Anda di halaman 1dari 38

Email: aysoeroto@yahoo.co.id or a.y.soeroto@unpad.ac.

id

Pendidikan:
 S1 (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran)
 Sp1 (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran)
 Konsultan Pulmonologi (KIPD)
 S3 (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran)

Pekerjaan:
 Kepala Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FKUP/RS Hasan Sadikin
 Ketua Divisi Respirologi & Penyakit Kritis IPD FKUP/RS Hasan Sadikin
 Ketua tim TB RSUP Dr. Hasan Sadikin
 Ketua SubKomite Kredensial Komite Medik RSUP Dr Hasan Sadikin
Organisasi:
 Ketua PB Perhimpunan Respirologi Indonesia (PERPARI)
 Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) Jabar Periode 2009 – 2016
 Pengurus PP Peralmuni
 Dewan Pakar Perdokhi
 Fellow American College of Chest Physician (ACCP)
 Fellow Indonesian Society of Internal Medicine
 European Respiratory Society
Dr. dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD-KP, FCCP, FINASIM
PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK)

Arto Yuwono Soeroto


Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan
dapat diobati yang dikarakteristikan oleh gejala
pernapasan dan limitasi aliran udara persisten,
dikarenakan abnormalitas saluran pernapasan
dan/ atau alveolus, yang biasanya disebabkan
oleh paparan signifikan partikel atau gas
berbahaya dan dipengaruhi oleh faktor individu,
termasuk abnormalitas perkembangan paru.

Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Epidemiologi
● Prevalensi PPOK
➔ Lebih tinggi pada perokok dan mantan perokok
➔ Lebih banyak pada usia ≥ 40 tahun dibandingkan <40 tahun
➔ Pria > wanita
● Prevalensi PPOK diperkirakan akan meningkat selama 40
tahun ke depan dan pada tahun 2060, diperkirakan kematian
mencapai 5,4 juta/ tahun yang disebabkan oleh peningkatan PPOK merupakan
aktivitas merokok. penyebab kematian ketiga
● Beban ekonomi di dunia, menyebabkan
PPOK dapat menimbulkan beban ekonomi pada biaya pelayanan 3,23 juta kematian di tahun
2019 (WHO)
kesehatan maupun pada keluarga.
● Beban sosial PPOK di Indonesia sebesar
PPOK dapat menyebabkan disabilitas, penyebab ke-5 dari 2.4% dari penyakit lainnya
DALYs lost. (Riskesdas, 2018)

Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
World Health Organization. (n.d.). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). World Health Organization. Retrieved November 5, 2021.
Faktor Risiko
Pertumbuhan &
Jenis Kelamin
Genetik Perkembangan
& Usia Paru
- Defisiensi alpha-1
Dipengaruhi proses yang
antitrypsin (AATD) - Laki-laki > perempuan
terjadi pada saat
- Gen yang mengkode - Pada usia tua
kehamilan, kelahiran, dan
MMP-12 dan - Gejala dapat lebih
paparan saat anak-anak
glutathione S- parah pada wanita
dan remaja.
transferase

Paparan Status Penyakit


Partikel Sosioekonomi Pernapasan

- Paparan aktif Status sosioekonomi - Asthma dan


- Paparan pasif rendah → paparan hipereaktivitas
- Paparan okupasional terhadap polutan, saluran napas
(debu, paparan bahan kerumunan, nutrisi buruk, - Bronkitis kronis
kimia, dll.) infeksi, dll. - Infeksi

Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Patologi,
Patogenesis, dan
Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis
Gejala
1. Sesak:
- Sensasi upaya napas meningkat , dada terasa berat, air hunger, atau terengah-engah
(gasping).
1. Batuk:
- Awalnya intermittent, kemudian terjadi setiap hari (sepanjang hari)
- Bisa produktif/tidak produktif
1. Berdahak:
- Pasien sedikit
- Sulit dievaluasi
- Intermittent
1. Wheezing & chest tightness
2. Manifestasi tambahan pada penyakit berat:
- Fatigue, penurunan BB, muscle loss, dan anorexia.
- Rib fracture
- Ankle swelling → cor pulmonale
- Depresi dan/atau anxiety
Penyebab Lain dari Batuk Kronis
Anamnesis
● Paparan pasien terhadap faktor risiko: merokok, paparan lingkungan/pekerjaan.
● Riwayat penyakit dahulu: asma, alergi, sinusitis, atau polip hidung; infeksi saluran nafas saat anak;
penyakit respirasi dan non respirasi kronis lain.
● Riwayat keluarga terkait PPOK atau penyakit respirasi kronis lain
● Pola perkembangan gejala pasien: PPOK khas terjadi pada dewasa, pasien makin sesak, sering
pilek, dan batasan sosial.
● Riwayat eksaserbasi atau rawat inap penyakit respirasi sebelumnya
● Komorbiditas: penyakit jantung, osteoporosis, gangguan muskuloskeletal, dan keganasan
● Pengaruh penyakit terhadap QoL pasien: aktivitas,pekerjaan, depresi/cemas, seksual.
● Dukungan keluarga dan sosial yang tersedia untuk pasien
● Kemungkinan untuk mengurangi faktor risiko, terutama berhenti merokok
Pemeriksaan Fisik Spirometri
❖ Sensitivitas dan spesifisitas rendah ● Spirometri adalah alat paling objektif dalam
❖ tanda-tanda fisik airflow limitation mengukur keterbatasan aliran udara/airflow.
biasanya tidak ada sampai terjadi ● Sensitivitas baik, non-invasif
gangguan fungsi paru yang ● Yang dihitung: FVC, FEV1, rasio FEV1/FVC
signifikan (dapat juga FEV1/VC)
Klasifikasi keparahan limitasi airflow
Tes spirometri dilakukan setelah administrasi bronkodilator
dengan dosis yang adekuat paling tidak 1 short-acting
Assessment inhaled bronchodilator untuk meminimalisasi variabilitas.
Terdiri dari:
1. Adanya abnormalitas spirometri
dan keparahannya
2. Gejala pasien (nature &
magnitude) saat ini
3. Riwayat eksaserbasi sedang dan
parah serta risiko mendatang
4. Adanya komorbiditas

Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Assessment Gejala

Pengukuran derajat sesak


napas dengan Modified British
Medical Research Council
(mMRC) questionnare.

Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Penilaian secara komprehensif:

● Chronic Respiratory Questionnaire


(CRQ)
● St. George’s Respiratory
Questionnaire (SGRQ)
● COPD Assessment Test (CAT)
● The COPD Control Questionnaire
(The CCQ)

CAT memberikan pengukuran dari


dampak gejala PPOK, tetapi tidak
mengkategorikan pasien berdasarkan
tingkat keparahan penyakit sebagai
tujuan dari tatalaksana.

Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Assessment Risiko Eksaserbasi Assessment Komorbiditas

Eksaserbasi COPD → gejala respirasi yang akut ● Komorbiditas yang paling umum: penyakit
dan memburuk dari COPD dan menyebabkan
kardiovaskular, disfungsi sekeletal,
dibutuhkannya terapi tambahan.
sindroma metabolik, osteoporosis, depresi,
- Mild : tatalaksana dengan short acting anxietas, dan kanker paru.
bronchodilators ● Komorbiditas akan berpengaruh pada
- Moderate: tatalaksana Mild +antibiotik mortalitas dan kejadian rawat inap.
dan/atau kortikosteroid oral
- Severe: butuh dirawat di rumah sakit
(berhubungan dengan gagal napas akut)
Terdapat hubungan yang signifikan dari
klasifikasi berdasarkan hasil spirometri dengan
risiko eksaserbasi.

Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Combined COPD Assessment

Pemeriksaan dilakukan dengan


penilaian dari gejala, klasifikasi
hasil spirometri pasien
dengan/atau risiko eksaserbasi.
TATA
LAKSANA

Global strategy for the diagnosis, management, and


prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021
report
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease 2021 report
PPOK & COVID-
19
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai