Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


“SISTEM KARDIOVASKULAR”

OLEH :
TRANSFER A 2022

ASISTEN : ISMI KURNIASARI

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK


PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri atas
sejumlah sistem yang bekerja dan saling bergantung. Setiap sistem saling
berhubungan. Jika salah satu sistem terganggu, sistem yang lainnya juga
akan terganggu. Dengan demikian, dapat menurunkan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara normal. Sistem tubuh bekerja secara terintegrasi
memastikan kemampuan kelangsungan hidup individu. Oleh karena itu,
struktur dan fungsi tubuh manusia sangat kompleks (Ross dan Wilson,
2012).
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh dan
hubungan fisik dari sistem tubuh yang terlibat. Fisiologi adalah ilmu yang
mempelajari mengenai bagaimana sistem tubuh bekerja dan cara sistem
tubuh bekerja sama mempertahankan kehidupan dan kesehatan individu.
Anatomi Fisiologi memiliki arti ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh tersebut
bekerja (Ross dan Wilson, 2012).
Salah satu bagian anatomi dan fisiologi dalam tubuh manusia
adalah sistem kardiovaskular. Dimana sistem kardiovaskular merupakan
kumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi transportasi
dalam tubuh manusia. Sistem kardiovaskular bertanggung jawab untuk
mentransportasikan darah yang mengandung nutrisi, bahan sisa
metabolisme, hormon, zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke seluruh tubuh.
Sistem ini memiliki fungsi utama yaitu untuk mentransportasikan darah
dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh tubuh. Sistem kardiovaskular
terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah (Adiarta Putu, 2016).
Jantung adalah organ otot yang berongga, berukuran kepalan
tangan, terletak di bagian tengah rongga thoraks dan merupakan organ
yang paling vital karena jantung berperan sebagai pusat peredaran darah.
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
pembuluh limfa yang berperan dalam memompa darah atau mengedarkan
darah ke seluruh tubuh (Syaifuddin, 2015).
Sistem peredaran darah berfungsi untuk mengangkut darah dari
jantung ke seluruh bagian tubuh dan mengangkut kembali bagian darah
yang sudah dipakai kembali ke jantung, fungsi ini disebut sirkulasi darah.
Pembuluh darah merupakan jalan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung, sedangkan darah adalah alat transportasi yang
berfungsi mengangkut zat-zat yang diperlukan tubuh (Syaifuddin, 2015)
I.2 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah mampu mengukur
tekanan darah dan denyut jantung pada tiga perlakuan yang berbeda yaitu
minum kopi, latihan berat (lari), dan latihan ringan (baring, duduk, berdiri).
I.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1) Untuk mengetahui cara mengukur denyut jantung dengan berbagai
metode menggunakan sfigmomanometer.
2) Untuk mengetahui perbandingan 3 perlakuan aktivitas yang berbeda
yaitu minum kopi,latihan berat (lari), dan latihan ringan (baring, duduk,
berdiri) terhadap tekanan darah.
I.4 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah mengukur tekanan darah
dan kecepatan denyut jantung menggunakan alat stetoskop dan
sfigmomanometer pada probandus dengan melakukan 3 aktivitas berbeda
yaitu minum kopi, latihan berat (lari), dan latihan ringan (baring, duduk,
berdiri) lalu diukur tekanan darah probandus sebelum melakukan aktivitas
atau pada menit awal, menit ke 5, menit ke 10 dan menit ke 15.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler adalah sistem yang menjelaskan tentang
sirkulasi yang terjadi pada tubuh manusia, sirkulasi yang baik dapat di
lihat dari komponen di dalamnya dalam kondisi yang baik besar jantung
pada orang dewasa 250 - 360 gram letak jantung berada di rongga mediastinum
medialis sebelah kiri, di belakang sternum, di depan dari tulang belakang
dan di atas diafragma serta dikelilingi oleh paru kanan dan kiri (Yudha,
2017).
Fungsi sistem kardiovaskuler adalah memberikan dan mengalirkan
suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang
diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan
organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup
sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat
(Nurachmah, 2012). Secara dari struktur jantung terdiri dari garis yang
biasa di sebut otot lurik, pola ultra strukturnya juga mirip dengan otot lurik,
sehingga apabila di lihat secara mikroskopik terlihat jelas terdapat sel
bercabang berhubungan bebas dan membentuk jaringan kompleks 3
dimensi (Patricia, 2013).
Sistem kardiovaskular memulai aktivitasnya ketika janin baru
berusia empat minggu dan merupakan sistem terakhir yang aktivitasnya
berhenti ketika kehidupan seseorang berakhir. Jantung dibentuk oleh
organ-organ muskular, apek, dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta
ventrikel kanan dan kiri. Jantung terletak di rongga dada, dibawah
perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum (Kowlak, 2014).
Jantung, arteri, vena, dan sistem limfatik membentuk jaringan
kardiovaskular yang bekerja sebagai sistem transportasi dalam tubuh,
yaitu dengan memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa darah, otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Sistem ini
membawa oksigen serta nutrient yang mendukung kehidupan ke dalam
sel, mengeluarkan produk limbah metabolik, dan membawa hormon dari
bagian tubuh yang satu kebagian tubuh lain (Kowlak, 2014).
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem tertutup artinya darah
yang ditransportasikan akan berada di dalam jantung dan pembuluh darah
tidak dialirkan ke luar pembuluh darah. Berdasarkan arah aliran darah
maka pembuluh darah dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah
pembuluh darah yang meninggalkan jantung (arteri) dan pembuluh darah
yang menuju jantung (vena). Berdasarkan ukuran penampangnya
(diameter) maka pembuluh darah (arteri dan vena) dapat dikelompokkan
menjadi pembuluh darah besar, sedang, dan kecil. Contoh pembuluh
arteri besar adalah aorta, a. iliaca commonis; pembuluh arteri sedang
adalah a. tibialis, a. radialis; sedangkan contoh vena besar adalah vena
kava superior dan vena kava inferior. Diantara pembuluh darah arteri kecil
(arteriole) dan vena kecil (venule) akan terdapat saluran kecil yang disebut
pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler ini menghubungkan bagian pembuluh
darah arteri dan vena. Pembuluh kapiler ini memiliki struktur histologis
tertentu (Kowlak, 2014).
II.1.2 Jantung
A. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung adalah organ berongga dan berotot seukuran kepalan
tangan. Organ ini terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah
antara sternum (tulang dada) di sebelah anterior dan vertebra (tulang
belakang) di posterior. Jantung berfungsi sebagai pompa yang memberi
tekanan pada darah untuk menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan
untuk mengalirkan darah ke jaringan. Seperti semua cairan, darah
mengalir menuruni gradien tekanan dari daerah dengan tekanan tinggi ke
daerah dengan tekanan rendah (Sherwood, 2012).
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
yang biasa disebut dengan basis kordis, letak jantung didalam rongga
dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah
dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat
dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari dipapila mamae. Pada
tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis.
Ukurannya lebih kurang sebesar kepalan tangan kanan dan beratnya 250-
300 gram (Syarifudin, 2016)
Sel otot jantung memiliki karakteristik yang tidak biasa, yang
sebagian besarnya dimiliki oleh membrane sel atau sarkolema, untuk
memompa secara efektif, otot jantung harus berkontraksi sebagai unit
tunggal agar otot jantung berkontraksi secara stimulant, jantung
berkontraksi tanpa menggunakan jaringan saraf yang banyak, sehingga
apabila terdapat kontraksi maka impuls akan dihantarkan dari sel ke sel
melalui diskus interkalaris. Pada setiap sel miokardium, membrane sel
miokardium di dekatnya terlipat rumit dan area di sekitarnya tersambung
kuat, area ini disebut distus interkalaris tempat depolarisasi di hantarkan
secara sangat cepat dari sel ke sel berikutnya (Patricia, 2013).

Gambar 1. Struktur Jantung (Tortora, 2014)


II.2.1 Lapisan Jantung
Jantung dilapisi oleh selaput yang kuat, dan dikelilingi oleh rongga
perikardium yang terdiri oleh 2 lapisan perikardium yang diantaranya
perikardium viseralis (epikardium) dan lapisan paritalis, bagian luar
perikardium terdapat pembuluh darah besar dan diletakkan oleh ligamen
pada kolumna vertebralis, diafragma, dan bagian-bagian jaringan lain di
dalam rongga mediastinum (Yudha, 2017).
Menurut Aaronson (2020), Jantung memiliki tiga lapisan dan
masing-masing lapisan memiliki fungsi yang berbeda, diantaranya yaitu:
1. Perikardium, merupakan selaput-selaput yang mengitari jantung yang
terdiri atas dua lapisan, yaitu:
a. Perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang dada
dan selaput paru).
b. Perikardium visceralis (lapisan permukaan dari jantung yang
disebut epikardium).
c. Diantara kedua lapisan diatas, terdapat 50 cc cairan perikardium
yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadinya gesekan
antara perikardium dan epikardium yang timbul akibat gerak
jantung saat memompa
2. Miokardium, merupakan lapisan tengah (lapisan inti) dari jantung dan
paling tebal serta terdiri dari otot-otot jantung. Fungsinya ialah kontraksi
jantung.
3. Endokardium, merupakan lapisan terluar yang terdiri dari jaringan
endotel.
II.2.2 Siklus Jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung
selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi
(sistolik) dan relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus
jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut
sistolik atrial dan relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi
ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi
kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih
kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong
darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik.
Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama
tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika
tekanannya lebih rendah (Syaifuddin, 2016).
1. Daya Pompa Jantung
Selama individu masih hidup pada umumnya jantung akan
memompa darah sekitar 4,7 liter (0,25 galon) darah tiap menitnya, 284
liter (75 galon) tiap jamnya dan 57 barel setiap hari serta 1,5 juta barel
sepanjang hidupnya (Joyce M Black, 2014).
2. Katup-katup Jantung
Jantung memiliki beberapa katup–katup yang sangat penting dalam
susunan peredaran darah dan pergerakan jantung, yaitu :
a. Valvula Trikuspidalis, terdapat diantara atrium dekstra dengan
ventrikel dekstra yang terdiri dari 3 katup.
b. Valvula Bikuspidalis, terletak diantara atrium sinistra dengan
ventrikel sinistra yang terdiri dari 2 katup.
c. Valvula Semilunaris Arteri Pulmonalis, terletak antara ventrikel
dekstra dengan arteri pulmonalis , tempat darah mengalir keparu –
paru.
d. Valvula Semilunaris Aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan
aorta tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh (Syaifuddin,
2016).
II.2.3 Fisiologi Jantung
Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru-paru dan seluruh
tubuh untuk memberikan sari-sari makanan dan O2 hingga terjadi
metabolisme. Pembuluh arteri dan vena berfungsi sebagai pipa yaitu
bertugas menyalurkan darah dari jantung ke seluruh jaringan tubuh,
perbedaan mendasar pada arteri dan vena terdapat pada susunan
histologi anatomi yang menunjang fungsinya masing–masing (Yudha,
2017). Menurut Lily (2014), Pemisahan ini sangat penting karena separuh
jantung kanan menerima dan juga memompa darah yang mengandung
oksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk
memompa darah yang mengandung oksigen tinggi. Jantung terdiri dari
beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing
dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan dan
atrium kiri, serta ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Berikut fungsi dari
bagian- bagian jantung, yaitu :
1. Atrium
a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah
yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir
melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus
koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah
dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium
kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava
superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava
(kaki dan dada lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls
yang menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi
dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup trikuspid
yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka
untuk membiarkan darah de-oksigen dikumpulkan di atrium kanan
mengalir ke ventrikel kanan.
b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke
ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium
kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-
paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan
melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri.
2. Ventrikel
a. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan
menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup
paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi
ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak.
Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan
katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah
dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru
memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-
paru.
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang
mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati
katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah
ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri,
menutup katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup
mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan
pembukaan katup aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta
dan mengalir ke seluruh tubuh.
3. Siklus Jantung dan Sistem Peredaran Darah Jantung
Siklus jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu
sendiri. Jantung ketika bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk
mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi
darah kembali. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian
jantung) (Asikin, 2016).
Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah.
Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke
seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau
tahapan relaksasi dari otot jantung. Peredaran jantung itu terdiri dari
peredaran darah besar dan juga peredaran darah kecil. Darah yang
kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan
melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk
ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan
ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut
mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang
memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian,
sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru.
Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar
sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis (Jongseok
Lee, H., 2017).
II.2.4 Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energi kimia
untuk berkontraksi, energi terutama berasal dari metabolisme asam lemak
dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi terutama laktat
dan glukosa. Proses metabolisme jantung adalah aerobic yang
membutuhkan oksigen (Notoatmodjo, S., 2020).
II.1.3 Pembuluh Darah
Pembuluh darah merupakan salah satu komponen penting pada
sistem sirkulasi tubuh manusia dan terdapat hampir di seluruh bagian
tubuh. Pembuluh darah berbentuk seperti tabung berongga yang memiliki
fungsinya masing-masing. Pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena,
serta pembuluh darah kapiler merupakan jenis-jenis pembuluh darah pada
manusia (Gruzensky. W., 2016).
a. Pembuluh Darah Arteri
Darah arteri membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri
pulmonalis. Mempunyai dinding yang tebal. Mempunyai jaringan yang
elastis. Katup hanya pada permulaan keluar dari jantung. Menunjukkan
adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung. Pembuluh darah
arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari ventrikel sinistra) dan
arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel dekstra). Cabang dari arteri
disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler. (Ganong William F.,
2013).
b. Pembuluh Darah Vena
Darah vena adalah pembuluh darah yang membawa darah rendah
oksigen (teroksigenasi atau miskin oksigen) kecuali untuk vena paru, yang
membawa darah beroksigen dari paru-paru kembali ke jantung karena
darah vena sistemik kurang oksigen maka warna darah vena sistemik jauh
lebih gelap dan lebih merah kebiruan dari darah arteri normal. Pembuluh
darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh arteri yaitu berfungsi
membawa darah kembali ke jantung. Bentuk dan susunannya hampir
sama dengan arteri. Katup pada vena terdapat di sepanjang pembuluh
darah. Katup tersebut berfungsi untuk mencegah darah tidak kembali lagi
ke sel atau jaringan (Syaifuddin, 2019).
c. Pembuluh Darah Kapiler
Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil
disebut juga pembuluh rambut. Umumnya kapiler meliputi sel-sel jaringan
karena secara langsung berhubungan dengan sel (Syaifuddin, 2019).
Diameter kapiler hanya 5-10 mikrometer (diameter eritrosit), dindingnya
hanya terdiri atas endotel. Makin aktif suatu jaringan, makin banyak
kapilernya. Kapiler adalah tempat terjadinya pertukaran zat. Komposisi
darah kapiler adalah campuran dari darah arteri, darah vena, cairan
interstisiel dan intaseluler. Pintu masuk ke pembuluh darah kapiler dilapisi
oleh sfingter yang terbentuk dari otot polos. Sfingter terbuka maka darah
akan memasuki kapiler akan tetapi bila tertutup maka darah langsung
masuk dari arteriole ke venolus dan tidak melalui kapiler. Kapiler
membuka dan menutup dengan kecepatan 6-12 kali/menit (Syaifuddin,
2019). Pembuluh darah kapiler merupakan satu sel pembuluh yang
menghubungkan arteriola dan venula, membentuk jembatan antara
sirkulasi arteri dan vena. Darah di pembuluh darah kapiler adalah
campuran dari darah vena dan darah arteri. Dalam sirkulasi sistemik,
darah arteri memberikan oksigen dan nutrisi ke darah kapiler. Dinding
pembuluh darah kapiler yang tipis memungkinkan pertukaran oksigen
untuk karbon dioksida dan limbah antar sel dan darah. Kemudian karbon
dioksida dan limbah terbawa dalam darah vena. Dalam sirkulasi paru,
karbon dioksida dikirim ke darah kapiler di paru-paru dan ditukar dengan
oksigen (Tankersley, 2012).
Secara histologis, dinding pembuluh darah terdiri atas tiga lapis
berturut-turut dari dalam keluar yaitu tunika intima, tunika media dan
tunika adventisia, dimana semakin besar pembuluhnya, semakin nyata
adanya ketiga lapisan tersebut (Eroschenko, 2013). Pembuluh darah
mengalirkan darah ke semua organ tubuh dan kemudian kembali lagi ke
jantung. Istilah sistem peredaran darah yang lebih luas juga mencakup
darah dan sistem limfatik (Saladin, 2012).
Menurut Van de Graff (2019), divisi utama dari aliran darah adalah
sirkulasi paru dan sirkulasi sistemik. Sirkulasi paru termasuk pembuluh
darah yang mengangkut darah ke paru-paru untuk pertukaran gas dan
kemudian kembali ke jantung. Ini terdiri dari ventrikel kanan yang
memompa darah, trunkus pulmonalis dengan valva pulmonalis, arteri
pulmonalis yang mengangkut darah terdeoksigenasi ke paru-paru, kapiler
paru dalam setiap paru-paru, vena pulmonalis yang transportasi oksigen
darah kembali ke jantung, dan atrium kiri yang menerima darah dari vena
pulmonalis. Sirkulasi sistemik melibatkan semua bagian dari tubuh yang
bukan merupakan bagian dari sirkulasi paru-paru. Itu termasuk atrium
kanan, ventrikel kiri, aorta dengan valva aorta, semua cabang aorta,
semua kapiler selain yang di paru-paru yang terlibat dengan pertukaran
gas. Atrium kanan menerima semua vena yang kembalinya darah oksigen
dari pembuluh darah sistemik.
Setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah baru yang
mengisi arteri (Guyton & Hall, 2013). Menurut Kenneth S. Saladin (2012),
jika arteri kaku dan tidak mempunyai distensibilitas, tekanan akan naik
jauh lebih tinggi di sistol dan drop untuk hampir nol di diastol. Tetapi ketika
arteri sehat, mereka memperluas dengan masing-masing sistol dan
menyerap beberapa kekuatan darah untuk di pompakan. Kemudian,
ketika jantung dalam diastol, elastisitas mereka mempertahankan tekanan
darah dan mencegah tekanan darah jatuh ke nol. Dengan demikian, arteri
yang elastis "memuluskan" fluktuasi tekanan dan mengurangi stres pada
arteri yang lebih kecil. Arteri kecil dan arteriol disebut juga sebagai
pembuluh resistensi karena mereka adalah tempat utama dari resistensi
perifer (Barrett et al, 2020).
Gambar 2. Pembuluh Darah (Barrett, et al, 2020)
II.1.4 Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri (Desmawati, 2013).
Darah sendiri memiliki dua komponen utama yang terdiri dari
komponen cair dan komponen padat. Komponen cair yaitu plasma darah,
dan komponen padat terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit) yang berperan dalam proses
pembekuan darah (American Society of Hematology, 2018). Keseluruhan
komponen darah yang mengalir pada tubuh manusia dikenal sebagai
whole blood, yang tersusun atas sebagian besar 55% adalah plasma
darah, dan sisanya sebanyak 45% adalah sel-sel darah (Arif. M., 2015).
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada
dalam ruang vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar
sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari
saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormon dan materi-
materi pembekuan darah (Desmawati, 2013).
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh dimana fungsi
utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di
seluruh tubuh. Darah juga mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit (Mallo, dkk, 2014).
a. Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah (Eritrosit) adalah sel yang berwarna merah dan
yang berukuran kecil, cekung pada kedua sisinya sehingga jika dilihat dari
samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak
belakang, setiap mililiter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah merah,
fungsinya untuk transport makanan dan di dalamnya mengandung
hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.
Pembentukan sel darah merah terjadi di dalam sumsum tulang melalui
proses pematangan, pembentukan sel darah merah tersebut di rangsang
oleh hormon eritropoitin yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh ginjal
yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sel darah merah di dalam
sumsum tulang (Rahmatillah, 2018).

Gambar 3. Sel Darah Merah (Rahmatillah, 2018)


b. Sel darah putih (Leukosit)
Sel darah putih (Leukosit) memiliki jumlah paling sedikit
dibandingkan dengan jumlah sel darah merah atau eritrosit, bentuk sel
darah putih adalah lonjong hingga bulat, leukosit terdiri dari granulosit
(monosit dan limfosit) dan granulosit (heterofil, eosinofil dan basofil).
Leukosit memiliki bermacam-macam fungsi erat kaitannya dengan
menghilangkan benda asing termasuk mikroorganisme patogen. Fungsi
sel darah putih sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi, memberikan
perlindungan badan dari mikroorganisme, yaitu kemampuan sebagai
fagosit dan memakan bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah serta
membantu dalam penyembuhan luka (Noercholis, 2013).

Gambar 4. Sel Darah Putih (Noercholis, 2013)


c. Keping darah (Trombosit)
Keping darah (Trombosit) adalah sel darah yang berperan penting
dalam hemostasis, Trombosit melekat pada lapisan endotel pembuluh
darah yang robek (luka) dengan membentuk plug trombosit. Trombosit
tidak mempunyai inti sel, berukuran 1-4 mikro, dan sitoplasmanya
berwarna biru dengan granula ungu kemerahan. Trombosit merupakan
derivat dari megakariosit, berasal dari fragmen-fragmen sitoplasma
megakariosit, jumlah trombosit 150.000-350.000/ml darah. Granula
trombosit mengandung faktor pembekuan darah, umur trombosit sekitar
10 hari (Kiswari, 2014).

Gambar 5. Keping Darah (Kiswari, 2014)


d. Plasma darah
Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung
berbagai nutrisi maupun subtansi penting lainnya yang diperlukan oleh
tubuh manusia, antara lain protein albumin, globulin, faktor-faktor
pembekuan darah, dan berbagai macam elektrolit, hormon, dan
sebagainya. Plasma darah berfungsi sebagai sistem penyangga tubuh
atau sistem buffer yang penting untuk mempertahankan keadaan asam
basa, melalui kandungan elektrolit yang terkandung di dalamnya, antara
lain ion hidrogen dan bikarbonat, fungsi utama plasma sebagai perantara
untuk menyalurkan makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino
keseluruh jaringan tubuh. Plasma juga berfungsi sebagai perantara untuk
mengangkut zat-zat yang dibuang seperti, urea, asam urat, dan lain-lain
(Firani, 2018).
II.1.5 Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung bukan merupakan suatu sistem tunggal
tapi merupakan sistem sirkuit yang cukup kompleks yang terdiri dari sel
yang identik. Seluruh sel miosit di dalam sistem konduksi jantung memiliki
beberapa kesamaan yang membedakan dengan sel otot yang bekerja
untuk fungsi pompa pada manusia, komponen yang berfungsi pada sistem
konduksi jantung dibagi menjadi sistem yang berfungsi untuk menghasilkan
impuls dan sistem yang berfungsi untuk menjalankan impuls. Hal ini terdiri
dari nodus sinoatrial (nodus SA), nodus atrioventrikuler (nodus AV), dan
jaringan konduksi cepat sistem His-Purkinje (Ahmad, 2017).
Sedangkan menurut Nazai (2021), anulus fibrosus di antara atria
dan ventrikula memisahkan ruangan-ruangan ini baik secara anatomis
maupun elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan sinkron, serta
kontraksi otot jantung, terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium.
Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Otomatosasi : Kemampuan menghasilkan impuls secara spontan.
b. Ritmisasi : Pembangkitan impuls yang teratur.
c. Konduktivitas : Kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d. Daya rangsang : Kemampuan untuk menanggapi stimulasi.
Karena sifat-sifat ini maka jantung mampu menghasilkan secara
spontan dan ritmis impuls-impuls yang disalurkan melalui sistem
penghantar untuk merangsang miokardium dan menstimulir kontraksi otot.
Impuls jantung biasanya dimulai dan berasal dari nodus sinoatrialis (SA).
Nodus SA ini disebut pemacu alami dari jantung. Nodus SA terletak di
dinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior (Yudha,
2017). Pencetus impuls listrik jantung muncul dari SA Node terus menjalar
ka AV Node, Berkas His, Cabang Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje
dan akhirnya sampai ke otot ventrikel jantung. Arus listrik yang menjalar
dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR, dan arus listrik dari
Cabang berkas sampai serabut purkinje membentuk Kompleks QRS.
Durasi normal Interval tidak lebih dari 5 kotak kecil, dan Kompleks QRS
tidak lebih dari 3 kotak kecil. (Yudha, 2017).
II.1.6 Patofisiologi
Patofisiologi penyakit jantung terutama penyakit jantung koroner
terjadi dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada
pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya
disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran
darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah. Penyakit
jantung memiliki tanda dan gejala yang khas diantaranya adalah penderita
sering mengeluh lemah dan kelelahan. Penderita mengalami nyeri dada
dan sesak nafas, dada seperti tertekan benda berat, bahkan terasa panas
dan seperti diremas (Nadianto, 2018).
Peningkatan kadar kolesterol, trigliserida dalam darah, hipertensi,
dan merokok membuat pembuluh darah mengalami kerusakan secara
bertahap, ketika zat lemak, kolesterol, produk buangan sel, kalsium, dan
fibrin, melewati pembuluh darah, zat tersebut mengendap di lapisan dalam
arteri. Akibat pengendapan materi ini, terbentuk plak lipid yang dilapisi
fibrosa, yang juga dikenal sebagai ateroma dan aliran dalam arteri
menjadi tersumbat sebagian atau keseluruhan (Patricia, 2013).
Kerusakan ireversibel pada miokardio dapat mulai terjadi sejak 20
sampai 40 menit setelah gangguan aliran darah. Akan tetapi, proses
dinamis infrak mungkin tidak selesai selama beberapa jam. Nikrosis
jaringan tampak terjadi secara berurut. Remer dan kawan-kawan
menunjukkan bahwa kematian sel terjadi pertama kali pada lapisan
subendokardial dan menyebar seperti “muka gelombang” sepanjang
ketebalan dinding jantung. Dengan menggunakan anjing, mereka menunjuk
kan bahwa semakin singkat waktu antara oklosi koroner dan reperfusi
koroner, semakin besar jumlah jaringan miokardium yang dapat di
selamatkan. Kerja terbaik mereka mengindikasikan bahwa jumlah
substansi jaringan miokardio dapat di selamatkan jika aliran di kembalikan
dalam 6 jam setelah awitan oklusi koroner. Untuk klinisi, hal ini berarti
waktu adalah otot (Patricia, 2013).
Perubahan sel terkait ini dapat di ikuti dengan perkembangan
ekstesi infrak (nekrosis miokardium baru, ekspansi infrak, penipisan
dilatasi pesona infrak yang tidak seimbang), atau remodeling ventrikel
(penipisan dan dilatasi ventrikel yang tidak seimbang) (Patricia. 2013).
II.1.7 Pengobatan Kardiovaskular
Berdasarkan Karpov (2016), bahwa obat yang digunakan dalam
pengobatan penyakit jantung ialah melibatkan penggunaan obat sebagai
berikut :
1. Antiplatelet
Agen antiplatelet ialah melibatkan asam asetilsalisilat dan
clopidogrel. Cara kerja dari obat ini adalah dengan seolah melakukan
pengenceran darah yang membantu meningkatkan fluiditas darah
sehingga mengurangi kemampuan trombosit dan eritrosit untuk melekat
pada pembuluh darah namun meningkatkan aliran jalan dari eritrosit.
2. Antikoagulan
Antikoagulan juga melakukan pengenceran darah untuk menghentikan
perkembangan gumpalan darah dengan memfasilitasi aliran pada darah
sehingga mencegah terjadinya gumpalan darah yang baru.
3. Beta-blocker
Cara kerja beta-blocker ini dengan mengurangi denyut dari jantung
miokardium sehingga mengarah pada hasil yang diinginkan. Hasil yang
diinginkan ini mengarah kepada penerimaan volume oksigen yang
dibutuhkan pada miokardium.
4. Statin dan fibrator
Statin dan fibrator menggunakan kadar kolestrol darah pada cara
kerjanya, ialah menurunkan kolestrol darah. Statin dan Fibrat juga
mengurangi laju perkembangan pada plak di aterosklerosis dan
mencegah munculnya plak baru.
5. Nitrat
Penggunaan terapi nitrat ialah untuk memperlambat bahkan
menghentikan perkembangan dari serangan angina pektoris yang
mempengaruhi pembuluh darah dengan efek vasodilatasi yang mana
membuat efek dilatasi pada vena sehingga berkurangnya preload dan
volume akhir diastolik ventrikel kiri yang membuat konsumsi oksigen
miokardium berkurang. Obat ini juga mengeluarkan efek positifnya dengan
waktu yang tergolong singkat. Namun memiliki efek samping berupa
tekanan darah rendah hingga sakit kepala (Tajudin et al., 2020).
6. Calcium Channel Blocker (CCBs)
Memiliki efek vasodilator pada arteri namun dengan sedikit bahkan
tidak ada efek yang mempengaruhi SA Node atau AV Node. Namun tetap
memiliki efek dilatasi koroner yang tergolong seimbang.
7. Inhibitor ACE
Berperan dalam mengurangi remodeling dan menciptakan turunnya
angka kematian akibat PJK dengan gangguan fungsi sistolik jantung.
Namun memiliki efek antiaterogenik.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah stetoskop,
spigmomanometer, dan stopwatch.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kopi dan
probandus.
III.2 Prosedur Kerja
1. Disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan.
2. Denyut jantung diraba pada daerah tubuh yang terdapat arteri
superfisial kemudian diukur tensi masing masing probandus sebelum
perlakuan.
3. Dilakukan perlakuan perlakuan kepada masing-masing probandus
yaitu minum kopi, olahraga berat (bolak balik naik tangga), berdiri,
duduk dan berbaring.
4. Diukur kembali masing-masing tensi dari probandus yang telah
melakukan perlakuan pada menit ke-5, ke-10 dan ke-15.
5. Dicatat hasil pengukuran tensi dari masing-masing probandus dalam
bentuk tabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah
Menit
Perlakuan Kelompok
0’ 5’ 10’ 15’
2 110/90 110/80 100/80 110/70
3 125/80 110/70 85/60 90/70
Minum Kopi
4 120/80 115/70 100/80 90/70
5 120/80 120/90 100/70 90/55
2 100/70 130/80 100/70 100/70
3 120/85 130/70 90/70 90/70
Latihan Berat
4 115/70 125/80 123/40 103/80
5 120/65 125/80 120/60 110/80
2 120/80 100/70 110/70 110/80
3 100/65 100/90 90/70 90/60
Berbaring
4 120/80 110/70 100/80 100/70
5 110/65 110/80 100/70 100/70

IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai sistem kardiovaskular yang
bertujuan untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Tekanan darah merupakan salah satu
faktor yang memiliki efek sangat penting dalam sistem sirkulasi tubuh
manusia (Zainuddin, dkk. 2018).
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh
jantung terhadap dinding arteri. Pada manusia, darah dipompa melalui
dua sistem sirkulasi terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan
sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan jantung memompa darah yang kurang
O2 ke paru-paru melalui sirkulasi pulmonal di mana CO2 dilepaskan dan
O2 masuk ke darah. Darah yang mengandung O2 kembali ke sisi kiri
jantung dan dipompa keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui
sirkulasi sistemik di mana O2 akan dipasok ke seluruh tubuh. Darah
mengandung O2 akan melewati arteri menuju jaringan tubuh, sementara
darah kurang O2 akan melewati vena dari jaringan tubuh menuju ke
jantung (Amiruddin, dkk. 2015).
Pada percobaan ini, untuk mengukur tekanan darah digunakan alat
sphygmomanometer atau disebut juga tensimeter. Sphygmomanometer
adalah suatu alat yang memiliki manset yang dapat dipompa dan alat
pengukur tekanan (sphygmus, nadi + nanometer, alat untuk mengukur
tekanan cairan). Ketika manset mengembang, aliran darah arteri terhenti
sehingga tidak ada suara yang terdengar melalui stetoskop yang
diletakkan di atas arteri brachialis. Ketika tekanan manset menurun, darah
mulai mengalir kembali sehingga terdengar bunyi yang disebut dengan
bunyi Korotkoff. Tekanan pada saat bunyi Korotkoff pertama kali terdengar
menunjukkan tekanan arteri tertinggi (sistolik) dan tekanan pada saat
bunyi Korotkoff menghilang merupakan tekanan arteri terendah (diastolik)
(Silverthorn, dkk. 2013).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung
menguncup (sistol). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah
pada saat jantung mengendur kembali (diastole). Dengan demikian, sudah
jelas bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan
darah diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk setiap
individu. Secara umum ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang
dewasa (> 18 tahun) adalah 120/80 mmHg, angka 120 disebut tekanan
sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik. Tekanan darah
seseorang dapat lebih atau kurang dari batas normal, jika melebihi nilai
normal orang tersebut menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi,
sebaliknya jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan
darah rendah atau hipotensi (Chin & Badri, 2012).
Pada percobaan pertama dengan perlakuan minum kopi probandus
pertama diukur tekanan darah awalnya yaitu 110/90 mmHg kemudian
diberi perlakuan. Setelah 5 menit tekanan darah probandus diukur kembali
dan memperoleh hasil yaitu 110/80 mmHg. 10 menit dan 15 menit
kemudian secara berturut-turut diukur lagi dan diperoleh hasil 100/80
mmHg dan 110/70 mmHg. Pada probandus kedua diperoleh hasil
pengukuran dari tekanan awal, 5 menit, 10 menit dan 15 menit secara
berturut-turut adalah 125/80 mmHg, 110/70 mmHg, 85/60 mmHg, 90/70
mmHg. Pada probandus ketiga diperoleh hasil 120/80 mmHg, 115/70
mmHg, 100/80 mmHg, 90/70 mmHg. Dan probandus keempat diperoleh
hasil 120/80 mmHg, 120/90 mmHg, 100/70 mmHg, 90/55 mmHg. Dari
data tersebut, tekanan darah keempat probandus mengalami penurunan
setelah minum kopi. Hal ini tidak sesuai literatur dimana menurut Ayu
(2012), Kafein memiliki efek meningkatkan tekanan darah karena dapat
berikatan dengan reseptor adenosine yang nantinya akan mengaktifkan
sistem saraf simpatik dan pada akhirnya terjadi vasikonstriksi pembuluh
darah. Faktor yang mempengaruhi hasil tersebut adalah adanya
kemungkinan lambung probandus dalam keadaan kosong, probandus
sudah dalam keadaan mengantuk, kurang tidur, maupun resistensi
terhadap kafein, dan juga jumlah kafein yang terkandung pada kopi sedikit
(komaling & Suba, 2013).
Pada percobaan kedua dengan perakuan latihan berat (lari).
Probandus pertama diukur tekanan darah darah awalnya yaitu 110/70
mmHg kemudian diberi perlakuan. Setelah 5 menit, tekanan darah
probandus diukur kembali dan memperoleh hasil yaitu 130/80 mmHg. 10
menit dan 15 menit kemudian secara berturut-turut diukur lagi dan
memperoleh hasil yang sama yaitu 100/70 mmHg. Pada probandus yang
kedua diperoleh hasil pengukuran awal 120/85 mmHg, setelah perlakuan
pada 5 menit 130/70 mmHg, 10 menit 90/70 mmHg, dan 15 menit 90/70
mmHg. Pada probandus yang ketiga diperoleh hasil pengukuran awal
115/7 mmHg, setelah perlakuan 5 menit 125/70 mmHg, 10 menit 123/40
mmHg, dan 15 menit 103/80 mmHg. Pada probandus yang keempat
diperoleh hasil pengukuran awal 120/65 mmHg, setelah perlakuan 5 menit
125/80 mmHg, 10 menit 120/60 mmHg dan 15 menit 110/80 mmHg. Dari
data keempat probandus tersebut menunjukkan tekanan darah naik
setelah perlakuan pada 5 menit pertama dan selang beberapa waktu
tekanan darah menurun dan stabil. Menurut Adrianto (2012), denyut
jantung digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang
sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar aktivitas otot maka
akan semakin besar fluktuasi dari gerakan, sehingga seharusnya
mengakibatkan meningkatnya kerja jantung dalam memompa darah,
sehingga tekanan darah dan denyut jantung pun meningkat. Sehingga
data pengamatan telah sesuai dengan teori.
Pada perlakuan ketiga yaitu Latihan Berat (Baring, Duduk, Berdiri).
Pada probandus yang pertama tekanan darah sebelum perlakuan 120/80
mmHg, setelah perlakuan 5 menit 100/70 mmHg, pada menit ke-10
110/70 mmHg, pada menit ke-15 110/80 mmHg. Pada probandus kedua
tekanan darah sebelum perlakuan 100/65 mmHg, setelah perlakuan pada
5 menit 100/90 mmHg, pada 10 menit 90/70 mmHg dan pada 15 menit
90/60 mmHg. Pada probandus yang ketiga, tekanan darah sebelum
perlakuan 120/80 mmHg, setelah perlakuan 5 menit 110/70 mmHg, 10
menit 100/80 mmHg dan 15 menit 100/70 mmHg. Pada probandus yang
keempat, tekanan darah sebelum perlakuan 110/65 mmHg, setelah
perlakuan 5 menit 110/80 mmHg, 10 menit 110/70 mmHg dan 15 menit
100/70 mmHg. Hal ini menunjukkan tekanan darah stabil setelah
perlakuan. Pada posisi berbaring gaya gravitasi bekerja secara merata.
Darah dapat kembali ke jantung secara mudah pada posisi berbaring. Isi
sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai maksimal. (Guyton & Hall,
2012). Tekanan darah normalnya turun sebanyak 20 mmHg atau kurang
saat tidur. Sehingga data pengamatan telah sesuai dengan teori (Ganong,
2012).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
naik turunnya tekanan darah pada probandus dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti faktor keturunan, usia, jenis kelamin, stres fisik dan psikis,
kegemukan (obesitas), pola makan yang tidak teratur, konsumsi garam
yang berlebih, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi
kafein, merokok serta penyakit yang lainnya.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan sebaiknya dapat hadir pada saat praktikum
berlangsung agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan sebaiknya dapat hadir pada saat praktikum
berlangsung agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan
dilengkapi terlebih dahulu agar mempermudah jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, I. Philip. and Ward, P.T. Jeremy., 2020. At a Glance Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Adiartha I Putu Griadhi. 2016. Sistem Kardiovaskuler. Jurnal Kesehatan.
Adrianto., dan Choirul. 2012. Analisis Beban Kerja Operator Mesin
Pemotong Batu Besar (Sirkel 160cm) Dengan Menggunakan
Metode 10 Denyut. Jurnal Ilmiah Teknik Industri.
Ahmad Susanto. 2017.Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Prenada
Media Grup.
American Society of Hematology. 2018. Blood Basics. Retrieved October
15, 2018
Amiruddin, M.A., Danes, V.R., Lintong, F. 2015. Analisa Hasil Pengukuran
Tekanan Darah Antara Posisi Duduk dan Posisi Berdiri Pada
Mahasiswa Semester VII (Tujuh) TA. 2014/2015 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik. 3(1) :
125-129.
Anwar Syarifuddin. 2016. Buku Ajar Statistika Non Parametrik. Publikasi
Ilmiah Program Studi Agribisnis Jurusan Sosek Fakultas Pertanian
Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat.
Arif, M. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Fakultas Kedokteran
UNHAS Makassar.
Asikin, M. 2016. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta : Erlangga.
Ayu M. 2012. Faktor Risiko Hipertensi ditinjau dari Kebiasaan Minum Kopi.
Semarang: Progam Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Barret, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. 2020. Ganong's
Review of Medical Physiology 24th edition. McGraw-Hill
Companies, Inc.
Chin. A. & Badri. M. 2012. The Clinical, Electrocardiographic and
Echocardiagraphic Characteristics and Long-Term Outcome of
Patients With Tachycardia-Induced Cardiomyopathy. Journal of
Cardiovascular.
Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D.
Juliastuti. Jakarta: Penerbit In Media.
Djaslim, Saladin. 2012. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Pengendalian. Edisi Ketiga. Bandung : CV.
Linda Karya
Eroschenko, V. P., 2013, Atlas Histologi difiore, Penerbit buku kedokteran
(EGC) 328
Firani, N. K. 2018. Mengenal sel-sel darah dan Kelainan Darah. Malang:
Tim UB Press.
Ganong, W. F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Ganong William F 2013 , REVIEW of MEDICAL PHISIOLOGY 21st Ed.
McGraw – Hill Companies ,San Francisco
Gruzensky W. Adler’s Physiology of the Eye,. Vol. 115, American Journal
of Ophthalmology. 2016. hlm. 1–38.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta:EGC
Guyton A, Hall J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;
2013.
Handayani, A., Kardiologi, D., & Vaskular, K. 2017. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Konduksi Jantung. Buletin Farmatera, 2(3), 116–117.
Jongseok Lee, H. S.-H. 2017. Management Status Of Cardiovasculer
Disease Risk Factors For Dyslipidemia Among Korean Adults.
Yonsel Medical Journal, 330.
Joyce M Black, H. J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah; Manajemen
Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan (8 ed.). (d. Akila susilia, Ed., &
d. Joko Mulyanto, Trans.) Jakarta: Salemba Medika.
Karpov, Y. A. 2016. Penyakit Jantung Iskemik Kronis: Berita Pengobatan.
Jurnal Consilium Medicum, 18(1).
Kiswari, R., 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Komaling, J.K.,Suba, B., Wongkar,D., (2013). Hubungan Mengkomsumsi
alkohol dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Di Desa
Tompasubaru Kabupaten Minahasa Selatan, vol 1 (1). Journal of
jurnal keperawatan Universitas Sam Ratulangi.
Kowlak et al. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Lily, Agustina. 2014. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta
Mallo, P. Y. 2012. Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Hemoglobin dan
Oksigen Dalam Darah dengan Sensor Oximeter Secara Non-
Invasive. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 1(1).
Nadianto, F. (2018). Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan
kejadian penyakit jantung koroner di poli jantung RSUD Hardjono
Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).
Noercholis, A., Muslim, M. A., dan Maftuch. 2013. Ekstraksi Fitur
Roundness Menghitung Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah
Ikan. Jurnal EEGGIS. Volume 7:1
Notoatmodjo, S., 2020, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurachmah, E, Astrid, M., & Budiharto 2012. Pengaruh Latihan Range Of
Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi Dan
Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Carolus Jakarta.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). 1. 4. 175-182.
Patricia Ratna Sari, Starry H. Rampengan, Agnes Lucia Panda. 2013.
Hubungan kelas NYHA dengan Fraksi Ejeksi pada Pasien Gagal
Jantung Kronik di BLU/RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. E-
Clinic (ECL), Vol 1 No 2. Manado.
Rahmatillah, DK. 2018. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
terhadap Status Gizi. Amerta Nutr, 106-112
Ross and Wilson., 2012. Dasar-dasar anatomi dan fisiologi Edisi Ke-12.
Penerjemah Elly Nurachmah dan Rida Angraini. Salemba Medika,
Jakarta.
Sherwood, Laura Iee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Silverthorn, D.U., Johnson, B.R., Ober, W.C., Garrison, C.W., dan
Silverthorn, A.C. 2013. Fisiologi Manusia Sebuah Pendekatan
Terintegrasi Edisi 6. Alih Bahasa Staf Pengajar Departemen
Fisiologi Kedokteran FKUI. Jakarta:EGC.
Syaifuddin. 2015. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.P.165 – 166.
Syaifuddin, H. 2016. Anatomi Fisiologi. Buku kedokteran EGC : Jakarta
Syaifuddin, H. 2019. Anatomi Fisiologi Manusia. Penerbit Buku kedokteran.
Tajudin, T., & Nugroho, I. D. W. 2020. Analisis Kombinasi Penggunaan
Obat Pada Pasien Jantung Koroner (Coronary Heart Disease)
Dengan Penyakit Penyerta Di Rumah Sakit X Cilacap Tahun 2019.
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1(2), 6-13.
Tankersley, M.C, McCall, E.R. 2012. Phlebotomy Essentials (4th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Tortora, G. J. dan Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy and
Physiology, in Principles of Anatomy and Physiology. 14th edn.
United States of America: John Wiley & Sons, pp. 712–748.
Van De Graaf, Kent M., Rhees R.W., 2019. Schaum’s easy outlines :
Human anatomy and physiology. New York: McGraw-Hill Inc.
p.133-135
Yudha, Magenda Bisma. 2017. Gambaran Faktor Risiko Hipertensi pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Angkatan
2013 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Tabel Dokumentasi Percobaan
No Perlakuan Gambar

Pengukuran tekanan
darah pada
1 probandus
perlakuan Minum
Kopi

Pengukuran tekanan
darah pada
2 probandus
perlakuan Latihan
Berat (Lari)

Pengukuran tekanan
darah pada
probandus
3
perlakuan Latihan
Ringan (Baring,
Berdiri, Duduk)
2. Skema Kerja

Disiapkan terlebih
dahulu alat dan bahan

Denyut jantung diraba pada daerah tubuh yang


terdapat arteri superfisial kemudian diukur tensi
masing masing probandus sebelum perlakuan.

Dilakukan perlakuan perlakuan kepada masing-masing


probandus yaitu minum kopi, olahraga berat (bolak
balik naik tangga), berdiri, duduk dan berbaring.

Diukur kembali masing-masing tensi dari


probandus yang telah melakukan perlakuan
pada menit ke-5, ke-10, dan ke-15.

Dicatat hasil pengukuran tensi


dari masing-masing probandus
dalam bentuk tabel.
3. Hafalan Sistem Kardiovaskuler

Siklus Peredaran Darah

Jantung

Anda mungkin juga menyukai