Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum III Bahan Pakan dan Formulsi Ransum

PEMBUATAN RANSUM

Oleh:

NAMA : LA ODE HERMAWAN


NIM : L1A121
KELOMPOK : II (DUA)
KELAS :E
ASISTEN PRAKTIKUM : APRISTIAN A. TEPOHIU

LABORATORIUM UNIT ANALISIS DAN PAKAN TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN KONSULTASI

No Hari/Tanggal Materi Konsul Paraf


.
1.

2.

3.

Asisten Praktikum

APRISTIAN A. TEPOHIU
L1A1 18 002

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau

bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah

maupun yang belum diolah. Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur

menjadi satu dengan nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat

dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan dan

reproduksi. Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dapat dimakan, dicerna

Sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi bermanfaat bagi ternak dan tidak

mengganggu Kesehatan ternak tersebut. Secara umum bahan pakan terbagi dalam

delapan kelas yaitu hijauan kering atau jerami padi, hijauan segar, sumber energi,

sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan aditif pakan.

Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun

sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak

selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut. Ransum

dikatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrien

secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisi tersebut bagi ternak.

Sebagian dari porsi ransum ini disebut zat pakan atau nutrisi.

Mencampur ransum merupakan kegiatan pencampuran dari beberapa

bahan pakan, yang sudah ditentukan komposisinya setiap bahan pakan. Sebelum

melakukan pencampuran ransum, kita harus mengetahui bahan mana yang harus

dicampur terlebih dahulu, selanjutnya mencampurkan bahan pakan hingga

hasilnya rata dan homogen. Bahan yang dicampur terlebih dahulu biasannya

jumlahnya sedikit dan bentuk fisiknya halus, kemudian bahan yang jumlahnya

banyak dicampur. Ransum yang jumlahnya banyak sedikit dapat di campur secara
manual tetapi ransum yang jumlahnya banyak pencampuran dilakukan dengan

mensin pencampur (mixer). Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu

dilakukan praktikum Pembuatan Ransum.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum Pembuatan Ransum adalah mahasiswa

diharapkan dapat mengetahui pencampuran bahan pakan ternak.

1.3. Manfaat

Manfaat dilakukannya praktikum Pembuatan Ransum adalah mahasiswa

diharapkan dapat mengetahui pencampuran bahan pakan ternak.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ransum

Ransum merupakan campuran 2 atau beberapa bahan pakan yang disusun

dan dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan energi

yang diperlukan oleh ternak. Berdasarkan bentuknya, ransum dapat dibagi

menjadi tiga jenis yaitu mash, pellet, dan crumble. Proses pembuatan formula

ransum dengan bahan dasar limbah, wajib memperhatikan limbah yang rendah

proteinnya harus diimbangi dengan limbah yang kaya protein. Demikian juga

unsur- unsur lainnya sehingga memperoleh ransum yang saling melengkapi

(Agustono et al., 2017).


Ransum adalah campuran makanan yang disiapkan khusus untuk memberi

makan hewan ternak atau hewan peliharaan. Ransum hewan dirancang untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat bagi hewan tersebut, sesuai dengan jenis

hewan, usia, berat badan, dan tujuan pemeliharaannya. Kualitas ransum dapat

dilihat dari bagaimana ternak dapat memanfaatkan seefisien mungkin ransum

yang dikonsumsi untuk dijadikan sebagai energi maupun dalam meningkatkan

produksi, disisi lain konversi ransum sangat menunjang dalam keberhasilan

peternak. Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk

menilai efisiensi penggunaan dan kualitas ransum. Konversi ransum adalah

perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot

badan dalam jangka waktu tertentu (Rusli et al., 2019).

Konversi ransum adalah kriteria yang digunakan dalam menentukan

efisiensi produksi. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk ransum, ukuran

ransum, penempatan dan cara pengisian tempat ransum. Selain itu dipengaruhi

juga oleh tingkat energi ransum, ukuran tubuh, tingkat produksi, temperatur

lingkungan, kecepatan pertumbuhan, keseimbangan zat-zat makanan dalam

ransum dan banyaknya bulu. Faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah

genetik, jenis dan kualitas ransum, temperatur, bahan bukan zat makanan yang

digunakan dalam ransum dan manajemen. Menyatakan bahwa semakin kecil nilai

konversi pakan berarti pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan bobot daging

yang tinggi semakin sedikit (Eriko et al., 2016).

2.2. Metode Pencampuran Pakan

Metode pencampuran pakan adalah proses penggabungan bahan-bahan

pakan yang berbeda dalam proporsi yang tepat untuk menghasilkan ransum atau
pakan ternak yang seimbang dan berkualitas. Metode ini dilakukan untuk

memastikan bahwa ternak mendapatkan nutrisi yang diperlukan agar tumbuh dan

berkembang dengan baik. Pearson Square (PS) atau metode segi empat adalah

system pencampuran pakan dengan memakai metode matematika secara

sederhana. Sistem ini menerangkan dan menambahkan komposisi zat-zat makanan

yang dicampurkan. Kelemahan sistem ini adalah tidak dapat menyusun bahan dan

kebutuhan zat-zat makanan dalam jumlah banyak. Metode ini digunakan untuk

mengetahui perbandingan 2 buah/group bahan pakan untuk mendapatkan level zat

makanan yang telah dikehendaki dari campuran kedua bahan/group tersebut

(Nugraha, 2019).

Pencampuran pakan dilakukan dengan menggabungkan beberapa bahan

pakan seperti biji-bijian, tepung ikan, tepung tulang, limbah pertanian, vitamin,

mineral, dan aditif pakan lainnya. Tujuan utama pencampuran adalah untuk

menciptakan campuran pakan yang konsisten dalam kandungan nutrisi, agar

setiap hewan ternak yang memakan pakan tersebut mendapatkan asupan nutrisi

yang seimbang. Proses pencampuran pakan dapat dilakukan secara manual

menggunakan alat seperti ember atau keranjang, tetapi dalam skala produksi

besar, umumnya menggunakan mesin pencampur pakan otomatis. Mesin

pencampur ini dapat mencampur bahan-bahan pakan secara efisien dan merata,

sehingga memastikan konsistensi nutrisi dalam setiap bagian pakan yang

dihasilkan. Penyusunan ransum Metode trial and error merupakan metode paling

sederhana, yaitu dengan menghitung beberapa kombinasi pencampuran bahan

pakan secara manual, dengan coba-coba untuk mendapatkan kombinasi

pencampuran bahan pakan yang paling mendekati, cocok atau sesuai dengan
komposisi nutrisi pakan jadi yang diinginkan. Sesuai dengan namanya, proses

perhitungan untuk mendapatkan komposisi yang sesuai bisa berlangsung cepat

atau sebaliknya bisa berproses sangat lama (Putra, 2022).

2.3. Pengemasan Pakan

Proses pengolahan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

terhadap mutu pakan, disamping faktor lain, seperti bahan pakan, bahan

tambahan, peralatan pengolahan, serta perhitungan formulasi. Dalam proses

pengolahan bahan pakan ada salah satu tahapan yang penting dalam mendukung

penyimpanan pakan, yaitu tahapan pengemasan. Pengemasan (Packaging) Proses

pengemasan bertujuan untuk memudahkan pengangkutan hasil produk tidak cepat

mengalami penurunan (deterioration) (Dwinarto et al., 2018).

Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan pangan

hasil pertanian yang pada umumnya mudah rusak, karena dengan pengemasan

dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan yang disebabkan faktor

Iingkungan dan sifat alamiah produk. Kerusakan yang disebabkan faktor

Iingkungan, yaitu kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan, absorbsi

dan interaksi dengan oksigen, kehilangan dan penambahan cita rasa yang tidak

diinginkan, sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh sifat alamiah produk yang

dikemas, yaitu perubahan-perubahan fisik seperti pelunakan, pencoklatan,

pemecahan emulsi. Perubahan-perubahan biokimia dan kimia karena

mikroorganisme atau karena interaksi antara berbagai komponen dalam produk

tidak dapat sepenuhnya dicegah dengan pengemasan (Suradi 2015).

2.4. Teknologi Penyimpanan Pakan


Proses penyimpanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

menunda atau menahan suatu barang sebelum barang tersebut digunakan tanpa

merubah bentuk barang tersebut. Penyimpanan sangat berperan penting dalam

usaha peternakan, karena kegiatan ini dapat menjaga stabilitas penyediaan ransum

yang cukup dan aman untuk dikonsumsi ternak. Saat masa penyimpanan, bahan

pakan sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan gudang pakan. Gudang yang

lembap akan memungkinkan bertambahnya kandungan air dalam bahan pakan

karena uap air di udara akan terserap ke dalam bahan pakan, sehingga akan

menyebabkan pertumbuhan jamur semakin meningkat karena bertambah banyak

spora jamur dari udara yang terbawa masuk dan tingginya kandungan air bahan

pakan menjadi media tumbuhnya spora (Marbun et al., 2018).

Teknologi dalam industri pakan, haruslah mempertimbangkan

ketersediaan bahan baku pakan, kontinuitas ketersediaan bahan baku, jumlah

kebutuhan pakan untuk ternak, pangsa pasar, dan jarak pabrik pakan dengan

bahan baku, serta jarak pabrik pakan dengan konsumen. Keberhasilan

pembangunan peternakan memang tidak saja tergantung pada perkembangan

industri pakan, karena sesungguhnya terdapat beragam integrasi yang masih perlu

di satukan. Industri pakan ternak merupakan komponen terpenting dari sekian

banyak komponen penting lainnya dalam pengembangan subsektor peternakan

(Bidura 2017).

2.5. First-In First-Out (FIFO)

FIFO (First-In First-Out) atau pertama masuk pertama keluar yaitu

metode penyimpanan konsentrat ataupun ransum yang merupakan salah satu

bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan waktu yang bertujuan
untuk mempertahankan dan menjaga komoditi yang disimpan dengan cara

menghindari berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas

komoditi tersebut. FIFO (First-In First-Out) dalam menyusun ransum mengacu

pada prinsip bahwa pakan atau bahan pakan yang pertama kali masuk ke

persediaan harus digunakan atau diberikan kepada hewan terlebih dahulu sebelum

pakan yang lebih baru. Prinsip ini memastikan bahwa pakan tidak kedaluwarsa

atau menjadi tidak layak konsumsi karena tersimpan terlalu lama (Hariyani et al.,

2016).

System FIFO (First In First Out) yaitu pakan yang pertama masuk dalam

gudang maka digunakan yang pertama. Metode First-In First-Out (FIFO) dalam

menyimpan ransum adalah untuk mengatur urutan penggunaan dan penarikan

ransum dalam rangka menjaga kelangsungan stok makanan. Prinsip FIFO

memastikan bahwa ransum yang pertama kali masuk ke dalam stok juga yang

pertama kali digunakan atau dikeluarkan. tujuan metode FIFO dalam menyimpan

ransum adalah menjaga kualitas, mengatur rotasi stok, menghindari pemborosan,

dan memastikan keselamatan pangan yang optimal (Andriani et al., 2020).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pembuatan Ransum dilaksanakan pada hari Kamis 6 Juni 2023,

Pukul 10.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Unit Analisis

Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Pembuatan Ransum dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No Alat Kegunaan
1. Timbangan Untuk menimbang pakan
2. Terpal Untuk tempat pencampur ransum
3. Alat tulis Untuk alat untuk menulis hasi peraktikum
4. Baskom Untuk tempat menyimpan ransum
5. Kamera Untuk alat dokumentasi
6. Karung Untuk tempat pengemasan ransum

Bahan yang digunakan dalam praktikum Pembuatan Ransum dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan pada praktitukum Pembuatan Ransum


No Bahan Kegunaan
1. Dedak Sebagai bahan yang diamati
2. Jagung Sebagai bahan yang diamati
3. Tepung ikan Sebagai bahan yang diamati
4. CaCO3 Sebagai bahan yang diamati
5. Kosentrat Sebagai bahan yang diamati
3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Pembuatan Ransum

sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menghitung jumlah masing-masing bahan pakan

3. Menimbang bahan pakan

4. Mencampur bahan pakan

5. Melakukan penyimpanan

6. Amati hasil ransum serta mencatatnya

7. Melakukan dokumentasi

8. Membuat laporan
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum Pembuatan Ransum dapat dilihat pada

Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil pengamatan Pembuatan Ransum


No Jenis Bahan Pakan Kebutuhan (%) Pakan (kg)
1. Tepung ikan 30 1,5
2. Jagung 40 2,25
3. Dedak 22 1,1
4. Caco3 3 0,15
Total 100 % 5 kg

II.2. Pembahasan

Ransum adalah campuran berbagai bahan pakan yang diberikan kepada

hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi mereka. Ransum

pakan dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan makanan yang tepat

untuk setiap jenis ternak, seperti sapi, domba, kambing, ayam, ikan, dan lain

sebagainya. Komposisi ransum pakan dapat bervariasi tergantung pada jenis

ternak, usia, tujuan pemeliharaan, dan keadaan kesehatan hewan tersebut. Bahan-

bahan yang umum digunakan dalam ransum pakan merupakan sebagai sumber

energy, sumber protein, serat, vitamin dan mineral maupun aditif pakan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Herlina et al., (2015) bahwa Ransum merupakan

gabungan dari beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi

tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak

mengganggu kesehatan ternak. Ransum dinyatakan berkualitas baik apabila

mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah,

serta imbangan nutrisi tersebut bagi ternak. Sebagian dari porsi ransum ini disebut
zat pakan atau nutrisi. Nutrisi dilepaskan saat dicerna, kemudian diserap masuk ke

cairan dan jaringan tubuh. Secara garis besar, nutrisi dalam ransum ayam terdiri

dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air.

Bedasarkan hasil praktikum Pembuatan Ransum yang dilakukan

pencampuran ransum 4 bahan pakan sebanyak 5kg yaitu berupa dedak 22%,

jagung 40%, tepung ikan 30%, dan CaCO3 3% didapakkan berat masing-masing

bahan pakan yaitu dedak 1,1kg, jagung 2,25kg, tepung ikan 1,5kg, dan CaCO3

0,15%. Pencampuran ransum dilakuakan dari bahan pakan yang persentase atau

jumlahnya lebih sedikit yaitu CaCO3 dengan persentase 3% atau 0,15 kg,

kemudian konsentraat, tepung ikan, dedak dan yang terakhir jagung dengan

persentase 40% atau 2,25kg. Pencampuran di mulai dari bahan pakan yang

ukurannya kecil agar bahan pakan bisa terhomogenkan dengan baik. Hal ini sesuai

dengan pendapat Dilaga et al., (2022) bahwa pencampuran bahan baku sampai

merata menggunakan sekop (teknik pencampuran manual) dilakukan

pencampuran awal dari bahan-bahan yang jumlahnya sedikit, hal ini agar

memudahkan bahan pakan mudah tercampur atau homogen dengan rata.


V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Bedasarkan hasil praktikum Pembuatan Ransum yang dilakukan

pencampuran ransum 4 bahan pakan sebanyak 5kg yaitu berupa dedak 22%,

jagung 40, tepung ikan 30%, dan CaCO3 3% dilakukan dengan pencampuran

ransum dari bahan pakan yang persentase atau jumlahnya lebih kecil agar bahan

pakan bisa terhomogenkan dengan baik.

5.2. Saran

Saran dari praktikum Pembuatan Ransum yaitu:

1. Saran untuk laboratorium agar kiranya pada praktikum-praktikum selanjutnya

kita dapat menggunakan alat-alat serta ruangan yang nyaman ketika proses

praktikum.

2. Asisten diharapkan untuk lebih menjelaskan secara spesifik mengenai tata

cara penulisan laporan dan hal-hal apa saja yang harus dibahas dan untuk

praktikan, alatnya dapat dilengkapi lagi dan lebih mengatur waktu dalam

kegiatan laporan ini, bagi asisten lab tingkatkanlah pelayanan praktikum agar

lebih baik lagi, agar praktikan bisa melakukan praktikum dengan nyaman.

3. Saran untuk teman, agar kiranya lebih awal datang sebelum praktikum di

mulai agar pelaksanaan praktikum tidak tertunda.


DAFTAR PUSTAKA

Agustono B, Lamid M, Ma’ruf A, Purnama MTE. 2017. Identifikasi Limbah


Pertanian dan Perkebunan sebagai Bahan Pakan Inkonvensional Di
Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner. 1(1): 12-22.
Andriani M, Rahmasari R, Imam S, Ningsih N dan Dewi AC. 2020. Penyuluhan
Standar Produksi Ayam Petelur Jantan pada Kelompok Ternak Nawawi
Farm. Journal of Community Development, 1(1), 31–35.
Dwinarto B, Haryanti D dan Utomo S. 2018. Pengaruh jenis kemasan dan waktu
penyimpanan pada pakan broiler starter terhadap kadar air dan protein kasar.
Jurnal Konversi. 7(2) : 25-30.
Eriko1a, Jatmiko1, dan Nur, H. 2016. Pengaruh Penggantian Sebagian Ransum
Komersial Dengan Dedak Padi terhadap Performa Ayam Kampung. Jurnal
Peternakan Nusantara. 2(1): 27-33.
Hariyani, Eki P, Prasetiyono, Eko BWH. 2016. Manajemen Pengendalian Mutu
Pakan Konsentrat Sapi Potong di PT. Karya Anugerah Rumpin, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Undergraduate thesis, Fakultas
Peternakan dan Pertanian Undip.
Herlina B, Novita R dan Karyono T. 2015. Pengaruh jenis dan waktu pemberian
ransum terhadap performans pertumbuhan dan produksi ayam broiler.
Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 10(2): 1-7.
Nugraha L W. 2019. Pengembangan Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan
Bebek Petelur Menggunakan Metode Pearson Square (Ps). Thesis,
University of Technology Yogyakarta.
Putra B. 2022. Pelatihan Penyusunan Ransum Metode Trial And Error pada
Calon Peternak Milineal. Jurnal Pengabdian KITA. 5(1): 7-14.
Rusli, Hidayat MN, Rusny, Suarda A dan Syam J, Astati. 2019. Konsumsi
Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum Ayam Kampung
Super yang Diberikan Ransum mengandung Tepung Pistia stratiotes. JiiP
5(2): 66-76,
Suradi K. 2015. Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak dan Penentuan Waktu
Kadaluarsa. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai