Anda di halaman 1dari 17

MANAGEMEN KEBIDANAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

DAN

REFLEKTIF PRACTICE

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK II

TRISILIA BAKUE (1221003)

FEBRIANI BAKUE (1221004)

SINDIANI MULYATI (1221006)

AGUSTINA OVIANTY SAH NIDA (1221008)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“MANAGEMEN KEBIDANAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN DAN REFLEKTIF
PRACTICE”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat selesai berkat dukungan, arahan dan bantuan
dari berbagai pihak. Perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan serta
ucapan terima kasih dengan ketulusan hati kepada yang terhormat

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan, oleh karena itu masukan baik berupa kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 8 Januari 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
2.1 Konsep Dan Prinsip Manajemen Secara Umum ...................................... 2
2.1 Proses Manajemen Menurut Helen Vaney (1997)..................................... 3
2.3 Aplikasi Manajemen Kebidanan VARNEY ............................................... 4
2.4 Manajemen Kebidanan SOAP....................................................................... 4
2.5 Implementasi Manajemen Kebidanan ........................................................ 5
2.6 Pengertian Reflektif Practice......................................................................... 6
2.7 Model Reflektif Practice..................................................................................... 7
2.2.1 Model Gibbs (1998)............................................................................. 7
2.2.2 Model Schon (1991)............................................................................. 8
2.2.3 Model Kolb (1984)............................................................................... 8
2.2.4 Model Bass et. Al. 2017)...................................................................... 9
2.8 Reflektif dalam Regulasi Kebidanan............................................................ 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan atau health provider harus dapat
melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan
berperan sebagai seorang manajer yaitu mengelola atau memenuhi segala sesuatu tentang kliennya
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan diperlukan
pemahaman mengenai dasar-dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian
penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Konsep Dan Prinsip Manajemen Secara Umum ?
b. Apa Saja Proses Manajemen Menurut Helen Vaney (1997) ?
c. Bagaimana Aplikasi Manajemen Kebidanan VARNEY ?
d. Apa Saja Manajemen Kebidanan SOAP ?
e. Apa saja Implementasi Manajemen Kebidanan ?
f. Apa yang dimaksud dengan Reflektif Practice ?
g. Apa Saja Model Reflektif Practice ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dan Prinsip Manajemen Secara Umum


A. Konsep dasar manajemen
Akar atau dasar dari manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum titik
dengan mempelajari teori manajemen maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika
mendapat kedudukan sebagai seorang pemimpin, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan
yang baik pula ketika menjadi bawahan dalam suatu sistem organisasi kebidanan. Untuk itu
kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum,
teori-teori manajemen, fungsi-fungsi manajemen dan bahkan management skill.
B. Prinsip manajemen
Prinsip manajemen secara umum terdiri dari:
1. Pembagian Kerja (Division Of Work).
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga
pelaksanaan kerja berjalan efektif. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan
emosional subjektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.
2. Disiplin.
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan
dengan semestinya maka disiplin akan hilang.
3. Kesatuan Perintah Atau Unity Of Command.
Dalam melaksanakan pekerjaan karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan
perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat berjalan dengan baik.
4. Kesatuan Pengarahan Atau Unity Of Direction.
Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan
tergantung pula terhadap kesatuan perintah titik dalam melaksanakan dalam pelaksanaan
kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan.
5. Mengutamakan Kepentingan Organisasi Di Atas Kepentingan Sendiri.
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi.
Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan
dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
6. Penggajian Pegawai.
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya
kelancaran dalam bekerja. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan
kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan berkompetisi berkompetisi untuk
membuat prestasi yang lebih besar.
7. Pemusatan.
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu
kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak pada orang yang memegang wewenang
tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas
perintahan wewenang atau delegation of authority.
8. Hierarki atau Tingkatan.
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Hierarki diukur dari
wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya bebertanggung jawab
siapa ia kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
9. Ketertiban atau Order.
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada
dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Oleh karena
itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
10. Keadilan Dan Kejujuran Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Tujuan Yang
Telah Ditentukan.
Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki
wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan
wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada
bawahannya.
11. Stabilitas Kondisi .
Dalam setiap kegiatan kestabilan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan
berjalan dengan lancar. Kestabilan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan
adanya ketertiban dalam kegiatan.
12. Prakarsa ( Initiative )
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa
(inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh
penghargaan. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang
hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
13. Semangat Kesatuan Dan Semangat Korps.
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan
sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan
manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de
corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.

2.2 Proses Manajemen Menurut Helen Varney (1997)


Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American
college of nursing and midwifery (ACNM) terdiri dari:
a. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah
dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
bertanggung jawab terhadap.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual.
g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi
dan merujuk lain untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila
ada penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
2.3 Aplikasi Manajemen Kebidanan VARNEY
Langkah-langkah:
1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan.
2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

2.4 Manajemen Kebidanan SOAP


A. Data subjektif
1. Biodata mencakup identitas klien:
a) nama klien
b) umur klien
c) alamat klien
d) pekerjaan klien
e) agama klien
f) pendidikan klien
2. Riwayat menstruasi
3. Riwayat perkawinan
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
5. Riwayat ginekologi
6. Riwayat keluarga
7. Riwayat kehamilan sekarang
8. Gambaran penyakit yang
9. Riwayat penyakit
10. Keadaan sosial budaya
B. Data objektif
Data objektif dikumpulkan melalui:
a) pemeriksaan fisik.
b) pemeriksaan khusus.
c) pemeriksaan penunjang.
C. Diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu:
a. Keadaan pasien/klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya).
b. Masalah utama dan penyebabnya.
c. Masalah potensial.
d. Prognosis.
Contoh diagnosis:
Ibu dengan G (gravida) 1,P (Partus) 0.A (Abortus)0, kehamilan 36 Minggu, puki (letak
punggung janin kiri), preskep (presentasi kepala),DJJ(denyut jantung janin) positif (+), tidak
percaya diri kemungkinan disebabkan oleh kurang pengertian tentang kehamilan. Masalah
potensial kemungkinan terjadi partus lama. Prognosa ke arah baik.
D. Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus
dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan
dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasinya.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan perbaikan yang diharapkan titik
misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan
dengan baik.

2.5 Implementasi Manajemen Kebidanan


A. Indentifikasi dan Analisis Masalah
Bila seorang pasien atau klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal
dari kegiatan yang di lakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis
masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data.
B. Diagnosis lokasi saat ini dalam diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu:
a. Keadaan pasien atau klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan
bayinya)
b. Masalah utama dan penyebabnya
c. Masalah potensial
d. Prognosis
C. Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan bidan menyusun rencana tindakan yang harus
dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan
dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasinya.
D. Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti atau dilakukan.
Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur:
a. Ibu mengedan sewaktu his menguat.
b. Menekan dinding perineum agar tidak robek.
c. Mempermudah gerak rotasi kepala bayi.
d. Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna.
E. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam rencana
kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang
dilakukan. Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan di
dalam kriteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapkan.

2.6 Pengertian Reflektif Practice


Reflective Practice adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan sehingga untuk
terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang menurut pencetus istilah, adalah
salah satu karakteristik mendefinisikan praktek profesional. Refleksi juga dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi
sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum
tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93). Istilah refleksi
di sini dipahami dalam pengertian khas, yaitu suatu upaya menyimak dengan penuh perhatian
terhadap bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan untuk
mengerti pentingnya pemahaman mendalam sampai pada makna dan konsekuensinya.
2.7 Model Reflective Practice
2.2.1 Model Gibbs (1998)

1. Deskripsi pengalaman
Jelaskan dengan detail pengalaman yang akan direfleksikan termasuk: di mana anda saat
kejadian, siapa lagi yang terlibat atau ada disitu, mengapa anda disitu, apa yang anda lakukan,
apa yang orang lain lakukan, dalam konteks apa pengalaman tersebut terjadi apa yang terjadi,
apa peranan anda dalam pengalaman ini dan apa peranan orang lain yang ada di situ, apa hasil
dari pengalaman itu?
2. Perasaan dan pikiran
Identifikasi dan telaah reaksi, perasaan dan pikiran yang muncul dan Anda rasakan saat
kejadian.
3. Evaluasi
Cobalah untuk mengevaluasi atau membuat penilaian tentang apa yang telah terjadi.
Pertimbangkan hal apa yang baik dan yang buruk dari pengalaman tersebut.
4. Analisis
Dalam bagian ini Anda diharapkan untuk benar-benar menelaah dan memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam situasi atau pengalaman yang direfleksikan dan
mengeksplorasi berbagai cara untuk memperbaiki nya atau mengembangkannya agar lebih
baik lagi.
5. Kesimpulan
Perbedaan tahap ini dengan tahap evaluasi adalah pada tahap ini anda telah melihat
kejadian ini dari berbagai sudut pandang dan seharusnya telah memiliki banyak informasi
untuk mendukung penilaian anda titik pada tahap ini pula, anda sudah memiliki wawasan
mengenai kontribusi tindakan/perilaku anda dan orang lain terhadap akibat yang ditimbulkan
dari suatu kejadian.
6. Rencana tindak lanjut
Pada tahap ini anda harus memikirkan apa yang akan anda lakukan apabila menghadapi
kejadian serupa di masa mendatang. Apakah anda akan melakukan hal yang berbeda ataukah
anda akan melakukan hal yang sama. Pada tahap ini, siklus refleksi secara tentatif berakhir,
akan tetapi jika kejadian serupa dialami kembali maka pembelajar akan kembali memasuki
siklus refleksi berikutnya.

2.2.2 Model Schon (1991)


a.) Refleksi dalam tindakan
Merefleksikan saat sesuatu terjadi :
 Mempertimbangkan situasi
 Memutuskan bagaimana bertindak
 Bertindak segera
b.) Refleksi tindakan
 Merefleksikan setelah sesuatu terjadi
 Memikirkan kembali situasi
 Pikirkan tentang apa yang perlu diubah untuk masa depan Refleksi tindakan
2.2.3 Model Kolb (1984)

1. Tahap pengamalan langsung (Concrete Experience). Merupakan tahap paling awal, yakni


seseorang mengalami sesuatu peristiwa sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan
menceritakan kembali peristiwa itu). Dalam tahap ini seseorang belum memiliki kesadaran
tentang hakikat peristiwa tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu
terjadi.
2. Tahap Pengalaman Aktif dan Reflektif (Reflection Observation).
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban,
melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi,
dan mengapa terjadi.
3. Tahap Konseptualisasi (Abstract Conseptualization) Pada tahap ini seseorang sudah
berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang
sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian.
4. Tahap Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation) Pada tahap ini sudah ada upaya
melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam
situasi nyata.
2.2.4 Model Bass et. Al. 2017)
 Dua tahap pertama Termasuk kebutuhan pendidikan dan analisis konseptual dengan
tinjauan integratif literatur. Ini diirancang dan pengembangan model struktur refleksi
holistik untuk penggunaan kebidanan – model bass (Bass et al, 2017).
 
 Tahap ketiga, refleksi holistik dengan menggunakan studi kolaborasi cross sectional yang
melibatkan mahasiswa kebidanan yang terdaftar dalam program kebidanan pra-pendaftaran
di dua universitas (Bass et al, 2019; Sweet, Bass et al, 2018). Temuan dari penelitian ini
memberi tahu pengembangan sumber daya pendidikan untuk siswa bidan untuk
mendukung pengembangan kapasitas reflektif dan alat untuk menilai keterampilan menulis
reflektif.

 Tahap keempat, mengeksplorasi kebutuhan pendidikan fasilitator yang mendukung


pengembangan kapasitas reflektif pada siswa bidan. Ini memberi tahu perkembangan
toolkit praktik reflektif untuk pendidik. 
 Tahap kelima, di saat ini sedang dalam proses dan melibatkan pengembangan inventaris
reflektif yang divalidasi untuk digunakan oleh mahasiswa dan pendidik untuk menilai
perkembangan kapasitas reflektif holistik. Fase akhir akan mencakup evaluasi efektivitas
model bass dalam mempromosikan pengembangan kapasitas reflektif holistik pada siswa
bidan.

2.8 Reflektif dalam Regulasi Kebidanan


A. Penerapan Model Asuhan/pelayanan Kebidanan Di Indonesia
Penerapan model asuhan kebidanan di Indonesia sebagai berikut:
1. Perbaikan status gizi ibu dan bayi.
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan.
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan.
4. Menurunnya angka kematian neonatus.
5. Cakupan penanganan resiko tinggi, misalnya preeklamsi, pendarahan, asfiksia dan lain-
lain.
6. Meningkatnya cakupan pemeriksaan atenatal.
B. Keadilan pelayanan
C. Karakteristik petugas kesehatan
D. Dimensi kepuasan pasien.
E. Pelayanan kebidanan yang bermutu:
1. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
2. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
3. Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
4. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
5. Ketercapaian pelayanan kebidanan (accessible)
6. Keterjangkaunan pelayanan kebidanan (affordable)
7. Efisien pelayanan kebidanan (efficient)
8. Mutu pelayanan kebidanan (quality).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akar atau dasar dari manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum titik
dengan mempelajari teori manajemen maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika
mendapat kedudukan sebagai seorang pemimpin, dan sebaliknya dapat melakukan
pekerjaan yang baik pula ketika menjadi bawahan dalam suatu sistem organisasi
kebidanan. Prinsip manajemen secara umum terdiri dari Pembagian Kerja (Division Of
Work), Disiplin., Kesatuan Perintah Atau Unity Of Command., Kesatuan Pengarahan Atau
Unity Of Direction., Mengutamakan Kepentingan Organisasi Di Atas Kepentingan
Sendiri., Penggajian Pegawai.,Pemusatan., Hierarki atau Tingkatan., Keadilan Dan
Kejujuran Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Tujuan Yang Telah Ditentukan.,
Stabilitas Kondisi, Prakarsa ( Initiative ), Semangat Kesatuan Dan Semangat Korps.

Reflective Practice adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan sehingga


untuk terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang menurut pencetus
istilah, adalah salah satu karakteristik mendefinisikan praktek profesional. Refleksi juga
dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami
apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa
yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93).
Model Reflektif Practice terdiri dari Model Gibbs (1998), Model Schon (1991), Model Kolb
(1984) ,Model Bass et. Al. 2017)
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/395418493/Model-Asuhan-Kebidanan-Di-Indonesia
https://id.scribd.com/doc/230110283/Siklus-Refleksi-Gibbs-Step-by-Step
https://www.researchgate.net/figure/Reflective-practice-Schoen-1991_fig3_350373202
https://www.salamyogyakarta.com/mengenal-david-kolb/

Anda mungkin juga menyukai