Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PADA TN. M DENGAN MASALAH GAGAL GINJAL KRONIK


DI RUANGAN BOUGENVILLE 1 RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG

OLEH :
Nama : Anggie Mawarni Frida Bessie
Kelas : Tingkat 3 Reguler B
NIM : PO5303201201071

MENGETAHUI
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( Pius Selasa S.Kep., Ns., MSc ) ( Marice Hutagalung S.Kep., Ns )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KUPANG
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
GAGAL GINJAL KRONIK

Topik : Penyuluhan tentang penyakit Gagal Ginjal


Kronik Sub topic : Gagal Ginjal Kronik
Sasaran : Pasien dan keluarga
pasien Hari/tgl: Sabtu, 20 Mei 2023
Tempat : Ruang Bougenville 2, RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES
Kupang Waktu : 1 x Pertemuan ( 45 menit)

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Pasien dan keluarga pasien dapat mengenal dan memahami masalah Gagal Ginjal
Kronik.
b. Tujuan khusus.
Setelah penyuluhan (dalam waktu 30 menit) pasien dan keluarga dapat :
1) Menyebutkan definisi Gagal Ginjal Kronik.
2) Menyebutkan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
3) Menjelaskan penyebab dari Gagal Ginjal Kronik.
4) Menyebutkan tanda dan gejala penyakit Gagal Ginjal Kronik.
5) Menjelaskan pencegahan Gagal Ginjal Kronik
6) Menjelaskan pengobatan Gagal Ginjal Kronik
7) Menjelaskan komplikasi dari Gagal Ginjal Kronik.
8) Menyebutkan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Untuk Pasien
Gagal Ginjal Kronik

2. Materi :
a. Definisi Gagal Ginjal Kronik.
b. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
c. Penyebab Gagal Ginjal Kronik.
d. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronik.
e. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik.
f. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik.
g. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik.
h. Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Untuk Pasien Gagal Ginjal
Kronik.

3. Metode : Ceramah dan tanya jawab.


4. Media : Leaflet.
5. Evaluasi : secara lisan (pertanyaan terlampir).
6. Kegiatan.
No. Kegiatan Waktu Penanggungjawab
1 Pembukaan :
 Salam pembuka. 5 Menit
 Menyampaikan tujuan.
2 Pelaksanaan : 20 Menit
- Pembahasan (materi Gagal Ginjal
Kronik).
 Pengertian.
 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik.
 Penyebab dari Gagal Ginjal
Kronik.
 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal
Kronik.
 Menjelaskan pencegahan.
 Menjelaskan pengobatan.
 Menjelaskan komplikasi dari
Gagal Ginjal Kronik.
 Menjelaskan makanan yang
perlu dihindari oleh penderita
Gagal Ginjal Kronik.
- Diskusi dan Tanya jawab
3 Evaluasi : 15 Menit
Menanyakan kepada peserta tentang
materi yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada peserta yang
dapat menjawab pertanyaan.
4 Terminasi : 5 Menit
 Kesimpulan dan saran
 Salam penutup
GAGAL GINJAL KRONIK
1. Definisi
Gagal ginjal adalah keadaan dimana ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan
normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut.
Dikatakan akut apabila penyakit berkembang sangat cepat, terjadi dalam beberapa jam
atau dalam beberapa hari. Sedangkan kronik, terjadi dan berkembang secara perlahan,
sampai beberapa tahun (Muttaqin, A.2020).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak
mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya
dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi
renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta
asam basa (Permanasari, N. 2019).

2. Klasifikasi
Klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronik pada pasien dapat diketahui melalui tingkat
progresnya (Prabowo, Eko. 2018), yaitu:
Stage Deskripsi LFG (ml/mnt/1,73m²)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-90
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

3. Penyebab
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes). Penyebab yang sering adalah
diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis
diantaranya (Muttaqin, A.2020):
1) Penyakit dari ginjal :
a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
b. Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal : nefrolitiasis.
d. Kista di ginjal : polcystis kidney.
e. Trauma langsung pada ginjal.
f. Keganasan pada ginjal.
g. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur

2) Penyakit umum di luar ginjal:


a. Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. Dyslipidemia
c. SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
d. Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e. Preeklampsia
f. Obat-obatan
g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Nursalam, 2015), tanda dan gejala klien gagal ginjal dapat ditemukan pada
semua sistem yaitu sebagai berikut:
1) Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa
kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap,
parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran
gastrointestinal.
2) Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction
rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis,
disritmia, kardiomiopati, efusi pericardial, temponade pericardial.
3) Sistem Respirasi yang ditandai dengan edema paru, efusi pleura dan pleuritis.
4) Sistem Neuromuskular yang ditandai dengan lemah, gangguan tidur, sakit kepala,
letargi, gangguan muskular, kejang, neuropati perifer, bingung dan koma.
5) Sistem Metabolik/endokrin yang ditandai dengan inti glukosa, hiperlipidemia,
gangguan hormon seks menyebabkan penurunan libido, impoten dan amenorrea.
6) Sistem Cairan-elektrolit yang ditandai dengan gangguan asam basa menyebabkan
kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipermagnesium dan hipokalsemia.
7) Sistem Dermatologi yang ditandai dengan pucat, hiperpigmentasi, pluritis,
eksimosis, azotermia dan uremia frost.
8) Abnormal skeletal yang ditandai dengan osteodistrofi ginjal menyebabkan
osteomalasia.
9) Sistem Hematologi yang ditandai dengan anemia, defek kualitas platelet dan
perdarahan meningkat.
10) Fungsi psikososial yang ditandai dengan perubahan kepribadian dan perilaku serta
gangguan proses kognitif
11) Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit
abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena
pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik, ecimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar, memar (purpura).
12) Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai
kaki (foot drop).
5. Pencegahan
Pencegahan gagal ginjal kronis (Irwan, 2016). Penyakit gagal ginjal kronis adalah
salah satu jenis penyakit tidak menular yang memiliki angka kesakitan cukup tinggi,
namun demikian penyakit ini dapat dihindari melalui upaya pencegahan yang meliputi :
1) Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga penyakit jantung
dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit sekunder akibat
dari penyakit primer yang mendasarinya. Oleh sebab itulah, perlunya
mengendalikan dan mengontrol penyakit primer agar tidak komplikasi menjadi
gagal ginjal.
2) Mengurangi makanan yang mengandung garam adalah salah satu jenis makanan
dengan kandungan natrium yang tinggi. Natrium yang tinggi bukan hanya biasa
menyebabkan tekanan darah tinggi, namun juga akan memicu terjadinya proses
pembentukan batu ginjal.
3) Minum banyak air setiap harinya. Air adalah suatu komponen makanan yang
diperlukan tubuh agar bisa terhindar dari dehidraasi. Selain itu, air juga bisa
berguna dalam membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Dan juga akan
membantu untuk mmpertahankan volume serat konsentrasi darah. Selain itu juga
bisa berguna dalam memelihara sistem pencernaan dan membantu mengendalikan
suhu tubuh. Jadi jangan sampai tubuh anda mengalami dehidrasi.
4) Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan fungsi yang paling
utama yang dimiliki ginjal. Disaat proses penyaringan berlangsung, maka jumlah
dari hasil kelebihan cairan akan tersimpan di dalam kandung kemih dan setelah itu
harus segera di buang. Walaupun kandung kemih mampu menampung lebih
banyak urin, tetapi rasa ingin buang air kecil akan dirasakan disaat kandung kemih
sudah mulai penuh skitar 120-250 ml urin. Sebaiknya jangan pernah menahan
buang air kecil. Hal ini akan berdampak besar dari terjadinya proses penyaringan
ginjal.
5) Makan makanan yang baik. Makan yang baik adalah makan dengan kandungan
nutrisi serta gizi yang lebih baik. Hindari makan junk food.

6. Pengobatan
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi
konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah
memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat
akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara
keseimbangan cairan elektrolit.
Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada
pasien dengan gagal ginjal kronik diantaranya yaitu (Yulianto, D., & Basuki, H. 2021) :
1) Diet rendah protein : Diet rendah protein bertujuan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negatif nitrogen. Jumlah protein yang diperbolehkan
kurang dari 0,6 g protein/Kg/hari dengan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang
dari 10 ml/menit.
2) Terapi diet rendah Kalium : Hiperkalemia (kadar kalium lebih dari 6,5 mEq/L)
merupakan komplikasi interdiliatik yaitu komplikasi yang terjadi selama periode
antar hemodialisis. Hiperkalemia mempunyai resiko untuk terjadinya kelainan
jantung yaitu aritmia yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest yang
merupakan penyebab kematian mendadak. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet
adalah 40- 80 mEq/hari.
3) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam Asupan cairan
pada gagal ginjal kronik membutuhkan regulasi yang hati-hati. Asupan yang
terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem, dan juga
intoksikasi cairan. Kekurangan cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi,
hipotensi, dan memburuknya fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan
adalah keluaran urine dalam 24 jam ditambah 500 ml yang mencerminkan
kehilangan cairan yang tidak disadari.
4) Kontrol hipertensi : Pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik,
keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah
sering diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi.
5) Mencegah dan tata laksana penyakit tulang ginjal : Hiperfosfatemia dikontrol
dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida (300-1800 mg)
atau kalsium karbonat pada setiap makan.
6) Deteksi dini dan terapi infeksi : Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien
imunosupresif dan terapi lebih ketat.
7) Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal : Banyak obat-obatan yang harus
diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
8) Deteksi dini dan terapi komplikasi : Awasi dengan ketat kemungkinan
ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat,
kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk
bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
9) Teknis nafas dalam : Breathing exercise atau teknis nafas dalam bertujuan untuk
mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi udara yang
terperangkap serta mengurangi kerja bernapas. Latihan nafas dalam dapat
dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung dengan mulut tertutup tahan
selama 3 detik, kemudian mengeluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut dengan
posisi bersiul, purse lips breathing dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot
abdomen selam ekspirasi dan tidak ada udara yang keluar melalui hidung, dengan
purse lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut,
kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga
dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi.

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada gagal ginjal kronik stadium akhir yaitu pada LFG
(Laju Filtrasi Glomerulus) kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa:
1) Hemodialisa : Hemodialisa adalah suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa
metabolisme melalui membran semipermiabel atau yang disebut dengan dialisis.
Salah satu langkah penting sebelum memulai hemodialisis yaitu mempersiapkan
acces vascular beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum hemodilasis dengan
tujuan untuk memudahkan perpindahan darah dari mesin ke tubuh pasien.
Pemasangan Catheter double lumen (CDL) adalah akses pembuluh darah
sementara yang dibuat untuk proses cuci darah.
2) CAPD (Continuous Ambulatory Peritonial Dyalisis) : CAPD dapat digunakan
sebagai terapi dialisis untuk penderita gagal ginjal kronik sampai 3-4 kali
pertukaran cairan per hari. Pertukaran cairan dapat dilakukan pada jam tidur
sehingga cairan peritonial dibiarkan semalam.
Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien dialisis peritonial. Indikasi
dialisis peritonial yaitu :
a) Anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun).
b) Pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskuler
c) Pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan
hemodialisis.
d) Kesulitan pembuatan AV shunting.
e) Pasien dengan stroke.
f) Pasien gagal ginjal terminal dengan residual urin masih cukup.
g) Pasien nefropati diabetik disertai morbidity dan co-mortality.
3) Transplantasi ginjal : Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih
disukai untuk pasien gagal ginjal stadium akhir. Kebutuhan transplantasi ginjal
jauh melebihi ketersediaan ginjal yang ada dan juga kecocokan dengan dengan
pasien (umumnya keluarga dari pasien). Transplantasi ginjal memerlukan dana
dan peralatan yang mahal serta sumber daya yang memadai. Komplikasi akibat
pembedahan atau reaksi penolakan tubuh merupakan keadaan yang timbul akibat
dari transplantasi ginjal.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Permanasari, N. 2019) :
1) Penyakit Tulang. Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2) Penyakit Kardiovaskuler. Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan
berdampak secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa,
dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3) Anemia. Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4) Disfungsi seksual. Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering
mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
8. Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Untuk Penderita Gagal Ginjal
Kronik
a. Makanan yang dianjurkan
1) Makanan sumber energi, seperti: nasi, roti, mie, makaroni, spageti, lontong, bihun,
madu, permen. Makanan sumber energi berguna menjaga atau memperbaiki status
gizi pasien.
2) Makanan sumber protein, seperti: telur, ayam, daging, ikan, kacang-kacangan
termasuk tahu dan tempe dalam jumlah yang terbatas disesuaikan dengan
perhitungan kebutuhan gizi. Pada pasien dengan hemodialisis, protein berfungsi
untuk menjaga kekuatan otot dan daya tahan tubuh pasien.

b. Makanan yang harus diperhatikan


1) Makanan Sumber Natrium
Kelebihan konsumsi garam akan menyebabkan pasien mudah merasa haus
sehingga banyak minumdan dapat mengakibatkan pembengkakan, sesak nafas,
tekanan darah meningkat, dan penyakit jantung.
Bahan makanan tinggi natrium yaitu makanan instan, keju, margarin, dan
mentega. Bumbu yang mengandung tinggi natrium juga harus diperhatikan,
seperti garam, terasi, kecap, MSG, saos.
2) Makanan Tinggi Kalium
Asupan kalium dalam jumlah cukup dibutuhkan untuk menjaga agar jantung
berdetak dengan kecepatan normal. Namun apabila konsumsi kalium terlalu
berlebihan dapat berbahaya untuk jantung.
Bahan makanan yang diperbolehkan (kadar kalium < 100mg): misoa, beras,
roti putih, semangka, manggis, rambutan, blewah, sari apel, keju, es krim, kopi,
margarin, jam.
Bahan makanan yang diperbolehkan (kadar kalium 100-200mg) : bihun, beras
merah, terigu, makaroni, biskuit, roti bakar, telur ayam, tahu, ketimun, anggur,
apel hijau, jambu biji, jeruk, sawo, blimbing, melon, yoghurt.
Bahan makanan diperbolehkan maksimal 100gr/hari 9kadar kalium 200-
300mg: ubi putih, jagung, beras ketan, ikan, buncis, kol, wortel, tomat, selada,
apel merah, alpukat, duku, pepaya , salak, sirsak, klengkeng, madu.
Bahan makanan dibatasi maksimal 50gr/hari (kadar kalium 300-400 mg) :
kentang, havermout, singkong, ubi kuning, tepung tapioka, kapri, ikan mas,
udang, ayam, kembang kol, bit, seledri, nangka, santan.
Bahan makanan yang TIDAK dianjurkan (kadar kalium (> 400 mg) : sarden,
tongkol, kacang-kacangan kering (kacang hiaju, kacang kedelai, kacang merah,
kacang tanah, dll), pisang, durian, bayam, daun pepaya, coklat, teh, kelapa, saos
tomat.
3) Makanan Tinggi Fosfor
Pada pasien dengan hemodialisis biasanya akan mengalami hiperfosfatemia
(tingginya kadar fosfor dalam darah), maka dari itu makanan yang mengandung
tinggi fosfor sebaiknya dihindari seperti: produk susu, kacang-kacangan, cereal
berbahan gandum, dan minuman kemasan.
4) Makanan Sumber Kalsium
Pada pasien dengan hemodialisis, kebutuhan kalsium yang disarankan harus
tinggi karena apabila kalsium dan vit D rendah di dalam darah maka akan dilepas
dari tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pasien
dianjurkan untuk mengkonsumsi susu rendah fosfor setiap hari.
5) Makanan yang Mengandung Serat
Pasien dengan hemodialisis dianjurkan untuk mengkonsumsi serat dalam
jumlah yang cukup agar feses menjadi lembek dan tidak susah buang air besar.
Makanan yang dianjurkan yaitu, sayur, buah, kacang-kacangan, sereal, dan hasil
olahannya yang mengandung rendah fosfor.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2020). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis (Peni Puji
Lestari, ed.). Retrieved from http://www.penerbitsalemba.com

Permanasari, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Chronic Kidney Disease
di Ruang Hemodialisa RSUD DR. Moewardi Surakarta (Nita Permanasari) 1.

Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2018]). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Naha Medika

Yulianto, D., & Basuki, H. (2021). Analisis Ketahanan Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronis
Dengan Hemodialisis Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 3(1), 96. https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.92

Anda mungkin juga menyukai