pestisida cair pada tanaman menggunakan alat 2008) pada pengujian penyemprotan sprayer
penyemprot (sprayer). Sprayer berfungsi untuk tidak dapat menunjukkan pola distibusi
memecah cairan atau larutan menjadi butiran- penyemprotan nossel pada luas area
butiran dan mendistribusikannya secara merata penyemprotan, sehingga digunakan grid
ke permukaan tanaman yang dilindungi patternator. Volume droplet pada grid container
(Yuwana, 2014). Penyemprotan sprayer tidak diukur secara otomatis menggunakan water
hanya dipengaruhi oleh debit penyeprotan dari level detector dengan pembacaan dari sensor
nosel, namun dari banyak faktor seperti ultrasonik. Sensor ultrasonik mendeteksi jarak
distribusi aliran/pola semprotan, arah obyek dengan cara memancarkan gelombang
penyemprotan, pengaruh udara, dan dinamika ultrasonik (Permana et al., 2015). Sinyal
droplet (Zhai et al., 2015). Pada proses kemudian dipantulkan kembali dan diterima oleh
penyemprotan sprayer dibutuhkan informasi receiver (Andayani et al., 2016). Sensor
mengenai unjuk kinerja alat semprot (sprayer) ultrasonik pada water level detector dikalibrasi
agar penyemprotan lebih efektif dan efisien saat sehingga dapat dijadikan alat pembaca volume
pengaplikasian pada tanaman. hasil penyemprotan yang tertampung pada grid
container. Tujuan penelitian ini untuk
Banyak petani masih percaya bahwa melakukan pengujian distribusi droplet
penyemprotan dengan volume dan tekanan tinggi penyemprotan sprayer yang terdiri atas
dapat memastikan tanaman terproteksi dengan pengukuran debit semprotan, lebar dan tinggi
baik (Forque et al., 2012). Pengujian kinerja penyemprotan efektif, pola dan luas distribusi
penyemprotan sprayer dilakukan untuk semprotan, dan kecepatan kerja penyemprotan.
menghindari pemborosan penggunaan pestisida. Pengujian droplet penyemprotan sprayer perlu
Penggunaan pestisida dengan volume tinggi dan dilakukan untuk mengatur jumlah dan kebutuhan
interval aplikasi penyemprotan yang pendek cairan pestisida yang akan diaplikasikan pada
berakibat pada meningkatnya biaya produksi tanaman. Kalibrasi ini juga dapat memastikan
usaha tani, meningkatkan pencemaran ketepatan penyemprotan cairan pestisida pada
lingkungan, mempercepat terjadinya resistensi tanaman (Zhai et al., 2015) sehingga dapat
OPT, dan kematian musuh-musuh alami (Budi, mengendalikan dan mengurangi residu pestisida
2009). Keberhasilan aplikasi pestisida terbuang pada lingkungan.
menggunakan sprayer diukur dengan tingkat
pengendalian hama yang secara ekonomi dapat
diterima dengan dampak terhadap lingkungan
yang kecil (Prabaningrum, 2017). Oleh sebab itu, II. BAHAN DAN METODA
pengujian sprayer harus mampu memberi
informasi debit keluaran cairan dan distribusi Perancangan patternator dan pengujian
penyemprotan (Smith et al., 1994). distribusi droplet penyemptoran pestisida (debit
semprotan, lebar dan tinggi penyemprotan
Patternator merupakan salah satu peralatan efektif, pola dan luas distribusi semprotan)
yang digunakan untuk pengujian penyemprotan dilakukan di Laboratorium Rekayasa Alat dan
sprayer. Pada prinsipnya, patternator ini Mesin Pertanian, perancangan rangkaian dan
berfungsi untuk mengalirkan air butiran halus kalibrasi water level detector dilakukan di
(droplet) dari mulut nosel ke botol-botol Laboratorium Instrumentasi Pertanian, dan
penampung (BSNI, 2008). Patternator yang pengujian lapangan (kecepatan kerja
sering digunakan untuk pengujian sprayer penyemprotan) dilakukan di lahan percobaan
adalah patternator konvensional. Patternator Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
konvensional terdiri dari alur-alur yang miring Pertanian, Universitas Jember. Kegiatan
yang mengalirkan cairan ke botol-botol penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 Oktober
penampung. Patternator ini dapat menentukan 2019 sampai 10 Desember 2019.

86
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

Peralatan yang digunakan dalam perancangan b. Patternator konvensional


patternator antara lain las listrik, gerinda potong, Patternator konvensional berfungsi dalam
ragum, palu, mistar baja, spidol, jangka sorong, pengujian sudut penyemprotan, lebar
tang, cutter, dan cutter akrilik. Sedangkan bahan penyemprotan efektif dan tinggi penyemprotan
habis pakai yang digunakan terdiri atas pipa besi efektif. Patternator ini terbuat dari atap fiber
kotak dan besi siku (40 × 40 × 2 mm), mata gelombang transparan berukuran 2 × 1,68 m.
gerinda potong, elektroda las, atap fiber Droplet cairan pada ketinggian (yang sudah
gelombang transparan, mika akrilik (tebal 2 ditetapkan) disemprotkan pada patternator
mm), lem G, dan lem kaca silikon. Peralatan dan yang terdapat 21 alur aliran air. Akibat
bahan yang digunakan pada perancangan water kemiringan 20 o cairan mengalir turun dan
level detector antara lain sensor HC-SR04, IC tertampung pada botol penampung berukuran
regulator, Board Arduino, baterai 9V, LCD 16 × 2, 54 × 50 × 120 mm.
kawat timah (solder), konektor male-to-female,
dan Avometer. Peralatan pengujian c. Grid Patternator
penyemprotan sprayer terdiri atas satu unit Grid Patternator digunakan dalam pengujian
sprayer gendong semi otomatis (knapsack pola distribusi dan luas permukaan
sprayer) dengan nosel empat lubang, gelas ukur penyemprotan sprayer. Patternator ini terbuat
5 mL, 50 mL, 100 mL dan 1000 mL, stopwatch, dari mika akrilik transparan dengan ketebalan 2
dan rollmeter. Sedangkan cairan yang digunakan mm. Pada grid patternator, droplet cairan yang
pada penelitian ini adalah air bertemperatur 25,5 tersemprot tertampung pada grid container. Grid
0
C (densitas, ρ = 996,9 kg/m3; viskositas, µ = container berjumlah 1024 dan berukuran 50 ×
0,882 × 10 –3 kg/m.s; (Cengel dan Cimbala, 50 × 60 mm.
2014)).
2.2. Perancangan water level detector
2.1. Perancangan patternator Perangkat yang diterapkan untuk pengukuran
Perancangan patternator, Gambar 1, terdiri atas volume cairan yang tertampung pada grid
tiga komponen utama: dilakukan secara otomatis menggunakan sensor
ultasonik. Sistem pengukuran yang telah dibuat,
a. Kerangkan utama Gambar 2, berupa perangkat keras yang terdiri
Kerangka utama berfungsi sebagai penopang 2 dari LCD 6 × 2, ArduinoUNO, dan sensor
(dua) jenis patternator, yaitu patternator ultrasonik. Sensor ultrasonik mendeteksi jarak
konvensional (bagian atas) dan grid patternator permukaan air dengan sensor. Sensor ultrasonik
(bagian bawah), serta tempat berdirinya digunakan untuk mendeteksi kedalaman 0 – 100
penyangga nosel semprot. Penyangga nosel mm. Kemudian data hasil pembacaan diolah oleh
dilengkapi lubang pengait dan skala sebagai Arduino UNO dan ditampilkan pada LCD 16×2
pengatur ketinggian penyemprotan terhadap dalam bentuk panjang dengan satuan milimeter.
permukaan patternator. Rangkaian Arduino juga telah dilengkapi dengan
IC regulator dan Power Supply.

Gambar 1. Desain Konstruksi Patternator

87
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)

Gambar 2. Rangkaian Elektronika Water Level Detector

2.3. Kalibrasi water level detector penyemprotan sprayer adalah 10 detik.


Sensor pendeteksi ketinggian muka air Pengujian dilakukan pada tekanan 300 ± 20 kPa
merupakan komponen yang digunakan untuk atau 3 ± 0,2 bar (BSNI, 2008). Volume yang keluar
pembacaan volume cairan hasil semprotan yang dari nosel ditampung dan diukur menggunakan
tertampung pada grid container. Volume cairan gelas ukur.
semprot dihitung dari pengukuran tinggi cairan
dan perhitungan penampang wadah (Zhai et al., b. Sudut penyemprotan, lebar dan tinggi
2015). Dalam proses kalibrasi ini, volume air penyemprotan efektif
yang akan dibaca pada grid container dihitung Pengukuran parameter sudut penyemprotan,
penampang grid container dan tinggi muka air. lebar dan tinggi peyemprotan efektif mengacu
Luas penampang grid container (50 × 50 mm) pada SNI 4513.2008 tentang unjuk kerja dan
menjadi konstanta tetap sedangkan tinggi muka metode uji penyemprotan sprayer. Pengujian
air berubah-ubah dan meningkat/bertambah dilakukan pada ketinggian nosel 40, 50, 60, dan
secara bertahap dan terukur. Air pembacaan 70 cm. Sudut penyemprotan (Gambar 3)
kemudian dicatat dan ditabulasi volumenya, merupakan besar sudut butiran halus yang
selanjutnya dibaca oleh sensor ultrasonik HC- dibentuk oleh nosel pada tekanan semprot
SR04. optimum. Lebar penyemprotan efektif (LPE)
merupakan besar jarak horisontal butiran halus
Dari volume air yang terbaca oleh gelas ukur dan yang dibentuk oleh nosel dimana distribusi
sensor ultrasonik, kedua data tersebut kemudian volume cairan semprotnya paling seragam, atau
dibentuk grafik scatter plot. Volume air pada gelas koefisien variasi distribusi volume cairan
ukur sebagai variabel Y dan tinggi muka air yang semprotnya minimum, yang disetel pada tekanan
terbaca pada sensor ultrasonic sebagai variabel semprot optimum (BSNI, 2008).
X, lalu dibuat persamaan regresi linear.
Persamaan tersebut selanjutnya digunakan Pengukuran volume air yang tertampung wadah
untuk menentukan volume aktual air yang (grid container) hasil semprotan pada alur
tertampung pada grid dengan mengkonversi patternator konvensional menggunakan water
tinggi muka air hasil pembacaan sensor level detector. Pengukuran lebar penyemprotan
ultrasonik. menggunakan meteran dengan melihat panjang
alur patternator konvensional yang mengalirkan
2.4. Uji droplet penyemprotan sprayer air keluaran droplet. Data lebar penyemprotan
a. Debit penyemprotan juga digunakan untuk membentuk grafik
Debit penyemprotan (Q, liter/det) diperoleh tumpang tindih.
dengan mengukur volume semprotan (V, liter)
yang keluar dari nosel per satuan waktu (t, detik) Grafik tumpang tindih terdiri dari grafik murni
pada tekanan optimum dan dinyatakan dalam yang didapatkan dari data penyemprotan
satuan liter/menit (BSNI, 2008). Interval waktu langsung dan grafik overlapping yang

88
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

Gambar 3. Sudut Penyemprotan, Lebar dan Tinggi Penyemprotan Efektif

merupakan pergeseran dari grafik murni ke arah track lahan percobaan dengan panjang lintasan
kanan dan kiri sehingga terjadi perpotongan dari 10 meter diterapkan untuk pengukuran ini.
grafik-grafik tersebut. Grafik tumpang tindih ini Waktu tempuh diukur menggunakan stopwatch
digunakan untuk merekomendasikan lalu nilai dirata-rata. Kecepatan kerja dihitung
penggunaan nosel yang lebih dari satu dengan menggunakan Persamaan 2.
hasil penyemprotan berimbang. Batas volume s
keluaran sprayer optimal diperoleh dari v (2)
t
penjumlahan volume cairan yang masuk dalam
Dimana: v adalah kecepatan kerja (m/det), s
kurva overlapping.
adalah jarak lintasan kerja (meter), dan t adalah
waktu tempuh (detik).
Selain itu, nilai sudut penyemprotan dan lebar
penyemprotan efektif digunakan untuk e. Volume aplikasi penyemprotan
penentuan tinggi penyemprotan efektif. Tinggi Volume aplikasi alat semprot dihitung
penyemprotan efektif (TPE) merupakan besar menggunakan Persamaan 3.
jarak vertikal butiran halus yang dibentuk oleh Q
nosel, yang diukur dari mulut nosel ke bidang V (3)
horisontal pada saat terbentuk lebar L*v
penyemprotan efektif (BSNI, 2008). Untuk dimana: V adalah volume aplikasi alat semprotan
menentukan tinggi penyemprotan efektif dapat (L/Ha), Q adalah debit penyemprotan (L/det), L
menggunakan Persamaan 1. adalah lebar penyemprotan teoritik (m), dan v
 1  adalah kecepatan kerja penyemprotan (m/det).
 * L PE 
TPE   2  (1)
 1  III. HASIL DAN PEMBAHASAN
 tan 2 *   
  
3.1. Kalibrasi Water Level Detector
c. Pengujian pola distribusi penyemprotan
Untuk mengetahui tingkat akurasi dari sensor
sprayer
ultrasonik, kalibrasi sensor HC-SR04 dilakukan
Pengujian dilakukan dengan ketinggian nosel 40,
dengan pembacaan volume air (V obs) sesuai
50, 60 dan 70 cm pada Grid Patternator. Droplet
dengan tinggi air aktual (Hact). Persamaan linear
yang jatuh dan tertampung pada tiap grid dihitung
hasil kalibrasi (Gambar 4) digunakan sebagai
volumenya kemudian ditabulasi pada tabel kerja.
acuan dalam pembacaan volume air pada grid
container pada pengujian penyemprotan
d. Kecepatan kerja penyemprotan
menggunakan patternator konvensional.
Perhitungan kecepatan kerja dilakukan dengan
Gambar 4 menunjukkan nilai korelasi R2 = 0,9971
mencatat jarak/panjang dan waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja pada kurva linier: y  2,5721  2,5018 x ,
ketika sprayer diaplikasikan di lapangan. Tiga dengan x adalah pembacaan tinggi muka cairan

89
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)

(mm) dan y adalah volume cairan dalam wadah pada zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan
(mL). Dari persamaan tersebut, apabila oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama besar.
pembacaan tinggi muka cairan berada kurang Tekanan yang sama besar dan melewati
dari 0,98 mm maka volume (y) akan bernilai penampang (pipa) dengan diameter yang sama
negatif. Pada kondisi ini volume cairan aktual menyebabkan laju aliran yang mengalir sama
tidak lebih dari 0,019 mL atau dengan kata lain besar sehingga volume cairan yang keluar pada
pembacaan sensor sangat rendah sehingga nosel memiliki nilai yang hampir sama (Yuwana,
ditetapkan pada nilai 0 mm. 2014). Debit dipengaruhi oleh kecepatan aliran
air, semakin besar kecepatan aliran air maka debit
3.2. Debit Penyemprotan yang dihasilkan semakin besar, dan begitu juga
Hasil pengukuran debit penyemprotan sprayer sebaliknya (Muhlizah, 2018).
tipe gendong disajikan pada Tabel 1. Debit
penyemprotan yang dihasilkan berada pada nilai 3.3. Lebar dan Tinggi Penyemprotan Efektif
0,033 L/det. Faktor yang mempengaruhi debit Lebar penyemprotan teoritik (Gambar 5)
penyemprotan adalah pengaruh nosel dan merupakan lebar maksimum yang dapat
tekanan. Jenis nosel mempengaruhi besar dijangkau nosel untuk melakukan
droplet yang keluar. Pada penyemprotan sprayer penyemprotan pada tekanan optimum sprayer.
pestisida, pengkabutan (atomizing) cairan Penyemprotan pada ketinggian nosel 40, 50, 60,
merupakan cara paling efektif untuk dan 70 cm dilakukan di atas patternator
mendistribusikan pestisida pada permukaan konvensional. Penyemprotan ini dilakukan pada
tanaman. Faktor lain adalah tekanan semprot. selang waktu 30 detik. Akibat kemiringan 200,
Perbedaan tekanan tersebut mengakibatkan air semprotan yang mengenai patternator akan
adanya perbedaan debit, panjang penyemprotan mengalir ke bawah dan tertampung pada wadah
dan luas penyemprotan (Rahman dan Yamin, penampung kemudian diukur volume yang
2014). Semakin besar tekanan yang diberikan tertampung di tiap alur. Lebar penyemprotan
pada pemompaan berpengaruh terhadap teoritik diperoleh dari mengukur panjang alur-
terhadap besar cairan yang disemprotkan. Pada alur yang mengalirkan air atau tempat
keadaan ini berlaku hukum Pascal yang penampung yang terisi oleh cairan.
menyatakan bahwa tekanan yang diberikan

Gambar 4. Kalibrasi Sensor Ultrasonik HC-SR04 untuk Pembacaan Volume Cairan

Tabel 1. Debit Penyemprotan Sprayer


Waktu Volume (mL) Rata-rata Debit
(detik) 1 2 3 Volume (L) (L/det)
10 340 325 332 332 0,033

90
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

Lebar penyemprotan efektif diperoleh dari Perhitungan tinggi penyemprotan efektif dari
sebaran air yang paling seragam (Yuwana, perlakuan tinggi penyemprotan ditunjukkan
2014). Lebar penyemprotan efektif pada Tabel 2. Dari perhitungan diperoleh bahwa
digambarkan pada grafik tumpang tindih semakin tinggi penyemprotan maka tinggi
(overlapping) sehingga terjadi perpotongan penyemprotan efektif yang diperoleh semakin
antara grafik. Penentuan lebar penyemprotan besar. Pada penyemprotan sprayer pestisida di
efektif dapat diperoleh dari koefisien variasi lapangan, tinggi penyemprotan sprayer
(CV). Lebar penyemprotan efektif dipilih dari disesuaikan dengan kondisi tanaman. Semakin
lebar dengan CV yang minimum (paling merata) dekat jarak nosel pada tanaman maka pemberian
(Yuwana, 2014). Lebar penyemprotan efektif cairan pestisida pada permukaan tanaman akan
disajikan pada Gambar 6 dimana masing-masing semakin banyak, dan sebaliknya. Selain itu,
tinggi penyemprotan 40, 50, 60 dan 70 cm semakin tinggi penyemprotan sprayer maka
memiliki lebar penyemprotan efektif 0,48, 0,56, droplet mudah terusik oleh pergerakan udara.
0,64, dan 0,56 m. Pemberian pestisida berlebih berdampak buruk
bagi kesehatan manusia, lingkungan dan
Dari Gambar 6 juga diperoleh bahwa tinggi menyebabkan resistensi hama (Wilis, 2013).
penyemprotan mempengaruhi lebar
penyemprotan efektif. Tinggi penyemprotan 60 3.4. Pola dan Luas Distribusi Penyemprotan
cm menghasilkan lebar penyemprotan efektif Hasil penentukan pola distribusi semprot
paling besar 0,64 m. Sedangkan pada ketinggian disajikan pada Gambar 7 dan diketahui bahwa
70 cm menunjukkan penurunan lebar vasiasi ketinggian semprot mempengaruhi lebar
penyemprotan efektif 0,56 m. Semakin tinggi variasi dan luas permukaan yang terkena droplet.
nosel, distribusi penyemprotan nosel sangat Semakin tinggi penyemprotan maka semakin
sensitif dan mudah terusik oleh pergerakan luas permukaan yang terkena droplet dan
udara. Efisiensi penyemprotan nosel diperolah sebaliknya. Jumlah grid yang terkena semprot
berturut pada ketinggian semprot 40, 50, 60, dan dari variasi ketinggian semprot 40, 50, 60, dan
70 cm masing-masing 54,55%, 53,85%, 57,14%, 70 cm masing-masing adalah 124, 198, 217, dan
dan 53,85%.

Gambar 5. Lebar Penyemprotan Sprayer pada Tinggi Semprotan: (a) 40 cm, (b) 50 cm, (c) 60 cm,
dan (d) 70 cm

91
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)

Tabel 2. Pengaruh Tinggi Nosel Terhadap Tinggi Penyemprotan Efektif


Ketinggian Sudut Lebar Teoritik Lebar Efektif Efisiensi Tinggi Efektif
(H, cm) Semprot (α 0) (LPT, m) (LPE, m) (%) (TPE, m)
40 95,46 0,88 0,48 54,55 0,218
50 95,25 1,04 0,56 53,85 0,255
60 85,90 1,12 0,64 57,14 0,344
70 57,39 1,04 0,56 53,85 0,512

Gambar 6. Kurva Overlapping pada Tinggi Semprotan: (a) 40 cm, (b) 50 cm, (c) 60 cm, dan (d) 70
cm

Gambar 7. Pola Distribusi Penyemprotan Sprayer pada Ketinggian: (a) 40 cm, (b) 50 cm, (c) 60
cm, dan (d) 70 cm

247 dengan luas permukaan yang terkena Gambar 8. Dari pengukuran yang dilakukan, tren
semprot masing-masing 0,335, 0,535, 0,587, dan kecepatan kerja yang menunjukkan berangsur
0,668 m2. naik sepanjang bertambahnya ketinggian
semprot. Pada ketinggian semprot 40 cm
3.5. Kecepatan Kerja Penyemprotan diperoleh kecepatan kerja 0,29 m/s, sedangkan
Hasil pengukuran kecepatan kerja dari keempat pada ketinggian semprot 70 cm menghasilkan
perlakuan ketinggian semprot disajikan pada kecepatan kerja 0,57 m/s. Ketinggian semprot

92
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

Gambar 8. Kecepatan Kerja Penyemprotan pada Variasi Tinggi Semprotan

Gambar 9. Volume Aplikasi Penyemprotan pada Variasi Tinggi Semprotan

mempengaruhi luas area tanaman yang terkena pada volume cairan yang disemprotkan.
semprotan cairan. Pengaruh ketinggian semprot mempengaruhi
lebar penyemprotan. Ketinggian 70 cm
3.6. Volume Aplikasi Penyemprotan menghasilkan semprotan lebih lebar sehingga
Perhitungan volume aplikasi penyemprotan permukaan tanaman lebih luas terkena
digunakan untuk menentukan jumlah cairan semprotan dan membuat nilai kecepatan kerja
yang dibutuhkan untuk melakukan juga besar. Berbeda pada penyemprotan dengan
penyemprotan cairan pestisida pada luasan ketinggian 40 cm yang menghasilkan lebar
tertentu. Hasil perhitungan volume aplikasi penyemprotan pendek sehingga kecepatan jalan
penyemprotan disajikan pada Gambar 9. melambat agar permukaan tanaman kerkena
cairan. Sedangkan faktor tekanan berpengaruh
Perlakukan ketinggian semprot pada terhadap volume semprotan cairan. Sangat
penyemprotan cairan pestisida cenderung disarankan pada pengaplikasian sprayer di
memiliki trend menurun. Jumlah aplikasi lapangan dilakukan dengan tekanan konstan.
penyemprotan cairan menggunakan sprayer di
lapangan bergantung dari kecepatan operator,
jumlah nosel yang digunakan, lebar semprot, dan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tekanan yang dipakai (Daywin et al., 1992). Pada
penelitian yang dilakukan, sangat penting untuk 4.1. Kesimpulan
menjaga kecepatan jalan/kerja yang konstan. Hasil kalibrasi sensor ultasonik menunjukkan
Perubahan kecepatan lebih lambat berakibat bahwa perangkat dapat membaca volume hasil

93
Uji distribusi semprotan sprayer.... (Dharmawan, dkk)

penyemprotan pada grid dengan nilai korelasi Forth Edition. New York: McGraw-Hill
R 2 = 0,99 pada kurva linier dengan Education.
persamaan y  2,5721  2,5018 x . Pengujian
Daywin, F. J., Sitompul, R. G., dan Imam, H. 1992.
sprayer menunjukkan debit penyemprotan 0,033
Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor:
L/det. Penyemprotan optimal sprayer berada
JICA-DGHE/IPBProject.
pada tinggi semprot 60 cm dengan lebar
penyemprotan efektif 0,64 m dan tinggi
Forque, D., Pieters, J. G., dan Nuyytens, D. 2012.
penyemprotan efektif 0,344 m. Pola distribusi
No Title. Spray deposition and distribution
penyemprotan yang diukur menggunakan grid
in a bay laurel crop as affected by nozzle
patternator menunjukkan bertambahnya tinggi
type, air assistance and spray direction
semprot mempengaruhi luas penyemprotan.
when using vertical spray booms. Crop
Kecepatan kerja akibat perbedaan tinggi
Protections, 41, 77–87.
penyemprotan dari 40 ke 70 cm cenderung naik
akibat penyemprotan yang dihasilkan lebar
Guntur, A. P., Igbal, dan Sapsal, A. 2016. Uji Kinerja
dengan nilai kecepatan 0,29 m/s dan 0,58 m/s,
Knapsack Sprayer Tipe Pb 16
sedangkan volume aplikasi penyemprotan
Menggunakan Hollow Cone Nozzle dan
menurun pada nilai 1298 L/ha ke 562 L/ha.
Solid Cone Nozzle. Jurnal AgriTechno, 9(2),
107–113.
4.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
KEMENTAN. 2016. Statistik Sarana dan
menggunakan berbagai macam tipe sprayer,
Prasarana Pertanian Tahun 2011-2015.
variasi tipe nosel yang digunakan, variasi
Jakarta: Direktorat Jenderal Prasarana dan
tekanan semprot, dan menggunakan nosel yang
Sarana Pertanian Kementerian Pertanian
lebih dari satu. Selain itu, penelitian lanjutan
RI.
diharapkan dapat diaplikasikan pada tanaman
pertanian yang berbeda, karena pemberian
Muhlizah, M. W. 2018. Kinerja Knapsack Power
jumlah cairan pestisida berbeda-beda tergantung
Sprayer dan Mist Blower pada
jenis tanaman.
Pengendalian Gulma Lahan Kering
Menggunakan Mobile Sprayer Machine.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Andayani, M., Indrasari, W., dan Iswanto, B. H. Permana, A., Triyanto, D., dan Rismawan, T. 2015.
2016. Kalibrasi Sensor Ultrasonik HC-SR04 Rancang Bangun Sistem Monitoring Volume
sebagai Sensor Pendeteksi Jarak pada dan Pengisian Air Menggunakan Sensor
Prototipe Sistem Peringatan Dini Bencana Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler AVR
Banjir. Prosiding Seminar Nasional Fisika, ATMega8. Jurnal Coding, 3(2), 76–87.
5, 43–46.
Prabaningrum, L. 2017. Pengaruh Arah
BSNI. 2008. SNI 4513. 2008: Alat Pemeliharaan Pergerakan Nozzle dalam Penyemprotan
Tanaman – Sprayer Gendong Semi Otomatis PestisidaTerhadap Liputan dan Distribusi
- Unjuk Kerja dan Metode Uji. Jakarta: Badan Butiran Semprot dan Efikasi Pestisida pada
Standarisasi Nasional. Tanaman Kentang. Jurnal Hortikulture,
27(1), 113–126.
Budi, G. P. 2009. Beberapa Aspek Perbaikan
Penyemprotan Pestisida untuk Rahman, M. N., dan Yamin, M. 2014. Modifikasi
Mengendalikan Organisme Pengganggu Nosel pada Sistem Penyemprotan untuk
Tanaman. Agritech, 11(2), 69–80. Pengendalian Gulma Menggunakan Sprayer
Gendong Elektrik. Jurnal Keteknikan
Cengel, Y. A., dan Cimbala, J. M. 2018. Fluid Pertanian, 2(1), 39–46.
Mechanics: Fundamentals and Applications,

94
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 85-95
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

Smith, D. W., Sims, B. G., dan O’Niell, D. H. 1994. Yuwana, N. A. 2014. Desain dan Kontruksi Grid
Testing and Evaluation of Agricultural Patternator untuk Pengujian Kinerja
Machinery and Equipment: Principles and Penyemprotan Sprayer. Skripsi. Bogor:
Practices. Rome: Food and Agriculture Institut Pertanian Bogor.
Organization, United Nations.
Zhai, C., Zhao, C., Wang, X., Wang, N., Zou, W., dan
Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Yogyakarta: Kanisius. Li, W. 2015. Two-Dimensional Automatic
Measurement for Nozzel Flow Distribution
Wilis, R. 2013. Peningkatan Penerapan Geografi using Improved Ultrasonic Sensor. Sensors,
Pertanian dengan Pembuatan Pestisida 15, 26353 – 26367.
Nabati untuk Tanaman Kakao (Theobroma
cacao L.) di Kenagarian Kaum Kabupaten
Tanah Data. Jurnal Geografi, 2(2), 112–126.

95

Anda mungkin juga menyukai