Anda di halaman 1dari 9

METAMORFOSIS

Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya

Volume 11 Nomor 1 | hlm. 1-9


Bulan November 2017-April 2018
ISSN 1978-9842 http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/metamorfosis

KESANTUNAN BERBAHASA PADA ANAK USIA 11 TAHUN


(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)

Dani Hermawan
(FKIP Universitas Bale Bandung)
Pos-el: danihermawan@unibba.ac.id

Abstrak
Masalah yang mendasari penelitian ini adalah berkaitan dengan implementasi pembelajaran berbicara.
Melalui pembelajaran di sekolah diharapkan anak mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.
Bahasa yang baik tentunya berkaitan dengan etika yang berlaku dalam masyarakat pemakai Bahasa.
Bahasa yang benar tidak terlepas dari aturan atau kaidah kebahasaan. Kedua hal tersebut menjadi target
ketercapaian pembelajaran bahasa. Di samping itu tidak hanya keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai oleh siswa, akan tetapi pemahaman tentang kesantunan berbahasa juga sangat penting.
Semakin sering anak menggunakan Bahasa yang santun, semakin menunjukkan kepribadian yang baik.
Pribadi yang baik ditandai dengan seringnya seseorang menggunakan Bahasa yang santun. Melalui
pemaparan hasil studi kasus ini diharapkan guru beserta orang tua siswa memiliki pengetahuan tentang
cara memberikan pembelajaran Bahasa yang baik dan benar.

Kata kunci: berbahasa, kesantunan, anak

Pendahuluan
Manusia dalam menjalani kehidupan tidak Melalui bahasa seseorang dapat
terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa mengekspresikan pikirannya sehingga orang lain
merupakan alat yang penting bagi setiap orang. dapat menangkap sesuatu yang dipikirkan
Bahasa dianggap sebagai alat komunikasi penutur. Komunikasi antarmanusia dapat terjalin
antarmanusia. Melalui berbahasa seseorang akan dengan baik melalui bahasa, sehingga tidak
dapat mengembangkan kemampuan bergaul mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai
(social skill) dengan orang lain. Penguasaan salah satu indikator kesuksesan seseorang. Anak
keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial yang dianggap banyak berbicara, terkadang
dimulai dengan penguasaan kemampuan merupakan cerminan anak yang cerdas.
berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan Melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan
dapat berkomunikasi dengan orang lain. teknologi menjadikan tuntutan bagi manusia
untuk memiliki kemampuan berbahasa yang baik.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


1
FKIP Universitas Bale Bandung
hlm. 1-9 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 11 No. 1 | Bulan April 2018 | ISSN 1978-9842

Berdasarkan kemampuan berbahasa yang baik Kenyataannya di masyarakat ternyata


akan lebih memudahkan seseorang menyerap dan implementasi pembelajaran berbicara belum
menyampaikan informasi baik secara lisan mendapatkan kedudukan yang tinggi. Siswa yang
maupun tulisan. diberi pembelajaran di sekolah kurang mampu
Keterampilan berbahasa terdiri atas empat mengaplikasikannya di masyarakat. Padahal
aspek, diantaranya menyimak atau pembicaraan yang sopan dan santun sangat
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. penting sekali dalam menjalankan interaksi
Menjadi keharusan bagi seorang siswa untuk sosial. Seperti halnya yang dialami oleh Yayat.
menguasai keempat aspek tersebut agar terampil Dia adalah seorang anak Sekolah Dasar berusia
berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran 11 tahun. Yayat selalu menunjukkan perilaku dan
keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya kata-kata yang kurang santun dalam kegiatan
menekankan pada teori saja, melainkan siswa berbahasa. Siapa pun yang menjadi lawan bicara
dituntut untuk mampu menggunakan bahasa Yayat, baik teman sebaya maupun yang lebih tua
sebagai fungsinya, yaitu sebagai alat komunikasi. darinya, bahkan terhadap orang dewasa ia
Salah satu aspek berbahasa yang harus senantiasa menunjukkan perilaku dan
dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab mengeluarkan kata-kata yang kurang santun.
keterampilan berbicara menunjang keterampilan Suatu waktu Yayat sedang bercakap-cakap
lainnya. Keterampilan ini tidak dimiliki oleh anak dengan temannya terdengar kata-kata yang
melalui pewarisan dari keluarga secara turun digunakan dalam tuturan menggunakan ragam
temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah intim atau untuk orang dewasa. Terus ketika
setiap manusia dapat berbicara. Hal ini terbukti pernah dinasihati oleh salah seorang warga yang
anak yang lahi dari keluarga atau ibu bapaknya usianya jauh lebih tua dari dia, malah Yayat
pandai berbicara malah justru anaknya jadi membalas ucapan “kumaha urang we jing”
pendiam atau sebaliknya. Untuk itu penguasaan (Terserah saya jing). Jelas sekali dalam budaya
keterampilan berbicara memerlukan latihan dan Sunda orang yang berkata seperti itu
pengarahan yang intensif. menunjukkan ketidaksantunan dalam berbahasa.
Siswa yang mempunyai keterampilan
Akhir kata “jing” untuk pendek kata dari “anjing”
berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih
dalam ungkapan tersebut jelas tidak sopan dan
mudah dipahami oleh penyimaknya. Baik di
kata yang kotor dan tak pantas diucapkan. Karena
lingkungan sekolah atau di masyarakat siswa
dianggapnya sama dengan binatang.
dituntut agar bisa berkomunikasi dengan baik dan
Hal seperti itu dilakukan oleh Yayat tiada lain
benar.
karena kurangnya mendapat perhatian dan
Berkomunikasi yang baik dan benar meliputi
pengawasan dari orang tua, serta kebanyakan
penguasaan gramatik dan kesantunan dalam
bergaul dengan orang dewasa. Serta kehidupan
berbahasa. Maka penting sekali bagi siswa
rumah yang tidak layak untuk perkembangan
mampu memahami tatabahasa serta kesantunan
psikologis anak. Rumah yang hanya berukuran 5
dalam berkomunikasi. Hal tersebut akan siswa
X 6 m2 di huni oleh kedua orang tuanya, tiga
rasakan ketika mereka menjalani kehidupan
bermasyarakat. kakaknya. Kakak pertamanya sudah menikah
Tarigan (1981:19) menyatakan bahwa yang sudah dikaruniai seorang anak laki-laki
“keterampilan sosial (social skill) adalah seusia Yayat dan tinggal serumah dengan orang
kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif tuanya. Jadi rumah yang kecil tersebut dihuni
dalam hubungan-hubungan masyarakat. oleh delapan orang. Dua kakaknya yang laki-laki,
Keterampilan sosial menuntut agar kita anak kedua dan ketiga memiliki latar belakang
mengetahui (i) apa yang harus dikatakan, yang sering memiliki banyak kasus. Pernah
(ii) bagaimana cara mengatakannya, (iii) apabila memukul orang sampai babak belur, berurusan
mengatakannya, (iv) kapan kita mengatakannya”. dengan hukum, dan judi. Jadi Yayat besar dalam

2 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)

keluarga yang tidak mendapat perhatian yang a. Observasi


lebih dari keluarga seperti halnya anak-anak lain Observasi yang dilakukan adalah dengan
yang seusianya. pengamatan secara langsung terhadap
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui aktivitas partisipan. Mulai dari kegiatan
bahwa penting adanya suatu upaya untuk sekolah sampai aktivitas bermain.
mengantisipasi dan memberikan saran perbaikan. b. Wawancara
Adapun upaya yang dapat ditempuh adalah Wawancara yang dilakukan dalam studi
merumuskan suatu solusi berdasarkan kajian kasus bertipe open-ended, yaitu di mana
teoretis. Maka peneliti mengangkat judul peneliti bertanya kepada responden kunci
tentang fakta-fakta suatu peristiwa di
penelitian “Kesantunan Berbicara terhadap Anak
samping opini mereka mengenai peristiwa
Berusia 11 Tahun” (Studi Kasus terhadap Anak
yang ada.
Usia 11 Tahun di Bojongkukun Desa Majakerta
Makin besar bantuan responden dalam
Majalaya Kab. Bandung Tahun 2012).
penggunaan cara yang disebut di atas, makin
Masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan besar perannya sebagai “informan”.
“Bagaimana kegiatan berbicara anak dalam Pentingnya informan bagi keberhasilan studi
interaksi sosial, faktor penyebab, serta cara kasus
menangani masalah kesantunan berbahasa?” c. dokumentasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Teknik dokumentasi dilakukan untuk
mendeskripsikan kegiatan berbicara anak dalam mendukung dan menambah bukti dari
interaksi sosial, faktor penyebab anak kurang sumber-sumber lain.
santun dalam berbicara, serta upaya untuk 2) Teknik Pengolahan Data
menangani masalah kesantunan berbahasa anak. Menurut Yin (2012: 133) analisis bukti
(data) terdiri atas pengujian, pengkategorian,
Metode Penelitian pentabulasian, ataupun pengombinasian
Metode penelitian yang digunakan adalah kembali bukti-bukti untuk menunjuk proporsi
studi kasus. Menurut Yin (2012:1) studi kasus awal suatu penelitian.
adalah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Langkah-langkah pengolahan atau analisis
Sedangkan menurut Bogdan Biklen (Syamsudin data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
& Vismaia, 2006: 175) studi kasus merupakan menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
pengujian secara rinci terhadap satu latar (a sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih
detailed examination of one setting) atau satu mana yang penting dan yang akan dipelajari,
orang subjek (one single subject) atau satu tempat dan membuat kesimpulan yang dapat
penyimpanan dokumen (one single depository of
diceritakan kepada orang lain.
documents) atau satu peristiwa tertentu (one
particular event).
Teori Landasan
Menurut Creswell (Sugiyono, 2012: 14) studi
1) Pembelajaran berbicara di sekolah
kasus merupakan salah satu jenis penelitian
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
kualitatif, di mana peneliti melakukan eksplorasi
terdapat empat keterampilan berbahasa yang
secara mendalam terhadap program, kejadian,
proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak,
Adapun teknik pengumpulan dan pengolahan berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan
data akan dijelaskan sebagai berikut. berbicara dan menyimak dikatagorikan dalam
1) Teknik Pengumpulan Data. keterampilan berbahasa lisan, sedangkan
Adapun untuk mengumpulkan data keterampilan menulis dan membaca
penelitian maka peneliti menggunakan tiga dikatagorikan dalam keterampilan berbahasa
teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut: tulis.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


3
Universitas Bale Bandung
hlm. 1-9 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 11 No. 1 | Bulan April 2018 | ISSN 1978-9842

Keterampilan berbicara adalah kemampuan Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara


mengungkapkan pendapat atau pikiran dan adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
perasaan kepada seseorang atau kelompok secara manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu
lisan, baik secara berhadapan ataupun jarak jauh. setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan
Menurut Supriyadi (2005:178) bahwa apabila bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian
seseorang memiliki keterampilan berbicara yang manusia belajar untuk mengucapkan dan
baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial akhirnya terampil berbicara.
maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan Perkembangan kosa kata yang dimiliki oleh
dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. anak diperoleh melalui kegiatan menyimak dan
Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh membaca. Semakin sering anak melakukan
sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat kegiatan berbahasa tersebut, maka akan semakin
pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta- banyak kosa kata yang dimilikinya.
fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan Selain pemahaman akan kosa kata yang
mendeskripsikan. didengar oleh anak pada tuturan orang dewasa,
Menurut Tarigan (1981: 3) berbicara adalah akan melekat pula prinsip sopan santun dalam
suatu keterampilan berbahasa yang berkembang berbahasa. Kesantunan dalam berbicara akan
pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh dipelajari oleh anak seiring dengan apa yang
keterampilan menyimak, dan pada masa mereka simak dalam setiap tuturan orang dewasa.
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar Mereka akan senantiasa menunjukkan perilaku
dipelajari. yang mencoba menyamai perilaku orang dewasa.
Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa Terkadang anak akan secara spontan mengatakan
kemampuan berbicara sudah dipelajari oleh kosa kata yang aneh didengar.
seseorang bersamaan dengan kemampuan Penting sekali pembelajaran berbicara diikuti
menyimak ketika mereka mulai mengenal bahasa dengan kesantunan dalam berbahasa. Apakah
yang diujarkan orang dewasa. guru yang mengarahkannya atau orang tua yang
Penguasaan keterampilan berbicara untuk memberi pengawasan kepada anak dalam
siswa Sekolah Dasar sangatlah penting. Hal ini berbahasa di masyarakat?
juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, Adapun tujuan pembelajaran bahasa menurut
2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi
berbicara penting dikuasai siswa agar mampu dalam berbagai konteks komunikasi.
mengembangkan kemampuan berpikir, Kemampuan yang dikembangkan adalah daya
membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai dan
berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengekspresikan diri dengan berbahasa.
mengorganisasikan, mengonsepkan, Adapun tujuan dari pembelajaran berbicara di
mengklarifikasikan, dan menyederhanakan tingkat sekolah dasar adalah mengajak siswa
pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain terampil berbahasa secara lisan sesuai dengan
secara lisan. kompetensi dasar yang sedang dipelajari.
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh Kemudian anak bisa mengaplikasikannya dalam
para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan ini interaksi sosial.
secara langsung berkaitan dengan seluruh proses Menurut aliran komunikatif dan pragmatik,
belajar siswa di Sekolah Dasar. Keberhasilan keterampilan berbicara dan keterampilan
belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan menyimak berhubungan secara kuat. Interaksi
belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan lisan dan ditandai oleh rutinitas informasi. Ciri
oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. lain adalah diperlakukannya seorang pembicara
Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik mengasosiasikan makna, mengatur interaksi;
dan benar akan mengalami kesulitan dalam siapa harus mengatakan apa, kepada siapa, kapan,
mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua dan tentang apa (Iskandarwasid, 2011:239)
mata pelajaran.

4 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)

Pemahaman minimal dari pembicara dalam terlibat aktif berkomunikasi. Seseorang dianggap
membentuk sebuah kalimat merupakan syarat memiliki kemampuan berbicara selama ia
yang harus ada dalam kegiatan berbicara. mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
Kalimat yang terstruktur tentunya menyajikan Berikut bagan arus komunikasi lisan.
sebuah makna. Sekecil apapun struktur kalimat
tersebut. Warta
Pembelajaran berbicara dapat tercapai apabila
komponen pembelajaran yang terlibat saling
mendukung. Guru, siswa, materi, metode dan
sarana pendukung pembelajaran saling Pengirim Penerima
melengkapi. Guru sebagai narasumber bagi siswa
harus mempunyai kompetensi materi
pembelajaran yang diajarkan. Siswa sebagai Balikan
subjek belajar memliki kesiapan baik materi
pembelajaran maupun mental serta pengalaman.
Hasil pembelajaran berbicara di sekolah
tentunya menjadi bekal bagi mereka untuk Arus Komunikasi (Iskandarwasid,
berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. 2011:240)
Keterampilan berbicara akan mampu membentuk
generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif Program pengajaran keterampilan berbicara
dan berbudaya sehingga melahirkan tuturan atau harus mampu memberikan kesempatan kepada
ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah setiap individu mencapai tujuan yang dicita-
dipahami. Yang menjadi permasalahan apakah citakan. Tujuan keterampilan akan mencakup
pembelajaran berbicara di sekolah sudah pencapaian hal-hal berikut:
memperhatikan kesantunan dalam berbahasa? a) kemudahan berbicara;
Untuk mengetahui hal tersebut maka kita bisa b) kejelasan;
mengidentifikasi melalui hasil pembelajaran atau c) bertanggung jawab;
implementasinya. d) membentuk pendengaran yang kritis;
Ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya
e) membentuk kebiasaan. (Iskandarwasid,
tingkat keterampilan berbicara, yaitu faktor
2011:242)
eksternal dan internal. Faktor eksternal
diantaranya adalah pengaruh penggunaan bahasa 2) Pentingnya kesantunan dalam Berbahasa
Indonesia di lingkungan keluarga dan Pada hakikatnya, setiap bahasa yang
masyarakat. diigunakan oleh manusia tidak ada yang lebih
Faktor internal diantaranya pendekatan baik atau lebih buruk. Seandainya ada bahasa
pembelajaran, metode, media, atau sumber yang sudah mampu mengungkapkan sebagian
pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki besar pikiran dan perasaan lebih dari bahasa yang
pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat lain, bukan karena bahasa itu lebih baik tetapi
keterampilan berbicara siswa. karena pemilik dan pemakai bahasa sudah
Maka keberhasilan seseorang dalam kegiatan mampu menggali potensi bahasa itu lebih dari
berbahasa tidak hanya cukup dikaji dan dipelajari yang lain. Jadi yang lebih baik bukan bahasanya
di sekolah saja tetapi harus pula ada dukungan tetapi kemampuan manusianya.
dari keluarga. Dengan kata lain lingkungan Semua bahasa hakikatnya sama, yaitu sebagai
sangat berpengaruh kuat sekali dalam
alat komunikasi. Oleh karena itu, ungkapan
menentukan keberhasilan pembelajaran
bahwa bahasa menunjukkan bangsa tidak
berbicara. Selain itu pula proses pembelajaran
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa bahasa
berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik
satu lebih baik dari bahasa yang lain. Maksud

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


5
Universitas Bale Bandung
hlm. 1-9 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 11 No. 1 | Bulan April 2018 | ISSN 1978-9842

dari ungkapan itu adalah bahwa ketika seseorang baik bahasa ibu maupun bahasa kedua dan asing.
sedang berkomunikasi dengan bahasanya mampu Ellis (1994) menyebut fase tersebut sebagai
menggali potensi bahasanya dan mampu critical period, yaitu sebuah fase dimana anak
menggunakannya secara baik, benar, dan santun sangat peka dalam pemerolehan bahasa
merpakan cermin dari sifat dan kepribadian meskipun utamanya dalam hal pelafalan.
pemakainya. Peranan guru dalam pembelajaran berbicara di
Pendapat Sapir dan Worf (dalam Wahab, sekolah sangat penting untuk keberhasilan siswa
1995) menyatakan bahwa bahasa menentukan dalam berperilaku santun dalam berbahasa.
perilaku budaya manusia memang ada benarnya. Untuk itu guru harus pandai memilih pendekatan
Orang yang ketika berbicara menggunakan pembelajaran yang tepat. Salah satu pendekatan
pilihan kata, ungkapan yang santun, struktur pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan
kalimat yang baik menandakan bahwa situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif,
kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan
jika adaorang yang sebenarnya kepribadiannya pragmatik.
tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha
baik, benar, dan santun di hadapan orang lain; memberikan kesempatan kepada siswa untuk
pada suatu saat tidak mampu menutup-nutupi mengembangkan keterampilan berbahasa di
kepribadian buruknya sehingga muncul pilihan dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks.
kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa
baik dan tidak santun. melalui pembelajaran terpadu dengan
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam
bahasa untuk bersosialisasi tidak lepas dari situasi dan konteks komunikasi alamiah
faktor-faktor penentu tindak komunikasi dan senyatanya.
prinsip-prinsip sopan santun (politeness Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang
principle), dan direalisasikan dalam tindak diterapkan dalam pendekatan pragmatik, yaitu:
komunikasi. Dalam penilaian kesantunan 1) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
berbahasa adalah bagaimana kita bertutur, aneka aspek situasi ujaran;
dengan siapa kita bertutur. Hakikatnya 2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
kesantunan berbahasa adalah etika kita dalam prinsip-prinsip kesantunan;
bersosialisasi di masyarakat dengan penggunaan, 3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
pemilihan kata yang baik dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama; dan
di mana, kapan, kepada siapa, dengan tujuan apa 4) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
kita berbicara secara santun. faktor-faktor penentu tindak komunikatif.
Budaya kita menilai berbicara dengan Seorang anak bisa tidak santun dalam
menggunakan bahasa yang santun akan berbahasa karena disebabkan oleh:
memperlihatkan sejatinya kita sebagai manusia 1) ketidaktahuan kaidah kesantunan yang harus
yang beretika, berpendidikan dan berbudaya dipakai ketika berbahasa;
yang mendapat penghargaan sebagai manusia 2) kesulitan meninggalkan kebiasaan lama
yang baik. Kesantunan dalam berbahasa dalam budaya bahasa pertama sehingga masih
merupakan elemen penting dalam kegiatan terbawa dalam kebiasaan baru (berbahasa
berinteraksi dengan bahasa karena kesantunan Indonesia); dan
berbahasa mestinya diajarkan sejak dini. Secara 3) karena sifat bawaan “gawan bayi” yang
alami pada usia 4 hingga 11 tahun, anak menjadi memang suka berbahasa tidak santun di
sangat peka dalam masalah pemerolehan bahasa, hadapan mitra tutur.

6 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)

Pemakaian Bahasa yang santun dapat Pembahasan


identifikasi penandanya sebagai berikut: Langkah Penelitian Studi Kasus
1) penutur berbicara wajar dengan akal sehat; 1) Identifikasi Kasus
2) penutur mengedepankan pokok masalah yang a. Sumber Data: Orang tua anak dan kegiatan
diungkapkan; anak
3) penutur selalu berprasangka baik kepada mitra b. Teknik Pengumpul Data: Wawancara dan
Pengamatan
tutur;
c. Data:
4) penutur terbuka dan menyampaikan kritik Yayat, anak berusia 11 tahun kelas 5 SD,
secara umum; adalah seorang anak bungsu dari empat
5) penutur menggunakan bentuk lugas, atau bersaudara. Aktivitas yang berkaitan dengan
bentuk pembelaan diri secara lugas sambil kegiatan berbahasa yang dilakukannya
menyindir, dan sepulang dari sekolah adalah bermain dengan
6) penutur mampu membedakan situasi bercanda teman dan saudara yang sebaya dengannya.
dengan situasi serius. Yayat adalah seorang anak yang sulit sekali
Di samping itu, bahasa yang santun dapat menunjukkan aktivitas berbicara yang santun
ditandai dengan pemakaian kata-kata tertentu, dengan teman bahkan dengan orang tua. Ia
seperti (a) perkataan ”tolong” pada waktu cenderung mengujarkan bahasa kasar dalam
menyuruh orang lain, (b) ucapan ”terima kasih” kegiatan bertutur.
setelah orang lain memberi sesuatu atau
2) Identifikasi Masalah
melakukan tindakan seperti yang diinginkan oleh
Yayat selalu menunjukkan perilaku dan
penutur, (c) penyebutan kata ”bapak, Ibu” dari
kata-kata yang kurang santun apabila dia
pada kata ”Anda”, (d) penyebutan kata ”beliau”
terlibat dalam komunikasi. Suatu saat teman
dari pada kita ”dia” untuk orang yang lebih
mainnya membeli jajanan, dengan spontan
dhormati, (e) pergunakan kata ”minta maaf”
Yayat mengambil sebagian makanan tanpa
untuk ucapan yang dimungkinkan dapat
permisi atau bahkan meminta terlebih dahulu.
merugikan mitra tutur.
Menunjukkan bahwa dia berperilaku tidak
Selain bentuk verbal, pemakaian bahasa
sopan. Sewaktu orang tuanya menyuruh untuk
santun (dalam bahasa lisan) dapat ditambah membelikan makanan ke warung, ia selalu
dengan pemakaian bahasa non-verbal, seperti (a) menolaknya dengan menggunakan bahasa
memperlihatkan wajah ceria, (b) selalu tampil kasar bahkan dibarengi dengan perilaku tidak
dengan tersenyum ketika berbicara, (c) sikap sopan. Pada suatu kesempatan teramati
menunduk ketika berbicara dengan mitra tutur, kegiatan bermain Yayat dengan temannya.
(d) posisi tangan yang selalu merapat pada tubuh Pada waktu itu terdengar bahasa yang aneh
(tidak berkecak pinggang). Pemakaian bahasa pada usianya yang masih anak-anak menurut
non-verbal seperti itu akan dapat menimbulkan peneliti. Setelah diamati dan didengar lebih
”aura santun” bagi mitra tutur. teliti lagi ternyata dia sedang bercakap-cakap
Meskipun belum didukung dengan data yang dengan temannya untuk merencanakan
cukup valid, beberapa penanda pemakaian pemukulan terhadap salah seorang anak
bahasa yang tidak santun dapat diidentifikasi seusianya. Dalam hal ini perkembangan
sebagai berikut 1) penutur menyatakan kritik psikologi anak juga tidak sesuai dengan
secara langsung (menohok mitra tutur) dan usianya.
dengan kata-kata kasar, 2) penutur didorong rasa
3) Diagnosis
emosi ketika bertutur, 3) penutur protektif
Berdasarkan informasi yang diperoleh
terhadap pendapatnya, 4) penutur sengaja ingin
sebelumnya penelitian mengadakan beberapa
memojokkan mitra tutur dalam bertutur, dan 5)
penutur menyampaikan tuduhan atas dasar kali pertemuan dengan partisipan, berupa
kecurigaan terhadap mitra tutur. wawancara dan observasi secara mendalam.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


7
Universitas Bale Bandung
hlm. 1-9 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 11 No. 1 | Bulan April 2018 | ISSN 1978-9842

Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti dasarnya keluargalah yang menentukan


dengan partisipan sebagai berikut. berhasil tidaknya seorang anak mempelajari
Pertama, mencari informasi umum partisipan Bahasa dengan baik dan benar. Setiap
mengenai identitas, kegiatan rutin yang manusia, termasuk anak yang bersangkutan,
dilakukan setiap hari maupun mingguan. secara psikologis memiliki potensi untuk
Mengecek lingkungan sekolah dan bersemangat. Hanya masalahnya, potensi
lingkungan tempat tinggal. yang bersangkutan perlu difungsikan.
Ternyata setelah diselidiki dan mendapatkan Seseorang hanya akan melakukan sesuatu
banyak informasi dari masyarakat dan teman secara bersemangat bila hal yang akan
sekolahnya, dia melakukan akitivitas seperti dilakukan itu disadari penting dan
itu karena kurang mendapat pengawasan dari menggairahkan serta diyakini pasti bisa
orang tua, serta kebanyakan bergaul dengan dilakukan.
orang dewasa.
3) Tindakan
Dari data tersebut, semua aktivitas Yayat tadi
Adapun kegiatan tindakan yang diberikan
berawal dari kemampuan berbicara yang tidak
kepada partisipan meliputi pengawasan dan
terarah, tidak mendapat pengawasan dan
pengontrolan kegiatan berbahasa. Memberikan
penilaian dari orang tua. Orang tua terlalu
edukasi yang tepat kepada anak tentang
mempercayakan pendidikan anaknya di
pentingnya menggunakan Bahasa yang santun.
sekolah. Baik sekolah formal maupun
Memberikan tayangan video tentang kegiatan
pendidikan di masyarakat. Dengan demikian
berkomunikasi lisan.
masalah kasus anak itu terletak pada
Tindakan juga dilakukan terhadap kedua
ketidakmampuan berbicara santun.
orang tuanya. Himbauan diberikan dengan
4) Prognosis tujuan agar keluarga senantiasa selalu
Ketidakmampuan anak tersebut dalam menggunakan Bahasa yang santun dalam setiap
berbahasa yang santun berpeluang untuk bisa bertutur dengan siapapun. Hal ini dilakukan
ditanggulangi. Hal ini didasarkan pada untuk memberi penegasan serta contoh untuk
beberapa pertimbangan. Pertama, pada anak. Peneliti beranggapan bahwa keberhasilan
dasarnya setiap anak mampu berkomunikasi dalam bertutur sangat kuat dipengaruhi oleh
dengan baik dan benar. Artinya, setiap orang keluarganya.
potensial untuk menguasainya dengan syarat Tindakan selanjutnya dilakukan di sekolah.
adanya pembiasaan untuk berkomunikasi Melalui poster yang berisi tentang kewajiban
dengan benar serta pengawasan dari orang tua siswa untuk menggunakan Bahasa Indonesia
secara intensif. Kedua, mengajak anak untuk yang baik dan benar digalakkan di setiap
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Artinya madding. Tidak lupa juga berdiskusi dengan
selalu memberikan kesempatan kepada anak guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran
untuk tampil di depan kelas. Tentunya dengan yang selalu menekankan siswa untuk tampil
pengawasan guru serta arahan tata cara berbicara di depan kelas 10 menit sebelum
berbahasa yang baik dan benar. Secara pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
psikologis anak akan membiasakan mengawasi kegiatan berbahasa anak. Peneliti
berkomunikasi yang santun, apabila meyakini dengan melibatkan siswa dalam
lingkungan keluarga turut andil dalam pembelajaran akan berpengaruh juga dalam
pemeroleh Bahasa. Lingkungan keluarga yang pembiasaan siswa dalam berkomunikasi yang
senantiasa berbahasa yang santun menjadi baik dan benar.
bagian dari pembelajaran anak. Jadi pada

8 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)

Penutup
Kesulitan yang dialami oleh partisipan dalam Wahab, Abdul. 1995. Isu Linguistik Pengajaran
Bahasa dan Sastra.
menggunakan Bahasa Indonesia yang santun
Surabaya: Airlangga University Press.
dipengaruhi oleh lingkungan. Keluarga menjadi
Yin, Robert. K. 2012. Studi Kasus (Desain &
faktor utama keberhasilan belajar Bahasa. Selain Metode). Jakarta: PT. Raja Grafindo
itu juga proses pembelajaran di sekolah turut Persada
mempengaruhi penguasaan keterampilan
berbicara anak. Anak yang senantiasa bertutur
santun menjadi pribadi yang berkarakter.
Kemampuan anak dalam interaksi sosial
dipengaruhi oleh penguasaan tentang kesantunan
berbahasa. Semakin sering anak menggunakan
Bahasa yang santun, akan semakin mengasah
kemampuan berinteraksi.

Pustaka Rujukan
Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut
GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum
1994?. Yogyakarta: Depdikbud
Burhan Nurgiyantoro.1995. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Chaer, Abdul.2003. Psikolinguistik:Kajian
Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Ellis, Rod. Understanding Second Language
Acquisition. New York Oxford
University Press. 1985
Tarigan, HG. 1981. Berbicara: Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
2009. Pengajaran Pragmatik.
Bandung: Angkasa
Iskandarwasid & Dadang Sunendar. 2011.
Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa
Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Syamsudin & Vismaia S.D. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:
Rosda.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


9
Universitas Bale Bandung

Anda mungkin juga menyukai