LITERATUR REVIEW
HUBUNGAN ANTARA BENTUK DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA
OLEH
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2020
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Maluku dan oleh karenanya berhak melakukan pengelolaan atas karya tulis ini sesuai
3.Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terbukti tidak
sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan
yang berlaku.
i
ABSTRAK
Penyakit gangguan jiwa belum dapat disembuhkan secara optimal, namun para
pasien gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan diperlakukan secara
manusiawi. Upaya penting dalam penyembuhan dan pencegahan kekambuhan
kembali adalah dengan adanya dukungan keluarga yang baik. Dukungan
keluarga sebagai bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari
dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap
kejadian-kejadian dalam kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah hubungan
antara bentuk dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa.
Desain penelitian ini menggunakan jenis systematic review. Systematic review ini
bertujuan mengetahui hubungan antara bentuk dukungan keluarga dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa. Metode yang digunakan menggunakan review
artikel dan jurnal keperawatan. Hasil berbagai artikel dan jurnal yang dilakukan
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara bentuk dukungan keluarga dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa. Dukungan keluarga sangat penting dan utama
dalam proses kesembuhan pasien gangguan jiwa, keluarga harus memiliki
pengetahuan yang tinggi tentang bagaimana memberikan dukungan keluarga yang
baik dan benar pada penderita gangguan jiwa. Dukungan keluarga diperlukan agar
kesembuhan bagi penderita gangguan jiwa dapat tercapai. Keluarga diharapkan
mampu berperan aktif dalam proses kesembuhan pasien gangguan jiwa dirumah,
selain keluarga dapat memberikan dukungan, keluarga juga dapat mengingatkan
pasien tentang kepatuhan minum obat. Dari hasil literature review yang dibuat,
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara bentuk dukungan keluarga dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa. Sehingga disarankan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi kepada
keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa..
ii
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya
bimbingan, semangat dan saran sehingga proposal ini bisa terselesaikan dengan
iv
5. Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku yang telah memberikan ijin
penelitian
dengan berbagai macam cara dan perannya telah membantu penulis dalam proses
saran dan kritikan yang dapat membantu perbaikan dan pengembangan proposal
ini. Semoga proposal ini bisa memberi manfaat bagi pengembangan ilmu
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………...…….…ii
ABSTRAK…………………………………………………………………….….iii
ABSTRACT…………………….……………………………………………...…iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................6
1. Manfaat Teoritis........................................................................................6
2. Manfaat Praktis..........................................................................................6
D. Kerangka Konsep........................................................................................36
D. Hipotesis Penelitian.....................................................................................37
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................38
A. Jenis Penelitian............................................................................................38
D. Variabel Penelitian......................................................................................43
E. Analisa Data................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu proses
jutaorang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini
cukup kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri para pasien gangguan
sangat serius, sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa. Sepertiganya
(WHO, 2017).
Sedangkan di Maluku pada tahun 2013 sebesar 2% dan pada tahun 2018
1
sebesar 4%. Pada cakupan pengobatan pasien gangguan jiwa yang berobat
15.1%. Pasien yang berobat, 48.9% diantaranya minum obat secara rutin dan
51.1% minum obat tidak rutin.Alasan tidak rutin minum obat dalm 1 bulan
terakhir adalah merasa sudah sehat (36.1%), Tidak rutin berobat sebanyak
(33.7%), tidak mampu membeli obat secara rutin (23.6%), tidak tahan ESO
(7.0%). sering lupa (6.1%), merasa dosis tidak sesuai (6.1%), obat tidak
jiwa tersebut biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi berbagai
2
gangguan jiwa tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat
namun para pasien gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan
(Dinosetro, 2016).
keluarga sebagai bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari
informasi verbal atau nonverbal, saran, bantuan yangnyata atau tingkah laku
3
Untuk mencegah terus masalah kesehatan yang berkaitan dengan
tingkah laku pasien gangguan kesehatan jiwa pada anggota keluarga perlu
merupakan unit yang paling dekat dengan klien, efektifitas suatu pengobatan
olehlingkungan, sikap dan pola hidup pasien dan keluargan. Selain itu juga
dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi pada satu
kesehatan jiwa bukan klien seumur hidup tetapi hanya fasilitas pembantu
4
adaptif. Salah satu penyebab kambuhnya gangguan jiwa adalah keluarga
yang tidak tahu cara menangani perilaku klien dirumah (Teguh, 2019).
yang diteliti, tingkat dukungan keluarga klien gangguan jiwa sebagian besar
jiwa sebagian besar sedang yaitu 50 responden (64,1%). Dari hasil bivariat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
5
Adapun manfaat penelitian, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keluarga
dukungan keluarga.
melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasienan bagi keluarga. Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang tanpa
mengenal umur, rs, maupun status social dan ekonomi (Yosep, 2016).
Konsep gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologi
seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala Pasienan (distress) di dalam satu atau lebih
7
Kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon
gejalah atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis
yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi
8
c. Faktor lingkungan seperti kurang gizi selama kehamilan dimana
harus seimbang dengan zat gizi yang harus dipenuhi selama kehamilan
adalah asam folat, asam lmak tak jenuh, vitamin B12, vitamn D,
vaitamin A, kalsium (Ca), zat besi (Fe), vitamin B6, serat, vitamin C,
seng (Zn), dan yodium. Faktor lingkungan lain juga seperti masalah
adalah:
terdekat, seperti orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk
fraternal beresiko hanya 15%, dan angka ini dapat meningkat samapi
9
menunjukan bahwa pasien skizofrenia memiliki jaringan otak yang
virus, atau respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi
otak.
a. Skizofrenia Hebefrenik
apa maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan
10
4) Waham tidak jelas dan tidak sistematik (terpecah-pecah) tidak
sosial.
b. Skizofrenia Katatonik
membisu.
menggerakan dirinya.
luar.
11
5) Sikap Tubuh Katatonik, yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh.
c. Skizofrenia Paranoid
tindakan kekerasan.
d. Skizofrenia Residual
yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan
sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional
12
Tipe ini memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
tetap ini tidak dapat dimasukkan dalam tipe-tipe yang telah diuraikan
(negative symptoms).
a. Gejala Positif
langsung kepadanya.
lain.
13
5) Kekacauan alam piker yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,
pikirannya
b. Gejala Negatif
ekspresi.
ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin
a. Penatalksanaan Pengobatan
1) Terapi Psikofarmakologi
14
Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan,
2) Terapi Somatic
system tubuh lain. salah satu bentuk terapi ini adalah Electro
3) Terapi Modalitas
15
Ada beberapa jenis terapi modalitas, (Nuraeni, 2017) antara
lain:
a) Terapi Individual
dasarnya.
b) Terapi Lingkungan
16
untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada
c) Terapi Kognitif
pola keyakinan dan berpikir yang tidak akurat. untuk itu salah
perubahan kognitif.
d) Terapi Keluarga
17
dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing
e) Terapi Kelompok
Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah Role
f) Terapi Bermain
18
Terapi bermain diterapkan karena adanya anggapan
b. Penatalaksanaan Pencegahan
seperti memberi semangat, rasa aman dan mengatasi rasa putus asa
a. Pengertian Rehabilitasi
19
b. Tujuan Rehabilitasi
(Hawari, 2015).
c. Tahapan Rehabilitasi
yaitu:
1) Tahap Persiapan
a) Orientasi
b) Identifikasi
20
perasaan dan kepribadiannya serta memberi kebutuhan yang
diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan
menunda rasa puasnya unutk mencapai bentuk baru dari apa yang
dirumuskan.
3) Tahap Pengawasan
1) Orientation
21
tempat atau tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui
2) Assertion
3) Accuotion
sosial.
4) Recreation
22
seperti: orientasi asertif, interaksi sosial, ketangkasan fisik. Contoh
masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-
internal, seperti dukungan dari suami, istri, atau dukungan dari saudara
sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap
23
2. Sumber Dukungan Keluarga
umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang spontan: dukungan
oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan
untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota
dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial
keluarga eksternal.
langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang harus ada dalam
masa stress bagi keluarga (Friedman, 2015). Dukungan sosial juga dapat
24
tugas sering kali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan tetangga.
a. Dukungan Emosional
25
Dukungan emosional dari keluarga sangat dibutuhkan, dimana
hal ini dapat mempengaruhi status psikososial dan mental yang akan
b. Dukungan Informasi
aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan
kesehatannya.
c. Dukungan Instrumental
26
tenaga, dana, maupun, meluangkan waktu untuk membantu atau
d. Dukungan Penilaian
27
dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi
a. Faktor Internal
1) Tahap Perkembangan
3) Faktor Emosi
28
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
4) Spiritual
b. Faktor Eksternal
1) Praktek di Keluarga
2) Faktor Sosio-Ekonomi
29
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel
kesehatannya.
1. Defenisi Kekambuhan
30
kronisdiperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan
70% pada tahun kedua. Kekambuhan biasanya terjadi karena hal- hal
2. Faktor-Faktor Kekambuhan
a. Pasien
b. Dokter
31
c. Penanggung Jawab Pasien (Case Manager)
segera mengambiltindakan.
d. Keluarga
32
Gangguan sebab dan akibat berpikir, Gangguan proses
3. Gejala-Gejala Kekambuhan
tidur, depresi, tidak ada minat dan menarik diri. Pada gangguan jiwa
psokotik akan timbul gejala positif yang lebih aktif seperti; waham,
(Keliat, 2015).
33
a. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)
c. Sukar konsentrasi
d. Sulit Tidur
e. Perilaku Kekerasan
g. Menarik diri
4. Tahap-Tahap Kekambuhan
a. Overextension
b. Restricted Consciousnes
c. Disinhibition
Gejala lain darihipomania ini adalah rasa percaya diri yang berlebihan,
34
wahamkebesaran, mudah marah, senang bersukaria dan
menghamburkanuang,euforia.
d. Psikotic Disorganization
Pada saat ini gejala psikotik sangat jelas dilihat. Tahap ini
kehancuran padadiri.
sebagailoudly psychotic.
e. Psychotic Resolution
35
c. Menghindari situasi yang mungkin memicu timbulnya gejala
dosis pengobatan.
D. Kerangka Konsep
bawah ini:
36
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
:Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Adanya Hubungan
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode
ini adalah untuk membatu peneliti lebih memahami latar belakang dari
ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi
38
Identifikasi pertanyaan penelitian merupakan pertayaan yang akan kita
tidak ada.
2. Menyusun Protokol
Analyses)
a. Pencarian Data
yangsifatnya resmi.
39
b. Skrining Data
4. Ekstrasi Data
artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode
40
Hasil Jurnal Nasional secara keseluruhan (Bahasa Indonesia)
(n=315 )
1. Populasi
gangguan jiwa.
41
2. Sampel
3. Teknik Sampling
a. Kriteria Inklusi
(2015-2020)
b. Kriteria Eksklusi
42
1) Artikel penelitian internasional yang berkaitandengan
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
gangguann jiwa.
E. Analisa Data
43
Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka
44
45
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Tabel 4.1
Hasil Systematic Review Hubungan Antara Bentuk Dukungan Keluarga
Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa
No Judul/Peneliti Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Intervensi Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisa
1 Dukungan 2019 Rumah Sakit menganalisi studi 78 responden Kuesioner dan uji non terdapat
Keluarga Jiwa Prof. dukungan keluarga korelasional Observasi parametric hubungan
Terhadap Dr. Soeroyo terhadap dengan yang
Kekambuhan Di Magelang kekambuhan paisen pendekatan cross signifikan
Pasien Gangguan gangguan jiwa di sectional antara
Jiwa Di Rumah rumah sakit jiwa dukungan
Sakit Jiwa Prof. Prof. Soeroyo keluarga dan
Dr. Soeroyo Di kekambuhan
Magelang. kliengangguan
(A.Gani) jiwa. Dengan
nilai
Correlation
Coefficien-.17
7 (pv=0,027)
2 Hubungan 2020 Rumah Sakit mengetahui apakah Crossectional 181 Kuesioner Chi-square Terdapat
Dukungan Jiwa ada hubungan responden hubungan
Keluarga Tampan yang bermakna yang
Terhadap Pekanbaru bermakna
antara dukungan
Kekambuhan antara
45
Pasien keluarga terhadap dukungan
Skizofrenia Di proses keluarga
Rumah Sakit kekambuhan pasien dengan
Jiwa Tampan kekambuhan
skizofrenia di
Pekanbaru. pasien
(Lora Marlita) Poliklinik Rumah skizofrenia,
Sakit Jiwa (RSJ) dengan p-
Tampan Provinsi value 0,000
Riau yang berarti p-
value < α 0,05
3 Hubungan 2020 ruang IPCU untuk menentukan deskriptif 40 responden Kuesioner Spearman ada hubungan
Dukungan Rumah Sakit hubungan antara korelasional Rank antara
Keluarga Jiwa dukungan keluarga dengan dukungan
terhadapTingkat Provinsi Bali dan tingkat pendekatan cross keluarga dan
Kekambuhan kekambuhan klien sectional tingkat
Klien dengan risiko kekambuhan
denganResiko perilaku kekerasan klien dengan
Perilaku risiko perilaku
Kekerasan. kekerasan di
(Gede Harsa ruang rawat
Wardana) inap IPCU
bangsal
Rumah Sakit
Jiwa Provinsi
Bali dengan
nilai p 0,000
< dari tingkat
signifikansi
yang
ditentukan
0,05
4 Hubungan 2019 Poliklinik Untuk mengetahui pendekatan cross 100 Kuesioner chi-square terdapat
Dukungan Jiwa Rumah hubungan dukungan sectional dan responden hubungan
Keluarga Dengan Sakit Jiwa keluarga dengan menggunakan signifikan
46
Kekambuhan Prof. Dr. kekambuhan jenis penelitian antara
Penderita Muhammd penderita analitik dukungan
Skizofrenia di Ildrem skizofrenia di keluarga
Poliklinik Jiwa Medan Poliklinik Jiwa dengan
Rumah Sakit Rumah Sakit Jiwa kekambuhan
Jiwa Prof. Dr. Prof. Dr. penderita
Muhammd Muhammad Ildrem skizofrenia
Ildrem Medan. Medan yang meliputi
(Eirene hubungan
Anggreini dukungan
Sinurat) emosional (p-
value 0,013),
hubungan
dukungan
informasional
(p-value
0,025),
hubungan
dukungan
instrumental
(p-value
0,003), dan
hubungan
dukungan
penilaian (p-
value 0,005)
5 Hubungan 2020 Rumah untuk mengetahui analitik 38 responden Kuesioner chi-square terdapat
Konsep Sakit Jiwa apakah ada kuantitatif yang dan fisher’s hubungan
Dukungan Provinsi hubungan menggunakan tes dukungan
Keluarga Dengan Lampung dukungan keluarga desain penelitian emosional
Tingkat dengan Cross Secctional. dengan
Kekambuhan kekambuhan kekambuhan
Pada Paisen pasien skizofrenia pada pasien
Skizofrenia. di Rumah Sakit skizofrenia (p-
47
(Cindy Tiara) Jiwa Provinsi value :
Lampung 0,001),
terdapat
hubungan
dukungan
informasional
dengan
kekambuhan
pada pasien
skizofrenia (p-
value : 0,020)
terdapat
hubungan
dukungan
nyata dengan
kekambuhan
pada pasien
skizofrenia
skizofrenia (p-
value: 0,000)
terdapat
hubungan
dukungan
pengharapan
dengan
kekambuhan
pada pasien
skizofrenia (p-
value : 0,004).
6 Hubungan 2018 Kecamatan mengidentifikasi kuantitatif 30 responden Angket Chi-Square ada hubungan
Dukungan Kaliwungu dan mengukur korelasi yang
Keluarga Dengan Kabupaten hubungan dukungan signifikan
Tingkat Semarang keluarga dan antara
Kekambuhan kekambuhan pada dukungan
48
Penderita pasien penderita keluarga
Skizofrenia di skizofrenia di dengan
Kecamatan Kecamatan kekambuhan
Kaliwungu Kaliwungu, penderita
Kabupaten Kabupaten dengan nilai
Semarang. Semarang signifikansi
(Wisnu Adi sebesar 0,003
Prsityantama) (p<0,05).
7 Hubungan 2018 RSJ Naimata untuk mengetahui observasional 43 responden Kuesioner uji statistik Ada hubungan
Dukungan Kupang hubungan antara analitik dengan spearman antara
Keluarga Dengan dukungan keluarga pendekatan dukungan
Tingkat dengan tingkat Cross Sectional. keluarga
Kekambuhan kekambuhan dengan tingkat
Penderita penderita gangguan kekambuhan
Gangguan skizofrenia yang penderita
Skizofrenia Di berkunjung di RSJ gangguan
RSJ Naimata Naimata Kupang skizofrenia di
Kupang. RSJ Naimata
(Theresia Dian) Kupang
dengan nilai
p=0,004
(p<0,05).
8 Hubungan Faktor 2016 Poliklinik untuk mengetahui deskriptif 173 Kuesioner chi-square ada hubungan
Keluarga Dengan Rumah Sakit hubungan faktor korelatif dengan responden yang
Kekambuhan Jiwa Prof. keluarga dengan pendekatan cross bermakna
Pada Klien Dr. kekambuhan klien sectional antara
Skizofrenia Di HB.Sa’anin Skizofrenia di dukungan
Poliklinik Rumah Padang Poliklinik RS Jiwa keluarga
Sakit Jiwa Prof. Prof. Dr. HB. dengan
Dr. HB.Sa’anin Sa’anin Padang kekambuhan
Padang. klien
(Yudistira skizofrenia
Afconneri) (p<0,05).
9 Hubungan 2020 Poli Rawat untuk melihat metode 75 responden Kuesioner uji statistik Ada hubungan
49
Dukungan Jalan RSJD hubungan dukungan kuantitatif chi-square antara
Keluarga dengan Dr. Arif keluarga dengan non-eksperimen dukungan
Tingkat Zainudin tingkat kekamuhan dengan keluarga
Kekambuhan Surakarta pada pasien rancangan dengan tingkat
pada Pasien skizofrenia di RSJD deskriptif kekambuhan
Skizofrenia di Dr. Arif Zainudin korelasional dan pada pasien
Poli Rawat Jalan Surakarta pendekatan Skizofrenia
RSJD Dr. Arif Cross Sectional dengan nilai p
Zainudin = 0.000 (p <
Surakarta. 0.05).
(Yeni Nur
Rahmayanti)
10 Hubungan Peran 2019 Puskesmas untuk menganalisis deskriptif 15 responden Kuesioner uji Ada hubungan
Keluarga Dengan Pesanggraha peran keluarga analitik melalui stastistik peran
Tingkat n Kecamatan dengan derajat pendekatan rank keluarga
Kekambuhan Kutorejo kekambuhan kohord spearman dengan tingkat
Pasien Gangguan Mojokerto penderita gangguan retrospektif kekambuhan
Jiwa Di jiwa di Puskesmas pasien
Puskesmas Pesanggrahan gangguan
Pesanggrahan Kutorejo Mojokerto jiwadi
Kecamatan Puskesmas
Kutorejo Pesanggrahan
Mojokerto. Kutorejo
(Hamidah Fajrin Mojokerto
Rusydy) dengan p-
value 0.014
(<0,05).
50
Hasil penelitian Gani (2019), menunjuukan bahwa dari hasil univariat
karakteristik klien gangguan jiwa yaitu umur sebagain besar 15-24 tahun 32
gangguan jiwa sebagain besar sedang 50 responden (64,1%). Dari hasil bivariat
klien gangguan jiwa. Dengan nilai Correlation Coefficien -.177 (pv= 0,027).
26%, selanjutnya pada dukungan keluarga yang baik, pasien tidak mengalami
yang sangat baik atau tidak baik secara garis besar akan menjadi penyebab pasien
hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan
kekambuhan pasien skizofrenia, dengan p-value 0,000 yang berarti p- value < α
0,05.
keluarga yang memberikan dukungan sosial kategori tinggi sebagian besar pasien
kategori berat. Berdasarkan hasil uji Spearman Rank didapatkan angka p value
skizofrenia
52
pasien skizofrenia mayoritas mendapatkan dukungan informasi baik sebanyak
value=0,004).
berat 4 orang. Berdasarkan hasil uji analisa bivariat antar variable dukungan
0,003 atau lebih kecil dari α = 0,05, memberikan arti bahwa ada hubungan yang
tinggi, 6 orang dengan dukungan keluarga cukup dan 5 orang dengan dukungan
dengan dukungan keluarga tinggi, 1 orang dengan dukungan keluarga cukup dan 1
53
orang dengan dukungan keluarga rendah. 14 orang yang mengalami tingkat
Hasil penelitian juga didapatkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki
uji Chi Square diperoleh nilai p=0.044 (p≤0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
orang klien (87,5%) yang memiliki dukungan keluarga yang baik dan teratur
(12,5%) dengan dukungan keluarga yang baik tetapi tidak teratur dalam minum
orang klien yang lain (14,3%) tidak mengalami kekambuhan. Sedangkan pada
dukungan keluarga kurang dan tidak teratur dalam minum obat sebanyak 4 orang
klien (80%) mengalami kekambuhan dan 1 orang klien (20%) yang teratur dalam
minum obat walaupun dengan dukungan keluarga yang kurang tidak mengalami
berarti p < 0,05 maka Hо ditolak dan Hа diterima, hal ini menunjukkan adanya
54
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien
skizofrenia.
stastistik spearman rank pada taraf signifikan α = 0.05 dengan jumlah responden
15 orang didapatkan P value sebesar 0.014 dan < α (0.05) maka H1 diterima yang
gangguan jiwa.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil review dari jurnal atau artikel yang di dapatkan oleh
kekambuhan pasien gangguan jiwa. Dari hasil artikel di atas, dikatakan bahwa
rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi
proses pemulihan kesehatan pasien. Hal ini sejalan dengan teori Keliat dan
55
utama dalam memberi perawatan langsung pada setiap keadaan pasien baik itu
pada penderita gangguan jiwa, dukungan yang di berikan tidak hanya berupa
2016).
gangguan jiwa yang pertama adalah Pasien, Secara umum bahwa pasien yang
kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan pasien, sehingga dapat
yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan pulang
dan perawatan di rumah agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Efektifitas
56
perilaku keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan pasien (Ali,
2016).
bagi keluarga, pasien dan warga sekitar. Dampak kekambuhan bagi keluarga
yakni menambah beban dari segi perawatan dan beban mental bagi keluarga
2016).
langsung pada setiap keadaan sehat maupun sakit pasien. Apabila keluarga
positif dalam kesehatan jiwa, keluarga paling sering menjadi bagian penting
57
diperlukan penderita di rumah. Kuat lemahnya dukungan sosial keluarga
kekambuhan yang tinggi pada penderita skizofrenia. Hal ini adalah penderita
menyedihkan.
Penderita bisa pulih dan kembali hidup dimasyarakat secara produktif, baik
secara ekonomis maupun secara sosial. Sebagian besar dari penderita bisa
terbebas dari keharusan minum obat. Hanya saja, seperti juga kesehatan
58
pemeliharaan, baik kesehatan maupun jiwa seseorang bisa kembali jatuh sakit
(Setiahadi, 2016).
yang baik dan benar pada penderita gangguan jiwa. Dukungan keluarga
yang baik dari lingkungan, dapat membantu pasien gangguan jiwa menuju
hidupnya dan sistem dukungan yang diterima, sistem dukungan adalah penting
bagi kesehatan pada sistem gangguan jiwa, terutama secara fisik dan emosi.
Bagi pasien dengan gangguan jiwa keluarga merupakan sumber dari segala
sumber yang pasien anggap sebagai sumber kepuasan. Para pasien merasa
serta dukungan yang dibutuhkan baik berupa formal, maupun informal, akan
tetapi kelurga juga dapat menjadi hambatan dari pasien, dimana keluarga
59
seolah pasien anggap bukan bagian keluarga bahkan menganggap sama sekali
tidak ada.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasien yang pernah mengalami gangguan jiwa dan dirawat di Rumah Sakit
memiliki potensi kekambuhan jika tidak dirawat dengan baik dan rutin.
keluargan dapat memotivasi pasien untuk sembuh dan lebih percaya diri
B. Saran
berikut:
61
1. Dapat meningkatkan pengetahuan melalui informasi yang didapat sehingga
62
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 2015. Kesehatan Mental Klien Jiwa & Peran Serta
Keluarga dalam Keperawatan Jiwa.Jakarta : Depkes RI.
Friedman, M. 2015. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
63
Hawari, D. 2015. Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Stuart. 2017. Buku saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran.
Videbeck, Sheila, L. 2015. Psychiatric mental health nursing (5th Ed). Lippincott:
Williams & Wilkins.
64
Yosep Iyus, Stuini Titin. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Advance Mental
Health Nursing). Bandung: Refika Aditama.
65
Lampiran :
66
67
68
69