Anda di halaman 1dari 15

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Makalah Hukum Pajak Dasmar Ali,S.H.,M.H

DASAR, ASAS DAN SISTEM PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Annisya Nur (12020723221)


Azizah Vachro (12020723435)
Bobby Febrian (12020713600)

PIH-F/5

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan

karunia-Nya yang tiada terkira. Semoga kita insan yang dhoif ini bisa selalu

istiqomah terhadap apa yang telah digariskan-Nya. Semoga kita selalu dalam ridha-

Nya. Shalawat beriring salam setulus hati kepada baginda Nabi Muhammad dan ahlul

baitnya (Shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam), sang reformis agung peradaban dunia

yang menjadi inspiring leader dan inspiring human bagi umat di seluruh belahan

dunia. Semoga syafa’atnya kelak menaungi kita di hari perhitungan kelak. Penulis

dapat sampai pada tahap ini dan dapat menyelesaikan Makalah dengan judul

“DASAR, ASAS DAN SISTEM PERPAJAKAN”. Penulis menyadari Makalah ini

masih belum sempurna karena keterbatasan penulis, oleh karena itu kritik dan saran

dari pembaca sangat penulis harapkan demi makalah yang lebih baik dan dapat

bermanfaat bagi seluruh pembaca. 

Pekanbaru, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

Latar Belakang...........................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................2
Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Dasar Hukum Dan Peraturan Perpajakan.......................................................3


B. Asas-Asas Pemungutan Pajak.........................................................................6
C. Sistem Perpajakan Di Indonesia.....................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal dari


rakyat. Karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting,
maka pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu
kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Untuk mewujudkan sebuah
kenaikan pendapatan negara, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak
adalah dengan melakukan reformasi perpajakan, yaitu dengan melakukan
reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan serta sistem
administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga
potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan
menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib
Pajak.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara berupa uang yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang
dapat dipaksakan sesuai peraturan perundang-undangan dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung untuk keperluan negara dalam menyelenggarakan
pemeritahan demi mencapai kesejahteraan umum Perkembangan era globalisasi
sekarang ditandai dengan berbagai macam perubahan dalam segala macam aspek
kehidupan manusia. Dengan berkembangnya teknologi tersebut didukung juga
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka hal itu berdampak pada pola
perkembangan dan kemajuan di bidang kearsipan yang baik. Seiring dengan
berjalan waktu, teknologi kearsipan tentu saja bersifat praktis dan memiliki
tingkat risiko yang lebih kecil. Teknologi kearsipan yang lebih canggih yaitu arsip
teknolgi yang digunakan oleh berbagai instansi-instansi. Arsip teknologi juga
dimanfaatkan oleh Departemen Keuangan untuk mendokumentasikan semua

1
arsip-arsipnya. Ini merupakan suatu pembaharuan dalam sistem perpajakan yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait pembahasan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana dasar hukum dan peraturan perpajakan?
2. Apa saja asas-asas pemungutan pajak?
3. Bagaimana sistem perpajakan di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui dasar hukum dan peraturan perpajakan.
2. Untuk mengetahui asas-asas pemungutan pajak.
3. Untuk mengetahui sistem perpajakan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Dan Peraturan Perpajakan
Sifat pajak adalah wajib, yaitu mewajibkan bagi siapa saja (orang atau
badan) yang telah dinyatakan Wajib Pajak (WP) di dalam undang-undang, maka
orang atau badan tersebut diharuskan membayar pajak sesuai dengan ketentuan
dan aturan yang berlaku berdasarkan hukum. Karena sifat berlakunya adalah
wajib, maka harus terdapat sebuah payung hukum dari pemerintah agar ketentuan
tersebut bisa dipatuhi dan dipertanggungjawabkan oleh semua pihak yang terkait
dan memberikan keamanan dan ketegasan dalam setiap praktiknya. Untuk
menjamin berlangsungnya kegiatan pajak secara baik dan adil, maka diperlakukan
dasar hukum yang tepat sesuai dengan jenis pajak yang ditetapkan.

Pengaturan pajak di dalam suatu undang-undang, mempunyai dasar


filosofis yang penting karena pajak merupakan sesuatu yang membebani rakyat,
dan untuk itu harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari rakyat melalui
mekanisme persetujuan wakil-wakil rakyat yang duduk di Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Dengan demikian sekalipun pengaturan pajak dalam undang-
undang menjadi suatu keharusan, operasionalisasi ketentuan di bidang pajak ini
kadang kala menghendaki pengaturan lebih lanjut melalui berbagai bentuk
peraturan, baik yang termasuk dalam peraturan perundang-undangan atau bukan.

Sebagaimana ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004


jo UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
ada berbagai bentuk peraturan perundang-undangan yang secara hirarkis mengatur
soal pajak, yaitu sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UU NRI


1945);
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
(Perppu); 3) Peraturan Pemerintah (PP);
c. Peraturan Presiden (Perpres); dan

3
d. Peraturan Daerah (Perda).

Dasar utama perpajakan Indonesia berpijak pada pasal 23A UUD 1945
yang berbunyi, “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang”. Agar dapat diimplementasikan dalam
kehidupan bernegara, maka sebagai tindaklanjut dari bunyi pasal 23A UUD 1945
tersebut diterbitkan undang-undang yang mengatur tatacara penyelenggaraan
perpajakan. Setidaknya terdapat 9 (sembilan) undang-undang yang dijadikan
landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia, yaitu:

a. Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Keempat


Atas Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
c. Undang-Undang RI Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Peubahan Ketiga
Atas Undang Undang RI No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai atas Barang dan jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
d. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2000 Tentang Perubahan ketiga
Atas Undang Undang RI No. 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
e. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai.
f. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak (sudah tidak belaku lagi karena sudah dicabut
berlakunya)
g. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
h. Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa.
i. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan.

4
Selain undang-undang yang berlaku di Indonesia (UU NRI 1945 dan
undang-undang yang mengatur soal perpajakan seperti tersebut di atas, yang
menjadi dasar hukum pengenaan pajak juga adalah beberapa konvensi hukum dan
perjanjian internasional, seperti tax trities atau tax treaty.

Tax Treaty atau dalam bahasa Indonesia dapat kita artikan sebagai
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di
bidang perpajakan antar kedua negara yang mengatur pembagian hak pemajakan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh penduduk salah satu negara atau
penduduk kedua negara dalam persetujuan itu. Pembagian hak tersebut diatur
dengan tujuan untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya pengenaan pajak
berganda.

Tax Treaty ditujukan untuk menentukan alokasi hak pemajakan yang


timbul dari suatu transaksi yang terjadi antara negara sumber (negara tempat
sumber penghasilan berasal) dan negara domisili (negara tempat wajib pajak
tinggal atau menetap). Adapun tujuan dari Tax Treaty adalah sebagai berikut:

1) Menghindarkan terjadinya pengenaan pajak ganda.


Adanya perjanjian penghindaran pajak berganda ini menjadikan pengenaan pajak
atas laba usaha tidak dapat dikenakan di kedua tempat, yaitu negara sumber atau
negara domisili. Jadi, laba usaha dikenakan pajak di tempat mereka
berkedudukan. Harapannya, dunia usaha bisa mendapatkan kepastian hukum
karena membayar pajak hanya dikenakan pada satu kali, yaitu di negara domisili.

2) Peningkatan Investasi
Perjanjian penghindaran pajak berganda diharapkan dapat menarik negara luar
untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sebab jika investasi berupa bunga,
dividen, atau royalti dikenakan pajak yang tinggi, hal ini akan menimbulkan
keraguan pada negara luar. Tentunya, ini dapat memperlambat pertumbuhan
investasi modal di Indonesia dari luar negeri.1

1
Khalimi.Moch.Iqbal,Hukum Pajak Teori dan Praktek,(Lampung:Aura,2020)hlm.20-23

5
B. Asas-Asas Pemungutan Pajak
Menurut para ahli, untuk mencapai tujuan dari pemungutan pajak, ialah
dengan mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain:

1. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang
terkenal «The Four Maxims», asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut

a. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan/ atau keadilan)


yaitu pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif terhadap wajib pajak.
b. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis) yaitu biaya pemungutan
pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi adanya biaya
pemungutan pajak lebih besar dari hasil pajak.

2. Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak sebagai berikut :

a. Asas daya pikul, yaitu besar kecilnya pajak yang dipungut harus
berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi
penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.
b. Asas manfaat, yaitu pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan
untuk kegiatan - kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
c. Asas kesejahteraan,ialah pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d. Asas kesamaan,dimana dalam kondisi yang sama antara wajib pajak satu
dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama
(diperlakukan sama).
e. Asas beban yang sekecil-kecilnya,yaitu pemungutan pajak diusahakan
sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai
obyek pajak sehingga tidak memberatkan wajib pajak.

3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pajak, sebagai berikut:

6
a. Asas politik finansial,yaitu pajak yang dipungut oleh negara jumlahnya
memadai sehingga dapat untuk membiayai atau mendorong semua
kegiatan negara. 2
b. Asas ekonomis: penentuan obyek pajak harus tepat. Misal: pajak
pendapatan, pajak barang-barang mewah, dan sebagainya.
c. Asas keadilan yaitu pungutan pajak berlaku secara umum tanpa
diskriminasi, untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.
d. Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan,
dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara
membayar) dan besar biaya pajak.
e. Asas yuridis segala pungutan pajak harus berdasarkan undang - undang.

4. Pendapat lain.

Selain pendapat ketiga ahli di atas, ada juga pendapat bahwa asas pemungutan
pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga asas, yaitu :3

a. Asas domisili, adalah cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Menurut asas ini, wajib pajak
yang bertempat tinggal di Indonesia akan dikenakan pajak atas segala
penghasilan baik yang didapat di Indonesia maupun didapat dari luar
negeri.
b. Asas sumber, adalah cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
berdasarkan sumber pendapatan tanpa melihat tempat tinggal. wajib pajak
menurut asas ini adalah siapapun yang memperoleh penghasilan di
Indonesia akan dikenakan pajak sekalipun tempat tinggalnya di luar
negeri. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa
status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut, sebab
yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul
atau berasal dari negara itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di

2
Aristanti Widyaningsih,Hukum Pajak dan Perpajakan,(Bandung:Alfabeta,2017)hlm.13
3
Mustaqiem,Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia,(Yogyakarta:Mata
Padi Presindo,2014)hlm.42

7
Indonesia maka dari penghasilan sektor apapun yang didapat di Indonesia
akan dikenakan pajak juga oleh pemerintah Indonesia.
c. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas
kewarganegaraan. Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak
adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh
penghasilan.4 Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana
penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Seperti halnya dalam asas
domisili, sistem pengenakan pajak berdasarkan asas nasionalitas ini
dilakukan dengan cara menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep
pengenaan pajak atas world wide income. Contoh: setiap warga negara
asing yang bertempat tinggal di Indonesia harus membayar pajak kepada
negara asalnya.

C. Sistem Perpajakan Di Indonesia


Sistem perpajakan adalah mekanisme yang mengatur bagaimana hak dan
kewajiban perpajakan suatu wajib pajak dilaksanakan. Wirawan B Ilyas dan
Richard Burton mengatakan pada dasarnya ada 4 (empat sistem) pemungatan
pajak, yaitu: Official Assessment, Semi Self Assessment, Self Assessment,
Withholding System.

Pada uraian di bawah ini disajikan berbagai sistem perpajakan.

a. Official Assessment

Official Assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi


wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.5

Sistem pemungutan pajak ini memiliki kekuarangan, yaitu karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu
dibayarkan, maka wajib pajak biasanya akan berusaha untuk menyetorkan pajak
sekecil mungkin dengan membuat laporan palsu atas pelaporan kekayaan.

4
Adrian Sutedi,Hukum Pajak,(Jakarta:Sinar Grafika,2011)hlm.23
5
Wirawan B. Ilyas.Richard Burton,Hukum Pajak,(Jakarta:Salemba Empat,2008)hlm.32

8
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

- Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu secara
mandiri.
- Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai
dari menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
- Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika
wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak, atau terdapat pajak yang
seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.

b. Semi Self Assessment

Menurut sistem perpajakan ini pemungutan pajak, setiap awal tahun wajib pajak
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan yang
merupakan angsuran bagi wajib pajak yang harus disetor sendiri. Baru kemudian
pada akhir tahun pajak fiskus menentukan besarnya utang pajak yang
sesungguhnya berdasarkan data yang dilaporkan oleh wajib pajak.

c. Self Assessment

Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh
wajib pajak. Dalam hal ini, kegiatan menghitung, memperhitungkan, menyetorkan
dan melaporkan pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak. Peran institusi
pemungut pajak hanyalah mengawasi melalui serangkaian tindakan pengawasan
maupun penegakan hukum (pemeriksaan dan penyidikan pajak).

Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

- Besarnya pajak yang dikenakan dihitung oleh petugas pajak.


- Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
- Besaran pajak terutang akan dketahui setelah petugas pajak menghitung
pajak yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
- Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang
wajib dibayarkan

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sebagaimana ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004


jo UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
ada berbagai bentuk peraturan perundang-undangan yang secara hirarkis mengatur
soal pajak, yaitu sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UU NRI


1945);
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
(Perppu); 3) Peraturan Pemerintah (PP);
c. Peraturan Presiden (Perpres); dan
d. Peraturan Daerah (Perda).

Dasar utama perpajakan Indonesia berpijak pada pasal 23A UUD 1945 yang
berbunyi, “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang”. Agar dapat diimplementasikan dalam
kehidupan bernegara, maka sebagai tindaklanjut dari bunyi pasal 23A UUD 1945
tersebut diterbitkan undang-undang yang mengatur tatacara penyelenggaraan
perpajakan. Setidaknya terdapat 9 (sembilan) undang-undang yang dijadikan
landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia.

Menurut para ahli, untuk mencapai tujuan dari pemungutan pajak, ialah
dengan mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain:

1. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran


yang terkenal «The Four Maxims»

2. Menurut W.J. Langen,

3. Menurut Adolf Wagner

4. Pendpat Lain

10
Sistem perpajakan adalah mekanisme yang mengatur bagaimana hak dan
kewajiban perpajakan suatu wajib pajak dilaksanakan. Wirawan B Ilyas dan
Richard Burton mengatakan pada dasarnya ada 4 (empat sistem) pemungatan
pajak, yaitu: Official Assessment, Semi Self Assessment, Self Assessment,
Withholding System.

B. Saran

Demikianlah makalah ini dipaparkan, semoga para pembaca dapat


menambah ilmu pengetahuan dan mengerti dengan mata kuliah Hukum Pajak
tentang Dasar, Asas dan Sistem Perpajakan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah ini agar menjadi
makalah yang benar dan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas.Wirawan B. Burton.Richard,Hukum Pajak,Jakarta:Salemba Empat,2008

Khalimi.Iqbal Moch,Hukum Pajak Teori dan Praktek,Lampung:Aura,2020

Mustaqiem,Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di


Indonesia,Yogyakarta:Mata Padi Presindo,2014

Sutedi.Adrian,Hukum Pajak,Jakarta:Sinar Grafika,2011

Widyaningsih,Aristanti,Hukum Pajak dan Perpajakan,Bandung:Alfabeta,2017

12

Anda mungkin juga menyukai