Perbaikan Skripsi Nola F. Tarigan
Perbaikan Skripsi Nola F. Tarigan
SPIRITUALITAS REMAJA
Pandemi Covid-19)
SKRIPSI
Oleh:
NIM: 16.01.1424
ABDI SABDA
JURUSAN TEOLOGIA
MEDAN
2021
i
KATA PENGANTAR
Terpujilah Kristus sebab oleh kasih karunia-Nya yang senantiasa menyertai dan
Tantangan Gadget terhadap Kemerosotan Remaja di GBKP Rg. Suka Rende dalam
Konteks Pandemi Covid-19)”. Hanya oleh penyertaan dan kasih karunia dari Dia-lah
sehingga perkuliahan dan skripsi penulis dapat diselesaikan dengan baik. Hormat dan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua penulis yang terkasih kepada bapak Antoni
Tarigan yang menjadi superdad yang selalu setia menemani pertumbuhan penulis mulai dari
kepergian mamak tercinta, yang selalu memberi doa, nasihat, dan dukungan, selalu
melakukan yang terbaik untuk penulis, tetap sehat pak dan bahagialah selalu, kiranya Tuhan
yang akan membalas kebaikan dan ketulusan ndu dalam mengasihi penulis dan untuk ibu
terkasih alm. Kabartina Br Sembiring, 11 tahun sudah tanpa ndu nde dan kam tau bertumbuh
dewasa tanpa kam itu sangat sulit tapi aku berusaha untuk menikmatinya nde. serta kedua
abang penulis yaitu: Pdt. Carillon Andri Nalta Tarigan, S.Th terimakasi bg tua atas semua
usaha, pengorbanan dan perjuangan ndu baik dalam segi materi, usaha, tenaga, bahkan
perasaan ndu sendiri kam korbankan untukku. Kam rela meninggalkan kuliahndu supaya aku
bisa jadi sarjana, kam selalu mencukupi kebutuhan ku dan kam selalu berusaha memenuhi
tanggung jawabndu sebagai abang paling tua, kami bersyukur punya abang seperti kam yang
gak pernah menyerah bahkan gak pernah terlihat lelah Tuhan yang membalas semua yang
telah kam lakukan bg tua dan untuk ng tengah Calvin Erinata Tarigan, S.Sos terimakasih atas
usahandu selama ini untukku bg, yang selalu bilang “kalau ada yang nyakitin kam dek bilang
sama abang”, terimakasih untuk dukungan doa, usaha, materi yang selama ini kam berikan,
terimakasih sudah selalu menjadi penenang kalau aku berantam sama bg tua, yang selalu
ii
mendengar curhatku kalau aku lagi sedih dan terimakasih juga sudah menjadikanku sebagai
adik yang paling bersyukur berada di antara kalian berdua, serta untuk eda Maria Josepa
Sembiring, Amd terimakasih sudah hadir di dalam kehidupan kami, dengan kehadiran ndu
membuat rasa rindu kami kepada mamak terobati, terimaksih juga sudah selalu memberikan
dukungan doa dan semangat serta usaha yang kam kasi ke aku dan keponakan tercinta Reyan
Rivano Tarigan kehadiran ndu bang membuat sukacita di keluarga kita bertambah, kehadiran
ndu membuat aku menjadi seorang bi uda dan kehadiran ndu membuat semuanya jauh lebih
indah. Bertumbuhlah menjadi anak yang takut akan Tuhan, anak yang hormat orang tua dan
menjadi anak yang bijak ya bang. Semua dukungan kasih yang tulus dan perjuangan yang
besar yang mendorong penulis sanggup menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini
penulis ucapkan banyak terimakasih dan gelar ini penulis persembahkan untuk kalian yang
sudah berjuang. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dosen pembimbing utama bapak Dr. Erick Johnson Barus dan juga dosen
pembimbing kedua penulis ibu Dr. Rohny Pasu Sinaga yang senantiasa
2. Bapak Agus Jetron Saragih, M.Th selaku rektor STT Abdi Sabda Medan juga
3. Kepada seluruh bapak dan ibu dosen atas segala ilmu pengetahuan, pengajaran,
4. Kepada Pdt. Siska Febriani Br Tarigan, S.Th, M.M selaku pendeta yang pernah
membimbing saya dalam melaksanakan CP di GBKP Rg. Timba Lau dan juga
5. Kepada Pdt. Selvi Br Sembiring serta seluruh jemaat GBKP Rg. Suka Rende yang
6. Serta seluruh pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu,
penulis haturkan banyak terima kasih. Dengan demikian penulis turut berdoa
7. Kepada keluarga besar Tarigan, untuk Mamak, Bapak, Kila, Bibik, Abang, Kakak,
serta adek-adek semua penulis ucapkan banyak terimakasih untuk dukungan kasih
dan doa yang tulus yang diberikankepada penulis. Sehat-sehat kalian semua yaa.
8. Terimakasih juga untuk ndu yang terkasih Dony F. Panggabean. Terimakasih atas
dukungan cinta dan kasih ndu untukku, terimakasih atas ketulusan, kesabaran, dan
perhatian yang kam kasi untukku. Kam orang yang selalu aku repotkan dalam
mengerjakan tugas, mencari judul seminar bahkan judul skripsi juga. Terimakasih
Penulis
ABSTRAK
Tantangan gadget terhadap kemerosotan spritualitas remaja menjadi judul yang
digumuli dan disoroti penulis saat ini. Gadget pada hakikatnya diciptakan untuk membantu
kehidupan manusia secara khusus pada masa pandemi covid-19 yang sarat dengan
pembatasan kegiatan luar ruangan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa gadget memberikan
dampak negatif bagi remaja secara khusus di GBKP Rg. Sukarende. Kemerosotan spiritual
yang terjadi ditandai dengan adanya degradasi nilai-nilai moral, agama, sosial dan budaya.
pengaruh gadget bagi remaja dan peran penting gereja dan orang tua bagi pertumbuhan anak
remaja. Penulis menggunakan metodologi mixed methods yaitu suatu prosedur untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan mencampur metode kuantitatif dan kualitatif dalam suatu
Karya tulis ini tidak sedang menyangkal dampak positif gadget, namun memaparkan
akan pentingnya keterpanggilan gereja dan orang tua yang berperan penting dalam
terutama dalam situasi pandemi covid-19 di GBKP Rg. Sukarende. Tentunya kita tidak
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK….
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah.......................................................................................................................13
1.3. Pembatasan Masalah......................................................................................................................13
1.4. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………….14
2.1.7. Peran Orang Tua dan Gereja Terhadap Penggunaan Gadget di kalangan
Remaja………………………………………………………………………………….51
2.3. Hipotesa.……………………………………………………………………………..…..57
3.2.4.3. PA Permata…………………………………………………………………..63
3.2.4.4. PA KAKR……………………………………………………………………63
3.2.6. Nama-nama Pelayan, Pertua/Diaken, Emeretus dan Pelayan KAKR GBKP Runggun
SukaRende……………………………………………………………………………………64
3.4. Gambaran Penggunaan Gadget Bagi Remaja GBKP Runggun Suka Rende……………68
3.5.1. Populasi…………………………………………………………………………….70
4.6. Tinjauan Etis Tinjauan Etis-Praktis mengenai Tantangan Gadget terhadap Kemerosotan
4.7. Tabel Rangkuman Keadaan Spiritualitas Remaja, Yang Harus Dilakukan, Hasil Yang
Didapat………………………………………………………………………………………..98
5.2. Saran……………………………………………………………………………………111
5.2.1. Gereja…………………………………………………………………………111
5.2.3. Remaja………………………………………………………………………..114
DAFTAR PUSTAKA115
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Angket
DAFTAR SINGKATAN
A. Alkitab
Perjanjian Lama
Kej. : Kejadian
Kel. : Keluaran
Im. : Imamat
ix
Bil. : Bilangan
UI. : Ulangan
Yos. : Yosua
Hak. : Hakim-hakim
Sam. : Samuel
Taw. : Tawarikh
Neh. : Nehemia
Ayb. : Ayub
Mzm. : Mazmur
Ams. : Amsal
Pkh. : Pengkotbah
Yes. : Yesaya
Yer. : Yeremia
Dan. : Daniel
Hos. : Hosea
Am. : Amos
Perjanjian Baru
Mat. : Matius
Mrk. : Markus
Luk. : Lukas
Rm. : Roma
x
Gal. : Galatia
Kor. : Korintus
Ef. : Efesus
Flp. : Filipi
Kol. : Kolose
Tim. : Timotius
Yak. : Yakobus
Ptr. : Petrus
Ibr. : Ibrani
Why. : Wahyu
B. Singkatan Umum
Alm. : Almarhum
Bdk. : Bandingkan
Bpk. : Bapak
Dk. : Diaken
Em. : Emeritus
Jlh. : Jumlah
Jln. : Jalan
Jwb. : Jawaban
Kab. : Kabupaten
Kec. : Kecamatan
No. : Nomor
PC : Personal Computer
Pdt. : Pendeta
Pt. : Pertua
Rg. : Runggun
Vol. : Volume
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
perekonomian, dan aspek kehidupan lainnya. Akan tetapi penggunaan yang salah terhadap
teknologi informasi dan komunikasi terkhususnya gadget membawa dampak yang buruk
berdasarkan data yang diperoleh (data tahun 2016 ) penggunaan internet di Indonesia sekitar
80-100 juta. Penggunaan internet yang berumur 15-40 tahun mencapai 68 persen. Sementara
di bawah 15 tahun sebanyak 10 persen dan sisanya pengguna umur 40 tahun ke atas.
anak-anak yang terjadi akibat penggunaan internet yang tidak sehat. Mulai dari perilaku
susila yang menyimpang baik itu pornografi, LGBT, perundingan (bullying) dan lain
sebagainya yang mengakibatkan terjadinya kerusakan moral dan mental generasi muda.1
Dalam kehidupan sehari-hari kata gadget sudah akrab di telinga kita yang dimana
gadget merupakan elektronik kecil yang didesain sedemikian rupa sehingga menjadikannya
sebagai sauatu inovasi terbaru.2 Penggunaan gadget pada anak dan remaja yang lebih dari 3
jam dalam sehari dapat menyebabkan mereka rentan pada kecanduan gadget.
Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, sebanyak 143,26 juta orang atau 54,68 persen dari
1
Leski Rizkinaswara “Penggunaan Internet di Indonesia” dalam
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6744/AnakAnak+pengguna+Internet+Terus+Bertambah
/0/sorotan_media, di akses pada tanggal 10 Maret 2021, pukul 23.12 wib.
2
Fathul Husnan & Java Creativity, Buku Sakti Blogger (Jakarta: Elex Media Komputindo), 73.
2
populasi Indonesia menggunakan internet penetrasi pengguna internet terbesar di usia 13-18
tahun (75,50 persen). Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pada 6 Februari
2018, mengungkapkan sebanyak 93,52 persen penggunaan media sosial oleh individu
Indonesia berada di usia 9-19 tahun dan penggunaan internet oleh individu sebanyak 65,34
persen berusia 9-19 tahun. Umumnya anak-anak menggunakan internet untuk mengakses
media sosial, termasuk youtube dan game daring.3 Menurut sekjen Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII), jika digabungkan dengan angka proyeksi Badan Pusat
statistik (BPS) maka populasi Indonesia tahun 2019 berjumlah 266.911.900 juta, sehingga
Data yang diambil dari bisnis.com, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) mengatakan jumlah penggunaan internet pada tahun 2020 mencapai 196,7 juta atau
73,7 persen dari populasi. Jumlah ini bertambah sekitar 25.5 juta pengguna dibandingkan
tahun 2019.5 Dalam berita yang dilansir oleh Kompas.com mengatakan penggunaan internet
di Indonesia pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen
atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada januari 2020 lalu. Total jumlah penduduk
Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Sehingga penetrasi internet di Indonesia
Dapat dilihat dari data di atas bahwa penggunaan gadget mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan penggunaan gadget tidak hanya bagi kalangan orang
dewasa tetapi sudah merambah ke dunia anak remaja. Bagi anak remaja gadget merupakan
3
Kompas, “Kecanduan Gawai Ancam Anak-anak” dalam
https://kominfo.go.id/content/detail/13547/kecanduan-gawai-ancam-anak-anak/0/sorotan_media, diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.
4
Irso, “Dirjen PPI: Suervei Penetrasi Penggunaan Internet di Indonesia BagianPenting dari
Transformasi Digital” dalam https://www.kominfo.go.id/content/detail/30653/dirjen-ppi-survei-penetrasi-
pengguna-internet-di-Indonesia-bagian-penting-daritransformasi-digital/0/berita_satker, diakses pada tanggal 10
Maret 2021.
5
Leo Dwi Jatmiko, “APJII: 196, 7 Juta Warga Indonesia Sudah Melek Internet” dalam
https://m.bisnis.com/, diakses pada tanggal 10 Maret 2021.
6
Galuh Putri Riyanto, “Jumlah Pengguna Internet Indonesia 2021 Tembus 202 Juta” dalam
https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-internet-indonesia-2021-tembus-202-
juta, diakses pada tanggal 11 Maret 2021.
3
dunia yang baru sehingga mereka selalu tertarik untuk belajar hal-hal baru akan tetapi
mereka tidak menyadari resiko yang dapat ditimbulkan. Hal ini terlihat dari banyaknya
berita yang beredar di televisi maupun sosial media yang menyatakan bahwa begitu banyak
kasus-kasus di dunia maya mengenai penggunaan gadget yang tidak benar. Pengaruh
penggunaan gadget yang tidak benar akan berdampak pada kesehatan psikologis maupun
kesehatan fisik seseorang. Sebagai contoh, dalam berita “Hai Bunda.com” mengatakan
adanya siswa kelas 1 SMP asal desa Salam Jaya, Pabuaran, Subang, meninggal dunia usai
didiagnosis mengalami gangguan saraf. Menurut pihak keluarga, penyakit yang diderita
remaja berusia 12 tahun tersebut akibat dari kecanduan main game online di ponsel. Korban
meninggal pada bulan februari 2021.7 Berdasarkan data dan kasus di atas maka penulis
remaja terutama dalam hal spiritualitasnya. Maka penting bagi kita untuk memahami apa itu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
manusia. Teknologi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi yang dimana teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
salah satu bagian yang terkena imbasnya. Terlebih saat terjadi pandemi covid-19 yang
7
Annisa Afani, “Siswa SMP Disebut Meninggal Karena Kecanduan Game Online” dalam https://www-
haibunda-com.cdn.ampproject.org, diakses pada tanggal 12 Maret 2021 pukul 14.26 WIB.
8
Ditta Widya Utami & Richardus Eko Indrajit, Menyongsong Era Baru Pendidikan (Yogyakarta: Andi,
2020), 2.
4
Teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah menghapus batas ruang dan waktu di
dunia pendidikan. Jika sebelumnya guru dan murid bertemu di ruang kelas, kini mereka
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang ini,
Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk mengikuti arus globalisasi dunia.
Masyarakat Indonesia dihadapkan dengan berbagai fasilitas yang selalu berkembang, salah
satunya adalah perkembangan teknologi digital yang makin mudah dijumpai. Perkembangan
teknologi menghasilkan berbagai macam fasilitas untuk memudahkan segala aktivitas hidup
manusia dalam melakukan pekerjaan dan mengakses berbagai informasi. Dengan adanya
kemajuan teknologi ini, akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap segala aspek
Dalam kehidupan era revolusi industri 4.0 sekarang ini, gadget sebagai salah satu alat
teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi tren bagi masyarakat bahkan merambah
pada kaum remaja. Bagi beberapa orang, gadget sudah menjadi kebutuhan yang sangat
penting karena sangat membantu aktivitas manusia mulai dari belajar, media sosial, bisnis
bahkan hiburan dan lain sebagainya. Penggunaan gadget terlihat semakin pesat di tengah
munculnya pandemi Covid-19 sehingga membuat gadget menjadi sangat penting dalam
dengan tatap muka tetapi terhalang akibat adanya social distancing mengharuskan kita untuk
melakukan segala kegiatan dari rumah (work from home) sehingga mendorong manusia
harus bertemu melalui media online. Salah satunya adalah dalam dunia pendidikan, yang di
mana anak-anak dituntut untuk belajar dari rumah menggunakan sosial media sehingga
Dalam buku Abdul Muis Joenaidy yang berjudul “Konsep dan Strategi Pembelajaran
di Era Revolusi Industri 4.0” menjelaskan bahwa munculnya revolusi industri 4.0 telah
mengantarkan manusia pada satu masa dimana pembelajaran dan pendidikan bukan lagi soal
tatap muka atau pertemuan antara guru dengan siswa di kelas, bukan pula sebatas
mempelajari suatu topik di tempat tertentu. Pembelajaran masa kini telah bergeser yang tak
terbatas oleh ruang dan waktu. Jika dahulu peserta didik harus memiliki buku cetak untuk
mempelajari materi tertentu, kini dengan teknologi semua itu dapat diringkas.11
aktifitasnya. Teknologi berubah sejalan dengan keinginan manusia untuk hidup lebih baik,
Istilah gadget dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan peranti elektronik
atau mekanik dengan fungsi praksis.13 Gadget adalah salah satu bukti majunya
perkembangan di dunia teknologi. Dengan adanya gadget tidak bisa dipungkiri keberadaan
gadget yang merupakan salah satu wujud kemajuan dalam bidang teknologi. Hal ini bisa
membantu seseorang dalam kehidupan yaitu memudahkan komunikasi antar individu. Salah
satu dampak besar gadget adalah mempengaruhi perkembangan sosial seseorang. Adapun
dampak gadget yaitu tidak adanya saling komunikasi antar sesama individu cenderung lebih
Ada beberapa macam gadget yang sering digunakan antara lain: handphone,
smartphone, Tablet PC, video game.15 Penggunaan gadget yang semakin intens dilakukan
11
Abdul Mois Joenaidy, Konsep dan Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Indsutri 4.0 (Jakarta:
Laksana, 2019), 116-117.
12
Yulius Roma Patandean & Richardus Eko Indrajit, Digital Transformation Generasi Muda Indonesia
Menghadapi Transformasi Dunia, 1-2.
13
Tim Penyusun, KBBI (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 403.
14
Sylvie Puspita, Monograf Fenomena Kecanduan Gadget Pada Anak Usia Dini (Surabaya: Cipta
Media Nusantara (CMN), 2020), 54.
15
Derry Iswidharmanjaya dan Beranda Agency, Bila si Kecil Bermain Gadget (Yogyakarta: Bisakimia,
2014), 7.
6
oleh banyak orang dari berbagai kalangan, tidak pandang usia dan profesi, bukannya tanpa
alasan. Semua kebutuhan manusia modern saat ini dengan mudah dan murah bisa
didapatkan melalui sedikit peran yang praktis. Jelas, gadget menawarkan solusi atas masalah
kebutuhan hidup banyak orang sehingga cepat sekali menjadi budaya baru.
Namun, keberadaan gadget bukannya tak memiliki cela. Dengan kemudahan yang
ditawarkan itu, justru membuat banyak orang terlena. Bahkan gadget dapat menimbulkan
ketergantungan bahkan kecanduan pada seseorang. Hal tersebut tentu perlu dikhawatirkan.
Sebab alih-alih membantu membuat hidup manusia menjadi lebih mudah dan nyaman, gadget
justru bisa menjadi musuh rasa kemanusiaan pada diri manusia itu sendiri. Akibatnya pada
satu titik pengaruh gadget ini juga akan merusak hubungan/interaksi seseorang di dalam
Hal ini juga bisa kita lihat dari kejadian menara Babel, sebagaimana dalam jurnal
Biormatika menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya
(Imagodei) dan memperlengkapi manusia dengan kekuatan berfikir (Kej. 1:27-31). Namun
Allah menentang manusia dalam menciptakan teknologi dengan motivasi yang salah. Hal ini
terlihat jelas dalam kitab Kejadian Allah memporak-porandakan kota Babel (Kej. 11:1-9).
Sebagai orang Kristen harus dapat menguasai teknologi dan bukan dikuasai oleh teknologi (1
Kor. 6:12). Dalam hal ini, teknologi hasil dari akal budi manusia diijinkan digunakan untuk
mengupayakan kebaikan dan kesejahteraan manusia. Tetapi ketika teknologi digunakan untuk
Pengaruh dari gadget ini sangat terlihat jelas dalam kehidupan anak remaja.
Sebelumnya kita harus mengenali siapa itu remaja dan bagaimana kepribadian yang dimiliki
seorang remaja. Istilah “adolescence” atau remaja berasal dari kata Latin (adolesscere), kata
16
Azimah Subagijo, Diet & Detoks Gadget (Jakarta Selatan: Noura Books, 2020), 5.
17
Merinda Maranatha Sitorus & Fredik Melkias Boiliu, “Kajian Perkembangan Teknologi Berdasarkan
Pendidikan Agama Kristen” Jurnal Biormatika: Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama
Kristen Vol. 7 No.1 Tahun 2021, (Jakarta: Universitas Kristen Indonesia, 2021), 115.
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/FKIP/article/view, (diakses pada 5 Februari 2021).
7
bendanya “adolescentia” yang berarti remaja, yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah “adolescence”, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih
Istilah kata remaja ini mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja
merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok manusia yang lain.
Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering
menyusahkan orang tua. Seringkali dengan gampang orang mendefenisikan bahwa remaja
sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun,
atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang
Masa remaja sering disebut dengan “storm dan stress”, masa pancaroba yakni suatu
masa yang penuh kegoncangan jiwa. Hal ini dikarenakan oleh keadaan yang masih dalam
masa peralihan atau transisi dari masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa
dewasa yang matang dan mandiri.20 Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat
dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi
juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.
Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik
maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan
fase perkembangan yang tengah berada pada masa potensial baik dilihat dari aspek kognitif,
Remaja masa kini juga sangat dibanjiri dengan berbagai macam berita dan keteladanan
buruk seperti: berita kejahatan, korupsi, penyelewengan seksual, penyalahgunaan obat dan
18
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1980), 206.
19
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 2.
20
Anni Dyck, Tantangan dan kebutuhan remaja (Malang: departemen pembinaan anak dan Pemuda/
YPPII, 1982), 5-6.
21
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2019), 9-10.
8
lain-lain. Suasana masyarakat yang sangat materialistis dan egois ini sangat mempengaruhi
perkembangan remaja ke arah pembentukan kepribadian yang juga materialistis dan egois
bahkan apatis terhadap nasib orang lain. Sikap ini juga sangat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
permainan elektronis yang mengasyikkan untuk dimainkan secara individual. Hal yang sangat
memprihatinkan adalah kenyataan dunia pendidikan saat ini terlalu berat menekankan
afektif kurang mendapat perhatian.22 Hal yang tidak kalah pentingnya adalah peranan teman
sebaya. Banyak remaja terlibat dalam hal-hal salah seperti kecanduan narkoba, seks bebas,
pola hidup konsumtif, karena memang pengaruh dari teman sebaya yang mengatakan “tidak
spiritualitas remaja, gadget malah menjadi faktor yang membuat terjadinya kemerosotan pada
spiritualitas remaja sekalipun tidak menutup kemungkinan gadget dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan spiritualitas.
dan berkembang di dalam Tuhan. Konkretnya, jawaban terhadap panggilan Tuhan terjadi
dalam konteks doa, dan kegiatan mewartakan kerajaan Allah melalui pelayanan kepada
saudara lain. Spiritualitas berkaitan erat dengan doa, ibadat dan pelayanan kepada umat
beriman.24
Oleh karena gadget dapat mendorong remaja kepada kemerosotan spiritualitas maka
perlu penanaman nilai moral dan pembentukan akhlak yang lebih dikenal dengan istilah
kecerdasan spiritual (SQ). Menurut Zohar dan Marshall sebagaimana dikutip oleh Rohinah M.
Noor dalam buku “Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di Sekolah dan di Rumah”
22
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 141.
23
Tim Penyusun, Suluh Siswa 1 Bertumbuh Dalam Kristus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 19.
24
Charles M. Shelton, Menuju Kedewasaan Kristen (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 18.
9
memecahkan masalah dalam konteks makna dan nilai hidup yang lebih luas dan universal.
itu, sesuai dengan konsep kecerdasan spiritual (SQ) yang digagaskan oleh Zonar dan Marshall
dalam buku “Psikologi Perkembangan” yang dikutip oleh Desmita, mengatakan pendidikan
agama nampaknya harus tetap dipertahankan sebagai bagian penting dari program-program
kecerdasan spiritual (SQ) dapat berkembang dengan baik dalam diri anak.26
Penanaman nilai-nilai agama pada pendidikan anak sudah seharusnya diberikan sejak
dini kepada anak. Hal tersebut merupakan kewajiban orang tua terhadap anak. Utamanya di
era digital yang penuh dengan tantangan bagi anak. Penanaman nilai-nilai agama merupakan
hal penting yang diharapkan mampu untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari era
digital. Melalui penanaman nilai-nilai agama pada anak diharapkan kedepannya anak
memiliki kepribadian yang baik, bertanggung jawab, serta senantiasa mengingat Tuhannya,
sehingga apa saja yang dilakukan anak memiliki nilai-nilai positif dan bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain. Penanaman nilai-nilai agama dimulai dari keluarga yang merupakan
lingkungan terdekat anak. Dampak negatif dari era digital yang berpengaruh negatif kepada
anak harus diwaspadai oleh orang tua sehingga dapat meminimalisir dampaknya pada
Kemerosotan spiritualitas remaja yang dipengaruhi oleh gadget pada masa pandemi
25
Rohinah M. Noor, Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di Sekolah dan di Rumah
(Yogyakarta: Pedagogia, 2012), 4.
26
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 175.
27
Maulidya Ulfah, Digital Parenting Bagaimana Orang Tua Melindungi Anak-Anak dari Bahaya
Digital? (Jawa Barat: Edu Publisher, 2020), 213.
28
Ana Widyastuti, 77 Permasalahan Anak dan Cara Mengatasinya (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2019), 344-402.
10
1. Anak nakal. Anak yang nakal adalah anak yang mempunyai perilaku yang
menyimpang dari adat dan kebiasaan, bahkan tatanan moral yang berlaku.
menarik rambut temannya, membantah perintah guru dan orang tua, dan
sikap-sikap tidak sesuai dengan harapan lainnya, akibat dari perilaku nakal
tersebut akan fatal. Salah satu faktor anak menjadi nakal adalah faktor
2. Anak sombong. Sombong adalah salah satu sifat yang dibenci oleh agama
3. Anak keras kepala dan suka melawan. Orang tua merupakan peranan yang
membahagiakan, namun orang tua juga bertugas untuk mendidik anak agar
tidak salah jalan dan juga bisa membawa anak hingga dewasa tanpa ada
hal-hal yang membahayakan atau salah kaprah. Salah satunya adalah sifat
menyenangkan bagi orang lain. Bersikap kasar adalah suatu tindakan yang
5. Suka membantah, melawan orang tua dan guru. Semakin dewasa seorang
pendapat dan pandangan sendiri yang diyakini benar. Sehingga tidak jarang
6. Keras kepala. Saat anak berubah menjadi keras kepala dan suka melawan,
bisa jadi perilaku tersebut diakibatkan karena mereka melihat contoh yang
sama.
7. Anak kikir atau pelit. Anak yang sering kali menyayangi benda miliknya
Tidak dapat dipungkiri terkadang hal ini dapat membuatnya menjadi egois
anak yang susah diajak belajar beribadah merupakan anak yang memiliki
moralitas seseorang. Jika ibadahnya baik, maka moralnya pasti baik. Tetapi
Oleh karena itu, penting untuk mengarahkan kerohanian. Dalam buku John Van Engen
yang berjudul “ Educating People of Faith Exploring the History of Jewish and Christian
Communities” menjelaskan bahwa pengarahan rohani yang lebih formal adalah kesediaan dan
bakat untuk memberikan kata yang baik atau menjadi telinga yang baik secara konsisten dan
berbuah sebagai bagian dari panggilan.29 David Heller dalam buku “Talking to Your Child
rumah sebaiknya dipelihara melalui keterlibatan dan kepedulian relasi orang tua dan anak-
anak. Suami dan istri menurut penjelasan Heller menjadi sumber makanan rohani antara orang
tua dan anak.30 Jadi remaja dalam pembentukan spiritualitasnya juga harus belajar untuk
29
John van Engen, Educating People of Faith Exploring the History Of Jewish and Christian
Communities (Michigan: Grand Rapids, 2004), 349.
30
David Heller, Talking to Your Child About God (Toronto: Bantam Books, 1988), 25-26.
12
mendapatkan pengarahan rohani baik di sekolah, gereja, maupun keluarga dan lingkungan
sekitar.
Seperti Yesus juga sebagai seorang manusia biasa, Yesus juga harus belajar. Ia tidak
dilahirkan lengkap dengan semua pengetahuan yang bakal muncul dalam pengajaranNya di
kemudian hari. Dalam arti tertentu boleh dikatakan, bahwa Ia belajar dari keluargaNya, dari
kemungkinan-kemungkinan yang baru dan berbeda dengan yang lazim dialamiNya dan dari
terkhususnya kepada anak remaja juga terjadi di gereja GBKP Rg. Suka Rende.
1. Remaja kurang menghargai norma agama yang ditandai dengan sikap tidak etis
dimana mereka disibukkan dengan bermain gadget selama ibadah berlangsung.
2. Remaja dan orang tua menunjukkan tanda-tanda serta gejala-gejala kerenggangan
relasi dan komunikasi yang berpotenti disharmonisasi keluarga.
3. Remaja memiliki rutinitas yang kurang ideal terhadap perkembangan spiritualitas dan
moralnya. Hal itu ditandai dengan lebih banyaknya alokasi waktu bermain gadget
ketimbang aktivitas spiritual.
4. Terjadinya kesenjangan antara aktifitas-aktifitas virtual remaja dan kegiatan-kegiatan
rohani.
5. Remaja melakukan kebohongan kepada orang tua demi kepentingan gadget.
6. Remaja kurang memiliki sopan santun akibat dari konsumsi yang tidak baik dari
gadget yang ditandai dengan tata bahasa yang kurang baik.
7. Remaja cenderung menganggap kebiasaan-kebiasaan buruk sebagai hal lumrah,
misalnya dalam berpakaian kurang sopan dan perkataan kotor.
8. Remaja kurang bertanggung jawab terhadap aturan dan teguran, hal itu ditandai
dengan remaja yang bersikap acuh terhadap aturan orangtua.
9. Remaja mengalami kecanduan terhadap gadget sehingga mengabaikan spiritualitas.
31
Robert R. Boehlke, Siapakah Yesus Sebenarnya? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 23.
13
diperlukan dalam membentuk karakter anak remaja. Orang tua harus lebih memperhatikan
anak remaja dalam melakukan aktivitas gadgetnya dan juga orang tua harus lebih
Gereja juga harus memperhatikan spiritualitas anak remaja agar tidak mengalami
kemerosotan yang berdampak kepada kehidupan moralnya. Gereja harus lebih memperbanyak
kegiatan rohani kepada anak remaja seperti melakukan saat teduh bersama, meditasi, berdoa,
membaca alkitab, dan aktivitas spiritualitas lainnya sehingga anak remaja tetap bertumbuh
dalam iman di tengah zaman era revolusi industri 4.0. Untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang sudah disampaikan penulis di atas maka penulis mengangkat topik
terhadap Kemerosotan Spiritualitas Remaja Di GBKP Rg. Suka Rende Dalam Konteks
Pandemi Covid-19”.
permasalahan yang muncul dan terkait dengan judul penelitian atau dengan masalah atau
dengan variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi dapat diangkat sejumlah masalah yang
saling terkait satu dengan yang lainnya. 32 Dengan melihat latar belakang masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka penulis melihat masalah yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya perilaku remaja yang kecanduan terhadap gadget seperti bermain game
online, sosial media, pornografi dan berdampak kepada kesehatan psikologis dan
kesehatan fisik.
32
Dominikus Dolet Unaradjan, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Universitas katolik Indonesia
Atma Jaya, 2019), 5.
14
2. Besarnya potensi remaja terpapar dampak negatif gadget akibat keadaan remaja yang
3. Kurangnya pemahaman remaja GBKP Rg. Suka Rende akan pentingnya spiritualitas.
4. Merosotnya spiritualitas Remaja GBKP Rg. Suka Rende akibat dari dampak negatif
penggunaan gadget dan kurangnya peran aktif dari orang tua dan gereja dalam
5. Pentingnya peran gereja dan orang tua dalam meningkatkan spiritualitas remaja.
Pembatasan masalah bertolak dari temuan yang ada pada identifikasi masalah.
Pembatasan masalah merupakan temuan yang diungkapkan dalam identifikasi masalah yang
akan diteliti berdasarkan alasan-alasan tertentu (keterbatasan waktu, tenaga, agar lebih fokus).
Jadi, batasan masalah adalah upaya peneliti menetapkan batasan-batasan dari masalah
penelitian yang akan dimasukkan ke dalam ruang lingkup masalah penelitian saja. 33 Untuk
menghasilkan karya ilmiah perlu batasan masalah agar masalah tidak terlalu luas cakupannya.
Oleh karena itu penulis membuat batasan masalah dalam penulisan ini pada “Suatu Tinjauan
Membuat dan merumuskan masalah adalah hal yang sangat penting dalam melakukan
suatu penelitian. Hal ini bertujuan supaya masalah yang sedang terjadi dapat diketahui
penyebabnya dan juga merupakan suatu acuan dalam menjawab suatu masalah yang ada
33
Ismail, Bambang Triyanto, Penulisan Karya Ilmiah (skripsi): Suatu pedoman (Jawa Tengah:
Lakeisha, 2020), 101.
15
dalam penelitian yang akan atau yang sedang diselidiki. Hal ini dimaksudkan agar sipenulis
spiritualitas remaja?
1. Untuk mengetahui apa itu gadget dan bagaimana pandangan alkitabiah terhadap gadget.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam mengedukasi penggunaan gadget untuk
4. Untuk mengetahui bagaimana peran gereja dalam mengedukasi penggunaan gadget untuk
Manfaat penulisan ini adalah sebuah pernyataan tentang apa yang dirasakan setelah tujuan
tercapai.35
1. Menambah wawasan dan pengetahuan serta bekal bagi penulis untuk melayani di
lapangan pelayanan.
34
Surjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Ul-Press, 1986), 15.
35
Victorianus Aries S., Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 18.
16
2. Memberi kesadaran terhadap remaja akan dampak negatif gadget dan pentingnya
spiritualitas.
3. Supaya orang tua memahami peran penting mereka dalam mengedukasi remaja
4. Supaya gereja GBKP Rg. Suka Rende dan memahami peran penting mereka dalam
5. Supaya Sinode GBKP memahami peran penting mereka dalam mengedukasi remaja
Dalam mencapai hasil yang maksimal dalam sebuah penelitian, maka dibutuhkan
metode yang mendukung penelitian tersebut. metode penelitian ini adalah suatu cara atau
teknis dalam proses penelitian masalah untuk memperoleh fakta-fakta yang mampu menjawab
masalah tersebut.36 Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan
(library research) yakni dengan mengumpulkan dan memakai buku-buku, artikel dan sumber-
sumber lain yang berkaitan dengan judul tulisan dan metode penelitian lapangan (field
1.8. Hipotesa
Setiap penyusunan karya ilmiah terlebih dahulu merumuskan hipotesa yang beranjak
dari masalah di atas, maka penulis memiliki hipotesa sementara yaitu: “Jika adanya peran
36
Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 39.
17
orang tua dan gereja terhadap pendisiplinan dan pengawasan penggunaan gadget oleh
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi: pengertian judul yakni gadget secara umum dan sejarah terbentuknya
gadget, tujuan dan fungsi gadget, dampak gadget, pengaruh covid-19 terhadap
negatif gadget terhadap spiritualitas remaja, peran orang tua dan gereja
BAB II
PENGAJUAN HIPOTESA
mendapatkan informasi, karena hal tersebut sudah menjadi kebutuhan yang penting untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik. Hal itu membuat manusia menciptakan
sistem dan alat untuk dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi, mendapatkan
informasi dan hiburan, mulai dari gambar, tulisan, suara, video, permainan, fasilitas,
internet, jejaring sosial yang dapat dilingkupi dalam fitur-fitur yang disajikan oleh
gadget.37
Dapat kita pahami bahwa gadget merupakan sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang
mengartikan sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Gadget
dalam bahasa Indonesia yang berarti “acang” merupakan suatu istilah yang merujuk pada
suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang
berguna yang umumnya diberikan terhadap sesuatu yang baru. Dapat kita simpulkan
bahwa gadget dalam pengertian secara umum dianggap sebagai suatu perangkat
Dalam tulisan Rais Syafi’i yang berjudul “The Power of Gadget” dalam buku
“Terpenjara Komodifikasi Media” mengatakan bahwa gadget adalah suatu perangkat alat
antaranya ada sumber informasi, jejaring sosial, hobi, hiburan, penunjang kreatifitas, dan
37
Hastri Rosiyanti, Rahmita Nurul Muthmainnah, “Penggunaan Gadget Sebagai Sumber Belajar
Mempengaruhi Hasil Belajar pada Mata Kuliah Dasar Matematika” Fibonacci Jurnal Pendidikan Matematika
dan Matematika Volume 4, No. 1 (Juni 2018), 29.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc/article/view/2750 (diakses, 15 Februari 2021).
38
Layyinatus Syifa, Eka Sari Setianingsih, & Joko Sulianto ”Dampak Penggunaan Gadget Terhadap
Perkembangan Psikologi Pada Anak Sekolah Dasar” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Volume 3, no.4 (tahun 2019),
528-529.
https://www.researchgate.net/publication/342516421_Dampak_Penggunaan_Gadget_(diakses, 15 Februari
2021).
39
Wiwin Via Wulan Sari, dkk, Terpenjara Komodifikasi Media (Malang: Intrans Publishing Group,
2020), 56.
19
terkait teknologi alat maupun salurannya. Pada masanya kita mengenal pesawat telepon
sebagai alat yang maju yang menghubungkan komunikasi lisan manusia meskipun terpisah
oleh jarak. Sejak paten pertama yang dibukukan pada paten Amerika Serikat yang dimana
perangkat telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876, dan kemudian
telah terjadi perkembangan yang pesat dari alat telepon hingga kita mengenal saluran telepon
di rumah dan telepon umum dengan system koneksi pulsa koin dan kartu. Hingga pada tahun
1990an, telepon umum masih berlaku dan hampir digunakan di seluruh dunia. Model telepon
genggam atau telepon seluler mulai merambah secara global pada awal abad ke-21 atau
sekitar tahun 2000. Alat telepon di Indonesia dikenal sebagai Handphone (HP).
yang dapat menciptakan semua kemungkinan digital baik melalui suara, teks, gambar mati
ataupun gambar hidup (video), secara langsung (live), maupun tayang ulang (relay).
Pergantian dari telepon seluler kabel ke telepon nirkabel dan juga pergantian dari teknologi
seluler analog ke teknologi telepon pintar telah mengubah sejumlah karakter manusia sebagai
sebab kata gadget ini tidak melambangkan sebuah benda atau barang tetapi sebuah klasifikasi
dari beragam jenis komponen seperti handphone. Pada waktu itu, perangkat telepon belum
bisa disebut sebagai gadget sebab pemakaiannya masih terkesan sulit. Hingga pada generasi
ke 1- dan 2 perangkat telepon mulai dimodifikasi menjadi lebih ringan dan sudah memakai
antena mini untuk menangkap sinyal radio. Kemudian memasuki generasi ke 3 mulai
dikenalkan adanya system operasi dalam handphone seperti: Java, Symbian dan android yang
dapat dikatakan fungsi handphone semakin mendekati PC hingga pada generasi ke 4 sampai
40
Agus Suwignyo, Kita dan Dunia Kontemporer (atau Mengapa Sejarawan harus Menyesuaikan Cara
Kerjanya dengan Tunttutan Perkembangan Teknologi Informasi Digital) Jurnal Sasdayana Gadjah Mada
Journal Of Humanities, Vol. 2, No. 2 ( Mei 2018), 396-397.
20
sekarang muncullah istilah smartphone dengan teknologi 4G. Pada waktu itu, istilah gadget
berasal dari lelucon pada abad-19 yang dibuktikan dalam anekdot pemakaian kata gadget
dalam kamus Inggris Oxford. Istilah ini dipakai untuk mengganti penyebutan suatu benda
yang dipakai oleh seseorang dengan daya ingat rendah yang dimana istilah ini sudah muncul
di tahun 1850-an.
penyumbang tulisan dalam edisi kedua kata baru dalam kamus Oxford menulis asal usul
gadget identik dengan berbagai alat mekanis kecil yang bentuknya tidak jelas tetapi
merupakan alat yang cerdik dan juga baru. Pendapat yang lain juga berkata bahwa gadget
berasal dari bahasa Perancis yaitu gachette yang memiliki arti melahirkan suatu gagasan baru.
Sampai pada tahun 1956, istilah gadget masih terus diperbincangkan hingga seorang kritikus
arsitektur bernama Reyner Banham mengartikan gadget sebagai suatu benda yang memiliki
karakteristik unik yang memiliki kinerja tinggi serta berkaitan dengan ukuran sekaligus biaya.
Dengan kata lain gadget berfungsi untuk mengubah sesuatu menjadi hal yang diperlukan oleh
manusia.41
Di tengah masyarakat sekarang ini, gadget yang paling populer adalah smartphone
atau dalam arti lain telepon pintar. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila penyebutan
gadget lebih merujuk kepada smartphone, android, tablet dan notebook, yang merupakan
perangkat elektronik yang praktis saat ini.42 Dalam buku “Bila Si Kecil Bermain Gadget”
yang ditulis oleh Derry Iswidharmanjaya & Beranda Agency mengatakan bahwa ada
beberapa macam gadget yang sering digunakan oleh anak-anak antara lain: Smartphone,
41
Tiyas, “Gadget: Pengertian, Sejarah, Fungsi, Jenis Dampak”, https://www.yuksinau.id/pengertian-
gadget/, diakses pada selasa, 21 September 2021, pukul 12.15 Wib.
42
Azimah Subagijo, Diet dan Detoks Gadget (Jakarta Selatan: Noura Books, 2020), 21.
43
Derry Iswidharmanjaya & Beranda Agency, Bila Si Kecil Bermain Gadget (Bogor: Bisakimia, 2014),
7.
21
1. Smartphone
kemudahan yang dapat dinikmati oleh golongan atas saja, akan tetapi kini sudah bisa
dinikmati oleh golongan menengah bahkan golongan ekonomi rendah. Pada masa
dahulu telepon pintar (smartphone) hanya berperan sebagai media komunikasi atau
sering disebut dengan “mount to mount”, akan tetapi pada saat ini berbagai fitur bisa
dinikmati melalui telepon pintar (smartphone) ini sehingga orang bisa mengirim pesan
teks, gambar, bahkan mengakses internet yang dulu hanya bisa dilakukan saat
2. Laptop
yang terintegrasi dalam sebuah casing. Penggunaan laptop sangat membantu dan
memudahkan dalam menyelesaikan pekerjaan. Penggunaan laptop pada saat ini sudah
3. Tablet PC
Tablet PC atau singkatan dari tablet personal computer adalah laptop atau
komputer berbentuk buku yang memiliki layar sentuh atau teknologi tablet digital
selain keyboard ataupun mouse komputer. 46 Tablet PC memiliki ukuran yang lebih
kecil dari komputer dan perangkatnya juga lebih mudah untuk dibawa.
44
H. Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 13.
45
Sri S. Ningsih, Fransiska Lintong, & Jimmi F. Rumampuk, “Hubungan Penggunaan Laptop dan
Fungsi Penglihatan Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado”,
Jurnal e-Biomedik (eBm), vol. 3, no.3, (September-Desember 2015), 763.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/, (diakses pada 16 Februari 2021).
46
Agus Suryanto, “Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Tablet PC (Personal Computer) Sebagai
Penentu Status GiziGizi”, Jurnal Sainteknol Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang, Vol. 11 No.1 (Juli 2013), 12.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sainteknol/article/download, diakses, pada 16 Februari 2021.
22
4. Video Game
antarmuka dengan pengguna lain melalui gambar. Video game menjadi pengaruh
kekerasan yang lebih realistis dalam dunia game juga dengan setiap generasi baru
video game, orang bisa menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuknya.47
Di dalam buku “Bila Si Kecil Bermain Gadget” yang ditulis oleh Derry
Iswidharmanjaya & Beranda Agency juga menjelaskan bahwa gadget merupakan sebuah
perangkat atau instrumen elektronik yang memiliki tujuan dan fungsi praktis terutama
untuk membantu pekerjaan manusia.48 Tentu saja gadget memiliki banyak manfaat baik
manfaat sebagai fungsi dasar dari keberadaan gadget tersebut hingga fungsi sekunder.
Fungsi sekunder gadget ini bisa berbeda bagi setiap orang yang menggunakannya,
tergantung oleh usia dan profesinya. Bagi pelajar, gadget amat berguna untuk mencari
Oleh sebab itu, gadget dipahami sebagai alat teknologi yang praktis digunakan untuk
mendapat informasi dan juga sebagai alat komunikasi. Terkhusus pada masa pandemi
covid-19 ini menjadikan penggunaan gadget semakin meningkat sehingga gadget yang
pada awalnya merupakan kebutuhan sekunder dalam seketika berubah menjadi kebutuhan
primer yang harus dimiliki bagi kalangan tertentu khususnya kalangan remaja. Fungsi
gadget pada saat ini juga sudah menjadi gaya hidup yang dimana setiap pengguna dari
sumber edukasi, jaringan sosial antar teman, juga sebagai media hiburan. 50 Tidak
hanya untuk media pembelajaran, gadget juga dapat digunakan sebagai sarana
informasi yang mereka butuhkan dalam hal pekerjaan dengan adanya aplikasi-
aplikasi yang canggih di dalam gadget seperti: SMS, internet, jejaring sosial, dan
yang terjadi di dunia juga dapat dengan mudah kita jangkau melalui gadget
sebuah hal yang dapat meningkatkan rasa percaya dirinya melalui kemampuan-
4. Meningkatkan rasa percaya diri, salah satu contoh ialah saat anak
permainan. Ada beberapa permainan yang mampu mengasah otak dan membuat
50
Emilia Roza, Mia Kamayani, & PH Gunawan, “Pelatihan Memantau Penggunaan Gadget Pada
Anak” Jurnal SOLMA Vol.7(2) (2018), 211.
http://journal.uhamka.ac.id, (diakses pada 16 Februari 2021).
51
Junierissa Marpaung, “Pengaruh Penggunaan Gadget Dalam Kehidupan (The Effect of Use Gadget
In Life)”, Jurnal Kopasta 5 Universitas Riau Kepulauan Batam vol 2 (2018), 58.
https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/kopastajournal/view/, (diakses pada 17 Februari 2021).
24
anak lebih cepat tanggap dalam berfikir sehingga permainan tersebut dapat
masalah.52 Banyak sekali anak remaja yang malas membaca buku dengan alasan
mengantuk, mudah bosan dan lain sebagainya. Akan tetapi gadget dapat
menyenangkan.
memperbanyak teman.
7. Mempersingkat jarak dan waktu karena dalam era perkembangan gadget yang
1. Pornografi
tingkah laku erotis berupa tulisan atau gambar. Masa remaja merupakan masa
perkembangan dari masa anak-anak menjadi dewasa yang dimana pada masa
52
Junierissa Marpaung, “Pengaruh Penggunaan Gadget Dalam Kehidupan (The Effect of Use Gadget
In Life)”, Jurnal KOPASTA 5 vol. 2 Universitas Riau Kepulauan, (2018), 62.
https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/kopastajournal/view/, diakses pada 17 Februari 2021.
53
Yuliana Bewu, Yari Dwikurnaningsih, Yustinus Widrawanto, “Pengaruh Penggunaan Gadget
Terhadap Interaksi Sosial Pada Siswa Kelas X IPS SMA Kristen Satya Wacana Salatiga” Jurnal Psikologi
Konseling Vol. 15 No. 2 (Desember 2019), 467.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/konseling/article/view/, (diakses pada 17 Februari 2021).
25
ini secara fisik dan psikis terjadi perubahan pada organ-organ tubuh remaja,
baik remaja laki-laki maupun perempuan. Pada bagian tubuh ada kelenjar-
mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Oleh karena itu, remaja
seperti inilah remaja sangat rentan untuk jatuh ke dalam hubungan seks di luar
pernikahan atau seks bebas. Satu survei yang diadakan Komisi Perlindungan
kalangan pendidik dan ulama. Jajak pendapat (polling) yang diadakan 33 kota
mereka pernah melakukan hubungan seks dengan lawan jenis mereka. 21,2%
pernah melakukan aborsi. 97% remaja SMP dan SMU pernah melihat video
mesum, 93,7% pernah berciuman. Survei ini dilakukan pada 1 Juni 2010.
2. Hedonisme
Hedonisme adalah kehidupan yang penuh dosa, yaitu hidup untuk mengejar
zaman Nuh. Orang kawin mawin liar (seks bebas) dan pesta pora liar dan
menyatakan, “adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan
kekerasan” jiwa kekerasan ini juga bisa dilakukan remaja yang emosinya
media massa adalah tawuran antar sekolah yang tidak jarang menimbulkan
kejahatan (criminality).
bentuk jati dirinya dan mereka meniru-niru tokoh yang menjadi idolanya yang
kesenangan hidup bertambah pula. Hal inilah yang memicu remaja untuk ingin
semakin pesat memberikan pengaruh yang besar dan beragam ditambah pula
sebanyak 100-200 kali dalam sehari atau sama dengan selama 16 jam atau 960
menit dalam sehari manusia beraktifitas. Remaja dan gadget menjadi topik
pembahasan yang luar biasa dalam kurun waktu saat ini. Hubungan antara
gadget. Kehadiran gadget memberi efek kepada perilaku remaja. Salah satu
efek yang luar biasa adalah “rescheduling of life” atau dengan kata lain
merubah tata hidup sesuai dengan apa yang dilihat oleh remaja dalam
internet.55
54
Arniwati & R. Budyarto, Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak & Remaja (Malang:
Gandum Mas, 2012), 20-35.
55
Ishomuddin, Pembangunan Sosial Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (Jawa Timur:
Duta Media Publishing, 2016), 344-347.
28
tertutup.
6. Kesehatan terganggu
pemakainya terutama kesehatan mata. Akibat dari terlalu lama menatap layar
7. Ancaman cyberbullying
dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet atau telepon
Gadget pada dasarnya memberi dampak positif bagi kehidupan manusia akan tetapi
penggunaan gadget yang tidak sesuai oleh pengguna membuat munculnya dampak
negatif dari penggunaan gadget. Banyak sekali dampak negatif yang muncul dari
penyalahgunaan gadget oleh pengguna. Terkhususnya bagi anak remaja yang dimana
remaja masih membutuhkan perhatian khusus atau edukasi yang menjelaskan mengenai
apa itu gadget bagaimana porsi penggunaan bagi remaja akan tetapi edukasi tersebut
tidak mereka dapatkan. Sehingga ketika mereka diberi kebebasan dalam menggunakan
gadget maka dampak negatif lah yang akan timbul dalam diri remaja. Tidak hanya
spiritualitas remaja.
gadget yang salah yaitu dimana Tuhan menghendaki manusia bukan hanya sekedar
menjadi pengumpul informasi melainkan pemikir yang dewasa. Kepada jemaat Korintus,
Paulus berkata: “janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-
anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu” (1 Kor. 14:29). Dan
lebih dari itu, Tuhan juga menghendaki manusia mengejar dan mencintai hikmat yang
lahir dari sikap takut akan Tuhan, dan bukan hanya sekedar mendapatkan pengetahuan
David Alinurdin dalam jurnal Veritas, juga mengatakan bahwa kita perlu memilah-
milah manakah informasi yang penting, yang dibutuhkan dan bermanfaat untuk diketahui
serta manakah yang boleh diabaikan. Dalam rangka memilah-milah ini juga perlu
mengurangi dan membatasi sumber-sumber informasi itu untuk menginterupsi hidup dan
menyita waktu kita. Karena semakin banyaknya informasi juga tidak menjamin manusia
menjalani hidup yang lebih baik maka kita perlu menekankan kualitas daripada
kuantitas.58
Maka dari itu, perkembangan teknologi memang sudah memiliki peranan penting
positif.
menyelamatkan dirinya. Hal itu terlihat jelas dari beberapa contoh tentang teknologi
57
David Alinurdin, “Etika Kristen dan Teknologi Informasi: Sebuah Tinjauan menurut Perspektif
Alkitab” Jurnal Veritas Volume 17, no.2, (Desember 2018), 99.
58
David Alinurdin, “Etika Kristen dan Teknologi Informasi: Sebuah Tinjauan Menurut Perspektif
Alkitab” Jurnal Veritas Volume 17, no.2 Desember 2018, 99.
https://www.researchgate.net/
publication_Etika_Kristen_Dan_Teknologi_Informasi_Sebuah_Tinjauan_Menurut_Perspektif_Alkitab, diakses
pada 23 Februari 2021.
30
dalam Alkitab salah satunya adalah di dalam kitab Kejadian kisah air bah, Allah
memerintahkan Nuh membuat kapal untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari
kebinasaan air bah. Dalam hal ini, kemampuan Nuh bukan berarti Allah tidak campur
tangan dalam menentukan pembangunan kapal tersebut tetapi Allah menentukan dimensi
ruang dalam kapal bahkan bahannya pun Allah yang menentukan (Kej. 6:14-15).59
Dalam Kitab Keluaran juga Musa diperintahkan Allah untuk membuat kemah suci
(Kel. 25 :9). Allah sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi
dan bahan untuk kemah suci tersebut (Kel. 25:1-27;21) dan kemuliaan Allah memenuhi
kemah suci tersebut (Kel. 40:35). Selanjutnya di dalam Kitab 1 Raja-Raja juga dapat
dijumpai tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raj. 7-8), sejak dari
awal perencanaan pun Allah sudah campur tangan. Dalam hal ini, Allah tidak melarang
merupakan mandat yang Allah berikan kepada manusia untuk mengelola alam semesta
untuk kebutuhan manusia itu sendiri. Namun, yang Allah sangat menentang manusia
dalam menciptakan teknologi dengan motivasi yang salah. Seperti dalam kitab Kejadian,
Allah memporak-porandakan kota Babel (Kej. 11:1-9). Dalam hal ini, yang ditentang
Allah bukanlah pendirian kota dan menara Babel-nya, tetapi motivasi manusia dalam
membangun adalah untuk mencari nama dan ingin menyamai Allah (Kej. 11:4).60
membuat relasi antar manusia dalam kelompok lokal seperti keluarga, tetangga, dan
Dalam Kejadian 3:8 dikatakan bahwa Allah berjalan-jalan di Taman Eden untuk
menjalin relasi secara langsung (im mediate= tanpa perantara) dengan Adam dan Hawa.
Dosa dan ketidaktaatan manusia kepada Allah telah mengakibatkan relasi yang langsung
dengan Allah itu menjadi rusak. Sehingga Allah yang Mahakudus menyediakan perantara
(medium) supaya bisa berelasi dengan umat-Nya. Karena semua bentuk perantaraan
antara Allah dan umat-Nya disepanjang sejarah (seperti Kemah Suci, Bait Suci, para
Iman, nabi dan ritual-ritual keagamaan) memiliki keterbatasan maka Allah sendiri datang
ke dunia di dalam diri anak-Nya Yesus Kristus untuk meniadakan semua medium yang
tidak sempurna itu dan memulihkan relasi yang langsung dengan umat-Nya.
Rasul Yohanes yang menyadari keinginan hati Allah ini, mengatakan kepada jemaat
yang menjadi penerima suratnya, “Sungguhpun banyak yang harus kutulis kepadamu,
aku tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta, tetapi aku berharap datang sendiri
kepadamu dan berbicara berhadapan muka dengan kamu, supaya sempurnalah sukacita
kita” (2 Yoh. 1:12). Menyadari keterbatasan teknologi media tulisan, sehingga rasul
Yohanes rindu bisa bertatap muka langsung dengan jemaatnya, karena baginya itulah
relasi yang mendatangkan sukacita. Akan tetapi ia menyadari adanya keterbatasan jarak
fisik antara dia dengan jemaatnya sehingga melalui pertolongan Roh Kudus Yohanes
dengan Yakub, di mana Tuhan berbicara kepada Yusuf melalui mimpi (Kej.
61
David Alinurdin, “Etika Kristen dan Teknologi Informasi: Sebuah Tinjauan menurut Persektif
Alkitab” dalam jurnal Veritas Vol. 12, no. 2 (Desember 2018), 96-97.
https://www.researchgate.net/
publication_Etika_Kristen_Dan_Teknologi_Informasi_Sebuah_Tinjauan_Menurut_Perspektif_Alkitab, diakses
pada 23 Februari 2021.
62
Harianto GP, Komunikasi dalam Pemberitaan Injil Membangun dan Mengembangkan Komunikasi
Injil dalam Pelaksanaan Amanat Agung (Yogyakarta: Andi, 2012), 81-90.
32
dengan cara lain yaitu berkomunikasi dalam pengalaman hidup Yusuf. Hal
ini terungkap dalam frasa yang sering keluar dari kisah hidup Yusuf,
“TUHAN menyertai Yusuf” (Kej. 39:2, 21, 23), “Yusuf disertai TUHAN”
lewat perantara orang lain, tetapi langsung hadir dalam kegiatan hidup
Yusuf.
tidak mampu menghadapi Raja Firaun. Namun, Allah dengan setia memberi
pengertian kepada Musa. Allah berjanji menyertai dengan lidah Musa dan
4:15, 17). Komunikasi ini tidak berhenti setelah bangsa Israel dibebaskan
dari perbudakan di Mesir. Komunikasi yang terjadi tidak lagi TUHAN yang
memanggil Musa (Kel. 24:1, 12) tetapi sebaliknya Musa datang untuk
dengan Musa, posisi TUHAN selalu berada di atas gunung. TUHAN selalu
respon dan direspon kembali (1 Sam. 1). Hana, istri pertama Elkana yang
mempunyai 2 istri yang adalah seorang wanita yang takut akan TUHAN
akan tetapi ia tidak bisa memiliki anak karena TUHAN sudah menutup
kandungannya. Setiap tahun Hana pergi ke bait Allah bersama Elkana untuk
berdoa sambil menangis dan terus menerus berdoa kepada TUHAN (1Sam 1
itu, Elisa sedang membajak menggunakan dua belas pasang lembu (1 Raj.
menggunakan sepotong jubah Elia yang terkoyak saat Elia naik ke surga (2
Yehezkiel terus melihat TUHAN (Yeh. 1:4; 15; 18; 17; 28, 3:23; 8:2; 7;
34
orang-orang yang ada di dalam Perjanjian Lama sangat jauh berbeda sekali dengan
komunikasi pada zaman sekarang ini. Dalam Perjanjian Lama tidak ada teknologi
dengan yang lain, akan tetapi ada beberapa cara atau alat komunikasi di antaranya
ialah: melalui mimpi, melalui panggilan Allah, melalui perantara doa, alat musik
daftar rasul namanya terdaftar dalam urutan nomor lima (Mat. 19:3; Mrk. 3:14
penglihatan itu, Ananias diberi tugas untuk bertemu dengan Paulus dan
menyembuhkan matanya yang buta. Komunikasi ini tidak berjalan mulus. Hal
ini terlihat ketika Ananias mengingatkan Tuhan tentang siapa Paulus. Tuhan
menjawab bahwa Dia telah memilih Saulus menjadi alat-Nya. Ananias tunduk
Titus adalah rekan Paulus yang sangat dipercayai. Namanya muncul pertama
Yahudi (Gal. 2:3). Ia bertindak sebagai wakil Paulus di Korintus dengan tugas
bertobat karena Paulus (Flm. 10) dan menjadi saudara yang dikasihi (Kol. 4:9).
Tuhan Yesus. Ia adalah murid yang mengkhianati Tuhan Yesus (Mrk. 14:10;
band. 14:20; Yoh. 6:71; 12:4). Akhir hidupnya sangat tragis. Matius 27:3-10
Yesus.63
Alat komunikasi yang ada di dalam Perjanjian Baru juga sama dengan
Perjanjian Lama. Allah tidak memakai alat yang canggih akan tetapi Allah memakai
orang-orang untuk menyampaikan komunikasi kepada orang lain. Beberapa alat yang
Akar kata “Spiritual” adalah “spirit”, yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
terbitan Balai Pustaka susunan W.J.S. Poerwadarminta berarti: jiwa, sukma, roh. Defenisi
yang diberikan kamus ini membuatnya menjadi kata benda, dengan begitu kita sepakati
untuk menyebutnya dengan kata “spiritualitas”, yang memiliki pengertian yang luas. Jadi,
hal-hal yang berkaitan dengan jiwa, sukma, dan roh semuanya dapat dikaitkan dengan
spiritualitas.64 Istilah ini berkaitan dengan kata benda bahasa Latin “spiritus” yang berarti
“roh”, “jiwa”, “sikap batin”. Pengertian spiritualitas yang dipakai adalah “sikap batin”
atau “arah utama hidup” dari seseorang atau suatu kelompok. Jadi, spiritualitas bukan
sekedar cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan belaka, misalnya: rajin ke gereja, namun juga
63
Harianto GP, Komunikasi dalam Pemberitaan Injil Membangun dan Mengembangkan Komunikasi
Injil dalam Pelaksanaan Amanat Agung, 92-104.
64
Irwansyah Effendi, Spiritualitas Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019), 1.
37
menyangkut seluruh arah hidup yang tercermin dalam pikiran, perkataan, dan tindakan. 65
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata spiritual adalah yang berhubungan dengan
atau bersifat kejiwaan (rohani, batin) dan spiritualisme berarti aliran filsafat yang
mengutamakan kerohanian.66 Sementara itu spiritualitas juga dapat diartikan sebagai sikap
atau komitmen mendalam untuk mengikatkan diri kepada Tuhan sepenuhnya dan
Sebenarnya kata “spiritualitas” merupakan sebuah kata Latin (kata benda); spiritus
yang berarti roh, semangat. Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa spiritualitas
berarti sesuatu yang berkaitan dengan roh, semangat. Spiritualitas juga mengajukan suatu
kehidupan yang tengah dihayati di dunia ini yang disebut dengan discipleship (kemuridan)
yang artinya fungsi dan panggilan dari “kemuridan” akan menjadi “pengikut” yang selalu
merujuk kepada hubungan (relasi) dengan guru sekolah dan lingkungan (Mrk. 1:17, 2:15,
Mat. 8:20; Mrk. 6:7-13; Luk.10:2-12; Luk. 6:30; Mrk. 9:35; Yoh. 15:12-13). 68
Tidak hanya itu: Spiritual, spiritualitas, dan spiritualisme juga mengacu kepada kosa
kata Latin spirit atau spiritus yang berarti “napas” yang kata kerjanya ialah “spirare”
yang berarti untuk “bernafas”. Berangkat dari pengertian etimologis ini, maka untuk hidup
adalah untuk bernafas dan memiliki nafas artinya memiliki spirit. Spirit dapat juga
diartikan sebagai kehidupan, nyawa, jiwa, dan napas. Secara garis besarnya spiritualitas
merupakan kehidupan rohani (spiritual) dan perwujudannya dalam cara berpikir, merasa,
berdoa, dan berkarya. Seperti yang dinyatakan William Irwin Thomson, bahwa
spiritualitas bukan agama. Sekalipun bukan agama, namun bukan berarti ia tidak dapat
65
B.F. Drewes & Julianus Mojau, Apa itu Teologi? Pengantar ke Dalam Ilmu Teologi (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007), 28.
66
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 1335.
67
A.A. Yewangoe, Allah Mengizinkan Manusia Mengalami Diri-Nya (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2018), 212.
68
A. Eddy Kristiyanto, Spiritualitas dan Masalah Sosial (Jakarta: Obor, 2005), 3-14.
38
dilepaskan dari nilai-nilai keagamaan. Maksudnya ada titik singgung antara spiritualitas
dengan agama.69
Spiritualitas merupakan istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau
hidup rohani. Kata ini lebih menekankan segi kebersamaan dibandingkan dengan kata
yang lebih tua, yaitu kesalehan yang menandakan hubungan perorangan dengan Allah.70
seseorang apa yang dilakukan orang bila mereka percaya. Spiritualitas tidak sekedar
menyangkut ide-ide, meskipun ide-ide dasar iman Kristen sungguh penting bagi
dipahami serta dihayati. Spiritualitas berkaitan dengan bagaimana orang secara penuh dan
hal ini dengan mengatakan bahwa spiritualitas Kristen merupakan refleksi atas seluruh
upaya orang Kristen untuk meraih serta melanggengkan hubungan dengan Tuhan yang
mencakup peribadatan publik maupun devosi pribadi serta hasil-hasil dalam kehidupan
berakar pada kehendak hidup secara disiplin menurut adat istiadat Yahudi dengan
kehendak memenuhi tuntutan hukum Taurat secara sempurna sebagai titik pusatnya.
Corak spiritualitas seperti ini sangat dimungkinkan terkait erat dengan masyarakat Yahudi
Palestina, sebab Paulus sendiri tentu tidak mungkin berani mengklaim diri sebagai orang
Farisi kalau ia sendiri tidak memiliki relasi konkrit dengan masyarakat Yahudi di
Farisi, dan kemungkinan ini dimungkinkan terjadi hanya di Yerusalem. Masyarkat seperti
69
H. Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Pt. RajaGrafindo persada, 2010), 330-331.
70
Adolf Heuken, Spiritualitas Kristiani Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad (Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002), 11.
71
Alister E. McGrath, Spiritualitas Kristen (Medan: Bina Media Perintis, 2007), 2.
39
inilah yang telah menjadi lingkungan sosial-budaya keagamaan, yang ikut membentuk dan
keyakinan imannya bahwa Yesus adalah anak Allah. Keyakinan iman ini yang telah
Kecerdasan Spiritual dapat diukur dengan tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang
“holistik”)
72
Yusak Tridarmanto, Spiritualitas Rasul Paulus, Jurnal Gema Teologi Vol. 39, No.1 (April 2015), 28.
http://journal-theo.ukdw.ac.id/index.php/gema/article/view/191/180, diakses pada 24 September 2021.
40
9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang –mandiri” yaitu
bagaimana orang secara penuh merengkuh realitas Tuhan. Sekalipun spiritualitas bukanlah
Kata spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti “roh” yang dalam bahasa
Ibrani adalah ‘ruakh’ (di dalam Perjanjian Lama terdapat 220 kali) yang artinya adalah
nafas, angin, roh (Kej. 12; Yeh. 37:1-4; Yun. 1:4; Zak 4:6).74 Jadi spiritualitas adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan Roh atau dengan kata lain wujud sifat rohani
yang dimiliki manusia. Kitab suci tersebut berhubungan erat dengan hal-hal konkret di
dalam kehidupan manusia, misalnya janji harapan, hukum aturan, tingkah laku,
Dalam buku The Study of Spirituality menjelaskan bahwa, doa adalah ‘pribadi’
atau individual, namun juga ‘publik’ atau ‘komunitas’ dimana penyembahan berada
dalam tempat suci terutama karena berada dalam festival nasional. Untuk berdiri di
hadapan Allah dalam doa bagi kebutuhan setiap bangsa (atau bisa juga bangsa-bangsa)
sebutan namun mempunyai arti yang sama. Walaupun banyak istilah di dalamnya
73
Danah Zonar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), 14.
74
D.L. Baker, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 56.
75
Baskara T. Wardaya, Spiritualitas Pembebasan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 44.
76
Cheslyn Jones, Geoffrey Wainwright, & Edward Yarnold, The Study Of Spirituality (New York:
Oxford University Press, 1986), 53.
41
tetapi memiliki makna yang sama yaitu hidup baru dalam Kristus. 77 Dalam Perjanjian
Baru, kata yang dipakai untuk roh adalah pneuma yang ditemukan sebanyak 91 kali
dalam Perjanjian Baru. Kata pneuma dalam Perjanjian Baru lebih mengacu kepada
Roh Kudus. Pneuma dapat juga berarti unsur dari diri manusia yang tetap lestari
sesudah kematian (Mat. 27:50; Luk. 8:5, Yoh. 19:30). Pada umumnya pneuma
dikaitkan dengan Roh Allah khususnya juga langsung dikaitkan dengan Kristus
dengan Roh Kudus, namun istilah itu digunakan dalam berbagai arti lain yang
keadaan khas Kristen yang memisahkan orang Kristen dari orang yang bukan Kristen.
Bagi orang percaya, pneuma berarti manusia seutuhnya yang terikat pada Allah, yakni
manusia yang didorong dan digerakkan oleh Allah, manusia yang bersekutu dengan
Allah. Orang-orang yang bukan Kristen tidak mungkin bersekutu dengan Allah,
karena manusia duniawi tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah (1
Kor. 2:14). Sulit untuk memahami pneuma sebagai sesuatu yang ditambahkan pada
diri manusia yang sudah ada. Kalau Paulus berbicara mengenai rohnya yang
disegarkan, ia sedang menggunakan istilah itu secara umum, yang juga dapat berlaku
untuk orang-orang bukan Kristen (bnd. 1 Kor.16:18; 2 Kor. 2:13; 7:13). Dalam arti ini
pneuma sebenarnya sepadan dengan ‘diri sendiri’ yang digunakan dalam arti ‘pikiran’.
Paulus tidak menggunakan istilah pneuma dalam arti ‘angin’ atau ‘nafas’, ia juga tidak
memakainya untuk binatang. Pneuma berarti keadaan manusia yang lebih tinggi, yang
tidak semata-mata baik dan tidak pula jahat. Menurut Paulus, pneuma orang Kristen
ditulis oleh Benedict J. Groeschel, mengatakan bahwa pusat dari spiritualitas Kristen
adalah Inkarnasi Firman Allah. Dia adalah pusat, bukan sebagai titik gaya tarik. Tetapi
sebagai satu-satunya sumber cahaya di alam semesta yang gelap dan tak bernyawa.
Sama seperti Dia adalah sumber cahaya bagi ciptaan, jadi Dia adalah sumber
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescene yang berarti to grow
atau to grow maturity.81 Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau
namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian
pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di antara
anak dan orang dewasa.83 Dalam buku Mohammad Ali & Mohammad Asrori yang
bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa
80
Benedict J. Groeschel, Spiritual Passages The Psychology of Spiritual Development (New York: The
crossroad Publishing Company, 1992), 17.
81
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011), 219.
82
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan) (Bandung: Mandar Maju, 1995), 148.
83
F.J. Monks-A.M.P. Knoers & Siti Rahayu Hadinoto, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2014), 258-259.
43
bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang
dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum. Namun penelitian tentang
perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya
menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja
dari pada tahap akhir masa remaja, tetapi juga menunjukkan bahwa perilaku,
sikap, dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda dengan pada akhir masa
remaja. Dengan demikian, masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal dan
akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai
16-17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun hingga 18
Jika kita lihat dari sudut pandang Perjanjian Lama, remaja dapat dilihat dari
beberapa tokoh Alkitab seperti Daud dan Samuel. Samuel dan Daud mempunyai
tekad yang kuat. Sejak kecil Samuel telah bersedia mempersembahkan hidupnya
dan semakin mantap dalam pilihannya menjadi hamba Allah. Samuel memperoleh
bimbingan yang baik dari Imam Eli. Sebaliknya Daud adalah anak seorang
gembala yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel. Daud dan Samuel memiliki
kesamaan yaitu sebagai orang yang dipilih oleh Allah. Namun perjalanan mereka
dalam memenuhi panggilan itu berbeda. Bukan karena Daud menjadi Raja dan
Samuel menjadi imam, melainkan Samuel tidak pernah berbelok dari jalan yang
terlepas dari tantangan nyata yang dihadapi oleh zamannya. Tetapi yang paling
tidak ada nilai-nilai kristiani yang menjiwai pembentukan karakter yang dapat
Sedangkan dalam Perjanjian Baru tokoh ideal yang dapat dijadikan contoh
utama karakter dengan integritas yang baik adalah Yesus Kristus. Yesus adalah
satu-satunya tokoh yang ideal yang dapat dijadikan contoh sebagai tokoh yang
tahun Dia telah menemukan diriNya sebagai anak Allah, artinya bahwa harus ada
sikap aktif dari kita untuk menghindarkan diri dari pengaruh negatif dan berbagai
sekedar terbawa arus, tenggelam di tengah keinginan orang banyak. Tuntutan ini
berlaku bagi setiap orang Kristen, bahkan bagi remaja. Remaja Kristen
dimampukan oleh Roh Tuhan untuk mengubah karakter yang buruk. Remaja
Kristen dapat dikenal melalui karakter yang mencerminkan diri sebagai anak
Tuhan. Pada satu sisi mampu menghargai dirinya. Pada sisi lain mampu
sebagai ciptaan Tuhan yang mulia. Karena itu tidak jarang orang muda (remaja)
dipanggil dan dipakai oleh Allah sebagai rekan sekerja-Nya dalam melaksanakan
karya-Nya di tengah-tengah dunia ini. Hal itu membuktikan bahwa Allah memberi
86
Jense Belandina, dkk., Suluh Siswa 1 (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006), 26-27.
87
Jense Belandina, dkk., Suluh Siswa 1, 28-29.
45
perhatian khusus kepada kaum muda (anak remaja). Salah satu tokoh yang
terkenal adalah Yusuf. Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa kitab yang
berbagai tugas yakni Yeremia yang dipanggil dari tengah-tengah orang dewasa
tahun pada saat dipanggil dan ditetapkan sebagai nabi.88 Dalam Perjanjian Baru
dan Perjanjian Lama dimana Allah memberi perhatian kepada anak remaja, seperti
kehidupan Yesus, pada saat Yesus berumur 12 tahun mulai mengajar di rumah
88
Robert M. Paterson, Tafsiran Kitab Yeremia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 38.
89
Ezra Tari & Talizaro Tafonao, “Tinjauan Teologis-Sosiologis Terhadap Pergaulan Bebas Remaja”
dalam Jurnal Dinamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Volume 3, Nomor 2 (April 2019), 202-203.
https://sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis/article/view, diakses 28 Februari 2021.
90
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, 20.
46
sudah ada saling hubungan yang lebih erat antara anak-anak yang
sebaya. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa
identitas. Sifat yang khas lagi dari kelompok anak pra-remaja atau pra-
kesibukan lainnya.92
merupakan “setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif
91
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, 3.
92
F.J. Monks, A.M.P. Knoers &Siti Rahayu Hadinoto, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2014), 275-276.
47
baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas
(mendalam).93
kepada orang lain, seperti sedih, gembira, bahagia, terkejut, bangga, kecewa,
psikis, tetapi juga fisik. Pada awalnya emosi sering diartikan dengan marah.
emosi. Hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa provokasi sama sekali, mereka
bisa saja meledak di depan orang tua atau saudara-saudara mereka. Hal ini
mereka akan mengikuti orang tuanya sebagai model yang akan ditiru
spiritual dapat dijelaskan dalam perspektif teori belajar sosial. Karena itu
proses belajar remaja akan terjadi dengan cara memperhatikan model dari
orang tuanya.96
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat
nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu seperti (a.) Seruan
untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
sosialnya.97
96
Retno Mangestuti & Rahmat Aziz, “Pengembangan Spiritualitas Remaja: Mengapa Remaja Laki-
laki Lebih Memerlukan Dukungan Keluarga Dalam Pengembangan Spiritualitas” dalam Psikoislamika jurnal
Psikologi Islam Volume 14, no. 1 Tahun 2017, 32-33.
https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/psiko/article/view, (diakses 26 Februari 2021).
97
Syamsu Yusuf LN., Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, 132.
49
adaptasi.98
Terlepas dari bahaya masa remaja, sebagian besar anak muda muncul
dari masa remaja dengan tubuh yang matang dan sehat serta semangat hidup.
tampak berbeda dari anak yang berusia lebih muda; mereka juga berpikir
aspek, banyak di antara mereka yang cakap melakukan penalaran abstrak dan
penilaian moral yang rumit serta dapat membuat rencana yang lebih realistis di
masa depan.99
petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. pedoman atau petunjuk ini
peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini. Dengan kurang aktifnya
98
Charles M. Shelton, Spiritualitas Kaum Muda Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya,
(Yogyakarta: Kanisius, 1987), 9-10.
99
Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old & Ruth Duskin Feldman, Human Development (Psikologi
Perkembangan) (Jakarta: Kencana, 2008), 555.
50
orang tua dalam membimbing remaja maka pedoman berupa “mores” ini
Di dalam kitab injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) secara mendetail
menceritakan tentang masa pelayanan Yesus, sejak pembaptisan-Nya hingga penyaliban dan
kematian-Nya. Akan tetapi, mereka semuanya bungkam tentang masa muda Yesus, yakni
waktu antara Yesus berumur dua belas tahun hingga tiga puluh tahun. Pada umur dua belas
tahun, Lukas melaporkan bahwa Yesus bersama orang tuaNya ke Yerusalem, di sana ia
ditetapkan sebagai barmitzvah (anak hukum Taurat, Luk. 2:41-51). Sesudah perayaan itu,
Yesus kembali ke kampung halaman-Nya di Nazareth (Luk. 2:50), lalu tidak ada lagi laporan
maka kita mendapat kesan bahwa dari latar belakang itu, Yesus bertumbuh sebagai seorang
pemuda di kampung halamannya di Nazareth. Keadaan itu nyata dari perkataan Natanael
kepada Filipus: “mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth?” namun, justru di
sanalah pemuda Yesus tinggal bersama orang tua-Nya. Sebagai penduduk desa, Ia tentu
penggembala ternak, dan sebagainya. Tentu saja Ia juga menyaksikan bagaimana penduduk
desa yang hidup dalam kesederhanaan berjuang mempertahankan hidup mereka dengan
Ia sendiri tentu belajar membaca karena Ia bisa membaca hukum Taurat di dalam
Sinagoge di Nazaret (Luk. 4:16), Ia belajar menulis, sebagaimana yang Ia lakukan ketika
orang membawa seorang perempuan yang kedapatan berzinah (Yoh: 8:6-8). Selain itu, Ia
sebagai anak sulung dari beberapa saudaraNya (Mrk. 6:3), tentu Ia pun bekerja membantu
100
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Cv. Rajawali, 1989), 93.
101
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 51-53.
51
ayah-Nya sebagai tukang kayu. Dalam kehidupan keagamaan, Yesus sebagai seorang Yahudi
(Perjanjian Lama), dan menjalankan tradisi Yahudi dalam kehidupan-Nya sehari-hari. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa masa antara dua belas tahun hingga sekitar tiga puluh
tahun adalah masa “persiapan” pemuda Yesus untuk melakukan pekerjaan yang Bapa berikan
kepada-Nya.
2.1.7. Peran Orang Tua dan Gereja Terhadap Penggunaan Gadget di Kalangan Remaja
Anak-anak yang diasuh dengan pendekatan pola asuh positif kemungkinan besar akan
berkembang dengan baik, memiliki kemampuan baik, dan selalu merasa nyaman akan dirinya
sendiri atas segala hasil yang telah dicapainya. Pola asuh positif akan mengembangkan
kebiasaan baik yang merupakan landasan penting dalam mengembangkan karakter positif.
Sebagaimana (Darta, 2017) mendefinisikan positif parenting sebagai pola asuh yang bertujuan
untuk mengembangkan dan mengelola perilaku anak dengan cara yang membangun dan tidak
menyakiti anak. Pola asuh ini dikembangkan berdasarkan komunikasi yang baik dan juga
Dalam perspektif Kristen, orang tua menjadi pendidik utama bagi anak. Akan tetapi
dalam prosesnya, orang tua kurang mendapat bekal pendidikan dan pemahaman dalam
perannya untuk mendidik anak dalam keluarga sehingga orangtua lebih menyerahkan urusan
pembinaan kerohanian dan karakter pada sekolah sehingga orang tua kurang berperan dalam
meletakkan dasar-dasar pendidikan Kristen bagi anak-anak. Orang tua, sekolah, dan gereja
juga sering disebut sebagai kingdom education, yang dimana ketiganya berperan penting
dalam mendidik anak khususnya dalam perspektif Kristen. Orang tua sangat memerlukan
102
Edy, Myrnawati, M. Syarif Sumantri, ElindraYetti, Pengaruh KeterlibatananOrangtua dan Pola
Asuh Terhadap Disiplin Anak dalam Jurnal Pendidikan Usia Dini Vol. 12 Edisi 2 Noember 2018, 223.
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpud/article/view, diakses 25 Februari 2021.
52
karakter di sekolah.103
anak” yang ditulis oleh Puji Asmaul Chusna mengatakan bahwa, melihat untung ruginya
mengenalkan gadget pada anak pada akhirnya memang sangat tergantung kepada kesiapan
orang tua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain gadget. Karena itu, kepada
semua orang tua perlu diingatkan peran penting mereka dalam pemanfaatan gadget pada anak.
Orang tua perlu menerapkan sejumlah aturan kepada anak-anaknya dalam menggunakan
gadget. Untuk bisa memanfaatkan gadget dengan efektif seharusnya sebagai orang tua bisa
memahami dan menjelaskan mengenai konten yang ada pada gadget. Tanpa adanya
pendamping dari orang tua, penggunaan gadget tidak akan berfokus pada apa yang diajarkan
orang tua tetapi akan melenceng dari apa yang telah diajarkan oleh orangtua.104
Menurut buku “Media Moms & Digital Dads A fact Not Fear Approach to Parenting
in the Digital Age” yang ditulis oleh Yalda T. Uhls mengatakan bahwa strategi orangtua yang
terlalu mengekang (memantau secara fisik) anak-anak yang sedang berada dalam kegiatan
daring akan menimbulkan resiko kegagalan mendidik anak dalam penggunaan gadget.
Peneliti mengatakan bahwa pembatasan penggunaan gadget secara perlahan dapat diterima
dengan baik oleh remaja. Akan tetapi ketika remaja ingin mengakses konten internet, remaja
akan mencari cara untuk terhindar dari pembatasan penggunaan gadget oleh remaja.
Perkembangan teknologi yang terus berubah dapat membingungkan orangtua dalam mendidik
anak remaja akan tetapi cara terbaik yang dapat diberikan orang tua ialah dengan menjaga
jalur komunikasi agar tetap terbuka antara orangtua dan anak sehingga orang tua dapat
Untuk mendisiplinkan dan mengawasi remaja dalam bermain gadget ternyata tidak
cukup dilakukan oleh orang tua saja. Akan tetapi gereja juga perlu melakukan pendampingan
khusus bagi remaja agar tetap dapat mengendalikan dirinya dalam menggunakan gadget.
Salah satu cara yang dapat dilakukan gereja ialah melalui pemuridan.
Pemuridan bagi Kerajaan Allah adalah ciri khas murid Kristus yang sesuai dengan
intensional guna mencapai tujuan yaitu kedewasaan rohani kearah Kristus. Kedewasaan
rohani mencakup kehendak yang ditawan oleh kebenaran Allah, pikiran yang dikuduskan bagi
Kerajaan Allah, dan karakter yang saleh. Tujuan pemuridan ini jauh lebih penting daripada
cara pemuridan. Tetapi tujuan dan cara pemuridan saling berhubungan satu sama lain. Tujuan
yang benar belum tentu diwujudkan dengan cara yang tepat. Cara yang tepat seharusnya
diturunkan dari tujuan yang benar. Tujuan pemuridan tidak boleh mengabaikan proses
dari pemimpin rohani kepada seluruh anggota. Pada umumnya pemimpin rohani
secara aktif dan kreatif mempersiapkan sejumlah informasi yang berkenaan hal rohani
untuk disampaikan kepada setiap anggota. Pendekatan lebih cenderung monolog, yaitu
ceramah atau khotbah atau renungan. Model berbasis program ini tidak melakukan
agenda dan topik khotbah yang tepat dengan mengundang pembicara yang handal.
Dengan demikian pemuridan itu identic dengan peristiwa kegiatan rohani dan agenda-
pemuridan ini berfokus pada kehidupan praktis bagi murid Kristus seperti devosi,
kebaktian, mengatur keuangan, terlibat dalam pelayanan dan bersaksi bagi Kristus.
Motto dari model individual adalah “Ikutlah aku, sebab aku telah belajar mengikut
Kristus” (bdk. 1 Kor. 4:16). Asumsi dasarnya adalah bahwa pembelajaran akan
pendirian, cara hidup dan iman dari orang lain merupakan wujud hidup yang semakin
serupa Kristus. Baik pembuat murid maupun murid Kristus secara serius mengadakan
perjanjian di antara mereka untuk bertemu secara rutin dalam kelompok kecil guna
ayat. Model ini secara sengaja ataupun tidak telah menciptakan pertumbuhan rohani
pertumbuhan rohani.
Model kelompok kecil menekankan unit yang kecil di dalam gereja sehingga
terjadi relasi antar pribadi. Model kelompok kecil memfokuskan relasi antar pribadi
atau individu dengan kelompok kecil. Gereja membangun relasi interpersonal dengan
kondusif bagi setiap anggota gereja yang ada di dalamnya. Hal yang paling penting
dalam model ini adalah keterlibatan individu di dalam kelompok guna saling
mendukung dalam ibadah, pelayanan dan melayani gereja dan masyarakat. Tujuan
antar anggota guna mencapai pertumbuhan rohani. Model ini lebih menekankan
segala sesuatu bagi hidup pemuridan, sehingga murid melakukan segala sesuatu
dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah Bapa.
Model pemuridan bagi Kerajaan Allah menggunakan berbagai metode untuk mencapai
tujuan pemuridan, yaitu hidup bagi Kerajaan Allah. Model pemuridan bagi Kerajaan
murid bagi Kerajaan Allah. Model pemuridan bagi Kerajaan Allah menggunakan
pendekatan pribadi atau individu, kelompok kecil, perencanaan untuk mencapai sarana
sebagai murid Kristus yang hidup bagi Kerajaan Allah. Tak kala Kerajaan Allah
menguasai hati seseorang dan komunitas orang kudus, objektif pemuridan adalah
perubahan hidup dalam segi pengetahuan (knowing), karakter (being) dan tingkah laku
(doing).106
Teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini memang sudah menjadi hal yang sangat
melekat di dalam kehidupan manusia. Dimana manusia pada saat sekarang ini melakukan
segala aktifitas baik dalam dunia pekerjaan, pendidikan, bisnis, dan untuk kegiatan lainnya
sudah melalui teknologi. Gadget merupakan salah satu alat teknologi yang sering digunakan
oleh manusia terkhususnya pada saat pandemic covid-19 ini yang mengharuskan kita untuk
106
Jonathan Wijaya, Pemuridan Intensional dalam Gereja Tradisional (Tangerang: UPH Press, 2018),
133-148.
56
melakukan segala sesuatu dari rumah (work from home). Gadget tentunya memiliki fungsi
yang bergantung kepada siapa penggunanya. Bagi anak dan remaja gadget berfungsi sebagai
alat yang digunakan dalam dunia pendidikan seperti belajar daring, mencari pengetahuan
baru, mendapatkan informasi mengenai tugas sekolah, bermain game, bermain sosial media
dan sebagainya. Akan tetapi jika penggunanya orang dewasa maka gadget tersebut digunakan
Penggunaan gadget juga memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi pengguna baik
secara fisik dan juga psikologi. Pada saat sekarang ini di tengah pandemic covid-19 banyak
sekali anak-anak khususnya anak remaja yang sudah menggunakan gadget karena dituntut
oleh pendidikan padahal mereka belum tahu bagaimana porsi dari penggunaan gadget yang
sesuai dengan umur mereka. Jika kita lihat dari segi psikologis maka umur remaja mulai dari
12-18 tahun dan secara psikologi juga berkata bahwa di usia tersebut merupakan usia transisi
dari anak-anak menuju dewasa sehingga membutuhkan pengawasan yang lebih. Dalam
penggunaan gadget juga remaja membutuhkan wawasan atau pengetahuan mengenai porsi
mereka dalam menggunakan gadget karena pada saat sekarang ini banyak sekali anak remaja
yang sudah mendapatkan dampak negatif dari penggunaan gadget. Banyak anak remaja yang
sudah tahu membuka aplikasi-aplikasi di dalam gadget seperti facebook, instagram, game
online bahkan video-video yang negatif yang tidak layak untuk mereka lihat sehingga mereka
mengatakan bahwa pentingnya peranan dari orang tua dan juga gereja dalam memberi
pengetahuan dan pendisiplinan terhadap anak remaja dalam menggunakan gadget karena
merupakan generasi muda gereja yang akan meneruskan pelayanan gereja sehingga
2.3. Hipotesa
Hipotesa atau yang sering disebut “hipotesis” adalah dugaan yang mungkin benar atau
salah dapat dianggap sebagai kesimpulan sementara. Menurut Sugiyono (2004), hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesa akan ditolak dan
diterima, jika dalam analisa data membenarkannya. Penolakan atau penerimaan hipotesa,
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis ingin mengajukan hipotesa sebagai dugaan
sementara yang mungkin benar atau salah. Kebenaran dari hipotesa akan terungkap melalui
hasil data penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian penulis mengemukakan hipotesa
dalam penelitian sebagai berikut: “Jika adanya peran orang tua dan gereja terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa inggris yaitu “research”
yang artinya “mencari kembali”. Research juga sering diterjemahkan menjadi “riset” atau
penelitian.108 Metode penelitian yang penulis gunakan adalah mixed method research. Mixed
107
Dio Caisar Darma, Siti Maria & Tommy Pusriadi, 5 Teknik Jitu Mahasiswa Menyusun Skripsi
(Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), 33.
108
Muslich Anshori & Sri Iswati, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif (Surabaya: UNAIR
(AUP), 2019), 1.
58
method research adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang akan
menghasilkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah penelitian. 109 Data pada metode
kualitatif harus betul-betul berkualitas dan lengkap yaitu data primer dan sekunder. Data primer kita
dapatkan dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik, perilaku
yang dilakukan. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis berupa
tabel, catatan, notulen rapat, foto-foto, film, rekaman, video, benda-benda dan lain-lain. Sedangkan
metode kuantitatif merupakan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal sampai pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila
Dalam melakukan penelitian lapangan, penulis harus dengan jelas menunjukkan letak dan
lokasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dan
disamping itu juga dapat memperkecil jangkauan penulis dalam melakukan penelitian. Adapun
yang menjadi letak dan lokasi penelitian yang penulis pilih dalam penulisan skripsi ini adalah di
GBKP Runggun Suka Rende Klasis Pancur Batu yang terletak di desa Suka Rende kecamatan
Pancur Batu.
Desa Suka Rende merupakan Desa yang terletak di Dusun 1 Desa Suka Rende yang
terletak di jln. besar Kutalimbaru, Kec. Kutalimbaru Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara. Mata pencaharian yang cocok dengan kondisi tanah di Desa Suka Rende adalah
menanam sawit, jagung, ubi, dan sayur-sayuran. Di Desa Suka Rende juga terdapat
109
Iwan Hermwan, Teknik Menulis Karya Ilmiah Berbasis Aplikasi dan Metodologi (Kuningan:
Hidayatul Quran, 2019), 28.
110
Sandu Siyoto & M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), 17-28.
59
beberapa agama seperti Kristen, Islam dan katolik, terdapat beberapa gereja juga seperti
Adapun letak geografis dari Desa Suka Rende adalah sebagai berikut:
Sejarah masuknya injil ke desa Suka Rende Kec. Kutalimbaru Kab. Deli Serdang
dimulai dari zending Belanda (NZG) pada tahun 1927. Kebaktian minggu pertama dimulai
di rumah Alrido Sitepu yang pada waktu ini sebagai juru tulis dalam sebuah rapat di desa
Lau Bekeri. Jemaat yang pertama datang kebaktian minggu yaitu: Bpk. Lawan Sembiring
dari Rimbun Baru, Bpk. Sem Sembiring dari Lau Bekeri, Bpk. Neri Sinulingga dari
Kutalimbaru Bp. Guro Sinulingga dari Liang Gagang. Gedung gereja pertama berdiri pada
tahun 1929 dengan bentuk yang darurat dimana tiang dinding terbuat dari kayu anyaman
Ada beberapa guru agama yang pernah melayani di Suka Rende yaitu guru
agama Bpk. Mihal Barus (Alm), guru agama Bpk. Lukas (Alm) dan guru agama Bpk.
Nawari Tarigan (Alm) dalam sidang sinode tahun 1942 di Sibolangit gereja Zending
Runggun Suka Rende yaitu Pt. Imanuel Tarigan (Alm), Pt. Nikep Sinulingga (Alm)
111
Wawancara dengan Pt. Thomas Tarigan pada 21 Juni 2021 di Suka Rende. Beliau adalah salah satu
pelayan yang menjabat sebagai pertua sekaligus bendahara dalam Badan Pengurus Majelis Runggun di GBKP
Rg. Suka Rende.
60
Pada 1960 disepakatilah pemindahan lahan gereja dari desa Suka Rende lama
ke tepi jalan besar Kutalimbaru dan dibangunlah gereja darurat (gereja sementara),
kemudian pada tahun 1969 dibangunlah gereja semi permanen yang dimana pada
saat itu yang melayani adalah Pdt. Suruhen Ginting di Suka Rende dan selanjutnya
pada tahun 1979 dibangunlah gereja yang sudah permanen yang pada saat itu
dilayani oleh Pdt. Dapet Surbakti. Demikianlah sejarah awal mula gereja GBKP
Runggun Suka Rende yang hingga sampai saat ini tetap melakukan perkembangan.112
merupakan masyarakat yang dominan berasal dari suku Karo sehingga secara budaya
masyarakat Suka Rende lebih banyak berbudaya Karo. Akan tetapi di luar dari suku
karo ada juga beberapa masyarakat yang berasal dari suku lain seperti Nias, Toba,
dan Simalungun. Di Desa Suka Rende juga terdapat beberapa agama seperti Kristen,
Islam dan Katolik. Masyarakat Suka Rende dikenal sebagai masyarakat yang ramah
dan berjiwa sosial yang tinggi yang terlihat dari kekompakan dan kekerabatan satu
kepribadian manusia baik dari segi rohani maupun jasmani. Pendidikan juga
merupakan suatu proses dalam perubahan perkembangan sikap dan tingkah laku
112
Catatan Laporan Proposal Renovasi Gedung Gereja dan Pembangunan Gedung KAKR/TK-PAUD
GBKP Suka Rende Klasis Pancur Batu, 14 Januari 2012.
113
Wawancara dengan Dk. Victoria Br Ginting pada 12 Juni 2021di Suka Rende. Beliau adalah seorang
pelayan yang menjabat sebagai diaken di GBKP Rg. Suka Rende.
61
sehingga pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Di Desa Suka Rende
terdapat beberapa sekolah seperti sekolah TK, SD, SMP, dan SMA yang jaraknya
tidak terlalu jauh dari Desa Suka Rende. Pada umumnya jemaat Suka Rende dalam
konteks pendidikan mayoritas hanya tamatan SMP, SMA dan hanya beberapa yang
membuat jemaat GBKP Runggun Suka Rende mayoritas bekerja sebagai petani dan
pedagang.114
hidup dalam kesederhanaan. Pada umumnya mata pencarian jemaat Suka Rende
adalah sebagai petani yaitu menanam sawit, jagung, ubi, dan sayur-sayuran. Selain
bertani pekerjaan jemaat Suka Rende adalah sebagai pedagang. Jemaat yang
berdagang biasanya menjual hasil dagangannya di rumah ataupun di pajak. Selain itu,
ada juga beberapa jemaat yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil yang bekerja di
merupakan suatu persekutuan yang dilakukan oleh anak balita sampai remaja. Di
GBKP Runggun Suka Rende kebaktian KAKR ini dilaksanakan setiap hari minggu
pukul 08.00-09.00 WIB yang dibawakan oleh guru sekolah minggu. KAKR
114
Wawancara dengan Dk. Victoria Br Ginting pada 12 Juni 2021 di Suka Rende.
115
Wawancara dengan Dk. Victoria Br Ginting pada 12 Juni 2021 di Suka Rende.
62
Rungun Suka Rende terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas anak kecil, tanggung dan
remaja.116
perkembangan iman anak dan remaja GBKP sehingga pelayanan kebaktian anak
dan remaja di GBKP adalah sebuah tanggung jawab dan tugas gereja yang harus
adalah agar anak dan remaja dapat dibimbing untuk datang kepada Tuhan supaya
pengakuan imannya (angkat sidi).117 Begitu juga dengan Pendalaman Alkitab anak
dan remaja yang dilakukan untuk menambah pemahaman anak dan remaja
mengenai Alkitab yang dimana KAKR GBKP Runggun Suka Rende biasanya
melakukan Pendalaman Alkitab (PA) pada hari Minggu pukul 17.00 WIB bagi
anak-anak dan pukul 20.00 WIB bagi remaja. Akan tetapi pada tahun 2021 ini
Pendalaman Alkitab anak dan remaja tidak terlaksana karena buku panduan PA
3.2.4.3. PA Padang
PA padang adalah kegiatan rohani remaja GBKP Rg. Suka Rende yang
dilaksanakan di luar ruangan seperti di pantai, kolam, taman, atau tempat rekreasi. Di
GBKP Rg. Suka Rende kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam setahun yang dibawakan
oleh guru sekolah Minggu. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas
116
Dk. Victoria Br Ginting, wawancara yang dilakukan oleh penulis. Suka Rende, 12 Juni 2021.
117
https://gbkp.or.id/ka-kr/, diakses pada Kamis, 17 Juni 2021 Pukul 12.20 WIB.
118
Lipi Arni Br Barus (sebagai Guru KAKR di GBKP Runggun Suka Rende), wawancara yang
dilakukan oleh penulis. Suka Rende,17 Juni 2021.
63
Les belajar ini adalah kegiatan yang disediakan gereja yang bertujuan untuk
membantu remaja dalam menyelesaikan tugas sekolah pada masa pandemi. Kegiatan
ini dibawakan oleh jemaat GBKP Rg. Suka Rende yang berprofesi sebagai guru.
Kegiatan les belajar ini dilakukan 3 kali dalam seminggu. Akan tetapi belakangan ini
kegiatan les belajar tidak terlaksana lagi karena kehadiran remaja semakin menurun.
Dan gereja mengambil keputusan untuk meniadakan kegiatan les belajar ini.
semakin lama mengalami perkembangan. Baik dari jemaat pendatang yang menjadi
jemaat gereja yang dapat dilihat dari perhitungan statistik jumlah jemaat yang terbaru
Tabel
N Nama Sektor Jumla jumla juml Jumla Angg Angg Jumla Juml
o. h h ah h ota yg ota yg h ah
119
Catatan Laporan Musyawarah Jemaat GBKP Runggun Suka Rende Klasis Pancur Batu, Minggu, 14
Maret 2021.
64
sa sidi ma
us pi ika
2. 44 52 49 KK 5 1 9 4 105 40 55 60
120
Catatan Laporan Musyawarah Jemaat GBKP Runggun Suka Rende Klasis Pancur Batu, Minggu, 14
Maret 2021.
65
7. Pt Gomos Ginting
1. Lestavita Br Sinulingga
2. Lipiarni Br Barus
3. Dhea Br Tarigan
4. Mega Gulo
5. Winda Br Sinulingga
6. Pebriani Br Ginting
Masa remaja adalah masa-masa yang penuh warna yang tidak terlepas dari yang
namanya kebebasan (Free Will). Kehidupan mereka sekarang ini digumuli dengan Ilmu
66
Teknologi (IT), sehingga kehidupan remaja dilalui setiap hari dengan teknologi. Di era 4.O
ini, informasi-informasi tentang segala sesuatu sangat mudah untuk di akses melalui
teknologi. Ini menunjukkan bahwa kemajuan zaman sudah begitu nyata di kehidupan
Terkhusus dalam GBKP Rg. Suka Rende yang memiliki 15 (lima belas) orang remaja
yang digolongkan dari usia 12-18 Tahun. Kehidupan remaja saat ini dilalui dengan
menunjukkan cermin yang bobrok dikarenakan ketergantungan teknologi yang tidak terarah.
Salah satu contoh nyata yang menunjukkan kebobrokan remaja di masa sekarang di dalam
gereja ialah:
disibukkan dengan gadget masing-masing. Bahkan pada saat ibadah pun mereka
tetap membuka gadget dan mengabaikan Firman Tuhan yang disampaikan guru
sekolah Minggu. Hal ini menunjukkan bahwa remaja Gereja tidak memiliki
gereja.
sehingga hubungan sosial antar remaja tidak terjalin dengan baik. Bahkan ada
antara remaja yang memiliki gadget dengan yang tidak memiliki gadget.
Keterlibatan remaja dalam mengakses teknologi ini menunjukkan bahwa adanya ide-
ide atau wawasan-wawasan yang dapat membangun tingkat intelektual dalam dunia teknologi.
Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa remaja-remaja GBKP Rg. Suka Rende tidak
mendapatkan pengawasan ataupun pembinaan bagi remaja dari Gereja. Pada masa covid-19
67
ini banyak sekali kegiatan maupun program gereja bagi remaja yang tidak terlaksana salah
satunya adalah tidak melakukan PA (Pendalaman Alkitab), tidak melakukan kegiatan di luar
maupun di dalam gereja sehingga berkurangnya pengawasan dan pembinaan bagi remaja.
Berkurangnya kegiatan gereja bagi remaja membuat remaja semakin aktif dalam
menggunakan gadget. Di masa inilah kurangnya kepedulian terhadap remaja yang dapat
merusak citra dan mezbah mereka sebagai terang dunia di dalam gereja.
Dalam kehidupan sosial, pengawasan pertama yang diterima adalah dari keluarga.
Pengawasan keluarga terhadap remaja-remaja saat ini sangatlah begitu penting. Kemajuan
teknologi pada masa remaja sekarang ini sangat berdampak negatif jika tidak dilakukan
pengawasan, namun disisi lain teknologi sangat mendukung kehidupan remaja. Di masa
sekolah, ibadah minggu dan kegiatan lain yang berhubungan dengan teknologi. Namun
kesibukan remaja dengan gadget saat ini menunjukkan rusaknya moral sosial dikalangan
keluarga, masyarakat dan lingkungan lainnya. Di lingkungan keluarga dampak dari teknologi
Peran pengawasan orang tua dalam kehidupan remaja sangatlah penting dikarenakan
hal ini akan mengantarkan mereka kepada lingkungan dan pemahaman yang sangat luas.
Namun fakta di lapangan menujukkan bahwa, peran dari orang tua (ayah dan ibu) masih
minim akan pengawasan atau pendampingan terhadap remaja di masa pandemi covid-19. Hal
ini dikarenakan kesibukan orang tua dalam melaksanakan pekerjaannya baik sebagai pegawai,
68
petani, dan pedagang sehingga remaja menjadi kurang dipedulikan oleh orang tua.
Komunikasi juga tidak terjalin dengan baik antara anak dan orang tua. Minimnya pengawasan
ini karena keterbukaan antara anak (remaja) dengan orang tua masih dibatasi oleh rasa
enggan.
3.4. Gambaran penggunaan gadget bagi remaja GBKP Rg. Suka Rende
Penggunaan gadget semakin marak terjadi pada saat covid-19 yang dimana segala
sesuatunya dikerjakan dari rumah, baik sekolah, bekerja, usaha dan lain sebagainya. Terutama
dalam dunia pendidikan menggunakan gadget sudah menjadi sebuah keharusan untuk
mendukung anak dalam mengerjakan tugas sekolah. Penggunaan gadget oleh remaja yang
masih berumur 12 tahun sampai 18 tahun masih membutuhkan bimbingan dari orang tua
ataupun lingkungan sekitar sehingga remaja dalam menggunakan gadget dapat membatasi
dirinya dari dampak negatif penggunaan gadget. Bagaimana gambaran penggunaan gadget
oleh remaja dapat terlihat dari kehidupan sehari-harinya. Menurut salah satu orang tua dari
remaja Suka Rende mengatakan bahwa sejak remaja menggunakan gadget sifat remaja
menjadi berubah drastis. Jika sebelum mengenal gadget remaja masih menuruti perintah dari
orang tua tetapi ketika remaja menggunakan gadget mereka suka melawan perintah dari orang
tua. Ketika disuruh melakukan sesuatu sebelum mengenal gadget mereka langsung menuruti
apa yang diperintahkan tetapi sejak mengenal gadget mereka menjadi suka menunda-nunda
Gadget memang sudah menjadi kebutuhan pada saat sekarang ini, apalagi pada saat
covid-19 ini anak remaja belajar dan menyelesaikan tugas sekolahnya dengan menggunakan
aplikasi google. Kemudian perubahan remaja dalam kehidupan bergereja atau sekolah
Minggu sebelum mengenal gadget mereka sama sekali tidak membawa Alkitab tetapi ketika
121
Wawancara dengan Nd. Mutia Br Sinulingga pada 12 Juni 2021 di Suka Rende. Beliau adalah salah
seorang anggota jemaat dan juga orang tua dari remaja GBKP Rg. Suka Rende.
69
mereka sudah memiliki gadget maka gadget tersebutlah yang mereka bawa sehingga pada
saat guru sekolah Minggu berbicara di depan mereka hanya terfokus kepada gadget mereka
saja. Ketika guru memerintahkan untuk menutup gadget dan mengumpulkan gadget mereka
Beberapa dari anak remaja juga mengakui bahwa mereka melakukan kebohongan
kepada orang tua untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menggunakan gadget seperti
membeli kuota atau pulsa. Bahkan remaja juga melakukan perlawanan kepada orang tua
apabila orang tua menasihati atau melarang remaja dalam bermain gadget. Konflik dengan
orang tua tersebut membuat remaja menjadi tidak betah di rumah sehingga keterikatannya
dengan dunia luar yang tidak terarah mengakibatkan kenakalan remaja. Para remaja saat ini
sudah fokus bahkan kecanduan dalam bermain gadget sehingga mengubah perilaku
Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja, gadget digunakan untuk bermain game
online dan membuka sosial media lainnya seperti facebook, instagram, dan tiktok dan
3.5.1. Populasi
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik suatu kesimpulannya. Problematik yang terdapat dalam pemilihan data
kuantitatif yang lebih menekankan pada data kuantitatif, sedangkan data kualitatif
122
Wawancara dengan Lestavita Br Sinulingga pada 13 Juni 2021 di Suka Rende. Beliau adalah guru
KAKR GBKP Rg. Suka Rende dan juga pengurus dari KAKR.
70
sebaliknya menekankan pada analisis data kualitatif sehingga pengertian populasi yaitu
data yang diteliti yang berkaitan dengan sekelompok orang, kejadian atau semua yang
mempunyai karakteristik tertentu dan anggota populasi itu disebut dengan elemen
populasi. Populasi bukan hanya orang sebagai objek/subjek penelitian akan tetapi dapat
juga pada benda-benda alam lainnya dan termasuk jumlah kuantitas atau kualitas tertentu
yang ada pada objek/subjek yang diamati bahkan seluruh karakteristik yang dimiliki
Dalam Penelitian ini, yang menjadi objek populasi peneliti adalah sebanyak 480 orang
dan penulis hanya meneliti remaja, orang tua, serta pelayan gereja di GBKP Rg. Suka
3.5.2. Sampel
Peneliti yang meneliti seluruh elemen-elemen populasi, disebut “sensus” dan jika
meneliti sebagian dari elemen-elemen tertentu suatu populasi, disebut penelitian “sampel”.
Seorang peneliti tidak akan dapat menjamin bahwa sampelnya benar-benar representatif
namun paling tidak sesuai dengan prosedur yang ditentukan metodologi sampling
berdasarkan probabilitas, sehingga dapat diperhitungkan berapa besar selisih ciri-ciri dalam
sampel dengan ciri-ciri populasinya.124 Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
mencapai 100 maka sampel yang diambil sebanyak 100%, jika populasinya 101-1000
maka sampel yang diambil sebanyak 10%, jika populasinya 1001-5000 maka sampel yang
diambil sebanyak 5%, jika populasinya sebanyak 5001-10.000 maka sampel yang diambil
sebanyak 3%, jika populasinya di atas 10.000 maka sampel yang diambil sebanyak 1%,
123
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, 2006), 133-134.
124
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, 139.
125
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
2004), 226
71
dengan kata lain untuk pedoman yang lebih umum yaitu 10% sampel untuk populasi yang
besar dan 20% sampel untuk populasi yang lebih kecil.126 Maka yang menjadi sampel
penelitian ini adalah sebanyak 10% dari 480 orang yaitu 50 orang.
Dalam mengumpulkan data dari sampel penelitian maka dilakukan dengan metode
tertentu yang telah disesuaikan dengan tujuannya. Beberapa metode yang kita kenal diantaranya
angket, dan dokumenter. Metode yang dipilih untuk setiap variabel tergantung pada berbagai
faktor terutama jenis data dan ciri responden. Metode pengumpulan data tergantung pada
karakteristik data variabel sehingga metode yang dipergunakan tidak selalu sama untuk setiap
Hampir semua jenis penelitian memerlukan studi pustaka. Meskipun sulit bagi orang-
orang dalam membedakan antara riset kepustakaan (library research) dan riset lapangan
Perbedaannya hanyalah terletak pada tujuan, fungsi, dan kedudukan studi pustaka dari
utama dalam menyiapkan kerangka penelitian untuk memperoleh informasi penelitian dan
memperdalam kajian teoritis. Sedangkan dalam riset pustaka penelusuran pustaka lebih
dari memperoleh informasi dan memperdalam kajian teoritis. Riset pustaka juga
2. Wawancara
126
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif, 225.
127
W.Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia, 2002), 115.
128
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 1-2.
72
keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seseorang yang biasanya disebut
responden. Wawancara juga dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mendapat
informasi dari responden melalui pertanyaan yang diutarakan langsung bertatap muka.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman maka wawancara juga dapat dilakukan
3. Angket
sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Pengisian
angket dapat menyangkut diri responden sendiri, orang lain atau objek yang dialaminya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data
informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian dan juga untuk memperoleh
4. Dokumenter
(human resources) melalui observasi dan wawancara. Sumber lain yang bukan
terdiri dari buku harian, notula rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan, peraturan
pemerintah, anggaran dasar, surat-surat resmi dan lain sebagainya. Selain dokumen
sumber lainnya juga dapat diambil dari foto dan bahan statistik. 131
129
Mamik, Metodologi Kualitatif (Sidoarjo: Zifatama, 2015), 108-109.
130
Mamik, Metodologi Kualitatif, 119-120.
131
Mamik, Metodologi Kualitatif, 115-116.
73
Pengolahan data adalah suatu proses pemaknaan, pembandingan, dan pencarian hubungan
data dalam pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah dan sebagainya. Jadi
pengolahan data dalam penelitian yang dilakukan sebagai upaya pemaknaan, pembandingan,
penghubungan data dalam pengambilan keputusan dari suatu masalah penelitian. Kajian
pengolahan data diarahkan pada data kuantitatif artinya data dalam bentuk angka. Pengolahan
data kuantitatif hanya dapat dilakukan dengan analisis statistik baik statistik deskriptif maupun
inferensial. Statistik dipandang sebagai alat, cara, sarana untuk mengolah dan menafsirkan data
secara bertanggung jawab sehingga kesimpulan atau keputusan yang dibuat yang memiliki
dampak yang tidak kecil juga merupakan kesimpulan dan keputusan yang dapat
option yakni: sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Masing-masing option
memiliki bobot nilai yang berbeda dengan alternatif nilai yang disediakan sebagai berikut:
Untuk mencari nilai rata-rata dari setiap pertanyaan maka digunakanlah rumus sebagai
berikut:
Ket:
X : Nilai rata-rata
R : Jumlah responden
jawaban. Hal ini dilakukan guna mencari nilai rata-rata dari masing-masing aspek.
Untuk mencari nilai rata-rata tersebut maka dilakukan dengan cara: nilai tertinggi
dikurangi dengan nilai terendah dan hasilnya dibagi banyaknya jawaban, yakni (4-1) :
4 = 3:4 =0,75
Keterangan:
3. 2,51-3,25 Baik
Hipotesa diterima bila data yang diperoleh berkategori baik dan sangat baik atau
dalam angka ≥ 2,51 dan apabila hasil data yang diperoleh berkategori kurang baik dan tidak
Menurut Mohammad Ali, ada 5 langkah yang perlu dilakukan dalam pengorganisasian
5. Menemukan nilai rata-rata sehingga hasil dari analisa dapat diambil sebuah
BAB IV
REFLEKSI TEOLOGIS
Data yang telah dikumpulkan perlu dianalisa yang bertujuan untuk menyusun data
agar dapat dipahami. Prosedur analisis data dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan dari
133
Mohammad Ali, Paper, Tesis, Disertasi (Bandung: Tarsitos, 1985), 3.
76
penelitian yang berfungsi untuk memudahkan dalam menganalisa data.134 Setelah data
terkumpul maka penulis harus mengolah data. Secara garis besar pekerjaan analisis data
meliputi 3 langkah yaitu persiapan, tabulasi, penerapan data sesuai dengan pendekatan
penelitian.135
TABEL I
No. Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh
Ite Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai
1. 5 20 13 39 15 30 17 17 106
2. 18 72 26 78 4 8 2 2 160
3. 10 40 24 72 10 20 6 6 138
4. 9 36 27 81 8 16 6 6 139
5. 9 36 25 75 13 26 3 3 140
6. 13 52 24 72 6 12 7 7 143
7. 12 48 19 57 8 16 11 11 132
8. 22 88 15 45 6 12 7 7 152
9. 15 60 24 72 6 12 5 5 149
10. 12 48 21 63 2 4 15 15 130
Jumlah 1.389
TABEL II
Item Penggunaan Gadget dan Dampaknya bagi Spiritualitas Nilai Rata- Penilaian
Remaja rata
1. Apakah saudara setuju jika remaja sudah memiliki gadget 106/50 2,12 Kurang
2. Apakah saudara setuju bahwa gadget memberi dampak 160/50 3,2 Baik
3. Apakah saudara setuju jika remaja yang masih dini tidak 138/50 2,76 Baik
menggunakan gadget?
4. Apakah saudara setuju jika remaja menggunakan gadget 139/50 2,78 Baik
5. Apakah saudara setuju jika remaja menggunakan gadget 140/50 2,8 Baik
remaja?
6. Apakah saudara setuju ketika remaja menggunakan gadget 143/50 2,86 Baik
7. Apakah saudara setuju bahwa remaja akan berbohong 132/50 2,64 Baik
8. Apakah saudara setuju bahwa remaja lebih suka membuka 152/50 3,04 Baik
9. Apakah saudara setuju jika remaja menggunakan gadget 149/50 2,98 Baik
10. Apakah saudara setuju bahwa remaja menghabiskan waktu 130/50 2,6 Baik
Jumlah 27.78
Berdasarkan data dari tabel di atas, maka nilai rata-rata dari tabel Mengenai
27,78
X=
10
X= 2,77
Oleh karena itu dari jumlah rata-rata yang diperoleh maka penulis dapat
Dampaknya bagi Spiritualitas Remaja dikategorikan “Baik”. Dengan hasil ini dapat dilihat
bahwasanya jemaat GBKP Runggun Suka Rende sudah memahami akan gadget dan juga
menyadari dampak dari penggunaan gadget terhadap spiritualitas remaja. Menurut penulis,
pertanyaan nomor 5 menunjukkan bahwa dampak dari penggunaan gadget terlihat melalui
perubahan tingkah laku. Kemudian jawaban responden pada pertanyaan nomor 6, 7 dan 8
Tabel III
Spiritualitas Remaja
No. Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh
Item Nilai A Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai
1. 7 28 38 114 5 10 0 0 152
2. 7 28 37 111 6 12 0 0 151
79
3. 9 36 37 111 4 8 0 0 155
4. 14 56 34 102 1 2 1 1 161
5. 15 60 31 93 4 8 0 0 161
6. 24 96 24 72 2 4 0 0 172
7. 13 52 28 84 8 16 1 1 153
8. 10 40 26 78 14 28 0 0 110
9. 16 64 27 81 7 14 0 0 159
10. 16 64 25 75 7 14 2 2 155
Jumlah 1.529
Tabel IV
rata
remaja?
tidak baik?
3. Apakah saudara setuju jika gadget dapat merubah 155/50 3,1 Baik
80
remaja?
merosot?
remaja?
8. Apakah saudara setuju jika gadget juga memberi 110/50 2,2 Kurang
hedonisme?
9. Apakah saudara setuju jika melalui gadget remaja 159/50 3,18 Baik
Jumlah 30.58
81
Berdasarkan data dari tabel di atas maka nilai rata-rata dari tabel pengaruh gadget
30,58
X=
10
X =3,05
Oleh karena itu dari jumlah rata-rata yang diperoleh oleh penulis maka dapat
“Baik” sehingga dengan hasil ini dapat dilihat bahwasanya jemaat GBKP Runggun Sukarende
menyadari adanya pengaruh dari gadget bagi kehidupan spiritualitas remaja. Melalui
pertanyaan yang diajukan oleh penulis di variabel ini dengan kategori “baik” kemudian
jawaban responden pada pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa gadget tidak hanya
berdampak pada fisik, akan tetapi kepada perilaku juga. Yang dimana berdampak kepada
perubahan tatanan moral remaja sehingga mengakibatkan minimnya sopan santun, merusak
Tabel V
No. Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh
Item Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai
1. 33 132 15 45 1 2 1 1 180
2. 24 96 24 72 2 4 0 0 172
3. 30 120 19 57 1 2 0 0 179
4. 27 108 21 63 2 4 0 0 175
5. 27 108 19 57 4 8 0 0 173
82
6. 12 48 29 87 7 14 2 2 150
7. 17 68 29 87 4 8 0 0 163
8. 11 44 29 87 8 16 2 2 149
9. 28 112 22 66 0 0 0 0 178
10. 22 88 22 66 6 12 0 0 166
Jumlah 1.685
Tabel VI
m remaja rata
spiritualitas remaja?
5. Apakah saudara setuju bahwa gereja juga harus 173/50 3,46 Sangat
83
penggunaan gadget?
penggunaan gadget?
gadget?
9. Apakah saudara setuju bahwa gereja harus membuat 178/50 3,56 Sangat
10. Apakah saudara setuju bahwa gereja harus membuat 166/50 3,32 Sangat
Jumlah 33,7
Berdasarkan dari tabel di atas, maka nilai rata-rata dari tabel Pemahaman Jemaat
akan Pentingnya Edukasi penggunaan Gadget bagi remaja adalah sebagai berikut:
33,7
X=
10
X =3,37
Oleh karena itu dari jumlah rata-rata yang diperoleh, penulis dapat menyimpulkan
bahwa Pemahaman Jemaat akan Pentingnya Edukasi penggunaan Gadget bagi remaja
dikategorikan “Sangat Baik”. Dengan hasil ini dapat dilihat bahwasanya jemaat GBKP
84
Runggun Suka Rende menyadari pentingnya edukasi penggunaan gadget bagi remaja.
Pentingnya kesadaran orang tua dan gereja dalam memberikan edukasi terlihat dari responden
jemaat yang sangat setuju terhadap pertanyaan yang diberikan penulis. Dari jawaban
responden terhadap pertanyaan nomor 4 dan 5 dapat disimpulkan bahwa orang tua harus
bertanggung jawab dalam mendidik remaja dan gereja juga harus memberikan perhatian
khusus.
Tabel VII
Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan tentang pentingnya peran orang tua dan
gereja dalam memberikan edukasi dan pendisiplinan bagi remaja dalam menggunakan
gadget
No. Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh
Item Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai Jwb Nilai
1. 26 104 23 69 1 2 0 0 175
2. 38 152 11 33 1 2 0 0 187
3. 26 104 22 66 2 4 0 0 174
4. 26 104 22 66 1 2 1 1 173
5. 25 100 22 66 3 6 0 0 169
6. 19 76 28 84 2 4 1 1 165
7. 30 120 19 57 1 2 0 0 179
8. 23 92 25 75 1 2 1 1 170
9. 32 128 14 42 4 8 0 0 178
10 23 92 27 81 0 0 0 0 173
Jumlah 1.743
85
Tabel VIII
No. Pertanyaan tentang pentingnya peran orang tua Jlh Nilai Kategori
Ite dan gereja dalam memberikan edukasi dan Nilai Rata- Penilaian
gadget
gereja?
2. Apakah saudara setuju jika orang tua memiliki 187/50 3,74 Sangat
remaja?
gadget?
penggunaan gadget?
6. Apakah saudara setuju jika orang tua harus 165/50 3,3 Sangat
gadget?
7. Apakah saudara setuju jika orang tua dan gereja 179/50 3,58 Sangat
86
kepada remaja?
8. Apakah saudara setuju jika orang tua harus 170/50 3.4 Sangat
9. Apakah saudara setuju jika orang tua harus 178/50 3,56 Sangat
gadget?
10. Apakah saudara setuju jika orang tua juga harus 173/50 3.46 Sangat
penggunaan gadget?
Jumlah 34,86
Berdasarkan data dari tabel di atas, maka nilai rata-rata dari tabel Pertanyaan tentang
pentingnya peran orang tua dan gereja dalam memberikan edukasi dan pendisiplinan
34,86
X=
10
X =3,48
Oleh karena itu dari jumlah rata-rata yang diperoleh, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa Pertanyaan tentang pentingnya peran orang tua dan gereja dalam
dikategorikan “Sangat Baik”. Dengan hasil ini dapat dilihat bahwasanya jemaat GBKP
Runggun Suka Rende menyadari pentingnya peran dari orang tua dan gereja dalam
memberikan edukasi dan pendisiplinan bagi remaja dalam menggunakan gadget. Pentingnya
87
peran orang tua dan gereja dalam mendisiplinkan remaja mengharuskan orang tua dan gereja
Setelah melakukan analisa data, maka diperoleh hasil analisa sebagai berikut:
TABEL IX
ANALISIS DATA
No. Aspek yang di teliti Jumlah Item Jumlah Nilai Nilai Rata-rata
Remaja
Spiritualitas Remaja
Pentingnya Edukasi
remaja
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari keempat aspek
di atas adalah:
2,77 +3,05+3,37+3,48
Maka X =
4
= 3,16 (Baik)
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di jemaat GBKP Runggun Suka
1. Ditemukan dalam hasil penelitian bahwa jemaat GBKP Runggun Suka Rende
2. Dalam hal pengaruh gadget bagi kehidupan spiritualitas remaja hasil penelitian
menunjukkan bahwa jemaat GBKP Runggun Suka Rende menyadari adanya pengaruh
gadget bagi kehidupan spiritualitas remaja. Akan tetapi pengaruh gadget tersebut bagi
remaja kurang diperhatikan, hal ini terlihat dari kurangnya edukasi dan pengawasan
terhadap remaja.
menggunakan gadget sangat diperlukan bagi remaja. Hal ini bertujuan untuk
4. Dalam hasil penelitian ditemukan bahwa peran orang tua dan gereja dalam
sangat penting. Hal ini dilakukan agar remaja dapat terhindar dari dampak negatif
yang dicantumkan di dalam BAB II mengatakan bahwa “Jika adanya peran orang tua
Sukarende” dapat diterima kebenarannya. Pembuktian hipotesa ini dapat dilihat dari
tabel-tabel yang tercantum di atas. Hasil pengolahan data tersebut mendapatkan nilai
3,16 dan berada dalam kategori “baik”. Oleh karena itu hipotesa yang diajukan oleh
penulis terbukti kebenarannya bahwa remaja GBKP Runggun Suka Rende mengalami
intens pada masa pandemi covid-19 dan kemerosotan tersebut semakin meningkat
karena kurangnya edukasi dan juga pendisiplinan yang dilakukan orang tua maupun
gereja bagi anak remaja. Kemerosotan spiritualitas pada remaja tersebut dapat dilihat
Penggunaan gadget oleh remaja yang tidak sesuai dengan aturan atau tanpa adanya
bimbingan dan pendisiplinan dari orang tua maupun gereja akan berdampak kepada
tua yang melihat perubahan dari sikap remaja akan tetapi orang tua tidak menyadari
yang diakibatkan oleh gadget dapat juga terlihat dari perubahan moral dan sosialnya di
kehidupan sehari-hari.
kesalehan atau upaya hidup saleh, bukan juga askese jauh dari kehidupan
hidup duniawi. Akan tetapi, spiritualitas adalah kualitas gaya hidup seseorang
sebagai hasil dari kedalaman pemahamannya tentang Allah secara utuh. Allah
dipahami sebagai yang berada jauh di atas, tetapi juga sekaligus yang berada
dekat dihati. Artinya gaya hidup sehari-hari merupakan buah dari hubungannya
transenden tampak dalam sikap hidup kita terhadap orang-orang yang adalah
dilepaskan dari hidup manusia itu sendiri. Iman yang dimiliki seseorang
sekedar fisik tetapi mental sosial, dan secara emosional juga. Firman Tuhan
mempengaruhi seluruh hidup dan pribadi orang tersebut, bukan hanya jiwanya.
Sebagaimana seorang remaja yang bertumbuh baik secara fisik, sosial, maupun
Tetapi nyatanya pada saat sekarang ini remaja telah dipengaruhi oleh
gaya hidup remaja yang sudah berbanding terbalik dengan firman Tuhan
Banyak sekali kita temukan berita murid yang menonton video porno
melalui ponsel canggih. Akan tetapi, kali ini mereka justru membuat video
diri mereka. Mereka juga melakukan kejahatan untuk mendapatkan uang hanya
untuk mengganti ponselnya. Bahkan ada juga berita orang tua yang meminta
sehingga remaja menuntut orangtua untuk selalu membeli gadget yang terbaru.
138
Khoe Yao Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen yang Berhati Gembala Mempersiapkan
Sekolah dan Pendidik Kristen Menghadapi Tantangan Global pada Masa Kini (Yogyakarta: Andi, 2016), 124.
92
Bahkan ada juga remaja yang melakukan segala cara agar bisa mengikuti
tua mereka. Hal ini disebabkan juga karena remaja yang telah kecanduan
kerap mendustai diri dengan mengatakan bahwa internet tidak berbahaya dan
apa yang dilakukannya tidak mencederai siapapun. Ketika pecandu tidak lagi
menyalahkan semua orang yang dekat dengan dirinya. Pecandu juga akan terus
terlibat dengan pikiran dan fantasi yang terus berulang yang kadang-kadang
lama kemudian komitmen itu dilanggar dan tidak dapat mengendalikan dirinya
gadget sangat jelas terlihat pada kesulitannya untuk berkonsentrasi pada dunia
nyata. Rasa kecanduan atau sering disebut adiksi pada gadget akan membuat
remaja mudah bosan gelisah dan marah ketika dia dipisahkan dengan gadget
139
Jarot Wijanarko & Gideon Apit Sunanto, Berani Mendisiplinkan Anak Generasi Milenial Sesuai
Firman (Pemikiran James Dobson) (Jakarta Selatan: Keluarga Indonesia Bahagia, 2019), 60-61.
93
terhadap gadget juga membuat mereka menganggap bahwa gadget itu adalah
segala-galanya bagi mereka. Mereka akan galau dan gelisah jika dipisahkan
dengan gadget tersebut. Sebagian besar waktu mereka habis untuk bermain
dengan gadget. Akibatnya tidak hanya kurangnya kedekatan antara orang tua
Pada masa abad ke-21 ini dapat dikatakan sebagai abad teknologi yang dimana
pengembangan teknologi pada masa ini telah menciptakan manfaat yang besar tetapi
juga menimbulkan kontroversi antara manfaat dan juga resiko dari perkembangan
teknologi. Pengenalan produk teknologi informasi yang baru sering sekali menggilas
teknologi yang lama, contohnya dalam kasus handphone atau komputer yang di mana
penyebaran informasi dengan produk teknologi juga membuat ruang dan waktu yang
begitu relatif dan menciptakan efisiensi dalam komunikasi. Akan tetapi semua itu
Oleh karena itu, kita dapat melihat juga bahwa produk teknologi itu berdampak
yang berkaitan dengan bagaimana hubungannya dengan Allah yang dapat dilihat dan
dibuktikan dari kehidupan sehari-hari baik kepada Allah maupun kepada sesamanya
140
Puji Asmaul Chusna, “Pengaruh Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak” Jurnal Dinamika
Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol.17, No. 2 (November 2017).
https://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/dinamika/article/view, diakses 02 Maret 2021.
141
M.Nur Prabowo S. & Albar Adetary Hasibuan, Pengantar Studi Etika Kontemporer Teoritis dan
Terapan, (Malang: Universitas Brawijaya Pr ess, 2017), 121.
94
yang sesuai dengan firman Allah. Semakin baik spiritualitas seseorang, maka semakin
baik pula aktualisasinya dalam segi-segi kehidupan serta sebaliknya jika semakin
tentu saja untuk menelepon dan mengirim pesan. Sementara fungsi sekundernya juga
banyak mulai dari mendengarkan musik, membaca berita harian, mencari ide kreatif,
menjadi petunjuk jalan, hingga bertransaksi secara online. Fungsi sekunder gadget ini
bisa berbeda dari bagi setiap orang yang menggunakannya tergantung oleh usia dan
profesinya.
Bagi pelajar, gadget sangat berguna untuk mencari informasi, bertukar kabar,
alat transfortasi, hingga bimbingan belajar online. Setiap penggunanya perlu mengatur
hendak mencari informasi pelajar tersebut tergoda bermain game online akibat
notifikasi yang muncul. Kemudian menjadi asik bermain game online hingga lupa
Gadget disebut praktis bukannya tanpa alasan. Peranti elektronik ini mampu
mengerjakan banyak hal yang kita butuhkan. Namun, pastikan penggunaan gadget
tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Jika gadget kita
142
Azimah Subagijo, Diet & Detoks Gadget, 22-25.
95
Dalam hal ini kita dapat melihat bahwasannya terjadinya degradasi moral
yang merupakan dampak negatif dari gadget tersebut sebagai bentuk kemerosotan
spiritualitas. Maka dari itu penting sekali etika dalam memperhatikan hal ini.
Sebagaimana Juharis dan Abdul dalam buku “Teknologi Informasi dan Komunikasi”
dan komunikasi kita tidak boleh mengabaikan etika moral dalam penggunaan
teknologi.143 Banyak sekali pengguna teknologi tidak peduli dengan etika penggunaan
teknologi, akan tetapi langsung menggunakannya tanpa mengetahui aturan serta tata
menganggap etika tidak terlalu penting untuk diperhatikan. 144 Penggunaan gadget
sebagai salah satu alat teknologi bagi remaja pada saat ini sudah setara dengan
penggunaan gadget bagi orang dewasa. Remaja membuka situs-situs atau aplikasi-
aplikasi tanpa adanya edukasi tentunya tidak etis lagi bagi mereka. Hal ini dikarenakan
remaja yang berumur 12-18 tahun masih membutuhkan perhatian khusus. Etika dalam
menggunakan gadget bagi remaja salah satunya ialah dengan tidak memakainya terus
menggunakan gadget ada batasan-batasan waktu yang ditentukan. Batasan waktu ini
dilakukan agar remaja tidak terus menerus menggunakan gadget melebihi batasan
waktu yang ada karena hal tersebut akan berdampak kepada dirinya sehingga dapat
mengalami kecanduan dan seolah tidak dapat terlepas dari gadget. Orang tua juga
fungsinya sehingga remaja dapat bertanggung jawab dan menguasai dirinya dalam
menggunakan gadget.
143
Juharis Rasul & Abdul Hamid, Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bogor: Yudhistira, 2007), 45.
144
Fatkhudin Azizi, Wiwit Retno Handayani, & Yatimatun Nafi’ah, Ekonomi Bisnis Bidang Keahlian:
Bisnis dan Manajemen, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2018), 229.
96
Kenakalan remaja yang terjadi pada saat ini juga merupakan hasil dari
kebudayaan yang negatif yang berasal dari negara-negara lain sehingga tata cara
kepada remaja maupun di lingkungan sekitar. Jika melihat terhadap degradasi moral
yang terjadi pada remaja, kita pun juga tidak dapat membuat mereka untuk tidak
menggunakan gadget dan teknologi lainnya karena jika demikian kita membiarkan
remaja sedang dilindas oleh kemajuan zaman. Orang tua perlu memperhatikan
konsumsi informasi apa yang mereka peroleh sehingga hal itu tidak dapat menjadi
1. Dalam nilai agama, remaja GBKP Rg. Sukarende cenderung acuh tak acuh
2. Dalam nilai sosial remaja cenderung kurang ramah baik dalam tegur sapa
3. Nilai-nilai adat dan budaya cenderung dianggap sebelah mata oleh remaja
Gereja terpanggil dan harus hadir di dalam pergumulan ini, karena gereja juga
remaja. Gereja akan terus memodernisasi diri agar bentuk dan cara pelayanannya
semakin dekat dan akrab dengan umat dan hal itu tidak terlepas dari gadget sehingga
manusia baik para pejabat gerejawi, majelis jemaat, dan para jemaat. Jika tidak, maka
97
pelayanan gereja tidak responsif terhadap pergumulan jemaat. 145 Seturut dengan itu,
Dan jika melanggar UU serta ketentuan yang berlaku tentunya ada sanksi yang akan
diperoleh oleh pelanggar. Tentunya gereja tidak menginginkan jemaat sebagai bagian
dari pelanggar UU ITE dan ketentuan yang berlaku terkait penggunaan teknologi
memajukan misi gereja. Remaja sebagai jemaat gereja juga harus turut serta berperan
dalam mengikuti UU ITE yang telah ada sehingga gereja berusaha untuk mengedukasi
serta memberi perhatian khusus sehingga remaja tidak salah dalam menggunakan
gadget dan tidak terjerat dalam ketentuan yang telah berlaku. Tetapi melalui kehadiran
gereja dalam degradasi moral yang terjadi di kalangan remaja, mereka diarahkan
Jika kita lihat dari sudut pandang etika Kristen, teknologi merupakan sebuah
peluang yang dapat mewujudkan keselamatan yang telah dinyatakan Allah di dalam
Kristus yang di mana Allah menghendaki manusia untuk hidup sejahtera dan teknologi
juga dapat memberi rasa optimis terhadap kehidupan yang lebih baik. Teknologi tidak
hanya menjadi alat komunikasi dan informasi tetapi merupakan jaringan kehidupan
yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan tentunya teknologi tersaji berkat Allah
bagi manusia.146
lihat dalam nats Alkitab Amsal 1:7 “Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”. Iman Kristen
membantu kita untuk menerima perkembangan teknologi yang ada akan tetapi yang
145
A. Tjatur Raharso, Reksa Pastoral Gereja di Era Revolusi Industri 4.0, dalam Siapakah Manusia;
Siapakah Allah Menyingkap Tabir Manusia dalam Revolusi Industri 4,0 (Malang: STFT Widya Sasana, 2019),
337.
146
Einar M. Sitompul, Gereja Menyikapi Perubahan (Jakarta: BPK Gungung Mulia, 2004), 101.
98
menjadi dasar kita dalam Iman Kristen ialah takut akan Tuhan serta hikmat dari Tuhan
yang menjadi pegangan kita sehingga kita sebagai orang Kristen yang memiliki iman
mampu menerima kemajuan teknologi. Dalam Efesus 2:10 “Kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Yesus Kristus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan
Allah sebelumnya supaya kita bisa hidup di dalamnya.” Artinya manusia diciptakan
karena memiliki tujuan tertentu yaitu melakukan pekerjaan baik dan pada
perkembangan zaman yang sudah semakin pesat ini kita dituntut untuk melakukan
Tuhan. Sehingga ketika kita telah mampu mengikuti perkembangan teknologi serta
menggunakannya dengan baik sesuai dengan aturannya maka kita juga dapat
penggunaan
aplikasi yang
menghabiskan
waktu, seperti
game dan aplikasi
lain.
4. Menghentikan
koneksi internet
pada jam-jam
tertentu, seperti
pada setiap waktu
makan, ibadah dan
istirahat/tidur
5. Menghapus
aplikasi yang
dirasa kurasa
bermanfaat atau
membuat
kecanduan
6. Menghentikan
penggunaan media
sosial dalam
jangka waktu
tertentu
7. Membuat
pengaturan
pemakaian gadget.
101
2. Mengadakan
habitualisasi tata
bahasa yang etis
dan teratur.
Remaja kurang bertanggung jawab
8. Menetapkan punishment Terciptanya
terhadap aturan dan teguran, hal (hukuman) atas kepatuhan dan
itu ditandai dengan remaja yang pelanggaran dari aturan ketaatan remaja
yang telah di tetapkan oleh terhadap aturan
bersikap acuh terhadap aturan orangtua. Hal ini diiringi dan konsekuensi
102
orangtua.
dengan sikap orang tua moral
dan gereja yang menjadi
role model penggunaan
gadget yaitu tidak
berlebihan dan
menggunakannya dengan
bijak
Remaja mengalami kecanduan
9. 1. Mengurangi secara Mengurangi
terhadap gadget sehingga berlahan-lahan, kecanduan akan
mengabaikan spiritualitas. bertahap, teratur gadget bagi
dan konsisten bagi remaja.
penggunaan
gadget yang tidak
perlu.
2. Mengakrabkan diri
dengan hal-hal
yang bernuansa
spiritualitas
Kristen.
masalah yang diberikan baik dalam bentuk tabel, diagram, symbol dan gambar serta
peran dari orang tua dan gereja dalam mengedukasi serta mendisiplinkan remaja
GBKP Runggun Suka Rende dalam penggunaan gadget. Berdasarkan tabel I dalam
dampak negatif bagi remaja. Melalui angket penelitian tersebut juga terbukti bahwa
sebanyak 2,98% remaja sudah menggunakan gadget lebih dari 3 jam per hari
gadget lebih dari 3 jam dalam sehari, mereka akan rentan mengalami kecanduan
147
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 543.
103
terhadap gadget. Perubahan sikap remaja menjadi tidak baik juga terbukti melalui
angket yang diberikan penulis. Dalam tabel IV juga penulis mencantumkan data hasil
besar pengaruh penggunaan gadget bagi spiritualitas remaja dan hasilnya mencapai
bahwasanya jemaat menyadari adanya pengaruh penggunaan gadget bagi remaja yang
dimana pengaruhnya berupa berkurangnya moral remaja, memiliki sikap kasar dan
tidak sopan, suka membantah dan melawan orang tua maupun guru, sulit di ajak
memahami akan pentingnya edukasi dalam penggunaan gadget bagi remaja. Beberapa
dari orang tua maupun pelayan gereja berpendapat bahwa edukasi tidak cukup
menjadi alternatif agar terhindar dari dampak negatif penggunaan gadget tetapi tidak
sedikit pula yang setuju bahwa edukasi merupakan salah satu cara utama agar remaja
terhindar dari dampak penggunaan gadget bahkan orang tua dan gereja juga setuju
dengan baik di GBKP Runggun Suka Rende. Hal tersebut dikarenakan kesibukan dari
orang tua dalam melaksanakan pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu khusus
dalam mendidik anak. Selain daripada itu juga orang tua kurang memiliki pemahaman
akan dampak negatif gadget bagi remaja. Orang tua hanya mengetahui bahwa remaja
Orang tua juga beranggapan bahwa kemajuan zaman menjadi alasan bahwa
remaja memiliki kebebasan untuk menggunakan gadget akan tetapi tanpa mereka
sadari dampak negatif penggunaan gadget sedang memasuki kehidupan remaja. Perlu
maka dampak negatif tersebut tidak hanya berlaku pada jangka pendek tetapi
Pergumulan ini membuat gereja dan orang tua mempertanyakan dirinya apakah
benar-benar mengasihi dan peduli terhadap spiritualitas remaja. Jika peduli maka
dengan melihat situasi dan kondisi saat ini gereja maupun orang tua harus
Perhatian gereja terhadap remaja di GBKP Runggun Suka Rende juga sangat
agar terhindar dari kecanduan gadget. Tidak hanya itu, gereja juga kurang memberi
pembinaan secara khusus kepada remaja baik melalui arahan ataupun melakukan
seminar dalam penggunaan gadget. Sehingga penulis melihat bahwa peran dari orang
tua maupun gereja sangat penting dalam memberikan edukasi, pembinaan serta
penggunaan gadget bagi remaja sangat diperlukan untuk menghindari remaja dari
dampak penggunaan gadget. Selain daripada edukasi, peran dan pendisiplinan dari
105
orang tua juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan spiritualitas remaja yang sudah
Kondisi remaja pada saat sekarang ini sangat jauh berbeda dengan kondisi
remaja dua puluh tahun, sepuluh tahun, bahkan lima tahun yang lalu. Hal ini
dikarenakan pada saat ini remaja berada dalam kondisi cyber psychology addiction
(CPA), gadget syndrome, dan hiperkoneksi. Inilah yang membuat remaja mendapat
tekanan teknologi yang semakin canggih yang ditunjukkan dalam beberapa hal
seperti, remaja merasa nyaman untuk berkomunikasi melalui gadget, remaja lebih
mampu mengekspresikan diri dan menemukan identitasnya pada sosial media. 148
Kesenjangan antara teknologi dan budaya juga dapat terjadi antara orang tua dan
remaja terkhususnya dalam perkembangan komunikasi yang instan daring. Orang tua
disibukkan dengan menggunakan teknologi akan tetapi hanya sebatas komunikasi dan
gaya hidup, aplikasi, game, fashion, dan entertainment yang dengan mudahnya
remaja. Kemerosotan spiritualitas terlihat dari perubahan perilaku, tingkah laku dan
sehari-hari, suka membantah dan tidak berperilaku sopan bahkan malas dalam
148
Khoe Yao Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen yang Berhati Gembala, 119.
149
Khoe Yao Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen yang Berhati Gembala, 121.
106
beribadah. Selain dari pada itu perubahan gaya hidup remaja ke arah yang kurang
baik juga memungkinkan terjadi sehingga tidak sesuai lagi dengan ajaran firman
Tuhan. Pengaruh penggunaan gadget bagi remaja tanpa adanya penanganan tidak
hanya membuat spiritualitasnya merosot tetapi ada dampak kesehatan yang dapat
mereka rasakan seperti kurang tidur, kebugaran fisik yang rendah, kecemasan dan
kognitif mereka juga dapat terganggu. Maka dari itu penulis merasa bahwa penangan\
an dalam penggunaan gadget oleh remaja sangat penting dan penanganan tersebut
orang yang melakukan penyembahan berhala. Tentu hal ini tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan karena dampak negatif dari penggunaan teknologi membuat manusia
jauh dari pada Tuhan. Dalam kejadian 1:28 dikatakan bahwa “Allah memberkati
banyak: penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Nats ini
mendasari lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana mandat pertama
Allah kepada manusia adalah beranakcuculah dan bertambah banyak dan manusia
diberi kuasa untuk menguasai segala yang ada di bumi dan sesuai dengan kehendak
Allah. Allah memberi pengetahuan kepada manusia untuk menguasai seluruh isi bumi
Allah dapat kita lihat dalam Amsal 1:5, “baiklah orang bijak mendengar dan
pertimbangan”. Melalui nats ini setiap orang yang percaya dituntut untuk menjadi
bijak dalam mendengar dan menjadi bijak dalam mempertimbangkan yang baik dan
tidak dianggap memberi dampak negatif tetapi dengan fungsi dan penggunaan yang
positif. Tuhan juga menghendaki kita melakukan segala pekerjaan untuk kebutuhan
dengan sebaik-baiknya sebab Tuhan sendiri yang memberikan kepada kita pengertian
dan pengetahuan serta keahlian dalam berbagai pekerjaan (Kel. 35:31). Manusia
sebagai mitra Allah diberi kemampuan untuk mengetahui namun tetap dalam rasa
hormat dan tunduk terhadap otoritas Allah (Ams. 1:7). Iman Kristen memberikan
dasar kepada kita agar kita dapat menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan yang menjadi dasar Iman Kristen untuk menggunakan teknologi adalah
Dalam Matius 28:19-20 juga dikatakan “karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman”. Nats ini
mengingatkan kita bahwa kita telah diutus untuk menyampaikan kebenaran firman
Tuhan dan pada zaman ini teknologilah yang menjadi salah satu alat untuk
baik. Dengan menggunakan kecanggihan dari teknologi gadget, remaja juga mampu
mengambil peran menjadi tokoh yang menyebarkan firman Tuhan tentunya tidak
terlepas dari edukasi dan disiplin yang baik diberikan terlebih dahulu kepada remaja
Mereka dapat bergaul dan berdampingan dengan teknologi tanpa harus meninggalkan
Kita tidak bisa membiarkan remaja jatuh ke dalam degradasi moral akibat dari
lelaki adalah milik pusaka daripada Tuhan…” dengan demikian kita tidak bisa
demikianlah anak-anak pada masa muda. Di tangan pahlawan anak panah pasti akan
tepat sasaran, demikian juga halnya dengan anak-anak jika berada di dalam tangan
Tuhan maka anak-anak remaja akan tepat sasaran yaitu seturut dengan kehendak
firman Tuhan. Jadi kita dapat melihat esensi dari remaja itu di dalam spiritualitasnya
adalah milik pusaka Tuhan dan suatu anak panah yang harus berada di dalam tangan
Tuhan (sebagaimana Mzm. 127:4 Tuhan adalah pahlawan tersebut). Sehingga mereka
harus diarahkan oleh gereja dan orang tua ke dalam sasaran yang tepat yaitu firman
Tuhan.
109
BAB V
5.1. Kesimpulan
yang praktis saat ini. Secara alkitabiah, gadget adalah alat yang oleh karunia
pekerjaannya, layaknya seperti Nuh membuat teknologi berupa bahtera (Kej. 6:14-
15), Kitab Keluaran juga Musa diperintahkan Allah untuk membuat kemah suci
(Kel. 25 :9), yang dimana Allah sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan
ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk kemah suci tersebut (Kel. 25:1-27;21) dan
kemuliaan Allah memenuhi kemah suci tersebut (Kel. 40:35). Oleh karena itu bisa
pekerjaan manusia dan pelayanan gerejawi oleh karunia Allah sebagaimana Allah
kepada tokoh-tokoh Alkitab seperti Nuh, Musa dan yang lainnya. Maka teknologi
memuliakan Allah.
2. Dalam hal ini, kita tidak sedang berusaha mengatakan bahwasanya perkembangan
saat ini. Tantangan perkembangan teknologi yang dihadapi oleh remaja seharusnya
didampingi oleh orang tua, hal ini disebabkan oleh banyaknya dampak negatif dari
penggunaan gadget yang tidak kita sadari telah masuk kedalam kehidupan remaja
110
Runggun Suka Rende, yang telah mengalami degradasi moral yang dipengaruhi
Penggunaan gadget oleh remaja GBKP Runggun Suka Rende pada nyatanya tanpa
adanya pengawasan, edukasi, bahkan pendisiplinan baik dari orang tua, gereja dan
lingkungan sekitar. Perkembangan zaman menjadi salah satu alasan bahwa remaja
Orang tua menjelaskan bahwa alasan yang tepat bagi mereka tidak memberikan
perhatian khusus bagi remaja dalam menggunakan gadget ialah karena kesibukan
mereka dalam bekerja dan ditambah lagi kurangnya pemahaman orang tua akan
dampak dari penyalahgunaan gadget. Adapun dampak negatif yang telah terjadi
pada remaja GBKP Runggun Suka Rende ialah menghabiskan waktu dengan
bermain game online, berbohong kepada orang tua, moral keagamaannya merosot,
sulit diajak beribadah, perubahan tingkah laku, bahkan remaja sudah termasuk ke
3. Pentingnya peran dari orang tua mengayomi serta mengedukasi remaja dalam
dapat dihindari. Sebagai orang tua harus bertanggung jawab dalam menanamkan
nilai norma yang baik kepada remaja. Sikap disiplin menjadi salah satu sarana
yang dapat dilakukan oleh orang tua agar remaja dapat bertanggung jawab akan
menjadikan sikap disiplin bukan sebagai hukuman tetapi sebagai tindakan untuk
memiliki hidup yang sesuai dengan firman Tuhan. Orang tua juga diharapkan
111
4. Gereja juga terpanggil untuk membantu orang tua dengan memberikan pembinaan
tidak tertimbun oleh dampak negatif gadget. Gereja juga menyediakan seminar
bagi orang tua mengenai dampak dari penggunaan gadget secara berlebihan bagi
remaja dengan harapan mereka menjadi pionir-pionir unggul yang melayani Tuhan
5.2. Saran Bagi Gereja, Orang Tua, dan Remaja GBKP Runggun Suka Rende
5.2.1. Gereja
1. Mengalokasikan Dana
rohani dan juga bersedia mendanai seminar edukasi yang dilakukan bagi orang tua
dan remaja.
2. Seminar
Gereja perlu memberikan edukasi baik kepada orang tua maupun remaja
dengan mengadakan seminar dan pembinaan rohani yang intensif yang dimana
fungsinya untuk menambah wawasan bagi orang tua sehingga orang tua mengerti
3. Ibadah Kontemplasi
4. Menambah Kreativitas
rohani sehingga waktu remaja tidak habis untuk menggunakan gadget tetapi
Kelompok tumbuh bersama (KTB) adalah sebuah kelompok yang terdiri dari
3-5 orang yang dipimpin oleh 1 orang pemimpin yang dimana kelompok kecil ini
remaja.
1. Family Council
Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengatasi
pembinaan dari orang tua.oleh karena itu family council hadir untuk
kepada anak untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam dirinya, permasalahan apa
2. Memberikan Edukasi
remaja akan penggunaan gadget agar remaja dapat tetap waspada terhadap
dampak negatif yang akan memasuki kehidupan remaja. Sebelum orang tua
memberikan edukasi bagi remaja, terlebih dahulu orang tua membekali diri
3. Pendisiplinan
memperhatikan serta membina anak remaja dalam penggunaan gadget. Orang tua
juga diharapkan mampu menjadi role model bagi remaja dalam penggunaan
gadget agar tidak berlebihan dan menggunakannya dengan bijak. Disisi lain
orang tua pun harus konsisten dalam memberikan edukasi terhadap anak remaja
kepada remaja dengan apa yang dikerjakan oleh orang tua. Pendisiplinan juga
harian bagi remaja sehingga penggunaan gadget dapat diatur juga membuat jeda
waktu sehingga bagi remaja yang kecanduan dapat diatasi. Orang tua juga
dilakukan serta memberikan reward (imbalan) bagi remaja yang patuh terkait
Orang tua mampu memberi diri dan hati untuk bekerja sama dengan gereja
kegiatan yang diberikan gereja. Orang tua juga turut memfasilitasi serta mendanai
5.2.3. Remaja
Memberi diri dibina dan diedukasi oleh gereja dan orang tua akan semakin
menjauhkan remaja dari kemerosotan spiritualitas. Tentu remaja itu sendiri tidak
spiritualitas, maka penting bagi remaja untuk mengikuti saran-saran di atas. Selain
daripada itu remaja juga diharapkan untuk mengisi waktu luang dengan berbagai
115
kreativitas sehingga hal itu menumbuhkan minat belajar dan mengurangi pemakaian
Saran kepada STT Abdi Sabda sebagai tempat bagi mahasiswa dan mahasiswi
untuk menimba ilmu agar lebih dalam lagi memperlengkapi mahasiswa dan mahasiswi
DAFTAR PUSTAKA
I. Sumber Buku-buku
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Anshori, Muslich dan Iswati, Sri. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Aries S., Victorianus. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012.
Arniwati & Budyarto, R. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak & Remaja.
Azizi, Fatkhudin, Handayani, Wiwit Retno dan Nafi’ah, Yatimatun. Ekonomi Bisnis Bidang
B. Uno. Hamzah dan Lamatenggo, Nina. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran.
Darma, Dio Caisar, Maria, Siti dan Pusriadi, Tommy. 5 Teknik Jitu Mahasiswa Menyusun
Drewes, B.F. & Mojau, Julianus. Apa itu Teologi? Pengantar ke Dalam Ilmu Teologi. Jakarta:
Dyck, Anni. Tantangan dan kebutuhan remaja. Malang: departemen pembinaan anak dan
E. Papalia, Diane, Wendkos Old, Sally dan Feldman, Ruth Duskin. Human Development
Effendi, Irwansyah. Spiritualitas Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1. Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2017.
Heuken, Adolf. Spiritualitas Kristiani Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad.
Hermawan, Iwan. Teknik Menulis Karya Ilmiah Berbasis Aplikasi dan Metodologi. Kuningan:
Ismail, Andar. Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Ismail, Triyanto, Bambang. Penulisan Karya Ilmiah (skripsi): Suatu pedoman. Jawa
Tengah:Lakeisha, 2020.
Iswidharmanjaya, Derry dan Agency, Beranda. Bila Si Kecil Bermain Gadget. Yogyakarta:
Bisakimia, 2014.
J. Blair, Hugh. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2012.
Joenaidy, Abdul Mois. Konsep dan Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Indsutri 4.0.
Kartono, Kartini. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju, 1995.
M. Noor, Rohinah. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di Sekolah dan di Rumah.
M. Paterson, Robert. Tafsiran Kitab Yeremia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Markus S. Gainau, Pendidikan Agama Kristen (PAK) Remaja. Yogyakarta: Kanisius, 2016.
Monks, F.J., Knoers A.M.P. dan Hadinoto, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan Pengantar
Nainggolan, John M. Menjadi Guru Agama Kristen Suatu Upaya Peningnkatan Mutu dan
Patandean, Yulius Roma dan Indrajit, Richardus Eko. Digital Transformation Generasi Muda
Puspita, Sylvie. Monograf Fenomena Kecanduan Gadget Pada Anak Usia Dini. Surabaya:
R. Boehlke, Robert. Siapakah Yesus Sebenarnya?. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Raharso, A. Tjatur. Reksa Pastoral Gereja di Era Revolusi Industri 4.0, dalam Siapakah
Manusia; Siapakah Allah Menyingkap Tabir Manusia dalam Revolusi Industri 4,0.
Rasul, Juharis dan Hamid, Abdul. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bogor: Yudhistira,
2007.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006.
S.M.Nur, Prabowo dan Hasibuan, Albar Adetary. Pengantar Studi Etika Kontemporer
Sari, Wiwin Via Wulan, dkk. Terpenjara Komodifikasi Media. Malang: Intrans Publishing
Group, 2020.
Mengembangkannya.
Sitompul, Einar M. Gereja Menyikapi Perubahan. Jakarta: BPK Gungung Mulia, 2004.
Situmorang, Syafizal Helmi. Analisis Data: untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan: USU
Press, 2010.
Siyoto, Sandu dan Sodik, M. Ali Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015.
Subagijo, Azimah. Diet & Detoks Gadget. Jakarta Selatan: Noura Books, 2020.
119
Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif. Bandung: Yayasan Kalam
Tim Penyusun. Suluh Siswa 1 Bertumbuh Dalam Kristus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Tung, Khoe Yao. Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen yang Berhati Gembala
Ulfah, Maulidya. Digital Parenting Bagaimana Orang Tua Melindungi Anak-Anak dari
Utami, Ditta Widya dan Indrajit, Richardus Eko. Menyongsong Era Baru Pendidikan.
W. Santrock, John. Perkembangan Anak edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2007.
Widyastuti, Ana. 77 Permasalahan Anak dan Cara Mengatasinya. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2019.
Wijanarko, Jarot dan Sunanto, Gideon Apit. Berani Mendisiplinkan Anak Generasi Milenial
Sesuai Firman (Pemikiran James Dobson). Jakarta Selatan: Keluarga Indonesia Bahagia,
2019.
120
Wijaya, Jonathan. Pemuridan Intensional dalam Gereja Tradisional. Tangerang: UPH Press,
2018.
Yewangoe, A.A. Allah Mengizinkan Manusia Mengalami Diri-Nya. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2018.
Yunita, Noralia Purwa dan Indrajit, Richardus Eko. Digital Mindset Menyiapkan Generasi
Yusuf LN., Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2015.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.
Zonar, Danah dan Marshall, Ian. SQ Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan Pustaka, 2007.
Jones, Cheslyn, Wainwright, Geoffrey dan Yarnold Edward The Study of Spirituality. New
Heller, David. Talking to Your Child About God. Toronto: Bantam Books, 1988.
Engen, John van. Educating People of Faith Exploring the History Of Jewish and Christian
T. Uhls, Yalda. Media Moms & Digital Dads A fact Not Fear Approach to Parenting in the
Alinurdin, David. “Etika Kristen dan Teknologi Informasi: Sebuah Tinjauan Menurut
https://www.researchgate.net/publication_Etika_Kristen_Dan_Teknologi_Informasi_Seb
Alinurdin, David. “Etika Kristen dan Teknologi Informasi: Sebuah Tinjauan menurut
Persektif Alkitab” dalam jurnal Veritas Vol. 12, no. 2 (Desember 2018).
https://www.researchgate.net/publication_Etika_Kristen_Dan_Teknologi_Informasi_Seb
Anneke, Djoys Rantung dan Boiliu, Fredik Melkias. “Teknologi Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen yang Antisipatif di Era Revolusi Industri 4.0” Jurnal Shanan
Gadget Terhadap Interaksi Sosial Pada Siswa Kelas X IPS SMA Kristen Satya Wacana
2021).
Chusna, Puji Asmaul. “Pengaruh Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak” jurnal
02 Maret 2021).
dan Pola Asuh Terhadap Disiplin Anak” Jurnal Pendidikan Usia Dini Vol. 12 Edisi 2
25 Februari 2021).
Spiritualitas” dalam Psikoislamika jurnal Psikologi Islam Volume 14, no. 1 Tahun 2017.
2021).
Marpaung, Junierissa. “Pengaruh Penggunaan Gadget Dalam Kehidupan (The Effect of Use
Gadget In Life)”, Jurnal Kopasta 5 vol 2 Universitas Riau Kepulauan Batam (2018).
2021).
Ningsih, Sri S., Lintong, Fransiska dan Rumampuk, Jimmi F. “Hubungan Penggunaan
Universitas Sam Ratulangi Manado” Jurnal e-Biomedik (eBm), vol. 3, no.3, (September-
Rosiyanti, Hastri dan Muthmainnah, Rahmita Nurul. “Penggunaan Gadget Sebagai Sumber
Belajar Mempengaruhi Hasil Belajar pada Mata Kuliah Dasar Matematika” Fibonacci
Roza, Emilia, Kamayani, Mia dan Gunawan, PH. “Pelatihan Memantau Penggunaan Gadget
Februari 2021).
Sebagai Penentu Status GiziGizi” Jurnal Sainteknol Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sainteknol/article/download, (diakses, 16
Februari 2021).
Sitorus, Merinda Maranatha dan Boiliu, Fredik Melkias. “Kajian Perkembangan Teknologi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Kristen Vol. 7 No.1 Tahun 2021, Jakarta:
Suwignyo, Agus, Kita dan Dunia Kontemporer (atau Mengapa Sejarawan harus
Digital) Jurnal Sasdayana Gadjah Mada Journal Of Humanities, Vol. 2, No. 2 ( Mei
2018).
Syifa, Layyinatus, Setianingsih, Eka Sari dan Sulianto, Joko. ”Dampak Penggunaan Gadget
Terhadap Perkembangan Psikologi Pada Anak Sekolah Dasar” Jurnal Ilmiah Sekolah
https://www.researchgate.net/publication/342516421_Dampak_Penggunaan_Gadget_...
Tari Ezra dan Tafonao, Talizaro. “Tinjauan Teologis-Sosiologis Terhadap Pergaulan Bebas
Remaja” dalam Jurnal Dinamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Volume 3,
Tridarmanto, Yusak, Spiritualitas Rasul Paulus, Jurnal Gema Teologi Vol. 39, No.1 (April
24 September 2021).
Baker, D.L. Kamus Singkat Ibrani-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Cameron, “Roh”, dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II, M-Z, 316-317.
124
V. Arsip
Catatan Laporan Musyawarah Jemaat GBKP Runggun Suka Rende Klasis Pancur Batu,
Catatan Laporan Proposal Renovasi Gedung Gereja dan Pembangunan Gedung KAKR/TK-
Moderamen GBKP. Tata Gereja GBKP 2015-2020. Kabanjahe: Moderamen GBKP, 2015.
Br Ginting, Victoria: Wawancara pada 12 Juni 2021 di Suka Rende. Beliau adalah seorang
https://kominfo.go.id/content/detail/13547/kecanduan-gawai-ancam-anak-anak/0/
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6744/
https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-internet-indonesia-
https://www.kominfo.go.id/content/detail/30653/dirjen-ppi-survei-penetrasi-pengguna-
internet-di-Indonesia-bagian-penting-daritransformasi-digital/0/berita_satker, (diakses, 10
Maret 2021).
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Petunjuk Pengisian:
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda (X) pada kolom
yang tersedia.
Ket. Jawaban:
SS Sangat Setuju
S Setuju
KS Kurang
Setuju
TS Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S KS TS
1. Apakah saudara setuju jika remaja sudah memiliki gadget di
usia yang masih dini?
127
D. Pertanyaan tentang pentingnya peran orang tua dan gereja dalam memberikan
edukasi dan pendisiplinan bagi remaja dalam menggunakan gadget
No Pernyataan SS S KS TS
1. Apakah saudara setuju bahwa edukasi dan pendisiplinan
penggunaan gadget diperlukan dalam gereja?
2. Apakah saudara setuju jika orang tua memiliki peran yang
penting dalam pendisiplinan terhadap remaja?
3. Apakah saudara setuju gereja mengadakan seminar dalam
mengedukasi orang tua dalam mendisiplinkan remaja dalam
penggunaan gadget?
4. Apakah saudara setuju gereja mengadakan pembinaan terhadap
remaja dalam menggunakan gadget?
5. Apakah saudara setuju jika gereja menambah kegiatan untuk
remaja agar terhindar dari penggunaan gadget?
6. Apakah saudara setuju jika orang tua harus berkonsultasi dalam
mendidik anak menggunakan gadget?
7. Apakah saudara setuju jika orang tua dan gereja harus bekerja
sama dalam memberikan edukasi kepada remaja?
8. Apakah saudara setuju jika orang tua harus melakukan
pengawasan khusus terhadap remaja pada saat menggunakan
gadget?
9. Apakah saudara setuju jika orang tua harus memberikan batasan
waktu dalam menggunakan gadget?
10. Apakah saudara setuju jika orang tua juga harus menambah
wawasan pengetahuan akan dampak penggunaan gadget?
I. DATA PRIBADI
Pekerjaan : Petani
Pekerjaan :-
III. PENDIDIKAN