DISUSUN OLEH :
EDYTA GORETY EVI
2.1 Definisi
Stroke haemoragic adalah disfungsi neurology fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri,
vena, dan kapiler.
2.2 Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-
400 mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah
tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid, serta timbulnya aneurysma tipe
Bouchard. Areteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus
arterio thalamus(talamo perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria
vetebro-basilaris mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama.
Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok
dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore
hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai
dengan 6 jam dan jika volumenya bersarakan merusak struktur anatomi otak yang
menimbulkan gejala klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat
merasuk dan menyela diantara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada
keadaan ini absorsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurology.
Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian
tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada
falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak skunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nucleus kaudatus, thalamus dan pons.
Selain kerusakkan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relative
banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intracranial dan menyebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan ferfusi, menyebabkan neuron-neuron didaerah yang terkena
darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan
prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60cc maka resiko kematian sebesar
93% pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan luar. Sedangkan bila
terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60cc diperkirakan
kemungkinan kematian sebesar 75% tetapi volume darah 5cc dan terdapat di pons
sudah berakibat fatal.
2.5 Pencegahan
Pertama, dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini. Kedua,
pengendalian faktor-faktor resiko secara optimal harus dijalankan. Ketiga,
melakukan medical check up secara rutin dan berkala dan si pasien harus
mengenali tanda-tanda dini stroke.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE
HAEMORAGIK
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas pasien
Nama : Tn. H
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 6 Juli 1962
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Alamat : Saman Blok I No. 24 Yogyakarta
Nomor CM :-
Tanggal MRS : 8 Desember 2007
Diagnosa Medis : Stroke haemoragik
Ruang : Bangsal penyakit
dalam
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak, sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien menderita stroke hemoragik di rawat di bangsal penyakit dalam
selama 1 minggu. Ekstrimitas atas dan bawah mengalami kelumpuhan
sehingga memerlukan bantuan perawat untuk melakukan semua
aktivitasnya. Kuku klien tampak panjang dan kotor serta hitam, rambut
kotor, perinealnya tampak kotor dan bau.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan(obesitas).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus
e. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Hubungan pernikahan
: Hubungan anak
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Mobilitas di tempat tidur
Ambulasi
Makan/ minum
3. Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot
atau nyeri otot.
4. Pola nutrisi – metabolic
Adanya keluhan kesulitan menelan(disfagia), nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
5. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus.
6. Pola kognitif – perceptual
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan atau kekaburan
pandangan, pendengaran(tinnitus), perabaan atau sentuhan menurun pada
muka dan ekstremitas yang sakit, . Pada pola kognitif biasanya terjadi
penurunan memori dan proses berfikir.
7. Pola konsep diri
Harga diri klien tidak terganggu, klien menganggap memiliki
harga diri dilingkungan tempat tinggalnya.
Ideal diri klien tidak tergangu, klien dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Identitas diri klien tidak terganggu, klien masih dapat mengenali
dirinya dengan baik.
Gambaran diri klien : klien merasa tidak berdaya, mudah marah.
Peran diri klien tidak terganggu, klien masih mengenali dirinya
dalam keluarga sebagai anak pertama.
8. Pola Koping
Klien tidak ada masalah selama masuk rumah sakit, baik dengan
perawatannya maupun biaya perawatannya.
Kehilangan / perubahan yang terjadi dalam diri klien ada.
Pandangan terhadap masa depan, klien optimis setelah keluar dari
rumah sakit akan memperbaiki pola hidupnya.
9. Pola seksual – reproduksi
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamine.
10. Pola peran –Hubungan
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan berbicara.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam, klien termasuk orang yang taat beragama, selalu
melaksanakan ibadah dan selalu berdoa meminta kesembuhan selama
dirumah sakit.
4.PEMERIKSAAN FISIK
a.Tanda- tanda vital
Suhu : normal (36,5-37,5ºC)
Nadi : normal 60-100 X/ menit
TD : hipertensi (>140/100 mmHg)
Pernafasan : normal (16-24 X/ menit)
Tinggi badan : 165cm
Berat badan : 90 kg
b. Keadaan umum
Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa berbicara
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi.
Bentuk badan : gemuk (obesitas)
Bicara : tidak jelas dan tidak lancar
Palpasi
1) Septum : tidak ada nyeri tekan
2) Sinus-sinus : tidak ada nyeri tekan
h. Mulut
Inspeksi:
1) Bibir : kering
2) Gigi : tersusun rapi
3) Gusi : merah muda
4) Lidah : merah muda
5) Faring : merah
6) Ovula : merah muda
7) Tonsil : merah muda
Palpasi
1) Lidah : tidak ada nyeri tekan
i. Leher
Inspeksi:
1) Bentuk leher : simetris
2) Warna kulit : sawo matang
3) Bengkak : tidak ada
4) Hyperplasia : tidak ada
5) Gerakan : lambat
Palpasi
1) Kelenjar limfe : teraba, tidak ada nyeri tekan
2) Kelenjar tiroid : teraba, tidak ada nyeri tekan
3) Trakhea : normal, tidak adanyeri tekan
4) Pembuluh darah : normal, tidak terlihat
j. Dada
Bentuk : simetris
Retraksi : cepat
Kulit : normal
Payudara : simetris
k. Paru-paru
Inspeksi kanan kiri : simetris
Palpasi kanan kiri : tidak terdapat edema
Perkusi kanan kiri : tidak terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan.
Auskultasi kanan kiri : suara vesikular paru meningkat
l. Jantung
Inspeksi : normal
Palpasi : denyut jantung teraba
Perkusi : tidak normal (terdengar suara tambahan)
Auskultasi : tidak normal, terdengar mur…mur…
m. Abdomen
Inspeksi:
1) Bentuk : simetris
2) Retraksi : cepat
3) Kontur permukaan : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Gustrultasi
a) Peristaltik usus : tidak normal (adanya penurunan
peristaltic usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung).
b) Bising arteri : tidak normal
c) Bising vena : tidak normal
n. Anus dan Rektum : normal, tidak ada hemoroid
o. Alat kelamin : tampak kotor dan bau, kadang terdapat
incontinensia atau retensi urin.
p. Musculoskeletal
Otot
Ukuran : sedang
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan radiology
(1) CT Scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
(2) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
(3) Angiografi cerebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurysma atau
malformasi vaskuler.
6. PENATALAKSANAAN
1. Phase Akut
Pertahanan fungsi vital : jalan napas, pernafasan, oksigenasi dan
sirkulasi.
Reperfusi dengan trombolitik atau fase dilation : nimotop
Pencegahan peningkatan TIK
Mengurangi edema serebral dengan diuretic.
2. Post phase akut
Pencegahan spatik paralisin dengan antispasmodic
Program fisiotherapi
Kuku klien tampak panjang dan kotor serta hitam, rambut kotor,
perinealnya tampak kotor dan bau
B. PERENCANAAN