Anda di halaman 1dari 22

Artikel

Penelitian

PREKLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE


“Pengaruh Terapi Nature Sounds Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Dengan Sindroma
Koronaria Akut”

Disusun oleh:
RETNO AYU WIDIYASTUTI
NIM. 1711113701

Dosen Pembimbing :
Wan, Nisfha Dewi, SKp., MNg, PhD

PRGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
Artikel
Penelitian

A. Pendahuluan

Sindroma koronaria akut (SKA) merupakan salah satu manifestasi klinik dari penyakit
jantung koroner (PJK) yang disebabkan karena terjadinya aterosklerosis koronaria akibat
ketidakseimbangan antara pasokan dengan kebutuhan oksigen otot jantung. SKA merupakan
keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinik rasa tidak enak di dada atau gejala
lain akibat iskemia miokardium. Manifestasi klinik SKA terdiri atas unstable angina pectoris
(UAP)/unstable angina (UA), acute myocardial infraction (AMI) yang disertai dengan elevasi
segmen ST (STEMI), acute myocardial infraction (AMI) tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI).
Penderita SKA membutuhkan pemantauan kondisi jantung yang ketat sehingga
mengharuskan pasien untuk dirawat di rumah sakit dengan tujuan observasi, perawatan, dan
terapi terhadap penyakit ataupun penyulit yang dapat mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa. Hospitalisasi, terutama di ruang perawatan intensif (ICU) memiliki
dampak positif dan negatif bagi pasien. Dampak positif yang dirasakan oleh pasien adalah rasa
aman dan dilindungi, sedangkan dampak negatif antara lain rasa takut, kecemasan, gangguan
kognitif, cemas dan gangguan tidur.3 Hospitalisasi di ruang rawat intensif menyebabkan
terjadinya stres psikologis pada pasien akibat progresifitas penyakit yang tidak menentu,
banyaknya proses medikasi dan tindakan perawatan yang diterima oleh pasien, dan lingkungan
ruang perawatan intensif yang meliputi suara dari alat-alat bantuan hidup, suara alarm, dan
percakapan antara tenaga kesehatan sehingga pasien mengalami gangguan tidur.
Sebuah penelitian menunjukkan 28% dari 1020 orang pasien dengan sindroma
koronaria akut mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan tidur.5 Penelitian pada tahun 2003
terhadap 292 wanita yang mengalami SKA dengan usia di bawah 65 tahun menunjukkan
terjadinya masalah-masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur seperti terbangun lebih awal,
kesulitan untuk memulai tidur, tidur mendengkur, dan gangguan tidur.
Tidur yang terfragmentasi dapat menyebabkan kelelahan, kebingungan, iritabilitas,
agresifitas, penurunan toleransi terhadap nyeri, dan perubahan pada fungsi respirasi.7 Dampak
lainnya adalah meningkatnya stres, kecemasan, dan depresi sehingga memperberat gejala
nyeri, insomnia berat menyebabkan tanda posttrauma stress disorder.
Terapi nature sounds merupakan salah satu terapi komplementer berupa teknik
Artikel
Penelitian
intervensi relaksasi nonfarmakologis dengan menggunakan suara yang memiliki
karakteristik membuat nyaman, menimbulkan perasaan tenang, dan rileks. Nature sounds
merupakan suara yang tidak asing bagi setiap manusia dan selalu didengar dalam kehidupan
sehari-hari. Manusia mempunyai daya tarik bawaan dengan alam sehingga interaksinya dengan
alam memiliki efek terapeutik terhadap manusia itu sendiri.
Meskipun erat kaitannya dengan kehidupan manusia, penggunaan terapeutik dari
nature sounds belum banyak diteliti. Belum diketahui apakah terapi nature sounds
berpengaruh positif terhadap gangguan tidur yang sering dialami oleh pasien SKA. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian terapi nature sounds
terhadap kualitas tidur penderita SKA.

B. Tinjauan Teori
a. Angina Pectoris
1. Defenisi
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koronaria yang arterosklerotik
tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga
atau naik tangga. Apabila plak ateroma yang berada di arteri koronaria stabil, maka
serangan angina pektoris selalu timbul pada kondisi yang sama yaitu pada waktu terjadi
peningkatan beban jantung. Dengan demikian diagnosis angina pektoris stabil dapat
ditegakkan pada anamnesis apabila didapati bahwa serangan timbul setiap kali
melakukan aktivitas fisik dan hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrat,
lamanya serangan tidal lebik dari 5 menit, tidak disertai keluhan sistemik, gejala angina
pektoris sudah dialami lebih dari 1 bulan, dan beratnya tidak berubah dalam masa
beberapa tahun terakhir.
b. Kualitas Tidur
1. Defenisi
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan dalam
memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur seseorang dapat
digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan – keluhan yang dirasakan saat tidur
ataupun sehabis bangun tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh
faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas
Artikel
Penelitian
tidur). Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yaitu, faktor
fisiologis, faktor psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis
berdampak dengan penurunan aktivitas sehari – hari, rasa lemah, lelah, daya tahan
tubuh menurun, dan ketidak stabilan tanda tanda vital, sedangkan dari faktor psikologis
berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi (Potter dan Perry. 2005).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
- Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa
nyeri , makan kebutuhan tidurnya akan tidak nyenyak (Asmadi. 2008).
- Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang tidak gaduh (tenang), dan
penerangan yang tidak terlalu terang akan membuat seseorang tersebut tertidur
dengan nyenyak, begitupun sebaliknya jika lingkungan kotor, bersuhu panas,
susana yang ramai dan penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi
kualitas tidurnya (Asmadi. 2008).
- Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekwensi tidur. Hal ini
disebabkan karena kondisi cemas akan meningkatkan norepineprin darah melalui
sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi.
2008).
- Diet
Makanan yang banyak menandung L – Triptofan seperti keju, susu, daging, dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya minuman yang
menandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi. 2008).
- Gaya hidup
Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula memengaruhi kualitas tidur
seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak.
Sedangkan pada kelelahan yang berlebih akan menyebabkan periode tidur REM
lebih pendek (Asmadi. 2008).
- Obat – obatan
Artikel
Penelitian
Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur,
adapula yang sebaliknya mengganggu tidur (Asmadi. 2008).
c. Dampak Nature sound pada kualitas tidur
Gelombang suara musik yang dihantarkan ke otak berupa energi listrik melalui impuls
saraf akan menstimulus gelombang otak yang dibedakan menjadi gelombang alfa, beta,
theta, dan delta. Musik dapat mengaktivasi gelombang alfa dan theta yang berkaitan
dengan relaksasi dan imajinasi sehingga menimbulkan efek tenang. Pada saat seseorang
sedang fokus terhadap sesuatu misalnya rasa nyeri, kecemasan, kesulitan untuk tidur maka
gelombang beta akan muncul. Distraksi dengan menggunakan terapi musik akan mengganti
gelombang beta dengan gelombang alfa dan theta. Jika musik ditafsirkan tubuh sebagai
penenang, sirkulasi tubuh, denyut jantung, pernapasan, dan sirkulasi darah menjadi teratur
sehingga menurunkan kecemasan, ketegangan, gangguan tidur, dan stres emosional.
Kondisi rileks menyebabkan penurunan stimulus ke sistem aktivasi retikular (SAR)
yang berada pada batang otak. SAR merupakan sistem yang mengatur kewaspadaan dan
terjaga. Ketika terjadi kondisi rileks akibat pemberian terapi nature sounds SAR akan
digantikan oleh bulbar synchronizing region (BSR) yang mempunyai efek berkebalikan
dengan SAR, sehingga dapat menyebabkan tidur.
C. Resume Artikel Jurnal
Judul Penelitian Pengaruh Terapi Nature Sounds Terhadap Kualitas
Tidur Pada Pasien Dengan Sindroma Koronaria
Akut
Penelitian Oleh Eka Yulia Fitri Y, Dhona Andhini
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terapi
nature sounds berpengaruh positif terhadap gangguan tidur
yang sering dialami oleh pasien sindroma koronaria akut
(SKA).
Metode Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan
desain one group pretest-posttest. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling pada pasien
dengan SKA yang dirawat di ruang CVCU RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang berjumlah 13 responden.
Artikel
Penelitian
Hasil Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata
kualitas tidur (29,18±13,47, p value 0,000) dan tingkat
kebisingan (19,69±16,68, p value 0,001) sebelum dan
setelah pemberian terapi nature sounds.
Kesimpulan Terapi nature sounds dianjurkan untuk diberikan kepada
pasien SKA yang mengalami gangguan tidur karena
bersifat sedatif, aman, dan mudah digunakan.
Saran Intervensi terapi mendengarkan nature sounds dapat
diberikan kepada pasien SKA yang dirawat di ruang rawat
intensif sebagai terapi nonfarmakologis untuk mengatasi
gangguan tidur. Penelitian lanjutan diharapkan dapat
meneliti pengaruh terapi nature sounds terhadap kerja
gelombang otak yang menyebabkan efek sedatif.

D. Pembahasan
Sejumlah faktor dapat menjadi penyebab munculnya gangguan tidur antara lain
lingkungan, penyakit, gaya hidup, stres, stimulan dan alkohol, nutrisi, merokok, motivasi dan
pengobatan. Penyakit kardiovaskular seperti angina pektoris dan infark miokard dapat
menyebabkan gangguan tidur. Gangguan tidur pada pasien dengan infark miokard akut
meliputi peningkatan arousal (peka rangsang), penurunan efisiensi tidur, penurunan fase tidur
REM, dan sering terbangun.
Gelombang suara musik yang dihantarkan ke otak berupa energi listrik melalui impuls
saraf akan menstimulus gelombang otak yang dibedakan menjadi gelombang alfa, beta, theta,
dan delta. Musik dapat mengaktivasi gelombang alfa dan theta yang berkaitan dengan relaksasi
dan imajinasi sehingga menimbulkan efek tenang. Pada saat seseorang sedang fokus terhadap
sesuatu misalnya rasa nyeri, kecemasan, kesulitan untuk tidur maka gelombang beta akan
muncul. Distraksi dengan menggunakan terapi musik akan mengganti gelombang beta dengan
gelombang alfa dan theta. Jika musik ditafsirkan tubuh sebagai penenang, sirkulasi tubuh,
denyut jantung, pernapasan, dan sirkulasi darah menjadi teratur sehingga menurunkan
kecemasan, ketegangan, gangguan tidur, dan stres emosional.
Kondisi rileks menyebabkan penurunan stimulus ke sistem aktivasi retikular (SAR)
Artikel
Penelitian
yang berada pada batang otak. SAR merupakan sistem yang mengatur kewaspadaan dan
terjaga. Ketika terjadi kondisi rileks akibat pemberian terapi nature sounds SAR akan
digantikan oleh bulbar synchronizing region (BSR) yang mempunyai efek berkebalikan
dengan SAR, sehingga dapat menyebabkan tidur.

E. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Terapi nature sounds dianjurkan untuk diberikan kepada pasien SKA seperti unstable
angina pectoris yang mengalami gangguan tidur karena bersifat sedatif, aman, dan mudah
digunakan.
b. Saran
Intervensi terapi mendengarkan nature sounds dapat diberikan kepada pasien SKA
yang dirawat di ruang rawat intensif sebagai terapi nonfarmakologis untuk mengatasi
gangguan tidur. Penelitian lanjutan diharapkan dapat meneliti pengaruh terapi nature
sounds terhadap kerja gelombang otak yang menyebabkan efek sedatif.
F. Daftar Pustaka
1. Chiang, L. (2007). The effects of music and nature sounds on cancer pain and anxiety in
hospice cancer patients. Dissertation. Frances Payne Bolton School of Nursing. Case
Western Reserve University.
2. Fitri, YE, Dhona Andini (2016). Pengaruh Terapi Nature Sound Terhadap Kualitas Tidur
Pada Pasien Sindroma Koronaria Akut. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Vol. 3. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya
Artikel
Penelitian
Lampiran, Jurnal 2

PENGARUH TERAPI NATURE SOUNDS TERHADAP KUALITAS TIDUR


PADA PASIEN DENGAN SINDROMA KORONARIA AKUT

1*
Eka Yulia Fitri Y, 2Dhona Andhini
1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya
*
E-mail: ekarosalez@yahoo.com

Abstrak

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terapi nature sounds berpengaruh positif terhadap
gangguan tidur yang sering dialami oleh pasien sindroma koronaria akut (SKA).

Metode: Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan desain one group pretest-posttest.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling pada pasien dengan SKA yang dirawat di
ruang CVCU RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berjumlah 13 responden.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kualitas tidur (29,18±13,47, p value 0,000)
dan tingkat kebisingan (19,69±16,68, p value 0,001) sebelum dan setelah pemberian terapi nature sounds.

Simpulan: Terapi nature sounds dianjurkan untuk diberikan kepada pasien SKA yang mengalami gangguan
tidur karena bersifat sedatif, aman, dan mudah digunakan.

Kata kunci: Hospitalisasi, kualitas tidur, nature sounds, SKA, terapi komplementer.

Abstract

Aim: The purpose of this research was to determine the effect of nature sounds on sleep distruption that often
happened in hospitalized patient diagnosed with ACS.
Artikel
Penelitian
Method: This research was conducted as a quasy experiment using one group pre-post design. Purposive
sampling was used to gain 13 patients diagnosed with ACS who were hospitalized at CVCU, Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Hospital.

Results: Statistical analysis showed that there were differences of patient’s sleep quality (29,18±13,47, p
value 0,000) and level of noise (19,69±16,68, p value 0,001) before and after nature sounds intervention.

Conclusion: Nature sounds is recommended to be applied on patients diagnosed with ACS that experience
sleep distruption because its sedative effect, safety, and easy to use by patients.

Key words: ACS, complementary theraphy, hospitalization, nature sounds, sleep quality.
Artikel
Penelitian
PENDAHULUAN terhadap 292 wanita yang mengalami SKA
dengan usia di bawah 65 tahun menunjukkan
Sindroma koronaria akut (SKA) merupakan terjadinya masalah-masalah dalam pemenuhan
salah satu manifestasi klinik dari penyakit kebutuhan tidur seperti terbangun lebih awal,
jantung koroner (PJK) yang disebabkan karena kesulitan untuk memulai tidur, tidur
terjadinya aterosklerosis koronaria akibat mendengkur, dan gangguan tidur.6
ketidakseimbangan antara pasokan dengan
kebutuhan oksigen otot jantung.1 SKA Tidur yang terfragmentasi dapat menyebabkan
merupakan keadaan gawat darurat jantung kelelahan, kebingungan, iritabilitas, agresifitas,
dengan manifestasi klinik rasa tidak enak di penurunan toleransi terhadap nyeri, dan
dada atau gejala lain akibat iskemia perubahan pada fungsi respirasi.7 Dampak
miokardium. Manifestasi klinik SKA terdiri lainnya adalah meningkatnya stres, kecemasan,
atas unstable angina pectoris (UAP)/unstable dan depresi sehingga memperberat gejala
angina (UA), acute myocardial infraction nyeri, insomnia berat menyebabkan tanda
(AMI) yang disertai dengan elevasi segmen ST posttrauma stress disorder.5
(STEMI), acute myocardial infraction (AMI)
tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI).2 Terapi nature sounds merupakan salah satu
terapi komplementer berupa teknik intervensi
Penderita SKA membutuhkan pemantauan relaksasi nonfarmakologis dengan
kondisi jantung yang ketat sehingga menggunakan suara yang memiliki
mengharuskan pasien untuk dirawat di rumah karakteristik membuat nyaman, menimbulkan
sakit dengan tujuan observasi, perawatan, dan perasaan tenang, dan rileks. Nature sounds
terapi terhadap penyakit ataupun penyulit yang merupakan suara yang tidak asing bagi setiap
dapat mengancam nyawa atau potensial manusia dan selalu didengar dalam kehidupan
mengancam nyawa. Hospitalisasi, terutama di sehari-hari. Manusia mempunyai daya tarik
ruang perawatan intensif (ICU) memiliki bawaan dengan alam sehingga interaksinya
dampak positif dan negatif bagi pasien. dengan alam memiliki efek terapeutik terhadap
Dampak positif yang dirasakan oleh pasien manusia itu sendiri.8
adalah rasa aman dan dilindungi, sedangkan
dampak negatif antara lain rasa takut, Meskipun erat kaitannya dengan kehidupan
kecemasan, gangguan kognitif, cemas dan manusia, penggunaan terapeutik dari nature
gangguan tidur.3 Hospitalisasi di ruang rawat sounds belum banyak diteliti. Belum diketahui
intensif menyebabkan terjadinya stres apakah terapi nature sounds berpengaruh
psikologis pada pasien akibat progresifitas positif terhadap gangguan tidur yang sering
penyakit yang tidak menentu, banyaknya dialami oleh pasien SKA. Penelitian ini
proses medikasi dan tindakan perawatan yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
diterima oleh pasien, dan lingkungan ruang pengaruh pemberian terapi nature sounds
perawatan intensif yang meliputi suara dari terhadap kualitas tidur penderita SKA.
alat-alat bantuan hidup, suara alarm, dan
percakapan antara tenaga kesehatan sehingga
pasien mengalami gangguan tidur.4 METODE PENELITIAN
Sebuah penelitian menunjukkan 28% dari Desain penelitian ini adalah kuasi
1020 orang pasien dengan sindroma koronaria eksperimental dengan menggunakan rancangan
akut mengalami gangguan pemenuhan one group pretest-posttest. Populasi dalam
kebutuhan tidur.5 Penelitian pada tahun 2003 penelitian ini adalah pasien SKA yang dirawat
Artikel
Penelitian
di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. responden dengan cara mendengarkan nature
Teknik pengambilan sampel menggunakan sounds yang diputar melalui mp3 player dan
metode teknik purposive sampling, dengan menggunakan headseat (earmuff) selama 15
jumlah 13 responden. Kriteria inklusi yang
menit. Kualitas tidur posttest diukur saat
ditentukan dalam penelitian ini adalah pasien
SKA dengan kondisi hemodinamik stabil yang responden telah terbangun pada pagi hari.
dinyatakan oleh dokter penanggung jawab
pasien, tidak mengalami gangguan
pendengaran, dan bersedia menjadi responden.
HASIL PENELITIAN
Kriteria eksklusi meliputi pasien yang
menjalani terapi komplementer lain untuk
Hasil analisis univariat dapat dilihat pada
mengatasi gangguan tidur, pasien yang
Tabel 1 dan 2. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
mendapat terapi obat-obatan yang
responden yang terbanyak adalah berjenis
mempengaruhi tidur.
kelamin laki-laki (92,3%), semua responden
tidak memiliki pengalaman dirawat
Alat pengumpulan data berupa kuisioner
sebelumnya, dan 55,8% responden mengalami
pengkajian kualitas tidur dengan melakukan sesak napas. Sebanyak 92,3% responden tidak
wawancara terpimpin menggunakan Richard mendapatkan terapi morfin, 69,2% responden
Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ). Terapi mendapatkan terapi betabloker, 30,8%
nature sounds diberikan sebelum waktu tidur responden mendapatkan terapi diazepam, dan
53,8% responden mendapatkan terapi oksigen.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin, Pengalaman dirawat sebelumnya,


Terapi Medis, dan Status Sesak Napas

Variabel Kategori Frekuensi %


Jenis Kelamin Laki-laki 12 92,3
Perempuan 1 7,7

Pengalaman dirawat Ya 0 0
sebelumnya Tidak 13 100

Terapi medis yang didapat:


Morfin Ya 1 7,7
Tidak 12 92,3

Beta blocker Ya 9 69,2


Tidak 4 30,8

Diazepam Ya 4 30,8
Tidak 9 69,2

Oksigen Ya 7 53,8
Tidak 6 46,2
Artikel
Penelitian
Status Sesak napas Ya 7 55,8
Tidak 6 46,2
Artikel
Penelitian
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 37,26 0C (SD 0,35), rata-rata
responden adalah 53,23 tahun (SD 12,12), rata- denyut jantung responden adalah 76,46 kali/
rata lama hari rawat responden adalah 3 (1-13), menit (SD 7,59), rata-rata pernapasan
rata-rata tekanan darah sistolik responden responden adalah 24,31 kali/ menit (SD 2,81),
adalah 104,62 mmHg (SD 16,64), rata-rata dan rata-rata skala nyeri responden adalah 2,92
tekanan darah diastolik responden adalah 73,85 (SD 1,12).
mmHg (SD 11,93), rata-rata suhu tubuh

Tabel 2

Distribusi Rata-rata berdasarkan Usia, Lama Hari Rawat, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah
Diastolik, Suhu Tubuh, Denyut Jantung, Frekuensi Pernapasan, dan Skala Nyeri

Variabel Rata-rata Median SD Min. Maks.


Usia (tahun) 53,23 52 12,12 38 85

Lama hari rawat (hari)* 3,77 3 3,17 1 13

Tekanan darah sistolik (mmHg) 104,62 100 16,64 80 130

Tekanan darah diastolik (mmHg) 73,85 70 11,93 60 100

Suhu tubuh (0C) 37,26 37 0,35 36,5 37,8

Denyut jantung (kali/ menit) 76,46 75 7,59 64 87

Pernapasan (kali/ menit) 24,31 23 2,81 20 28

Skala nyeri 2,92 3 1,12 1 5

*distribusi data tidak normal

Kualitas Tidur sebelum mendengarkan sampai dengan 72,08 dengan komponen


“latensi tidur” mempunyai skor rata-rata
Nature Sounds
terendah (kategori kualitas tidur yang buruk)
dan komponen “kembali tertidur” mempunyai
Hasil analisis statistik terhadap kualitas tidur skor rata-rata tertinggi (kategori kualitas tidur
sebelum mendengarkan nature sounds dapat yang buruk). Skor rata-rata tingkat kebisingan
dilihat pada Tabel 3. Rata-rata total skor menurut responden adalah sebesar 56,96 yang
kualitas tidur responden adalah 67,92 (SD menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di
8,76). Skor rata-rata responden untuk setiap ruang CVCU dalam tingkat sedang.
komponen kualitas tidur berkisar antara 58,62
Artikel
Penelitian
Tabel 3

Distribusi Rata-rata Kualitas Tidur Responden sebelum mendengarkan Nature Sounds

Komponen Kualitas Tidur Rata-rata Median SD Min Maks.


1. Kedalaman tidur 60,46 68 22,16 19 91

2. Latensi tidur 58,62 66 23,81 16 90

3. Episode terbangun 64 70 21,52 19 85

4. Kembali tertidur 72,08 75 17,93 19 94

5. Kualitas tidur 65,31 74 19,69 23 82

Total skor (rata-rata skor 1-5) 67,92 68 8,76 50,8 78

6. Tingkat kebisingan 56,69 57 16,33 16 82

Kualitas Tidur setelah mendengarkan mempunyai skor rata-rata terendah adalah


“kualitas tidur” (kategori kualitas tidur yang
Nature Sounds
baik) dan komponen yang mempunyai skor
Hasil pengukuran secara statistik pada Tabel 4 rata-rata tertinggi adalah “kembali tertidur”
menunjukkan bahwa rata-rata total skor (kategori kualitas tidur yang baik). Skor rata-
kualitas tidur responden adalah 38,74 (SD rata tingkat kebisingan menurut responden
14,22). Skor rata-rata responden untuk setiap setelah dilakukan terapi mendengarkan nature
komponen kualitas tidur berkisar antara 35,46 sounds adalah 37 (kategori ringan).
sampai dengan 41,31. Komponen yang

Tabel 4

Distribusi Rata-rata Kualitas Tidur Responden setelah mendengarkan Nature Sounds

Komponen Kualitas Tidur Rata-rata Median SD Min Mak

1. Kedalaman tidur 37,69 34 17,80 15 69

2. Latensi tidur 38 39 15,78 16 70

3. Episode terbangun 41,31 38 17,83 19 83

4. Kembali tertidur 41,23 38 19,53 17 79

5. Kualitas tidur 35,46 38 15,42 8 65

Total skor (rata-rata skor 1-5) 38,74 39 14,22 17,8 65,8

6. Tingkat kebisingan 37 36 15,99 13 65


Artikel
Penelitian
Tabel 5 menunjukkan hasil pengukuran
statistik dengan menggunakan uji t berpasangan, diperoleh nilai signifikansi 0,000
(p<0,05), artinya terdapat perbedaan rata-rata
Artikel
Penelitian
kualitas tidur yang bermakna sebelum dan menggunakan instrumen RCSQ selalu diikuti
setelah pemberian terapi nature sounds. dengan menambahkan komponen tingkat
Pengukuran kualitas tidur dengan kebisingan.

Tabel 5

Hasil Analisis Uji T Berpasangan antara Kualitas Tidur sebelum


dan setelah Terapi Nature Sounds

n Rata-rata ± SB Perbedaan

rata-rata ± SB

Kualitas tidur sebelum 13 67,92±8,76


terapi nature sounds
29,18±13,47

Kualitas tidur setelah 13 38,74±14,22


terapi nature sounds

*Uji t berpasangan

*nilai p = 0,000

*IK 95% (21,04-37,33)

Pada tabel 6 diperoleh nilai significancy 0,001 tingkat kebisingan yang bermakna sebelum
(p<0,05), artinya terdapat perbedaan rata-rata dan setelah pemberian terapi nature sounds.

Tabel 6

Hasil Analisis Uji T Berpasangan antara Tingkat Kebisingan sebelum dan setelah
Terapi Nature Sounds

n Rata-rata ± SB Perbedaan

rata-rata ± SB

Tingkat kebisingan 13 s h terapi nature


e
sebelum terapi nature
t
sounds
e
l
Tingkat kebisingan 13
a
Artikel
Penelitian
56,69±16,33

19,69±16
,68
37±15,98

sounds

*Uji t berpasangan

*nilai p = 0,001

*IK 95% (9,61-29,77)

PEMBAHASAN adalah 67,92 (SD 8,76). Skor rata-rata


responden untuk setiap komponen kualitas
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa tidur berkisar antara 58,62 sampai dengan
rata-rata total skor kualitas tidur responden 72,08 dengan komponen “kembali tertidur”
Artikel
Penelitian
mempunyai skor rata-rata tertinggi (kategori tidur pasien. Golongan betabloker dan
kualitas tidur yang buruk). antidepresan mempunyai efek samping yaitu
mengurangi fase tidur REM, tidur gelombang
Sejumlah faktor dapat menjadi penyebab lambat, meningkatkan waktu tidur pada siang
munculnya gangguan tidur antara lain hari, dan menyebabkan gangguan tidur dalam
lingkungan, penyakit, gaya hidup, stres, jangka lama. Golongan hipnotik dapat
stimulan dan alkohol, nutrisi, merokok, mempengaruhi fase tidur NREM tahap III dan
motivasi dan pengobatan.9 Penyakit IV dan menekan fase tidur REM. Golongan
kardiovaskular seperti angina pektoris dan narkotik dapat menekan tidur REM,
infark miokard dapat menyebabkan gangguan menyebabkan sering terbangun pada waktu
tidur.10 Gangguan tidur pada pasien dengan tidur malam, dan menyebabkan rasa kantuk.
infark miokard akut meliputi peningkatan Golongan sedasi dapat mempengaruhi tidur
arousal (peka rangsang), penurunan efisiensi REM. Pada penelitian ini, sebagian responden
tidur, penurunan fase tidur REM, dan sering mendapatkan terapi morfin, betabloker dan
terbangun.11 atau diazepam.
Pengukuran kualitas tidur dengan Gangguan tidur dapat menyebabkan pasien
menggunakan instrumen RCSQ selalu diikuti kehilangan kualitas dan kuantitas tidur secara
dengan pengukuran tingkat kebisingan. Hasil akut yang selanjutnya dapat mengganggu
analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat fungsi-fungsi fisiologis yang penting untuk
kebisingan sebesar 56,69 (SB 16,33), artinya proses penyembuhan, mencakup perbaikan
ruang CVCU memiliki tingkat kebisingan yang jaringan, fungsi imunitas sel secara
sedang sehingga mempengaruhi kualitas tidur keseluruhan, fungsi metabolik dan endokrin,
pasien. Responden mengemukakan bahwa dan keseimbangan energi.11 Selain itu,
suara alarm, suara dari prosedur perawatan kebutuhan oksigen miokardium akan
kepada pasien lain yang sedang kritis, dan meningkat ketika terjadi gangguan tidur,
suara dari beberapa pengunjung dapat sehingga kemungkinan angka risiko penyakit
menyebabkan gangguan tidur. Faktor jantung seperti infark miokard berulang dan
lingkungan, meliputi suara bising baik dari aritmia akan menjadi lebih tinggi.10
alarm alat-alat medis maupun suara
percakapan petugas kesehatan, pencahayaan, Apabila iskemia terjadi pada otot jantung maka
aktivitas perawatan atau tindakan kepada beberapa mediator inflamasi (diantaranya
pasien, prosedur diagnostik dan terapeutik, sitokin) akan dikeluarkan oleh tubuh sebagai
ventilasi mekanik dapat menyebabkan reaksi terhadap adanya inflamasi jaringan
gangguan tidur.11 jantung. Sitokin diduga dapat mempengaruhi
tidur dan kedalaman tidur. Sitokin
Suara dapat menstimulus sistem saraf simpatis inflamasi mempunyai efek somnogenik dan
yang menyebabkan terjadinya peningkatkan inhibitor tidur, tergantung pada tipe, dosis, dan
kerja jantung dan mempengaruhi fungsi otot- waktu sirkadian.11
otot pernafasan. Level suara yang
direkomendasikan oleh WHO tidak lebih dari Hasil analisis bivariat menunjukkan terjadi
30 dB(A) dan pada malam hari level suara di perubahan antara skor pretest dan posttest pada
bawah 40 dB(A).3 skor rata-rata kualitas tidur setelah
mendengarkan nature sounds yaitu dari 67,92
Program pengobatan pada pasien dengan menjadi 38,74. Jika dilihat dari rata-rata skor
masalah kardiovaskular juga mempengaruhi awal (pretest) semua responden memiliki skor
Artikel
Penelitian
di atas 50 untuk semua komponen kualitas gelombang beta akan muncul. Distraksi dengan
tidur. Hal ini menunjukkan bahwa semua menggunakan terapi musik akan mengganti
responden memiliki kualitas tidur yang buruk. gelombang beta dengan gelombang alfa dan
Akan tetapi, setelah dilakukan intervensi theta. Jika musik ditafsirkan tubuh sebagai
mendengarkan nature sounds rata-rata skor penenang, sirkulasi tubuh, denyut jantung,
(posttest) pada semua responden menunjukkan pernapasan, dan sirkulasi darah menjadi teratur
perubahan yaitu berada di bawah 50 dengan sehingga menurunkan kecemasan, ketegangan,
rata-rata total skor kualitas tidur hanya sebesar gangguan tidur, dan stres emosional.12,13
38,74. Perbedaan rata-rata kualitas tidur
sebelum dan setelah pemberian terapi nature Kondisi rileks menyebabkan penurunan
sounds adalah 29,18±13,47. Selain itu, hasil stimulus ke sistem aktivasi retikular (SAR)
analisis juga menunjukkan bahwa terdapat yang berada pada batang otak. SAR
perbedaan rata-rata tingkat kebisingan yang merupakan sistem yang mengatur
bermakna sebelum dan setelah pemberian kewaspadaan dan terjaga. Ketika terjadi
terapi nature sounds (perbedaan rata-rata kondisi rileks akibat pemberian terapi nature
19,69±16,68). Oleh karena itu peneliti sounds SAR akan digantikan oleh bulbar
meyakini bahwa perbaikan kualitas tidur pada synchronizing region (BSR) yang mempunyai
responden merupakan pengaruh dari terapi efek berkebalikan dengan SAR, sehingga dapat
mendengarkan nature sounds yang dilakukan. menyebabkan tidur.
Penggunaan terapi audio sudah dikenal dan
digunakan sejak lama dan beberapa penelitian SIMPULAN DAN SARAN
telah menunjukkan hasil yang signifikan dari
penggunaan terapi audio tersebut. Nightingale Simpulan
menemukan bahwa suara dapat membantu
dalam proses penyembuhan karena efeknya
yang meningkatkan relaksasi, nature sounds Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa
seperti suara angin dan air mengalir telah teori dan penelitian sebelumnya karena
digunakan sebagai bagian dari terapi terdapat perbedaan yang signifikan kualitas
komplementer yang merupakan kontribusi dari tidur sebelum dan setelah mendengarkan terapi
perawat.12 Nature sounds memiliki efek yang musik yang dalam penelitian ini adalah suara
sama dengan terapi musik. Nature sounds juga alam (nature sounds) pada pasien SKA yang
memiliki tempo, pitch, dan irama yang dirawat di ruang CVCU RSUP Dr. Mohammad
berbeda-beda seperti halnya musik. Hoesin Palembang. Peningkatan kualitas tidur
pada responden dalam penelitian ini dapat
Gelombang suara musik yang dihantarkan ke disebabkan karena efek terapi nature sounds
otak berupa energi listrik melalui impuls saraf yang bersifat sedatif yang menyebabkan
akan menstimulus gelombang otak yang penurunan ketegangan, kecemasan, rasa nyeri,
dibedakan menjadi gelombang alfa, beta, theta, relaksasi, dan pola napas sehingga responden
dan delta. Musik dapat mengaktivasi mampu melakukan distraksi.
gelombang alfa dan theta yang berkaitan
dengan relaksasi dan imajinasi sehingga Saran
menimbulkan efek tenang. Pada saat seseorang
sedang fokus terhadap sesuatu misalnya rasa Intervensi terapi mendengarkan nature sounds
nyeri, kecemasan, kesulitan untuk tidur maka dapat diberikan kepada pasien SKA yang
dirawat di ruang rawat intensif sebagai terapi
Artikel
Penelitian
nonfarmakologis untuk mengatasi gangguan November 2014.
tidur. Penelitian lanjutan diharapkan dapat 7. Duong-Coburn, N. K. (2013). A
meneliti pengaruh terapi nature sounds systematic review of sleep quality and
terhadap kerja gelombang otak yang sleep promotion in the intensive care unit.
menyebabkan efek sedatif. Faculty of the School of Nursing
California State University San Marcos,
diakses melalui
REFERENSI https://csusmspace.calstate.edu/bitstream/h
andle/10211.8/535/DuongCoburnNhung_
1. Ozben, B., & Erdogan, O. (2008). The role Fall2013.pdf?sequence=1 pada tanggal 10
of inflamation and allergy in acute November 2014.
coronary syndromes. Inflammation and 8. Chiang, L. (2007). The effects of music
Allergy-Drug Targets, 7, 136-144. and nature sounds on cancer pain and
2. Nawawi, dkk. (2006). Nilai troponin T anxiety in hospice cancer patients.
(CTNT) penderita sindrom koroner akut Dissertation. Frances Payne Bolton
(SKA). Indonesian Journal of Clinical School of Nursing. Case Western Reserve
Pathology and Medical Laboratory, 12 University.
(3), 123-126. 9. Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder
3. Pusparini, Y., Ibrahim, K., & Prawesti, A. S.J. (2004). Fundamentals of nursing
(2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi
consepts, process, and practice. New
kualitas tidur pasien di ruang intensif.
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Jersey: Pearson Prentise Hall.
10 (2), 1054-1065.
10. Sepahvand, E., Daneshmandi, M., Jalali,
4. Weinhouse., & Schwab. (2005). Sleep in
R., Mirzaeii, M. (2013). The correlation
critically ill patient. SLEEP, 29 (5), 2006,
between restless leg syndrome and sleep
diakses dari journalsleep.org pada tanggal
disorders among hospitalized patients with
10 November 2014.
acute coronary syndrome. Iran J Crit Care
5. Pujianto, A. (2013). Pengaruh
Nurs. 2015; 8(2):95-102., diakses melalui
mendengarkan murattal Al Qur’an Surat
//www.inhc.ir/files/site1/user_files_66277
Ar Rahman terhadap kualitas tidur pada
6/sepahvand-A-10-698-1-acb754b.pdf
pasien dengan sindroma koronaria akut di
pada tanggal 9 November 2014.
ruang CICU RSUP Dr. Hasan Sadikin
11. BaHammam, A. (2006). Sleep quality of
Bandung. Tesis. Tidak dipublikasikan.
patients with acute myocardial infarction
6. Barker, T. M. (2008). A description of
outside the CCU Environment: A
sleep patterns and sleep hygiene practices
preliminary study. Medscimonit 2006; 12
for adults in cardiac rehabilitation
(4): 168-172, diakses melalui
programs in Southern Montana. Thesis.
http://www.medscimonit.com/fulltxt.php?I
Montana State University Bozeman,
DMAN=8459 pada tanggal 1 Oktober
Montana, diakses melalui
2015.
http://scholarworks.montana.edu
12. Novita, D. (2012). Pengaruh terapi musik
/xmlui/bitstream/handle/1/872/BarkerT050
terhadap nyeri post operasi open reduction
9.pdf?sequence=1 pada tanggal 11
and internal fixation (ORIF) di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung.
Artikel
Penelitian

Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.


13. Stefanus, K. (2011). Pengaruh terapi musik terhadap tingkat depresi
pada
Artikel
Penelitian

lansia di Panti Werdha Hanna Yogyakarta, diakses melalui


http://kristiantostefanus.wordpress.com pada tanggal 19 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai