Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

DISUSUN OLEH:

Nama : LESKA DEVICA


NIM : 2022207209049
Kelas : LAMPUNG TENGAH B

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TA. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

1. Pengertian

Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –

angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Katarak

adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa.

Umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih

dari

65 tahun (Thalia,2019).

Ada beberapa jenis kataran menurut (WebMD 2018), yaitu katarak

nuclear, katarak kortikal, katarak subscapular posterior, katarak traumatic,

katarak sekunder, katarak radiasi, katarak lumelar atau zonular, katarak polar

posterior, katarak polar anterior, katarak pohon natal, katarak brunescant, dan

katarak diebetik, yang tampak seperti kepingan salju.

Menurut data terakhir dari (WHO 2018), Katarak menyebabkan 51%

dari kebutaan penduduk dunia yang mewakili sekitar 20 juta orang. Jumlah

orang yang mengidap katarak diperkirakan semakin bertumbuh dari waktu

kewaktu. Katarak merupakan penyebab penting dari lemahnya penglihatan baik

dinegara maju maupun berkembang. Diindonesia seperti dilansir dalam situs

departemen kesehatan, diperkirakan setiap kasus katarak bertambah sekitar

250.000 orang pertahun.


2.
Etiologi

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya

terjadi pada usia lanjut dan bisa di turunkan. Pembentukan katarak dipercepat

oleh faktor lingkungan, seperti merokok, atau bahan beracun lainnya. Katarak

bisa disebabkn oleh cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes)

maupun obat- obatan tertentu (misalnya kortikosteroid) (Nurarif, 2015).

Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika

lahir. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan

secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:

a. Infeksi kongenital, seperti campak jerman

b. Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia

Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:

a. Penyakit metabolik yang

diturunkan b. Riwayat katarak dalam

keluarga

c. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan (Nurarif, 2015).

3. Klasifikasi

Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.

Katarak pada orang dewasa di kelompokkan menjadi:

a. Katarak immatur: lensa masih memiliki bagian yang jernih

. b. Katarak matur: lensa sudah seluruhnya keruh.


c. Katarak hpermatur: bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui

kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnnya

(Nurarif, 2015).

4. Manifestasi Klinis

a. Penglihatan kabur seperti melihat kabut atau

asap b. Pupil mengecil akibat kekeruhan pada lensa

c. Merasa silau atau melihat cahaya yang terlalu

terang d. Pada pupil terdapat bercak putih/leukokoria

e. Mata sering berair

5. Patofisiologi

Dalam keadaan normal transparansi lensa karena adanya keseimbangan

antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut

dalam membrane semipermeable. Apabila terjadi penignkatan jumlah protein

dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga embentuk

massa transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu

kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan

disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya

terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan (Thalia, 2019).


6. Pathway

Trauma Degeneratif Penyakit Lain

Perubahan Kompresi Jumlah Protein


Serabut Centrral Meningkat

Densitas

Keruh

Katarak

Menghambat Jalan
Cahaya

Penurunan Ketajaman Penglihatan

Pembedahan Penglihatan
berkurang/buta

Operasi Post Operasi

Gangguan persepsi Resiko tinggi cedera


sensori visual fisik
Ansietas Gangguan rasa
nyaman (Nyeri)
7.
Komplikasi

 Glaucoma

 Uveitis

 Kerusakan endotel kornea

 Seumbatan pupil

 Edema macula sistosoid

 Endoftalmitis

 Fistula luka operasi

 Pelepasan koroid

 Bleeding

8. Penatalaksanaan Medis

a. Penatalaksanaan non bedah

 Terapi penyebab katarak

Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan

yang bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasi, dan miotik

kuat, menghindari radiasi dapat memperlambat atau mencegah terjadinya

proses kataraktogenik.

 Memperlambat progresivitas

 Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur:

- Refraksi dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi


- Pengaturan pencahayaan, pasien dengan kekeruhan dibagian

perifer lensa dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang

terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya

remang yang ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala

pasien akan memberikan hasil terbaik

- Penggunaan kacamata gelap, pada pasien dengan kekeruhan

lensa dibagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik

dany nyaman apabila beraktivitas diluar ruangan.

- Midriatil, dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada

lateral aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti

fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan

yang jelas (Nurarif, 2015)

b. Pembedahan katarak

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasu katarak mencakup:

 Indikasi visus merupakan indikasi paling sering

 Indikasi medis

 Indikasi kosmetik
Diagnosa Keperawatan

Post Operasi

 nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik

(D.0077)

 Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan efek prosedur


invasif (D.0142)

 Intoleransi aktivitas b/d imobilitas (D.0056)


 Ansietas b/d kurang terpapar informasi ( D . 0080 )

Rencana Tindakan

1) Diagnosa : Nyeri akut b/d Agen pencedra fisik. ( D.0077 )

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Nyeri


akut menurun ( I. 08066 )
Kriteria hasil :
a) Keluhan Nyeri menurun ( 5 )
b) Meringis menurun ( 5 )
c) Sikap protektif menurun ( 5 )
d) Gelisah menurun ( 5 )
e) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun ( 5 )
f) Ketegangan otot menurun ( 5 )
g) Frekuensi nadi membaik ( 5 )
h) Tekanan darah membaik ( 5 )
i) Pola nafas membaik ( 5 )
j) Pola tidur membaik ( 5 )
Intervensi :
Menejemen nyeri ( I. 08238 ) :
 Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skal nyeri
 Identifikasi respon nyeri nonverbal
 Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
 Monitor efek samping penggunaan analgesik
 Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri ( mis, terapi music, kopres hangat/dingin, aromaterapi
)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis,
suhu ruangan, kebisingan, pencahayaan )
 Fasilitasi istrahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
 Edukasi
 Jelaskan penyebab , priode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Diagnosa : Resiko infeksi b/d Efek prosedur infasif ( D. 0142 )


Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan resiko infeksi menurun
( L.14137 )
Kriteria Hasil :
a) Nafsu makan meningkat ( 5 )
b) Demam menurun ( 5 )
c) Kemerahan menurun ( 5 )
d) Nyeri menurun ( 5 )
e) Bengkak menurun ( 5 )
Intervensi :
Pencegahan infeksi ( I.14539 )
Perawatan luka ( I. 14564 )
 Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Monitor karakteristik luka
 Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
 Berikan salep yang sesuai kekulit / lesi , jika perlu
 Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
 Anjurkan mengkomsumsi makana tinggi kalori dan protein
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antibiotic , jika perlu

3) Diagnosa : Intoleransi aktivitas b/d imobilitas. ( D. 0056 )

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan respon


fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga
meningkat ( L.05047 )
Kriteria Hasil :
a) Frekuensi nadi meningkat ( 5 )
b) Saturasi oksigen meningkat ( 5 )
c) Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari – hari
(5)
d) Keluhan lelah menurun ( 5 )
e) Perasaan lemah menurun ( 5 )
f) Warna kulit membaik ( 5 )
g) Tekana darah membaik ( 5 )
h) Frekuensi nafas membaik ( 5 )
Intervensi :
Menejemen energy ( I.05178 )
 Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan
kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
( mis, cahaya, suara, kunjungan )
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan /atau aktif
 Fasilitas duduk disisi tempat tidur ,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.
 Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

4) Diagnosa :. Ansietas b/d kurang terpapar informasi ( D . 0080 )

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan


tingkatan ansietas menurun ( L.09093 )
Kriteria Hasil :
a) Verbalisasi kebingungan menurun ( 5 )
b) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun ( 5 )
c) Perilaku gelisa menurun ( 5 )
d) Perilaku tegang menurun ( 5 )
e) Keluhan pusing menurun ( 5 )
f) Frekuensi nafas menurun ( 5 )
g) Frekuensi nadi menurun ( 5 )
h) Tekanan darah menurun ( 5 )
i) Konsetrasi membaik ( 5 )
j) Pola tidur membaik ( 5 )
k) Orentasi membaik ( 5 )
Intervensi :
Reduksi ansietas ( I.09314 ) :
 Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( mis, kondisi,
waktu, stressor )
 Monitor tanda – tanda ansietas ( baik verbal maupun
nonverbal )
 Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan.
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Temapatkan barang pribadi yang membaerikan
kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanana realistis tentang peristiwa yang
akan datang
 Edukasi
 Jelaskan prosedur , termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis ,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien , jika
memungkinkan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
 Latih teknik relaksasi
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Webmd, 2018. Health Cataracts. Diakses Tanggal 23 April 2022


https://www.webmd.com/eye-health/cataracts/cataracts-types#1.

Who, 2018. Causes Bliddness Priority. Diakses Tanggal 23 April 2022


htt ps://www.who.int/blindness/causes/pr iorit y/endlex1. htmnl.

Hannah, Thalia. S. 2019. Laporan Pendahuluan Katarak. Diakses pada tanggal


22 april 2022. htt p://id.scribd.com.

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
: Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai