Anda di halaman 1dari 18

Konsep Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Citra Tubuh

Dosen Pembimbing :

Endang Abdullah, S. Kp, M. Si

Anggota Kelompok :
1.Fina Oktaridha 212113011
2.Nadya Paramitha 212113022
3.Nurmanisa 212113024

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG 
T.A 2023
KATA PENGANTAR

 
         Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan saya kesehatan, schingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul "KONSEP  KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
CITRA TUBUH ".
        
         Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak vang
telah membantu sava dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
    
       Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang
 
 

 
 
Tanjungpinang, 30 Agustus 2023
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.............................................................................. I
DAFTAR ISI........................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................2
E. Sistematika Penulisan......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3
A. Definisi Konsep Diri.......................................................................3
B. Komponen Konsep Diri..................................................................5
C. Definisi Gangguan Citra Tubuh.......................................................7
D. Prilaku Gangguan Citra Tubuh........................................................8
E. Askep Gangguan Citra tubuh ..........................................................10

BAB III PENUTUP....................................................................................16


A. Kesimpulan......................................................................................16
B. Saran.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep diri bukan merupakan bawaan atau gen dari orang tua. Konsep diri terbentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan baik itu lingkungan
keluarga, maupun masayarakat. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang membentuk
perilaku individu. Dimana perilaku tersebut yang ditampilkan dari hasil respon dan
pandangan orang lain mengenai individu tersebut.
Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian yang diyakini
individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses interaksi sosial dengan
lingkungan sekitar (Pambudi, 2012). Konsep diri juga merupakan gambaran yang dimiliki
individu tentang dirinya sendiri.Menurut Chaplin (dalam Pardede, 2008) mengemukakan
bahwa konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penafsiran
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Konsep diri memberikan sebuah
gambaran yang menentukan bagaimana seseorang mengolah informasi yang didapatkan.
Perilaku yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh konsep diri yang
dimiliki.Individu yang berperilaku negatif maka biasanya konsep diri yang dimiliki juga
negatif, begitu juga sebaliknya. Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi dengan
orang-orang sekitarnya.
Konsep diri adalah gambaran seseorang terhadap dirinya sendiri gabungan dari
keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.
Konsep diri merupakan salah satu aspek yang cukup penting bagi individu dalam
berperilaku. Konsep diri terbentuk dari pengalaman internal seseorang, hubungan dengan
orang lain dan interaksi dengan dunia luar. Adaptasi yang baik pada individu untuk
membentuk konsep diri yang positif apabila individu gagal dalam beradaptasi dan
mempengaruhi seluruh aspek konsep diri yang akan menyebabkan terbentuknya konsep diri
yang negatif (Muawanah, 2012).
Perkembangan konsep diri individu di mulai dari usia muda dan akan terus berlanjut
hingga sepanjang masa kehidupan, pada usia remaja terjadi perkembangan identitas apabila
pada masa ini seseorang individu gagal melewati akan menyebabkan citra diri, gangguan
perkembangan diri, harga diri rendah, perubahan identitas bahkan kebingungan peran yang
berujung pada konsep diri yang negatif (Apriliyanti, Mudjiran & Ridha, 2016).Body image
adalah konstruksi multidimensi yang mencakup bagaimana kita memandang, berpikir,
merasakan, dan bertindak terhadap tubuh kita dan terletak pada suatu kontinum dari sehat
persepsi tubuh terhadap persepsi tubuh yang tidak sehat. (Fischetti, Latino, Cataldi, &
Greco, 2020).
Konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi komunikasi
dalam masyarakat. Secara sederhana, pengertian konsep diri adalah pandangan, penilaian
atau pandangan seseorang pada dirinya sendiri. Konsep diri juga di artikan sebagai persepsi
kita pada diri kira sendiri seperti aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis yang
berhubungan dengan pengalaman masa lalu dan interaksi kita terhadap orang lain. Bahkan
beberapa ahli mengemukakan konsep diri adalah hal yang kita ketahui tentang diri kita
sendiri, apa yang kita percayai dan hal apa yang terjadi dalam hidup kita sendiri. Charles H.
Cooley dalam Mulyana (2009:11) menyebutkan konsep diri itu sebagai the looking glass-
self, yang secara signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran
orang lain terhadapnya, jadi menekankan pentingnya respons orang lain yang
diinterpretasikan secara subjektif sebagai sumber primer data mengenai diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep Diri?
2. Pengertian Konsep Diri Menurut Ahli?
3. Apa Saja Komponen Konsep Diri?
4. Bagaimana Karakteristik Konsep Diri?
5. Bagaimana Faktor-Faktor yang memengaruhi Konsep Diri?
6. Bagaimana Pembagian Konsep Diri?
7. Pentingnya Self Concept untuk diri sendiri?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami konsep diri manusia (teori, dimensi)
2. Memahami komponen konsep diri manusia
3. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri
4. Memahami pembagian konsep diri
D. Metode Penulisan
Penulis makalah ini dengan menggunnakan metode studi kepustakaan yaitu dengan cara
mencari dan membaca literature yang ada di jurnal, media internet.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : BAB I adalah
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II adalah materi tentang konsep latar belakang, tujuan
pentingnya pendidikan konsep diri, dan prilaku gangguan citra tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Self concept atau konsep diri adalah cara dan sikap seorang individu dalam memandang
dirinya sendiri. Pandangan atau perspektif diri meliputi aspek fisik maupun psikis, seperti
mengenal karakteristik individu itu sendiri, tingkah laku atau perbuatannya, kemampuan
dirinya, dan sebagainya. Tak hanya mencakup kekuatan diri individu itu saja, melainkan
kelemahan dan kegagalan yang ada pada dirinya. Sebagai contoh, apabila individu
menganggap bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya, akan terbentuk self concept yang baik atau positif pada dirinya. Namun,
sebaliknya, apabila individu itu menganggap bahwa dirinya tidak mampu atau dalam artian
pesimis sebelum mencoba, akan terbentuk self concept yang negatif pada dirinya.
B. KOMPONEN KONSEP DIRI
Secara umum, self concept terdiri atas beberapa komponen diantaranya
a. Citra Diri (Self Image)
Citra diri atau gambaran diri ini biasa dikenal sebagai self image adalah perilaku individu
secara fisik pada dirinya sendiri, baik disadari maupun tak disadari. Komponen self
image mencakup persepsi atau tanggapan, baik di masa lalu maupun sekarang. terkait
ukuran dan bentuk tubuh serta kemampuan pada dirinya (fisik).
b. ldeal Diri
Ideal diri adalah persepsi seorang individu mengenai bagaimana individu tersebut
semestinya berperilaku berdasar pada standar pribadinya dan terkait dengan cita-citanya.
Pembentukan ideal diri ini mulai ada sejak individu itu berada pada masa anak-anak dan
dipengaruhi pula oleh individu lain yang berada di sekitar dirinya. Ideal diri discbut juga
sebagai pengharapan atas dirinya sendiri. Hal ini seperti harapan atas
kemungkinan menjadi apa dirinya kelak sesuai dengan idealisme dirinya.
c. Harga Diri (Selfr Esteem)
Harga diri atau biasa discbut sebagai self esteem ini adalah persepsi seorang individu
akan hasil yang dicapainya dengan menelaah seberapa banyak kesesuaian perilakunya
dengan ideal dirinya. Self esteem ini memang terbentuk sejak kecil sebab adanya
perhatian dan penerimaan dari individu dan lingkungan sekitamya. Self esteem atau
harga diri ini dihasilkan dari pesepsi dan penilaian seorang individu terhadap
dirinya terkait yang diharapkan dengan fakta yang ada pada dirinya. Apabila semakin
luas ketidaksesuaian antara pengharapan dan fakta atau kenyataan di dirinya, akan
semakin rendah rasa harga dirinya. Sebaliknya, Apabila individu tersebut semakin
mendekati ideal dirinya atau pengharapan atas dirinya dan menyukai atas apa yang
dikerjakan, akan semakin tinggi pula rasa harga dirinya
d. Peran Diri
Peran diri adalah segenap bentuk sikap atau tingkah laku, nilai, dan tujuan yang
diharapkan oleh suatu kelompok sosial terkait dengan fungsi dan peran individu di dalam
masyarakat atau kelompok sosial tersebut.ldentitas Diri ldentitas diri adalah kepekaan
individu terhadap dirinya yang dihasilkan dari pengamatan dan penilaian dirinya dengan
menyadari bahwa dirinya itu memiliki perbedaan dengan individu
lain. Komponen self concept ini mulai terbentuk dan berkembang pada diri individu sejak
masa kanak-kanaknya.
C. GANGGUAN CITRA TUBUH
Gangguan Citra tubuh adalah suatu kondisi dimana pola pikir seseorang terhadap
tubuhnya yang tidak sesuai dengan keinginan individu tersebut. Gangguan citra tubuh dapat
diartikan sebagaiperasaan negatif tentang tubuh yang meliputi penampilan, struktur, bentuk
badan yang idak ideal, muka yang berjerawat, fungsi fisik seseorang dan aspek-aspek lain
yang terdapat pada tubuh (SDKI, 2016). Menurut (hdika, 2010) Gangguan citra tubuh adalah
kondisi seseorang yang tidak menerima keadaan tubuhnya. Seseorang yang mengalami
gangguan citra tubuh akan merasa tidak puas terhadap bagian tubuh yang tidak
diinginkannya.
Definisi gangguan citra tubuh menurut (Wati & Sumarmi, 2017) adalah keadaan
perubahan persepsi tentang tubuh. Perubahan tersebut mengakibatkan kegagalan individu
dalam penerimaan terhadap suatu kondisi yang terjadi. Akibatnya, seseorang akan memiliki
persepsi buruk tentang tubuhnya.
Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang dipengaruhi oleh
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.Citra tubuh adalah kumpulan dari
sikap, individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi
masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan
potensi.Gangguan citra tubuh adalah perasaan, tidak puas terhadap perubahan bentuk,
struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Citra tubuh adalah cara individu mempersepsikan ukuran, penampilan, dan fungsi tubuh
dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif dan afektif. Kognitif adalah
pengetahuan materi tubuh dan kelekatannya, afektif mencakup sensasi tubuh, seperti nyeri,
kesenangan, keletihan, gerakan fisik. Citra tubuh adalah gabungan dari sikap, kesadaran ,dan
tidak kesadaran, yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain (Potter & Perry, 2017). Citra tubuh (body image) meliputi perilaku
yang berkaitan dengan tubuh, termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap
citra tubuh termasuk semua yang berkaitan dengan seksualitas, feminitas dan maskulinitas,
berpenampilan muda, kesehatan dan kekuatan (Potter & Perry, 2017).
Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun
tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan
tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Citra tubuh dapat mempengaruhi bagaimana cara
individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain,
citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan
terhadap dirinya.
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspekpsikologis individu
tersebut.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap
dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi
rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai
kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).
D. PERILAKU GANGGUAN CITRA TUBUH
Beberapa ciri-ciri yang terlihat ketika remaja mempunyai krisis percaya diri dan gangguan
citra tubuh adalah sebagai berikut :
a. Sering bercermin dan menilai diri sendiri memiliki kekurangan fisik yang berlebihan.
b. Selalu mengambil hati atau terlalu memikirkan komentar orang lain soal penampilan atau
bentuk tubuhnya.
c. Sering membandingkan tubuhnya dengan orang lain dan merasa tubuh orang lain
menarik, sedangkan tubuhnya sendiri adalah sebuah bentuk kegagalan.
d. Kerap merasa tidak nyaman dan canggung terhadap tubuhnya.
e. Perasaan malu dan cemas berlebihan dengan tubuhnya.
f. Rela melakukan diet ketat atau cara-cara ekstrem lainnya untuk “memperbaiki”
penampilan tubuhnya.
E. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dapat ditemukan melalui wawancara dengan
pertanyaan sebagai berikut (Erita dkk, 2019):
1. Bagaimana pandangan/penilaian tentang bagian tubuh yang hilang/cacat, bagian tubuh
yang lain?
2. Bagaimana penilaian terhadap bagian tubuh tersebut akan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain?
3. Apa yang menjadi harapan pada tubuh yang lain?
4. Apa saja harapan yang telah dicapai?
5. Apa saja harapan yang belum berhasil dicapai?
6. Apa upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai
berikut:
1. Penurunan produktivitas
2. Menyembunyikan bagian tubuh yang cacat, bekas operasi
3. Klien tidak berani menatap lawan bicara dan lebih banyak menundukkan kepala saat
berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada suara lemah
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien adalah: (Nurhalimah, 2016) :
1. Gangguan Citra Tubuh
2. Koping Tidak Efektif
3. Harga Diri Rendah Situasional
3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional

Gangguan citra Setelah dilakukan intervensi Promosi Citra Tubuh (I.09305) Promosi Citra Tubuh (I.09305)
tubuh keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
maka citra tubuh meningkat,  Identifikasi harapan citra tubuh 1. Memudahkan mengetahui
dengan kriteria hasil: berdasarkan tahap sumber masalah yang
1. Melihat bagian tubuh perkembangan menyebabkan gangguan citra
membaik  Identifikasi perubahan citra tubuh
2. Menyentuh bagian tubuh tubuh yang mengakibatkan 2. Memudahkan melakukan
membaik isolasi sosial pendekatan agar gangguan
3. Verbalisasi kecacatan  Monitor frekuensi pernyataan citra tubuh teratasi
bagian tubuh membaik kritik terhadap diri sendiri 3. Memberikan motivasi untuk
4. Verbalisasi kehilangan Terapeutik lebih percaya diri
bagian tubuh membaik  Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
 Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga
diri
 Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan, dan
penuaan
Edukasi
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan
diri (mis: berdandan)
 Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok

Koping Tidak Efektif Promosi Koping (I.09312) Promosi Koping (I.09312)


Setelah dilakukan intervensi
[SDKI D.0096] Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Identifikasi kegiatan jangka 1. meningkatkan kemampuan
maka status koping membaik, pendek dan Panjang sesuai kopin klien
dengan kriteria hasil: tujuan 2. menambah pengetahuan terkait
 Identifikasi kemampuan yang koping masalah
1. Verbalisasi kemampuan
dimiliki 3. mencegah strees dengan cara
mengatasi masalah meningkat
 Identifikasi  sumber daya yang yang positif
2. Kemampuan memenuhi peran
tersedia untuk memenuhi tujuan
sesuai usia meningkat
Terapeutik
3. Perilaku koping adaptif
 Diskusikan perubahan peran
meningkat
yang dialami
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Diskusikan alasan mengkritik
diri sendiri
Edukasi
 Anjurkan menjalin hubungan
yang memiliki kepentingan dan
tujuan sama
 Anjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan yang
lebih spesifik
 Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
 Latih penggunaan Teknik
relaksasi
 Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
Harga Diri Rendah Setelah dilakukan intervensi Promosi Harga Diri (I.09308) Promosi Harga Diri (I.09308)
Situasional [SDKI keperawatan selama 3 x 24 Observasi 1. Mengetahui latar belakang klien
D.0087] jam, maka harga diri  Identifikasi budaya, agama, ras, terkait kondisi HDR
meningkat, dengan kriteria jenis kelamin, dan usia terhadap 2. Memudahkan melakukan
hasil: harga diri pendekatan terkait kondisi yang
1. Penilaian diri positif  Monitor verbalisasi yang dialami klien
meningkat merendahkan diri sendiri 3. Mempercepat proses peingkatan
2. Perasaan malu menurun  Monitor tingkat harga diri setiap harga diri
3. Penerimaan penilaian waktu, sesuai kebutuhan
positif terhadap diri sendiri Terapeutik
meningkat  Motivasi terlibat dalam
4. Percaya diri berbicara verbalisasi positif untuk diri
meningkat sendiri
5. Kontak mata meningkat  Motivasi menerima tantangan
6. Gairan aktivitas meningkat atau hal baru
7. Berjalan menampakkan  Diskusikan pernyataan tentang
wajah meningkat harga diri
8. Postur tubuh  aktivitas yang meningkatkan diri
menampakkan wajah Edukasi
meningkat  Anjurkan membuka diri
terhadap kritik negatif
 Anjurkan mengevaluasi perilaku
 Ajarkan cara mengatasi bullying
 Latih peningkatan tanggung
jawab untuk diri sendiri
 Latih pernyataan/kemampuan
positif diri
 Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
 Latih meningkatkan
kepercayaan pada kemampuan
dalam menangani situasi
4. Implementasi

SP 1 Pasien: Pengkajian dan Menerima Citra Tubuh dan Latihan Meningkatkan Citra

Tubuh (Erita dkk, 2019)

a. Fase Orientasi:

“Selamat pagi mbak, perkenalkan saya Perawat Nurintan, mbak bisa memanggil saya

dengan perawat Intan. Kalau mbak, namanya siapa? Senang dipanggil apa mbak? Baiklah

mbak Dini, saya perawat di ruangan ini yang sedang bertugas pagi ini. Bagaimana kalau

sekarang kita membicarakan tentang perasaan tersebut? Di mana kita bisa bercakap-cakap?

Berapa lama,bagaimana jika 30 menit? Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar mbak Dini

dapat menggunakan anggota tubuh yang dimiliki saat ini untuk melakukan kegiatan.”

b. Fase Kerja

“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian mbak Dini terhadap diri mbak

sendiri setelah dioperasi? Tadi mbak Dini mengatakan merasa jadi cacat/ jelek dan malu

karena dioperasi? Apa yang menyebabkan mbak Dini merasa demikian? Jadi, mbak Dini

merasa malu bertemu dengan teman-teman dan tidak dapat bekerja kembali karena operasi

kaki mbak. Apakah ada hal lainnya yang tidak menyenangkan yang mbak rasakan di sini?”

Bagaimana hubungan mbak Dini dengan keluarga dan teman-teman setelah operasi,

apakah ada yang sudah mengunjungi mbak di rumah sakit? Apa yang mbak rasakan setelah

mereka mengunjungi mbak? Oh, mbak Dini jadi malu dan minder karena merasa tidak dapat

bekerja lagi, apa lagi selain itu?” Apakah harapan mbak setelah operasi? Bagus sekali, mbak

Dini masih ingin tetap bekerja, apa lagi harapan mbak terhadap teman-teman?

Agar dapat mengurangi rasa minder dan rasa malu mbak, mari kita sama-sam menilai

kemampuan yang masih dimiliki untuk dilatih dan dikembangkan. Coba mbak sebutkan

bagian-bagian tubuh yang masih sehat atau masih dapat digunakan? Oh iya, mbak masih

dapat berbicara, melihat, bernapas, tangan masih dapat digerakkan, makan sendiri terus apa
lagi? Bagus sekali, ternyata mbak masih bisa diberikan kemampuan tersebut oleh Tuhan.,

mbak dapat mensyukurinya. Coba sekarang mbak lihat kaki yang tidak dioperasi dan

gerakkan. Setelah itu lihat kaki yang dioperasi dan coba gerakkan. Ya bagus, mbak telah

berani melihat kaki yang dioperasi, mudah-mudahan cepat sembuh yah mbak.

Menurut mbak Dini adakah bantuan yang diperlukan untuk melakukan latihan ini? Iya,

bagus sekali. Memang untuk jalan masih perlu bantuan, namun untuk kegiatan yang lain

mbak Dini sudah bisa mandiri. Untuk latihan jalan mau berapa kali latihan dalam sehari?

Baiklah, 3 x sehari ya mbak Dini.

5. Evaluasi

Evaluasi klien dengan gangguan citra tubuh berdasarkan observasi perubahan perilaku

dan respon subyektif. Diharapkan klien dapat menerima bentuk tubuh dan meningkatkan citra

tubuh, selain itu klien juga dapat mengevaluasi citra tubuh dan latihan peningkatan citra

tubuh dengan bersosialisasi (Erita dkk, 2019).

Evaluasi subyektif berdasarkan Erita dkk (2019) berupa pandangan pada tubuh

berubah, mengungkapkan perubahan gaya hidup, merasa pada reaksi orang lain,

mengungkapkan perasaan tentang perubahan tubuh.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian yang
diyakini individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses interaksi sosial
dengan lingkungan sekitar (Pambudi, 2012).Secara umum, self concept terdiri atas
beberapa komponen diantaranya:Citra Diri (Self Image),ldeal Diri,Harga Diri (Selfr
Esteem),Peran Diri.
Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun
tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan
tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Citra tubuh dapat mempengaruhi bagaimana cara
individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata
lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang
ditujukan terhadap dirinya.
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspekpsikologis
individu tersebut.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap
dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi
rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai
kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).
Beberapa ciri-ciri yang terlihat ketika remaja mempunyai krisis percaya diri dan
gangguan citra tubuh adalah sebagai berikut :
a. Sering bercermin dan menilai diri sendiri memiliki kekurangan fisik yang berlebihan.
b. Selalu mengambil hati atau terlalu memikirkan komentar orang lain soal penampilan
atau bentuk tubuhnya.
c. Sering membandingkan tubuhnya dengan orang lain dan merasa tubuh orang lain
menarik, sedangkan tubuhnya sendiri adalah sebuah bentuk kegagalan.
d. Kerap merasa tidak nyaman dan canggung terhadap tubuhnya.
e. Perasaan malu dan cemas berlebihan dengan tubuhnya.
f. Rela melakukan diet ketat atau cara-cara ekstrem lainnya untuk “memperbaiki”
penampilan tubuhnya.
B. SARAN

Berdasarkan uraian diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut :


a. Bagi penulis Selalu semangat untuk mencari ilmu, pengetahuan dan wawasan yang
luas
b. Bagi Instusi Pendidikan Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan dan jadi kepustakaan di Instusi Pendidikan
c. Bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya Bentuk kegiatan membina hubungan
saling percaya antar klien maupun keluarga supaya tujuan dapat tercapai dengan baik
d. Bagi Klien Selalu berfikir positif agar citra tubuh menjadi positif
e. Bagi Keluarga Support klien supaya klien dapat mengontrol Gangguan Citra Tubuh
dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Adityasto, T. (2017). Asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan citra tubuh.
Asykari, I. (2016). Analisis Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Gangguan Jiwa
Dwira Mayorin. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah Dengan Gangguan Citra Tubuh Di Ruang Trauma Center RSUP Dr. Mdjamil
Padang.
Hartati, S. (2011). efektivitas terapi spesialis pada klien gangguan fisik yang mengalami
ansietas dan gangguan citra tubuh.
Indika, K. (2010). Gambaran citra tubuh pada remaja yang obesitas skripsi.
Kawuwung, K. (2015). Hubungan Obesitas Dengan Citra Tubuh Dan Harga Diri Pada
Remaja Putri Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. 3.
Mursyidto, M. I. (2014). Studi Kasus Ketidakpuasan Remaja Putri Terhadap Keadaan
Tubuhnya (Body Image Negative Pada Remaja Putri).Implementation Science
Nugraha, A. W., Sartono, A., & Handarsari, E. (2019). Konsumsi Fast Food danKuantitas
Tidur Sebagai Faktor Risiko Obesitas Siswa SMA Institut Indonesia Semarang.
Olivia, G. (2016). Hubungan pola makan dan obesitas pada remaja di kota bitung
Pratiwi, I., Masriadi, M., & Basri, M. (2018). Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Penurunan
Berat Badan Remaja Obesitas Di SMP Katolik Rajawali MakassarTahun 2017.
Riswanti, I. (2016). Media Buletin Dan Seni Mural Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan
Tentang Obesitas. JHE (Journal of Health Education).
Wati, D. K., & Sumarmi, S. (2017). Citra Tubuh Pada Remaja Perempuan Gemuk

Anda mungkin juga menyukai