Dani Hermawan
(FKIP Universitas Bale Bandung)
Pos-el: danihermawan@unibba.ac.id
Abstrak
Masalah yang mendasari penelitian ini adalah berkaitan dengan implementasi pembelajaran berbicara.
Melalui pembelajaran di sekolah diharapkan anak mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.
Bahasa yang baik tentunya berkaitan dengan etika yang berlaku dalam masyarakat pemakai Bahasa.
Bahasa yang benar tidak terlepas dari aturan atau kaidah kebahasaan. Kedua hal tersebut menjadi target
ketercapaian pembelajaran bahasa. Di samping itu tidak hanya keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai oleh siswa, akan tetapi pemahaman tentang kesantunan berbahasa juga sangat penting.
Semakin sering anak menggunakan Bahasa yang santun, semakin menunjukkan kepribadian yang baik.
Pribadi yang baik ditandai dengan seringnya seseorang menggunakan Bahasa yang santun. Melalui
pemaparan hasil studi kasus ini diharapkan guru beserta orang tua siswa memiliki pengetahuan tentang
cara memberikan pembelajaran Bahasa yang baik dan benar.
Pendahuluan
Manusia dalam menjalani kehidupan tidak Melalui bahasa seseorang dapat
terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa mengekspresikan pikirannya sehingga orang lain
merupakan alat yang penting bagi setiap orang. dapat menangkap sesuatu yang dipikirkan
Bahasa dianggap sebagai alat komunikasi penutur. Komunikasi antarmanusia dapat terjalin
antarmanusia. Melalui berbahasa seseorang akan dengan baik melalui bahasa, sehingga tidak
dapat mengembangkan kemampuan bergaul mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai
(social skill) dengan orang lain. Penguasaan salah satu indikator kesuksesan seseorang. Anak
keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial yang dianggap banyak berbicara, terkadang
dimulai dengan penguasaan kemampuan merupakan cerminan anak yang cerdas.
berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan Melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan
dapat berkomunikasi dengan orang lain. teknologi menjadikan tuntutan bagi manusia
untuk memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
2 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)
4 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)
Pemahaman minimal dari pembicara dalam terlibat aktif berkomunikasi. Seseorang dianggap
membentuk sebuah kalimat merupakan syarat memiliki kemampuan berbicara selama ia
yang harus ada dalam kegiatan berbicara. mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
Kalimat yang terstruktur tentunya menyajikan Berikut bagan arus komunikasi lisan.
sebuah makna. Sekecil apapun struktur kalimat
tersebut. Warta
Pembelajaran berbicara dapat tercapai apabila
komponen pembelajaran yang terlibat saling
mendukung. Guru, siswa, materi, metode dan
sarana pendukung pembelajaran saling Pengirim Penerima
melengkapi. Guru sebagai narasumber bagi siswa
harus mempunyai kompetensi materi
pembelajaran yang diajarkan. Siswa sebagai Balikan
subjek belajar memliki kesiapan baik materi
pembelajaran maupun mental serta pengalaman.
Hasil pembelajaran berbicara di sekolah
tentunya menjadi bekal bagi mereka untuk Arus Komunikasi (Iskandarwasid,
berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. 2011:240)
Keterampilan berbicara akan mampu membentuk
generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif Program pengajaran keterampilan berbicara
dan berbudaya sehingga melahirkan tuturan atau harus mampu memberikan kesempatan kepada
ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah setiap individu mencapai tujuan yang dicita-
dipahami. Yang menjadi permasalahan apakah citakan. Tujuan keterampilan akan mencakup
pembelajaran berbicara di sekolah sudah pencapaian hal-hal berikut:
memperhatikan kesantunan dalam berbahasa? a) kemudahan berbicara;
Untuk mengetahui hal tersebut maka kita bisa b) kejelasan;
mengidentifikasi melalui hasil pembelajaran atau c) bertanggung jawab;
implementasinya. d) membentuk pendengaran yang kritis;
Ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya
e) membentuk kebiasaan. (Iskandarwasid,
tingkat keterampilan berbicara, yaitu faktor
2011:242)
eksternal dan internal. Faktor eksternal
diantaranya adalah pengaruh penggunaan bahasa 2) Pentingnya kesantunan dalam Berbahasa
Indonesia di lingkungan keluarga dan Pada hakikatnya, setiap bahasa yang
masyarakat. diigunakan oleh manusia tidak ada yang lebih
Faktor internal diantaranya pendekatan baik atau lebih buruk. Seandainya ada bahasa
pembelajaran, metode, media, atau sumber yang sudah mampu mengungkapkan sebagian
pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki besar pikiran dan perasaan lebih dari bahasa yang
pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat lain, bukan karena bahasa itu lebih baik tetapi
keterampilan berbicara siswa. karena pemilik dan pemakai bahasa sudah
Maka keberhasilan seseorang dalam kegiatan mampu menggali potensi bahasa itu lebih dari
berbahasa tidak hanya cukup dikaji dan dipelajari yang lain. Jadi yang lebih baik bukan bahasanya
di sekolah saja tetapi harus pula ada dukungan tetapi kemampuan manusianya.
dari keluarga. Dengan kata lain lingkungan Semua bahasa hakikatnya sama, yaitu sebagai
sangat berpengaruh kuat sekali dalam
alat komunikasi. Oleh karena itu, ungkapan
menentukan keberhasilan pembelajaran
bahwa bahasa menunjukkan bangsa tidak
berbicara. Selain itu pula proses pembelajaran
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa bahasa
berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik
satu lebih baik dari bahasa yang lain. Maksud
dari ungkapan itu adalah bahwa ketika seseorang baik bahasa ibu maupun bahasa kedua dan asing.
sedang berkomunikasi dengan bahasanya mampu Ellis (1994) menyebut fase tersebut sebagai
menggali potensi bahasanya dan mampu critical period, yaitu sebuah fase dimana anak
menggunakannya secara baik, benar, dan santun sangat peka dalam pemerolehan bahasa
merpakan cermin dari sifat dan kepribadian meskipun utamanya dalam hal pelafalan.
pemakainya. Peranan guru dalam pembelajaran berbicara di
Pendapat Sapir dan Worf (dalam Wahab, sekolah sangat penting untuk keberhasilan siswa
1995) menyatakan bahwa bahasa menentukan dalam berperilaku santun dalam berbahasa.
perilaku budaya manusia memang ada benarnya. Untuk itu guru harus pandai memilih pendekatan
Orang yang ketika berbicara menggunakan pembelajaran yang tepat. Salah satu pendekatan
pilihan kata, ungkapan yang santun, struktur pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan
kalimat yang baik menandakan bahwa situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif,
kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan
jika adaorang yang sebenarnya kepribadiannya pragmatik.
tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha
baik, benar, dan santun di hadapan orang lain; memberikan kesempatan kepada siswa untuk
pada suatu saat tidak mampu menutup-nutupi mengembangkan keterampilan berbahasa di
kepribadian buruknya sehingga muncul pilihan dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks.
kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa
baik dan tidak santun. melalui pembelajaran terpadu dengan
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam
bahasa untuk bersosialisasi tidak lepas dari situasi dan konteks komunikasi alamiah
faktor-faktor penentu tindak komunikasi dan senyatanya.
prinsip-prinsip sopan santun (politeness Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang
principle), dan direalisasikan dalam tindak diterapkan dalam pendekatan pragmatik, yaitu:
komunikasi. Dalam penilaian kesantunan 1) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
berbahasa adalah bagaimana kita bertutur, aneka aspek situasi ujaran;
dengan siapa kita bertutur. Hakikatnya 2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
kesantunan berbahasa adalah etika kita dalam prinsip-prinsip kesantunan;
bersosialisasi di masyarakat dengan penggunaan, 3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
pemilihan kata yang baik dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama; dan
di mana, kapan, kepada siapa, dengan tujuan apa 4) penggunaan bahasa dengan memperhatikan
kita berbicara secara santun. faktor-faktor penentu tindak komunikatif.
Budaya kita menilai berbicara dengan Seorang anak bisa tidak santun dalam
menggunakan bahasa yang santun akan berbahasa karena disebabkan oleh:
memperlihatkan sejatinya kita sebagai manusia 1) ketidaktahuan kaidah kesantunan yang harus
yang beretika, berpendidikan dan berbudaya dipakai ketika berbahasa;
yang mendapat penghargaan sebagai manusia 2) kesulitan meninggalkan kebiasaan lama
yang baik. Kesantunan dalam berbahasa dalam budaya bahasa pertama sehingga masih
merupakan elemen penting dalam kegiatan terbawa dalam kebiasaan baru (berbahasa
berinteraksi dengan bahasa karena kesantunan Indonesia); dan
berbahasa mestinya diajarkan sejak dini. Secara 3) karena sifat bawaan “gawan bayi” yang
alami pada usia 4 hingga 11 tahun, anak menjadi memang suka berbahasa tidak santun di
sangat peka dalam masalah pemerolehan bahasa, hadapan mitra tutur.
6 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)
8 METAMORFOSIS
Kesantunan Berbahasa pada Anak usia 11 Tahun Dani Hermawan
(Studi Kasus terhadap Anak Usia 11 Tahun)
Penutup
Kesulitan yang dialami oleh partisipan dalam Wahab, Abdul. 1995. Isu Linguistik Pengajaran
Bahasa dan Sastra.
menggunakan Bahasa Indonesia yang santun
Surabaya: Airlangga University Press.
dipengaruhi oleh lingkungan. Keluarga menjadi
Yin, Robert. K. 2012. Studi Kasus (Desain &
faktor utama keberhasilan belajar Bahasa. Selain Metode). Jakarta: PT. Raja Grafindo
itu juga proses pembelajaran di sekolah turut Persada
mempengaruhi penguasaan keterampilan
berbicara anak. Anak yang senantiasa bertutur
santun menjadi pribadi yang berkarakter.
Kemampuan anak dalam interaksi sosial
dipengaruhi oleh penguasaan tentang kesantunan
berbahasa. Semakin sering anak menggunakan
Bahasa yang santun, akan semakin mengasah
kemampuan berinteraksi.
Pustaka Rujukan
Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut
GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum
1994?. Yogyakarta: Depdikbud
Burhan Nurgiyantoro.1995. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Chaer, Abdul.2003. Psikolinguistik:Kajian
Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Ellis, Rod. Understanding Second Language
Acquisition. New York Oxford
University Press. 1985
Tarigan, HG. 1981. Berbicara: Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
2009. Pengajaran Pragmatik.
Bandung: Angkasa
Iskandarwasid & Dadang Sunendar. 2011.
Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa
Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Syamsudin & Vismaia S.D. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:
Rosda.