Anda di halaman 1dari 29

lOMoARcPSD|23079589

CRITICAL BOOK REVIEW


MK. PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH PRODI S1 PGSD-
FIP

SKOR NILAI :

CRITICAL BOOK REVIEW “PENDIDIKAN

LUAR SEKOLAH”

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU


PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
lOMoARcPSD|23079589

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report
mata kuliah Keterampilan Penerapan Konsep Pendidikan Luar Sekolah. Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen yang membimbing mata kuliah
ini dan memberikan kesempatan untuk memaparkan hasil pemahaman penulis mengenai
isi suatu buku.

Sebagai manusia biasa tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan tugas ini sehingga tugas-tugas yang akan datang lebih baik lagi. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca.

Medan, 15 Agustus 2021

Ido Yoseptian Simbolon

ii
lOMoARcPSD|23079589

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................................................1
C. Manfaat CBR........................................................................................................................1
D. Identitas Buku......................................................................................................................2
BAB II RINGKASAN BUKU
BUKU UTAMA...........................................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
Kelebihan dan Kekurangan Buku.............................................................................................22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................... 24
B. Saran.............................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 25
lOMoARcPSD|23079589

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebuah buku sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Mengapa? Karena dari bukulah kita
bisa menambah pengetahuan kita selain dari pengalaman. Dalam proses belajar mengajar, buku adalah
instrumen utama yang harus ada. Oleh karena itu, sebelumnya kita harus mengetahui apakah buku yang
akan kita gunakan adalah termasuk layak atau tidak.
Buku yang baik berisi informasi lengkap dan jelas dan mudah di mengerti oleh pembaca. Namun
kenyataannya, tidak semua buku yang memenuhi kriteria tersebut. Masih ada buku yang bertele-tele dalam
menjelaskan macri yang menjadi pembahasan dalam buku. Ada pula buku yang terlalu banyak
menggunakan bahasa ilmiah yang kadang kurang dipahami dan diminati oleh pembaca.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kampus, seorang mahasiswa diharuskan untukmempunyai
referensi buku yang baik dan sesuai dengan materi yang dipelajari. Untuk itu,kita harus tahu buku apa yang
termasuk baik untuk menjadi referensi dan sesuai dengan materi pembelajaran sehingga proses perkuliahan
menjadi lancar. Dalam kegiatan CriticalBook Report, kita bisa mengetahui buku yang sudah di kritik beserta
kelebihan dankekurangannya.
Dan mengacu pada beberapa pemikiran tersebut, saya menggunakan buku dengan judul Konsep
Dasar. Sejarah, dan Asas Pendidikan Luar Sekolah dan buku pembanding dengan judul Manajemen
Pemberdayaan Pada Pendidikan Nonformal untuk menjadikannya sebagai bahan Critical Book Report saya
dan perbandingan dalam referensi buku untuk membantu jalannya proses pembelajaran.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pada pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan uraian singkat dan isi materi buku
2. Memberikan informasi beberapa kelebihan dan kekurangan isi buku
3. Memberikan kepada mahasiswa referensi buku untuk dipelajari
4. Menyampaikan pendapat serta argumen dan juga pemikiran
5. Memenuhi tugas kuliah

C. MANFAAT
Adapun manfaat dari pada pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa isi buku
2. Mengetahui apa saja kelebihan buku
3. Mengetahui apa saja kekurangan buku
4. Mengetahui perbandingan buku
5. Memudahkan pembaca dalam memahami isi buku
6. Menambah wawasan penulis

1
lOMoARcPSD|23079589

D. IDENTITAS BUKU

1. Buku Utama
1. Judul buku : Pendidikan Luar Sekolah
2. Pengarang : Syarbaini Saleh
Toni Nasution
Parida Harahap.
3. Penerbit : K-Media
4. Tahun terbit 2020
5. Kota terbit : Banguntapan,
Bantul,Yogyakarta 6. ISBN : 978-602-451-862-
2

1. Buku Pembanding
1. Judul buku : Pendidikan Luar Sekolah
2. Pengarang : Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I., M.Pd.I.Hadion
Wijoyo,
S.E.,S.H.,S.Sos.,S.Pd.,M.H.,M.M.,Ak.,CA.,QWP®
3. Penerbit : Nizamia Learning Center
4. Tahun terbit 2020
5. Kota terbit : Purwokerto Selatan, Kab. BanyumasJawa
Tengah 6. ISBN : 978-623-93873-7-2
lOMoARcPSD|23079589

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

Bab 1: DEFINISI PENDIDIKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

A. Definisi Pendidikan

Kata pendidikan berasal dari bahasa inggris yaitu Education, dimana dari bahasa latinnya yaitu
Eductum. Dengan artian kata “E” yaitu sebuah proses perkembangan dari dalam keluar kemudian kata
“Duco” dengan artian yang sedang berkembang. Jadi Pendidikan adalah proses kemampuan serta keahlian
diri yang terus berkembang terus menerus secara individual. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa
pengetahuan akan terus selalu ada dan tidak akan pernah hilang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pengertian pendidikan adalah sebuah proses ataupun tahapan dalam pengubahan sikap serta etika maupun
tata laku seseorang atau kelompok dalam orang dalam meningkatkan pola pikir manusia melalui pengajaran
dan pelatihan serta perbuatan yang mendidikDari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terencara dan terorganisir dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak bisa menjadi bisa serta memiliki pribadi akhlak mulia.

B. Tujuan Pendidikan Nasional

Menurut Undang-Undang No 2. (1985) adalah untuk meningkatkan pola pikir dalam hidup berbangsa
dan membentuk masyarakat yang seutuhnya, yaitu meningkatkan ketakwaan, memiliki ilmu pengetahuan,
memiliki jati diri yang tauladan, jati diri yang aktif, dan bertanggungjawab terhadap bangsa. Berdasarkan
MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk pancasilais sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.

Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen) 1) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan,
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.” 2) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.” Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, menerakan tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika serta norma, memiliki ilmu
pengetahuan, sfektif dan efisien, dalam menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut MPRS No. 2 Tahun 1960, tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang berjiwa Pancasila
sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.

3
lOMoARcPSD|23079589

Tujuan Pendidikan Menurut Unesco Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara
lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni:
(1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat
pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuantujuan IQ, EQ dan SQ. Untuk itu bahwa tujuan pendidikan
pada dasarnya merupakan wadah ataupun sarana yang mengembangkan kepribadian serta potensi diri dalam
meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan.

C. Jenis Pendidikan di Indonesia


Jenis pendidikan dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, 1) Pendidikan formal, 2) Pendidikan non
formal, dan 3) Pendidikan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang secara rutin djalani.
Kemudian Pendidikan melalui tahapan berjenjang seperti sekolah SD, SMP, SMA, Univeristas, dan
seterusnya. Pendidikan non formal adalah diluar pendidikan formal yang dapat dilakukan secara berjenjang.
Contohnya seperti Lembaga Bimbingan belajar, Sanggar, Kelompok bermain, dan sebagainya. Pendidikan
informal adalah pendidikan yang dapat dilakukan secara mandiri, bisa dari keluarga, lingkungan, sekolah,
dan lainlain. Contoh dari pendidikan ini adalah nilai adat-istiadat, sopan-santun, agama, etika, dan moral

Bab 2: KONSEP DAN RUANG LINGKUP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pendidikan luar sekolah merupakan salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul dalam studi
kependidikan pada akhir tahun tujuh puluhan. Istilah-istilah pendidikan yang berkembang di tingkat
internasional mulai saat itu adalah Pendidikan sepanjang hayat, (life long education), Pendidikan
pembaharuan (recurrent education), Pendidikan Abadi (permanent education), Pendidikan nonformal (non
formal education), pendidikan informal (informal education) Pendidikan masyarakat (community
education), Pendidikan perluasan (extension education), Pendidikan massa (mass education), Pendidikan
sosial (social education), Pendidikan orang dewasa (edult Pendidikan Luar Sekolah | 7education), dan
pendidikan berkelanjutan (continuing education).

Pendidikan luar sekolah sudah hadir di Indonesia sejak sebelum masa kemerdekaan, dalam arti bahwa
Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum
muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. hanya saja pengakuan yuridis baru didapatkan pada
tahun 1989 yaitu setelah adanya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

A. Definisi Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah (bahasa Inggris: Out of school education) adalah pendidikan yang dirancang
untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta
pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan). Pendidikan luar sekolah
merupakan bentuk dari perkembangan peyelenggaraan pendidikan secara luas, bahwa pendidikan tidak
hanya kegiatan yang terorganisir disekolah tetapi juga pendidikan di luar, karena pada hakikatnya
lOMoARcPSD|23079589

pendidikan yang sebenaranya kehidupan dan sekolah hanya bagian kecil yang dibatasi oleh jenjang umur
dan disiplin.

Menurut Komunikasi Pembaruan Nasional Pendidikan, Pendidikan luar sekolah adalah setiap
kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh
informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan
tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi
peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan
masyarakat dan negaranya.

Menurut PHILLIPS H. COMBS, pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang
terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu
kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.

Dari berbagai penjelasan di atas disimpulkan bahwa pendidikan luar sekolah merupakan program
pendidikan dan pengajaran sepanjang hayat yang bergerak di luar pendidikan formal dalam
mengembangkan bidang tertentu dan skill seseorang yang terencana dan terprogram dalam mencapai tujuan
pendidikan.

B. Tokoh Pendidikan Luar Sekolah

Berikut ialah tokoh-tokoh PLS yang ada diseluruh dunia:

1. Philip H. Coombs (1963)

Philip H. Coombs mengatakan, akibat pertambahan penduduk yang makin pesat untuk memperoleh
kesempatan pendidikan sehingga menyebabkan beban yang harus dipikul oleh pendidikan formal semakin
berat, sumber-sumber yang digunakan untuk pendidikan kurang memadai sehingga pendidikan formal
mengalami hambatan untuk merespon secara tepat terhadap pertumbuhan dan perkembangan masyarakat,
kelambatan sistem pendidikan formal untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di luar
pendidikan serta kelemahan masyarakat tersendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan pendidikan
formal sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para lulusan dengan lapangan kerja makin
bebas.

2. Ivan Illich (1972)

Ivan Illich (1972) mengatakan, sekolah memonopoli pendidikan dan lebih menitik beratkan produknya
berupa lulusan yang hanya didasarkan atas hasil penelitian dengan menggunakan angka-angka dan ijazah,
mengaburkan makna belajar dan mengajar, jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan serta pemilikan
ijazah dan kemampuan lulusan untuk berprestasi dan berinovasi, proses pendidikan dinominasi oleh guru
5
lOMoARcPSD|23079589

dan pada gilirannya merampas harga diri peserta didik yang akan mengakibatkan lemahnya ketahanan
pribadi peserta didik (kurangnya sikap kreatif dan kritis serta adanya rasa ketidakbebasan untuk
mengembangkan kemampuan diri sesuai dengan potensi yang mereka miliki) serta tumbuhnya
ketergantungan peserta didik kepada pihak lain yang dianggap lebih berkuasa.

3. Paulo Freire

Paulo Freire mengatakan, sepanjang adanya kelompok yang menekan dan kelompok yang merasa
tertekan dalam suatu masyarakat yang tidak mungkin bisa berkembang secara demokratis, kreatif dan
dinamis, ketidak berhasilan sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang memberi kemampuan
kepada peserta didik untuk berpikir kritis sehingga mereka dapat mengenali, menganalisis dan memecahkan
masalah yang timbul dalam dunia kehidupannya, situasi pembelajaran di sekolah pada umumnya tidak
mengembangkan dialog antara pendidik dan peserta didik, tidak saling belajar dan sekolah lebih
menekankan hubungan vertical antara guru dan dosen serta belajar mengajar di sekolah lebih didominasi
oleh guru yang cenderung berperan sebagai penekan (oppressor) sedangkan peserta didik cenderung berada
dalam situasi tertekan

4. Carl Rogers (1961)

Carl Rogers mengatakan, bahwa proses pembelajaran pendidikan nonformal berpusat pada guru.

5. Abraham H. Maslaw (1954)

Abraham H. Maslaw mengatakan, bahwa tarap kehidupan peserta didik akan terus meningkat apabila dalam
dirinya telah berkembang kemampuan untuk mengenali kenyataan diri melalui interaksi dengan lingkungan
melalui penggunaan cara-cara baru.

6. Jerome S. Bruner (1966)

Jerome S. Bruner mengatakan, adanya dorongan yang tumbuh dari dalam diri peserta didik, adanya
kebebasan peserta didik untuk memilih dan berbuat dalam kegiatan belajar, serta peserta didik tidak merasa
terikat oleh pengaruh ganjaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu dari guru.

7. B. F. Skinner (1968)

B. F. Skinner mengatakan, bahwa pada umumnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam
pendidikan tidak didasarkan atas perkembangan lingkungan, kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh
pendidik dan bukan oleh bahan dan cara belajar, serta peserta didik dan lulusan kurang tangkap terhadap
kenyataan dan masalah yang terdapat dalam lingkungannya.

8. Malcolm S. Knowles (1977)

Malcolm S. Knowles menggabungkan teori psikologi dan pendekatan sistem untuk mengembangkan proses
pembelajaran dan beranggapan bahwa, setiap peserta didik memiliki kebutuhan psikologi untuk
lOMoARcPSD|23079589

mengarahkan diri supaya diakui oleh masyarakat, kegiatan belajar yang tepat ialah kegiatan yang melibatkan
setiap peserta didik untuk alternatif jawaban terhadap pertanyaan atau masalah, peserta didik dapat
mengarahkan dirinya sendiri untuk menemukan dan melakukan kegiatan yang tepat dalam memenuhi
kebutuhan belajarnya.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Luar Sekolah


Ruang lingkup pendidikan luar sekolah menyangkut berbagai aspek kehidupan dari berbagai usia,
tempat dan kebutuhan. Ruang lingkup pelayanan pendidikan luar sekolah menjangkau keseluruhan kegiatan
pelayanan pendidikan di luar sekolah pelayanan diselenggarakan oleh pendidikan di luar persekolah.
Pendidikan luar sekolah tidak hanya dilakukan oleh pemerintah/ departemen, tapi juga dilaksanakan oleh
seluruh masyarakat yang mampu membimbing dan melaksanakannya. Ruang lingkup pendidikan luar
sekolah dapat ditinjau dari beberapa segi seperti: Pelayanan, pranata, dan Pelambangan Program.

D. Fungsi-Fungsi Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dalam kaitan dengan kegiatan pendidikan sekolah, kaitan
dengan dunia kerja dan kehidupan. Dalam kaitan dengan pendidikan sekolah, fungsi Pendidikan luar sekolah
adalah sebagai substitusi, komplemen, dan suplemen. Kaitannya dengan dunia kerja, Pendidikan luar
sekolah mempunyai fungsi sebagai kegiatan yang menjembatani seseorang masuk ke dunia kerja.
Sedangkan dalam kaitan dengan kehidupan, PLS berfungsi sebagai wahana untuk bertahan hidup dan
mengembangkan kehidupan seseorang

1. Fungsi PLS sebagai substitusi pendidikan sekolah

Substitusi atau pengganti mengandung arti bahwa PLS sepenuhnya menggantikan pendidikan sekolah
bagi peserta didik yang karena berbagai alasan tidak bisa menempuh pendidikan sekolah. Materi pelajaran
yang diberikan adalah sama dengan yang diberikan di pendidikan persekolahan. Contoh: pendidikan
kesetaraan yaitu Paket A setara SD untuk anak usia 7-17 tahun, Paket B setara SLTP bagi anak usia 13-15
tahun, dan Paket C setara SLTA bagi remaja usia SLTA. Setelah peserta didik menamatkan studinya dan
lulus ujian akhir, mereka memperoleh ijazah yang setara SD, SLTP dan SLTA.

2. Fungsi PLS sebagai komplemen pendidikan sekolah

Pendidikan luar sekolah sebagai komplemen adalah pendidikan yang materinya melengkapi apa yang
diperoleh di bangku sekolah. Ada beberapa alasan sehingga materi pendidikan persekolahan harus
dilengkapi pada PLS. Pertama, karena tidak semua hal yang dibutuhkan peserta didik dalam menempuh
perkembangan fisik dan psikisnya dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, jalur PLS
merupakan wahana paling tepat untuk mengisi kebutuhan mereka. Kedua, memang ada kegiatan-kegiatan
atau pengalaman belajar tertentu yang tidak biasa diajarkan di sekolah.

3. Fungsi PLS sebagai suplemen pendidikan sekolah

7
lOMoARcPSD|23079589

Pendidikan luar sekolah sebagai suplemen berarti kegiatan pendidikan yang materinya memberikan
tambahan terhadap materi yang dipelajari di sekolah. Sasaran populasi PLS sebagai suplemen adalah anak-
anak, remaja, pemuda atau orang dewasa, yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah tertentu (SD
sampai PT).

4. Fungsi PLS sebagai jembatan memasuki dunia kerja

Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai suplemen bagi lulusan pendidikan sekolah untuk memasuki
dunia kerja. Lepas kaitannya dengan pendidikan sekolah, PLS berfungsi sebagai jembatan bagi seseorang
memasuki dunia kerja. Apakah orang tersebut memiliki iazah pendidikan sekolah atau tidak. Seseorang yang
telah menyelesaikan pendidikan keaksaraannya di jalur PLS dan ia belum memiliki pekerjaan, dia
memerlukan jenis pendidikan luar sekolah yang bisa membawa ke dunia pekerjaan.

5. Fungsi PLS sebagai wahana ntuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan

Bertahan hidup (survival) harus melalui pembelajaran. Tidaklah mungkin seseorang bisa
mempertahankan hidupnya tanpa belajar mempertahankan hidup. Demikian pula untuk mengembangkan
mutu kehidupannya,seseorang harus melakukan proses pembelajaran. Belajar sepanjang hayat merupakan
wujud pertahanan hidup dan pengembangan kehidupan. Pendidikan luar sekolah merupakan bagian dari
sistem pendidikan dan belajar sepanjang hayat yang amat strategis untuk pengembangan kehidupan
seseorang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.

6. Sistem pendidikan luar sekolah (PLS)

Pendidikan Luar Sekolah adalah sub sistem pendidikan nasional, yaitu suatu sistem yang memiliki
tujuan jangka pendek dan tujuan khusus yakni memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang fungsional bagi
masa sekarang dan masa depan. Komponen atau sub sistem yang ada pada sistem PLS adalah masukan saran
(instrumen input), masukan mentah (raw input), masukan lingkungan (environmental input), proses
(process), keluaran (out put) dan masukan lain (other input) dan Pengaruh (impact).

7. Jenis Program Pendidikan Luar Sekolah

Dengan mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa
satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
lOMoARcPSD|23079589

Bab 3: ASAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengintegrasikan individu yang sedang mengalami

pertumbuhan ke dalam kolektivitas masyarakat. Sebagai usaha sadar pendidikan untuk menyiapkan

peserta didik melaui bibingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka mengisi peranan

tertentu di masyarakat pada masa yang akan datang.

Dalam pembukaan undang-undang dasar Republik

Indonesia tahun 1945 tercantum butir kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa maka dari

kaimat tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Dengan adanya pendidikan yang

maju dan budaya baca yang telah mengakar pada masyarakat maka akan muncul masyarakat

dan bangsa yang cerdas dalam kehidupannya.

A. Pengertian Asas
Menurut KBBI Asas adalah dasar, dasar cita-cita, hukum dasar. The Liang Gie menyatakan bahwa asas
merupakan suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa menyertakan cara-cara khusus
mengenai pelaksanaannya, yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat
bagi
perbuatan itu.
B. Asas Pendidikan Luar Sekolah

1. Asas Kebutuhan
Dilihat dari aspek psikologi Bradshaw mengklisifikasikan Kebutuhan menjadi 4, yaitu
kebutuhan normatif (normaitve need), Kebutuhan terasa (felt need), yang dinyatakan (Expressed
need), kebutuhan bandingan (Comparative need) kemudian Burton dan Merril menambahkan
kebutuhan antisipasi atau kebutuhan masa depan (anticipated or future need).
Kebutuhan terasa dianggap sama dengan keinginan atau kehendak, kebutuhan yang
dinyatakan merupakan kebutuhan yang dapat diketahui dari kelakuan atau perkataan yang
mengidentifikasikan kenginan mereka untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sedangkan
kebutuhan bandingan merupakan kebutuhan yang timbul apabila karakteristik suatu populasi yang
tidak menerima suatu layanan dalam keadaan yang hampir sama dengan karakterstik populasi yang
memperoleh layanan.
Urgensi kebutuhan terhadap pendidikan luar sekolah. Kebutuhan hidup manusia merupakan
kebutuhan yang berkaitan dengan upaya manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan
kehidupannya.
2. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat menegaskan bahwa waktu manusia untuk mengemban
pendidikan adalah sepanjang hidupnya yang bertujuan tidak hanya sekedar perubahan melainkan
pencapaian kepuasan setiap orang yang melakukannya.
Terdapat 3 ciri umum pendidikan luar sekolah berdasarkan pendidikan sepanjang hayat
yang diterapkan di dalamnya, yang pertama adalah memberikan kesempatan belajar kepada setiap orang
sesuai dengan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing, sedangan yang kedua adalah
9
lOMoARcPSD|23079589

melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, kemudian
yang ketiga adalah memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkadung dalam proses pendidikan.
Negara-negara anggota APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation) mengakui pentinganya
pendidikan sepanjang hayat.
3. Asas Relevansi dengan Pembangunan Masyarakat (Pedesaan)
4.
Kehadiran pendidikan luar sekolah didasarkan atas kebutuhan masyarakat dan muncul
karena tuntutan masyarakat, secara bersamaan program-program pendidikan luar sekolah berfungsi
menggarap pengembangan sumber daya manusia yang merupakan pelaku utama pembangunan.
Adapun klasifikasi masyarakat (dilihat dari faktor ekonomi, sosial budaya dan prasarana) yaitu
Pradesa; bentuk kelompok masyarakat yang belum menetap pada suatu wilayah yang disebut desa.
Pembangunan masyarakat merupakan gerakan yang mengandung arti usaha terencana dan
sistematis yang dilakukan oleh, untuk dan dalam masyarakat itu sendiri guna meningkatkan kualitas
kehidupan dalam berbagai aspek.
Pendidikan luar sekolah turut andil dalam menumbuh-kembangkan sikap, wawasan
pengetahuan serta skill fungsional masyarakat dalam menyambut, mengisi dan mengembangkan
masyarakat madani Indoesia melalui satuan pendidikan luar sekolah yang bersifat multi media,
multi teknik dan dapat dilakukan dilingkungan keluarga, kelompok belajar, lembaga maupun komunitas.
5. Asas Wawasan ke Masa Depan
Seperti yang dijelaskan dalam undangundang sistem pendidikan bahwa orientasi
pendidikan bangsa adalah masa depan atau lebih jelasnya pendidikan berperan dalam menyiapkan
peserta didik dengan berbagai macam metode seperti bimbingan, pengajaran ataupun latihan untuk
berperan dimasa depan.
Perkembangan pendidikan luar sekolah di Indonesia sedang dipengaruhi oleh perkembangan industri.
Sebagian besar sumber daya manusia di
Indonesia menggunakan waktu lebih singkat dalam belajar dibandingkan dengan negara-negara lain di
ASEAN begitu juga kesempatan mengikuti jenjang pendidikan masih sangat tertinggal dibandingkan
dengan negara lain sedangkan tingkat pendidikan tenaga kerja masih didomonasi oleh tamatan sekolah
dasar.
6. Fungsi pendidikan luar sekolah dalam sekolah, dunia kerja dan kehidupanFungsi-
Fungsi Fungsi-Fungsi Pendidikan Luar
Sekolah Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dalam kaitan dengan kegiatan pendidikan sekolah,
kaitan dengan dunia kerja dan kehidupan.Sedangkan dalam kaitan dengan kehidupan,
PLS berfungsi sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan seseorang.
a. Fungsi PLS sebagai substitusi pendidikan sekolah
Substitusi atau pengganti mengandung arti bahwa PLS sepenuhnya
menggantikan pendidikan sekolah bagi peserta didik yang karena berbagai alasan tidak bisa
menempuh pendidikan sekolah.
b. Fungsi PLS sebagai komplemen pendidikan sekolah
Pendidikan luar sekolah sebagai komplemen adalah pendidikan yang materinya
melengkapi apa yang diperoleh di bangu sekolah.
c. Fungsi PLS sebagai suplemen pendidikan sekolah
Pendidikan luar sekolah sebagai suplemen berarti kegiatan pendidikan yang
materinya memberikan tambahan terhadap materi yang dipelajari di sekolah.
d. Fungsi PLS sebagai jembatan memasuki dunia kerja
Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai suplemen bagi lulusan pendidikan
sekolah untuk memasuki dunia kerja.
lOMoARcPSD|23079589

Bab 4: PENDIDIKAN INFORMAL, FORMAL DAN NONFORMAL

1. Latar Belakamg Pendidikan Informal, Formal Dan Nonformal


Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Pada dasarnya pendidikan itu mengajarkan
setiap individu untuk berpikir dan bertindak mencerminkan dirinya sebagai individu penerus generasi
yang baik. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
13, pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Keluarga adalah salah satu pusat pendidikan yang memiliki peran penting untuk
membentuk karakter seseorang. Pendidikan nonformal merupakan mekanisme yang memberikan
peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran
seumur hidup. Pendidikan nonformal adalah setiap kesempatan terdapat komunikasi yang teratur dan
terarah diluar sekolah.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan Formal ini adalah lembaga
pendidikan yang kegiatannya dilaksanakan dengan sengaja, terencana, sistematis dalam rangka
membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya agar mampu menjalankan kehidupannya.
Masalah pendidikan dalam pendidikan sekolah, menyebabkan pendidikan non formal mengambil peran
untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam mengurangi masalah tersebut.

2. Hubungan Pendidikan Informal, Formal, dan Non Formal


a. Pendidikan Formal
Pasal 14 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan
formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai
dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi
yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang
dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

b. Pendidikan Non Formal


Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar sistem
persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih
luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan
belajarnya. Fungsi Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional.

c. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap
orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman
hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga,
hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media
massa. Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:

1) Pendidikan dimulai dari keluarga

2) Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasonal dimulai dari
lOMoARcPSD|23079589

keluarga

3) Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.

Bab 5: CIRI DAN KEGIATAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

1. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan kelurga dimana keluarga berfungsi sebagai sebuah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Menurut Ki Hajar Dewantara, “Keluarga adalah kumpulan individu
yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih, demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di
dalamnya. Pendidikan informal juga merupakan pendidikan pemula, sebelum melangkah kepada
pendidikan formal.
UU Sisdiknas, Bagian Keenam tantang Pendidikan Informal, Pasal 27 berbunyi bahwa:
1) Kegiatan pendidikan informal yang di lakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.
2) Hasil pendidikan sebagaimana di maksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana di maksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintahan.
Fungsi dan peran utama pendidikan informal yaitu untuk membentuk karakter dan kepribadian
seseorang. Lebih lengkapnya, fungsi dan peran pendidikan informal, diantaranya yaitu:
a. Membantu meningkatkan hasil belajar anak, baik pendidikan formal maupun non formal.
b. Mengontrol dan memotivasi anak agar lebih giat belajar.
c. Membantu pertumbuhan fisik dan mental anak, baik dari dalam keluarga maupun lingkungan.
d. Membentuk kepribadian anak dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan
perkembangan anak.
e. Memotivasi anak agar mampu mengembangkan potensi atau bakat yang dimilikinya.
f. Membantu anak lebih mandiri dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Dari penjelasan
tersebut bisa disimpulkan peran keluarga terutama orang tua, sangat besar terhadap pertumbuhan
seorang anak.

2. Pendidikan non formal


Pendidikan non formal bisa juga diartikan sebagai pendidikan kegiatan belajar mengajar yang
diadakan di luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk
mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi
keluarga, masyarakat, dan negara. Tujuan utama pendidikan di luar sekolah adalah untuk untuk
mengganti, menambah, dan melengkapi pendidikan formal. Secara umum, tujuan pendidikan non formal
diantaranya yaitu:

1) Untuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat dasar.


2) Untuk keperluan pendidikan lanjutan melengkapi pendidikan tingkat dasar dan pendidikan nilai-nilai
hidup.
Berikut ini manfaat dan peran pendidikan non formal diantaranya yaitu sebagai pelengkap
pendidikan sekolah, sebagai penambah pendidikan sekolah, sebagai pengganti pendidikan sekolah.
Berikut karakteristik atau ciri pendidikan non forma, diantaranya yaitu:
a) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan dipergunakan. Pendidikan non formal
13
lOMoARcPSD|23079589

menekankan pada belajar yang fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta
didik.
b) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan belajar mandiri, peserta didik adalah
pengambilan inisiatif dan mengkontrol kegiatan belajarnya.
c) Waktu penyelenggaraannya relative singkat, dan pada umumnya tidak berkesinambungan.
d) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat dimusyawarahkan secara
terbuka, dan banyak ditentukan oleh peserta didik.
e) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan pada belajar mandiri.
f) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah fasilitator bukan
menggurui.
g) Hubungan diantara kedua pihak bersifat informal dan akrab, peserta didik memandang fasilitator
sebagai narasumber dan bukan sebagai instruktur.
h) Penggunaan sumber-sumber local. Mengingat sumber- sumber untuk pendidikan sangat langka,
maka diusahakan sumber-sumber local digunakan seoptimal mungkin

Bab 6: Lembaga Pendidikan Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling
berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat, terdiri
dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga
menjadi masyarakat majemuk.

A. Tanggung jawab pemerintah (Masyarakat)


Pemerintah baik pusat dan daerah merupakan perwujudan masyarakat bangsa dan Negara. Pemerintah
mengemban kepercayaan masyarakat untuk mengelola keseluruhan segi kehidupan bangsa (dalam bidang
pendidikan). Tanggungjawab ini meliputi:

➢ Tanggungjawab kenegaraan dan kemasyarakatan yang wujudnya berupa motivasi untuk


melestarikan tegaknya kemerdekaan bangsa dan Negara. Tanggungjawab ini mencakup
pembinaan kesadaran nasional, berideologi nasional dan berkonstitusi.
➢ Tanggung jawab structural kelembagaan yakni sebagai wujud tata kelembagaan Negara dengan
masing-masing aspek tanggung jawabnya
Adapula pendapat yang menyatakan bahwa tanggungjawab pendidikan itu oleh lembaga-lembaga yang
meliputi:

1. Lembaga kekeluargaan

2. Lembaga sekolah

3. Lembaga masyarakat

4. Lembaga keagamaan

5. Lembaga kenegaraan (pemerintah)


lOMoARcPSD|23079589

B. Fungsi masyarakat

❖ Mengawasi jalannya nilai-nilai sosio-budaya bangsa,


Tanggung jawab yang dilakukan oleh pemimpin tidak resmi oleh masyarakat Indonesia adalah pendidikan
agama dalam masyarakat seperti ceramah agama, melalui kuliah subuh, dengan menggunakan berbagai
macam media, masjid, majelis taklim dan pengajian keluarga.

❖ Menyalurkan aspirasi Masyarakat


Keinginan masyarakat untuk hidup bahagia dan sejahtera serta aman sejak pemerintah orde baru, makin
besar. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain dengan menggalakkan transmigrasi, sistem
keamanan lingkungan, posyandu, program PKK, karang Taruna, dan sebagainya. Keberhasilan usaha ini
tidak terlepas dari peran serta pemimpin informal dalam masyarakat.

❖ Membantu dan meningkatkan kualitas keluarga


Banyak ilmu dan keterampilan yang diperoleh oleh kaum ibu dalam upaya meningkatkan kualitas dirinya
dan kualitas keluarganya, sebab yang dipelajari dalam kegiatan ini bukan hanya keterampilan rumah tangga
saja, tetapi juga kadangkala organisasi masyarakat keagamaan dan pembangunan masyarakat desa.

15
lOMoARcPSD|23079589

BAB III PEMBAHASAN

1. BAB I DEFINISI PENDIDIKAN

Buku utama menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu
mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Pendidikan juga merupakan proses
kemampuan serta keahlian diri yang terus berkembang terus menerus secara individual. Sedangkan tujuan
yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat utuh sebagai manusia individual dan sosial
serta hamba tuhan yang mengabdikan diri kepadanya. Berdasarkan pemikiran di atas banyak ahli filsafat
pendidikan memberikan arti “Pendidikan” sebagai suatu proses bukan suatu seni atau teknik.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pendidikan adalah sebuah proses
ataupun tahapan dalam pengubahan sikap serta etika maupun tata laku seseorang atau kelompok dalam
orang dalam meningkatkan pola pikir manusia melalui pengajaran dan pelatihan serta perbuatan yang
mendidik.

Kemudian menurut undang-undang

1. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
2. UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Sedangkan Menurut John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu
meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain
untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.

Buku pembanding berjudul pendidikan luar sekolah karya Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I., M.Pd.I
menyatakan bahwa Pendidikan adalah kegiatan untuk menjadikan manusia muda menjadi manusia yang
memiliki ilmu pengatuan menuju pendewasaan manusia. Pendidikan adalah satu proses membentuk
kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia. Pendidikan merupakan
proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akliah,
kebebasan dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akliah, persamaan dan
kemauan manusia. Pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan kehidupan yang
sempurna.

Maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara
terencara dan terorganisir dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa serta memiliki pribadi
akhlak mulia. Dan pada hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama
dari manusia sebagai makhluk berfikir.
lOMoARcPSD|23079589

2. BAB II DEFINISI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Di kutip dari buku utama menyatakan bahwa Pendidikan luar sekolah (bahasa Inggris: Out of school
education) adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis
keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal
(persekolahan). Pendidikan luar sekolah merupakan bentuk dari perkembangan peyelenggaraan pendidikan
secara luas, bahwa pendidikan tidak hanya kegiatan yang terorganisir disekolah tetapi juga pendidikan di
luar, karena pada hakikatnya pendidikan yang sebenaranya kehidupan dan sekolah hanya bagian kecil yang
dibatasi oleh jenjang umur dan disiplin. Pendidikan luar sekolah merupakan bentuk dari perkembangan
peyelenggaraan pendidikan secara luas, bahwa pendidikan tidak hanya kegiatan yang terorganisir disekolah
tetapi juga pendidikan diluar, karena pada hakikatnya pendidikan yang sebenaranya kehidupan dan sekolah
hanya bagian kecil yang dibatasi oleh jenjang umur dan disiplin.

Sedangkan Menurut Komunikasi Pembaruan Nasional Pendidikan, Pendidikan luar sekolah adalah
setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang
memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan
kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan
baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan
lingkungan masyarakat dan negaranya.

Kemudian Menurut PHILLIPS H. COMBS, pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan
yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari
suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.

Buku pembanding berjudul pendidikan luar sekolah karya Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I., M.Pd.I
menyatakan bahwaPendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang
teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun
bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.

Maka Dari berbagai penjelasan tersebut dapat di tadir kesimpulan bahwa pendidikan luar sekolah
merupakan program pendidikan dan pengajaran sepanjang hayat yang bergerak di luar pendidikan formal
dalam mengembangkan bidang tertentu
17
lOMoARcPSD|23079589

dan skill seseorang yang terencana dan terprogram dalam mencapai tujuan pendidikan.

3. BAB 3 ASAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Dari segi asas pendidikan luar sekolah buku utama menjelaskan bahwa ada 4 asas terpenting bagi
pendidikan luar sekolah yaitu:

1. Asas Kebutuhan

Dilihat dari aspek psikologi Bradshaw mengklisifikasikan Kebutuhan menjadi 4, yaitu kebutuhan
normatif (normaitve need), Kebutuhan terasa (felt need), yang dinyatakan (Expressed need), kebutuhan
bandingan (Comparative need) kemudian Burton dan Merril menambahkan kebutuhan antisipasi atau
kebutuhan masa depan (anticipated or future need). Kebutuhan normatif timbul apabila seseorang atau
sekelompok berada dibawah ukuran yang telah di tetapkan oleh lingkungan di sekitarnya. sedangkan
kebutuhan bandingan merupakan kebutuhan yang timbul apabila karakteristik suatu populasi yang tidak
menerima suatu layanan dalam keadaan yang hampir sama dengan karakterstik populasi yang memperoleh
layanan. Adapun kebutuhan antisipasi adalah kebutuhan yang diproyeksikan pada kepentingan masa depan.

Urgensi kebutuhan terhadap pendidikan luar sekolah. Yang pertama, kebutuhan merupakan bagian
penting dari kehidupan manusia. Kedua, keberhasilan seseorang manusia lebih banyak dipengaruhi
kemampuannya dalam dalam memenuhi kebutuhannya. Ketiga, manusia melakukan upaya berkelanjutan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keempat, didalam kebutuhan mengandung kebutuhan-kebutuhan lain
yang harus dipenuhi.

2. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat

Pendidikan sepanjang hayat menegaskan bahwa waktu manusia untuk mengemban pendidikan adalah
sepanjang hidupnya yang bertujuan tidak hanya sekedar perubahan melainkan pencapaian kepuasan setiap
orang yang melakukannya. Terdapat 3 ciri umum pendidikan luar sekolah berdasarkan pendidikan sepanjang
hayat yang diterapkan di dalamnya, yang pertama adalah memberikan kesempatan belajar kepada setiap
orang sesuai dengan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing, sedangan yang kedua adalah
melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, kemudian yang
ketiga adalah memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkadung dalam proses pendidikan. Perubahan sikap dan
perilaku mendewasa menurut pendidikan sepanjang hayat.

.3. Asas Relevansi dengan Pembangunan Masyarakat (Pedesaan)

Adapun klasifikasi masyarakat (dilihat dari faktor ekonomi, sosial budaya dan prasarana) yaitu Pradesa;
bentuk kelompok masyarakat yang belum menetap pada suatu wilayah yang disebut desa. Desa Swadaya;
desa yang bersifat tradisional dan masih terikat dengan adat istiadat. Dan desa Swakarya; setingkat lebih
maju dibanding desa swadaya, ditandai dengan adat istiadat yang mengalami masa transisi, cara berpikir
masyarakatnya mulai berubah, mata pencahariannya juga berkembang, begitu juga dengan produktivitas
lOMoARcPSD|23079589

desa. Pembangunan masyarakat merupakan gerakan yang mengandung arti usaha terencana dan sistematis
yang dilakukan oleh, untuk dan dalam masyarakat itu sendiri guna meningkatkan kualitas kehidupan dalam
berbagai aspek. Sedangakan sebagai sistem, pembangunan masyarakat merupakan salah satu sub sistem
pembangunan nasional. Pembangunan masyarakat dilaksanakan atas dasar prinsip keterpaduan,
berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri dan kaderisasi.

4. Asas Wawasan ke Masa Depan

Seperti yang dijelaskan dalam undangundang sistem pendidikan bahwa orientasi pendidikan bangsa
adalah masa depan atau lebih jelasnya pendidikan berperan dalam menyiapkan peserta didik dengan
berbagai macam metode seperti bimbingan, pengajaran ataupun latihan untuk berperan dimasa depan.
Dalam hal ini, pendidikan luar sekolah dirasa wajar untuk mengoptimalkan tugas pokok agar dapat
mengubah masyarakat khususnya dalam bidang pembangunan dengan membelajarkan peserta didik agar
mereka memiliki dan mengembangkan keterampilan untuk dapat mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan perubahan di masa depan serta untuk membudayakan dan melestarikan sumber daya alam..

Sedangkan pada buku pembanding berjudul pendidikan luar sekolah karya Dr (C). Irjus Indrawan,
S.Pd.I., M.Pd.I menjelaskan asas dasar pertama kegiatan PLS adalah Lifelong Learning (belajar sepanjang
hayat). Prinsip ini sebetulnya merupakan pokok pikiran yang sesuai dengan hakikat, realitas, dan ruang
lingkup pendidikan itu sendiri. Prinsip Lifelong Learning memang terlihat lebih berkenaan dengan segi
waktu, sedangkan prinsipEducation for All tampak lebih berkenaan dengan cakupan subyek layanan
pendidikan. Namun demikian, keduanya sebetulnya saling melengkapi dan bahkan Education for All lebih
menegaskan bahwa pendidikan sepanjang hayat itu berarti pendidikan untuk semua orang. Dengan demikian
Education for All merupakan prinsip yang berdampak lebih membumikan prinsip Lifelong Learning. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa keduanya merupakan prinsip PLS dan harus dipegang teguh dalam setiap
penyelenggaraan PLS.

Selain istilah Lifelong Learning ada juga istilah Lifelong Education. Perlu diketengahkan disini
bahwa Lifelong Education merupakan sebuah istilah yang mula-mula dikemukakan oleh Paul Lengrand
pada tahun 1972 dalam sidang Unesco. istilah ini menunjuk ke sebuah pengakuan bahwa pendidikan pada
hakikatnya berlangsung sepanjang hayat. Karena prinsip ini memang menunjukkan realitas yang sama sekali
tak dapat disanggah, maka akhirnya prinsip ini diakui oleh semua pendidik, baik kalangan pendidik di jalur
PLS sendiri maupun yang di jalur persekolahan (pendidikan formal). Dengan prinsip tersebut, maka
pendidikan tidak lagi dibatasi oleh waktu dan tempat, baik saat dan tempat terjadinya belajar itu sendiri
maupun kesempatan pihak pelaku belajar untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Dengan kata lain,
pendidikan bisa terjadi dalam 24 jam dan dilakukan pada usia berapapun dan di tempat manapun.

Maka dapa di tarik kesimpulan dari segi asas pendidikan luar sekolah bahwa semua asas adalah
penting dan benar. Asas-asas tersebut mendorong pendidik maupun peserta didik untuk dapat memajukan
usaha pendidikan luar sekolah tersebut. Melalui asas pendidikan luar sekolah baik pendidik maupun peserta

19
lOMoARcPSD|23079589

didik dapat lebih memahami dan peka terhadap kebutuhan, pendidikan, pembangunan masyarakat, dan
berwawasan ke masa depan.

4. BAB IV TUJUAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Dari segi tujuan pendidikan luar sekolah dalam buku utama di jelaskan Tujuan pendidikan luar
sekolah sebagaimana diuraikan dalam PP RI Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah BAB
II Tujuan Pasal 2 adalah: Menurut Santoso S. Hamijoyo (1973) menyatakan bahwa tujuan pendidikan di luar
sekolah adalah untuk membantu memecahkan masalah terlantarnya pendidikan, baik bagi mereka yang
belum pernah sekolah maupun yang gagal (drop out) maupun yang putus sekolah.

Sedangkan dalam buku pembanding berjudul pendidikan luar sekolah karya Dr (C). Irjus Indrawan,
S.Pd.I., M.Pd.I Tujuan utama pendidikan di luar sekolah adalah untuk untuk mengganti, menambah, dan
melengkapi pendidikan formal. Secara umum, tujuan pendidikan non formal diantaranya yaitu:

1. Untuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat dasar. Misalnya seperti pengetahuan tentang alam, pendidikan
keaksaraan, pengetahuan kesehatan dan gizi, pengetahuan umum dan kewarganegaraan, dan sebagainya.

2. Untuk keperluan pendidikan lanjutan melengkapi pendidikan tingkat dasar dan pendidikan nilai-nilai
hidup.

Maka dapat di simpulkan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah untuk membantu memecahkan
masalah terlantarnya pendidikan bagi mereka yang belum pernah sekolah maupun yang gagal sekolah.
Kemudian juga untuk memenuhi kebutuhan belajar mulai dari tingkat dasar maupun tingkat lanjutan.

5. BAB V FUNGSI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Dari segi fungsi pendidikan luar sekolah buku utama memaparkan 5 tujuan terpenting yaitu:
lOMoARcPSD|23079589

1. Fungsi PLS sebagai substitusi pendidikan. sekolah Substitusi atau pengganti mengandung arti bahwa PLS
sepenuhnya menggantikan pendidikan sekolah bagi peserta didik yang karena berbagai alasan tidak bisa
menempuh pendidikan sekolah. Materi pelajaran yang diberikan adalah sama dengan yang diberikan di
pendidikan persekolahan.

2. Fungsi PLS sebagai komplemen pendidikan. sekolah Pendidikan luar sekolah sebagai komplemen adalah
pendidikan yang materinya melengkapi apa yang diperoleh di bangku sekolah. Ada beberapa alasan
sehingga materi pendidikan persekolahan harus dilengkapi pada PLS. Pertama, karena tidak semua hal yang
dibutuhkan peserta didik dalam menempuh perkembangan fisik dan psikisnya dapat dituangkan dalam
kurikulum sekolah. Dengan demikian, jalur PLS merupakan wahana paling tepat untuk mengisi kebutuhan
mereka. Kedua, memang ada kegiatan-kegiatan atau pengalaman belajar tertentu yang tidak biasa diajarkan
di sekolah.

3. Fungsi PLS sebagai suplemen pendidikan. sekolah Pendidikan luar sekolah sebagai suplemen berarti
kegiatan pendidikan yang materinya memberikan tambahan terhadap materi yang dipelajari di sekolah.
Sasaran populasi PLS sebagai suplemen adalah anak-anak, remaja, pemuda atau orang dewasa, yang telah
menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah tertentu (SD sampai PT).

4. Fungsi PLS sebagai jembatan memasuki dunia kerja. Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai suplemen
bagi lulusan pendidikan sekolah untuk memasuki dunia kerja. Lepas kaitannya dengan pendidikan sekolah,
PLS berfungsi sebagai jembatan bagi seseorang memasuki dunia kerja. Apakah orang tersebut memiliki
iazah pendidikan sekolah atau tidak. Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keaksaraannya di jalur
PLS dan ia belum memiliki pekerjaan, dia memerlukan jenis pendidikan luar sekolah yang bisa membawa
ke dunia pekerjaan.

5. Fungsi PLS sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan. Bertahan hidup
(survival) harus melalui pembelajaran. Tidaklah mungkin seseorang bisa mempertahankan hidupnya tanpa
belajar mempertahankan hidup. Belajar sepanjang hayat merupakan wujud pertahanan hidup dan
pengembangan kehidupan. Pendidikan luar sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan dan belajar
sepanjang hayat yang amat strategis untuk pengembangan kehidupan seseorang.

Sedangkan pada buku pembanding berjudul pendidikan luar sekolah karya Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I.,
M.Pd.I juga menjelaskan hal yang demikian yaitu :

1. Fungsi PLS sebagai substitusi pendidikan.


2. Fungsi PLS sebagai komplemen pendidikan.

4. Fungsi PLS sebagai jembatan memasuki dunia kerja.

5. Fungsi PLS sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan.

Maka dapat di tarik kesimpulan dari segi fungsi Pendidikan Luar Sekolah sebagai salah satu jalur
pendidikan yang ada di Indonesia memiliki berbagai fungsi yang sangat penting dalam pencapaian tujuan
21
lOMoARcPSD|23079589

pendidikan Indonesia. Pendidikan Luar Sekolah mampu menutupi keterbatasan yang ada dalam pada jalur
peneididkan formal dan jalur pendidikan nonformal. Dalam pendidikan Luar sekolah proses pendidikan
dapat berlangsung dalam waktu yang panjang atau yang lebih dikenal juga pendidikan sepanjang hayat.

6. BAB VI PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Dari segi program pendidikan luar sekolah dalam buku utama menyatakan Dengan mengacu pada UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan nonformal
terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis
taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

a. Kursus

b. Pelatihan

c. Kelompok Belajar

d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

f. Satuan Pendidikan yang Sejenis

g. Pendidikan Kecakapan Hidup

h. Pendidikan Anak Usia Dini

i. Pendidikan Kepemudaan

j. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan

k. Pendidikan Keaksaraan

l. Pendidikan Keterampilan

m. Pendidikan Kesetaraan

Sedangkan dalam buku pembandingberjudul pendidikan luar sekolah karya Dr (C). Irjus Indrawan,
S.Pd.I., M.Pd.I di jelaskan program pendidikn luar sekolah Menurut Anshori (2010: 18-20), bentuk-bentuk
pelaksanaan PLS yang utama antara lain: (a) belajar kelompok; (b) magang; (c) latihan-latihan ketrampilan;
(d) lain-lain. Berikut ini penjelasan mengenai bentuk-bentuk PLS tersebut:

1. Belajar kelompok

Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling
ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan peranannya.

2. Magang
lOMoARcPSD|23079589

Menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Lembang Bandung dalam Anshori, (2010:19) magng adalah
proses belajar dimana seseorang memperoleh dan menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri
dalam proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam bidangnya.

3. Latihan keterampilan

Latihan keterampilan bertujuan untuk mengembangkan mental, keuletan, disiplin dan lain-lain yang
kesemuanya itu harus diperaktekkan secara kongkret di dalam kehidupan masyarakat.

Maka dapat dibuat kesimpulan bahwa program pendidikan luar sekolah berguna untuk peserta didik
sebagai pengarahan atau penambahan wawasan maupun interaksi satu sama lain di dalam terlaksananya
kegiatan-kegiatan program pendidikan luar sekolah tersebut.

7. BAB VII CIRI DAN KEGIATAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pada buku utama yang berjudul pendidikan luar sekolah karya Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I.,
M.Pd.I yang diterbitkan oleh CV. Pena Persada pada tahun 2020 di kota Purwokerto Selatan, Kab.
Banyumas Jawa Tengah yang menjelaskan bahwa pendidikan informal ialah pendidikan kelurga dimana
keluarga berfungsi sebagai sebuah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Fungsi dan peran
utama pendidikan informal yaitu untuk membentuk karakter dan kepribadian seseorang serta fungsi dan
peran pendidikan informal, diantaranya yaitu membantu meningkatkan hasil belajar anak, baik
pendidikan formal maupun non formal, mengontrol dan memotivasi anak agar lebih giat belajar,
membantu pertumbuhan fisik dan mental anak, baik dari dalam keluarga maupun lingkungan,
membentuk kepribadian anak dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan
perkembangan anak, memotivasi anak agar mampu mengembangkan potensi atau bakat yang
dimilikinya, membantu anak lebih mandiri dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sedangkan, Pendidikan non formal bisa juga diartikan sebagai pendidikan kegiatan belajar mengajar
yang diadakan di luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk
mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi
keluarga, masyarakat, dan negara. Tujuan utama pendidikan di luar sekolah adalah untuk untuk
mengganti, menambah, dan melengkapi pendidikan formal. Berikut karakteristik atau ciri pendidikan
non formal, diantaranya yaitu bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan
dipergunakan. Pendidikan non formal menekankan pada belajar yang fungsional yang sesuai dengan
kebutuhan dalam kehidupan peserta didik, berpusat pada peserta didik.

Pada buku pembanding yang berjudul pendidikan luar sekolah karya Syarbaini Saleh, S.Sos,. M.Si
yang diterbitkan oleh K-Media pada tahun 2020 di kota Yogyakarta yang membahas bahwa pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Ciri ciri atau karakteristik pendidikan

23
lOMoARcPSD|23079589

informal, diantaranya yaitu: Kegiatan belajar terbentuk secara mandiri. Tidak terikat dengan waktu dan
tempat. Ciri-ciri pendidikan informal yaitu: kegiatan belajar terbentuk secara mandiri, tidak terikat
dengan waktu dan tempat, proses belajar berlangsung tanpa ada pendidik dan peserta didik, namun
antara orangtua dengan anak atauantara kakak dengan adik, tidak mengenal persyaratan usia, tidak
terdapat persyaratan khusus yang harus dilengkapi, peserta didik tidak perlu mengikuti ujian tertentu,
proses pendidikan dilakukan oleh keluarga dan lingkungan, tidak ada kurikulum tertentu yang harus
dijalankan, tidak ada jenjang dalam proses pendidikannya, proses pendidikan dilakukan secara terus
menerus tanpa mengenal ruang dan waktu, orang tua adalah guru bagi anak didik, tidak terdapat
manajemen yang jelas dalam proses pembelajaran, tidak menggunakan metode yang komplikatif yang
sulit di mengerti atau sulit dilaksanakan, bahan pembelajaran cukup sederhana., tidak terorganisasi
secara structural tidak ada penjenjangan kronologis, dan tidak mengenal adanya kredensials. Sedangkan
pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Ciri- ciri pendidikan non formal yaitu kegiatan belajar terbentuk secara
mandiri, tidak terikat dengan waktu dan tempat, proses belajar berlangsung tanpa ada pendidik dan
peserta didik, namun antara orangtua dengan anak atau.antara kakak dengan adik, tidak mengenal
persyaratan usia.

Jadi dapat simpulkan mengenai ciri krakteristik pendidikan luar sekolah dari buku utama dan buku
pembanding dapat disimpulkan bahwa pendidikan informal ialah pendidikan kelurga dimana keluarga
berfungsi sebagai sebuah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Fungsi dan peran utama
pendidikan informal yaitu untuk membentuk karakter dan kepribadian seseorang serta fungsi dan peran
pendidikan informal, diantaranya yaitu membantu meningkatkan hasil belajar anak, baik pendidikan
formal maupun non formal, mengontrol dan memotivasi anak agar lebih giat belajar, membantu
pertumbuhan fisik dan mental anak, baik dari dalam keluarga maupun lingkungan, membentuk
kepribadian anak dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan perkembangan
anak, memotivasi anak agar mampu mengembangkan potensi atau bakat yang dimilikinya, membantu
anak lebih mandiri dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Ciri-ciri pendidikan informal
yaitu: kegiatan belajar terbentuk secara mandiri, tidak terikat dengan waktu dan tempat, proses belajar
berlangsung tanpa ada pendidik dan peserta didik, namun antara orangtua dengan anak atauantara kakak
dengan adik, tidak mengenal persyaratan usia, tidak terdapat persyaratan khusus yang harus dilengkapi,
peserta didik tidak perlu mengikuti ujian tertentu, proses pendidikan dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan, tidak ada kurikulum tertentu yang harus dijalankan, tidak ada jenjang dalam proses
pendidikannya, proses pendidikan dilakukan secara terus menerus tanpa mengenal ruang dan waktu,
orang tua adalah guru bagi anak didik, tidak terdapat manajemen yang jelas dalam proses pembelajaran,
tidak menggunakan metode yang komplikatif yang sulit di mengerti atau sulit dilaksanakan, bahan
pembelajaran cukup sederhana., tidak terorganisasi secara structural tidak ada penjenjangan kronologis,
lOMoARcPSD|23079589

dan tidak mengenal adanya kredensials. Sedangkan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Ciri- ciri pendidikan
non formal yaitu kegiatan belajar terbentuk secara mandiri, tidak terikat dengan waktu dan tempat,
proses belajar berlangsung tanpa ada pendidik dan peserta didik, namun antara orangtua dengan anak
atau.antara kakak dengan adik, tidak mengenal persyaratan usia.

8. BAB VIII FUNGSI LEMBAGA MASYARAKAT

Pada buku utama dijelaskan fungsi masyarakat dalam lembaga pendidikan masyarakat yaitu mengawasi
jalannya nilai-nilai sosio-budaya bangsa, menyalurkan aspirasi masyarakat, membantu dan meningkatkan
kualitas keluarga

Sedangkan dalam buku pembanding fungsi lembaga pendidikan masyarakat yaitu sebagai tempat
pusaran berbagai potensi yang ada dan berkembang dalam masyarakat, sebagai sumber informasi yang
handal bagi masyarakat yang membutuhkan keterampilan fungsional, dan sebagai tempat tukar menukar
berbagai pengetahuan dan keterampilan fungsional diantara masyarakat.

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuannya sebenarnya semua benar ,tetapi sudut pandangnya
sedikit berbeda . Dimana buku utama lebih menekankan kearah fungsi yang dilakukan antar lembaga
masyarakatnya sedangkan buku pembanding menekankan fungsi antar masyarakat.

25
lOMoARcPSD|23079589

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa Critical Book merupakan
kegiatan untuk mengkritisi buku, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku, baik dalam sistematika
penulisan, penggunaan bahasa, isi materi dan tampilan buku Hal tersebut dilakukan agar buku yang di kritik
dapat direvisi agar menjadi buku yang lebih baik.

Berdasarkan penjelasan penulis sesuai kekurangan dan kelebihan buku, maka penulis menyimpulkan
bahwasanya buku ini sudah cukup mampu untuk dijadikan bahan ajaran di kampus atau di perkuliahan atau
bahkan sekedar panduan bagi guru sebagai pegangan untuk melaksanakan proses pembelajaran di dalam
kelas. Selain itu, dari penjelasan yang menyenangkan dan baik dapat mempermudah pembaca memahami
dan mencontoh apa yang dibuat penulis untuk dapat benar-benar mengimplementasikannya dalam kegiatan
proses belajar mengajar.

B. SARAN

Selain itu, terdapat pula beberapa saran dari penulis untuk penulis buku yang dikritik. Yaitu agar untuk
kedepannya lebih memperbaiki sisi yang dirasa kurang sempurna baik dari segi penulisan maupun segi
pembahasan. Saran pula bagi guru agar lebih bisa menggunakan buku ini sebagai pedoman dan referensi
dalam pembuatan media pembelajaran agar lebih menarik untuk menunjang keberhasilan proses
pembelajaran.
lOMoARcPSD|23079589

DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Syarbaini. 2020. Pendidikan Luar Sekolah. K-media, yogyakarta

Indrawan, Irjus. 2020. Pendidikan Luar Sekolah. CV. Pena Persada, banyumas jawa
tengah

Anda mungkin juga menyukai