Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN


GANGGUAN MENSTRUASI OLIGOMENOREA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan dan
Perencanaan Keluarga
Dosen pengampu : Lailia Fatkul Janah, S.SiT, MKM

Disusun oleh :
NINDIA SARI
029B.A16.010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Remaja dengan Gangguan Menstruasi Oligomenorea” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan Perempuan dan Perencanan Keluarga. Semoga dengan adanya makalah
ini bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi penulis
sendiri.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Sukabumi, April 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi oligomenorea .......................................................................... 3
B. Etiologi ................................................................................................. 3
C. Gejala .................................................................................................... 5
D. Penanganan ........................................................................................... 6
E. Komplikasi ............................................................................................ 6
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang
Menstruasi atau biasa disebut datang bulan merupakan salah satu ciri
kedewasaan perempuan dimana darah keluar dari dalam rahim melalui vagina
sebagai akibat meluruhnya lapisan dalam rahim yang mengandung pembuluh
darah serta sel telur yang tidak dibuahi.
Kesehatan reproduksi wanita bisa tercermin dari siklus menstruasi yang
dialami tiap bulan. Siklus menstruasi yang normal yaitu rata-rata 28 hari,
tetapi juga bisa mencapai 35 hari, jumlah ini dihitung dari hari pertama
menstruasi sampai hari terakhir menjelang menstruasi berikutnya. Wanita
tidak semuanya dapat merasakan siklus menstruasi yang teratur, ada juga
yang menstruasinya tidak teratur. Untuk mengetahui siklus menstruasi, cukup
dengan memberikan tanda pada tanggal mulai menstruasi di kalender.
Penandaan ini bertujuan mendeteksi siklus menstruasi yang tidak teratur,
yaitu di luar kisaran normal seperti pada kasus oligomenorea, dimana wanita
dengan oligomenorea biasanya baru mendapat haid setelah 35 hari. Hal ini
merupakan tanda bahwa seorang wanita memiliki masalah menstruasi dan
dapat mempengaruhi tingkat kesuburan pada wanita bahkan jika
berkepanjangan dapat membahayakan kesehatan reproduksi.
Berdasarkan studi biopsikososial, faktor yang mempengaruhi siklus
menstruasi tidak hanya faktor biologis yaitu gangguan hormonal dan gaya
hidup seperti olahraga dan nutrisi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan sosial seperti hubungan dengan teman, keluarga, rekan kerja
maupun sekolah serta faktor psikologis termasuk kecemasan, depresi, dan
stres.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan oligomenorea?
2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya oligomenorea?

1
3. Bagaimana gejala dari oligomenorea?
4. Bagaimana cara mengatasi oligomenorea?
5. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita oligomenorea?
6. Bagaimana asuhan kebidanan pada remaja dengan oligomenorea?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan oligomenorea
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya oligomenorea
3. Untuk mengetahui gejala dari oligomenorea
4. Untuk mengetahui cara mengatasi oligomenorea
5. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
oligomenorea
6. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada remaja dengan oligomenorea

D. Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi
kepada pembaca khusunya remaja agar dapat terhindar dari gangguan
menstruasi yaitu oligomenorea dengan mengetahui penyebab-penyebabnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Oligomenorea adalah siklus menstruasi lebih panjang lebih dari 35 hari,
perdarahan biasanya berkurang. Fertilitas cukup baik dan kesehatan tidak
terganggu, hanya ovulator dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya.
Waktu kejadian oligomenorea yang paling sering adalah pada tahun-tahun
pertama setelah menarke dan/atau pada dekade sebelum menopause. Perdarahan
yang sedikit selama dua periode waktu yang disebutkan diatas merupakan bagian
dari perkembangan yang normal, jarang memerlukan intervensi, kecuali dalam
bentuk pemberian pendidikan kesehatan untuk wanita tentang kenormalan
perdarahan yang sedang terjadi.

B. Etilogi
Penyebab yang sering terjadi adalah anovulasi bagi para remaja, hal ini
disebabkan karena pola ovulasi yang belum teratur, dan pada wanita
perimenopause hal ini disebabkan karena ia mengalami pematangan kearah status
menopause, yaitu saat ovulasi tidak terjadi lagi.
Penyebab oligomenorea nonpatologis lain adalah penggunaan atau
penghentian dari penggunaan kontrasepsi hormon. Penggunaan kombinasi
kontrasepsi hormon, Depo-Provera, Norplant, atau AKDR yang mengandung
hormon sering kali mengurangi aliran atau waktu terjadinya menstruasi, dan jika
salah satu metode pengaturan kehamilan ini dihentikan akan menimbulkan
pelambatan kembalinya ke pola menstruasi yang teratur. Hal ini terutama terjadi
pada penggunaan DepoProvera, mungkin perlu waktu setahun untuk kembali ke
pola menstruasi yang normal.
Faktor lain yang dapat berperan menyebabkan oligomenorea yaitu
mencakup ansietas (kecemasan yang berlebihan) dan stress, seperti halnya
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswi Tingkat IV STIKES
RS. Baptis Kediri pada tanggal 28 Februari-28 Maret 2013, bahwa mahasiswi

3
yang dengan gangguan siklus menstruasi tersebut karena mengalami stress.
Tingkat stress paling banyak adalah yang mengalami tingkat stress sedang.
Tingkat stres sedang yang dialami oleh mahasiswi Tingkat IV STIKES RS. Baptis
Kediri yaitu stres karena tugas akhir semester yang belum terselesaikan. Pengaruh
tingkat stres terhadap lama siklus menstruasi melibatkan sistem
neuroendokrinologi sebagai system yang berperan dalam reproduksi wanita.
Kondisi stres akan terjadi aktivasi amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan
menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing
hormon (CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH,
dimana melalui jalan ini maka stress menyebabkan gangguan lama siklus
menstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi salah satunya
yaitu oligomenorea (Universitas Sriwijaya, 2009 dikutip dalam Antono 2012). Hal
ini, dapat dibuktikan dengan sebagian besar mahasiswi yang menjawab
pertanyaan dari kuesioner yaitu nomor (1) menjadi marah karena hal-hal kecil
atau sepele, menurut peneliti ini dikarenakan adanya masalah dengan teman dekat,
pacar atau bahkan keluarga, nomor (3)kesulitan untuk relaksasi atau bersantai,
karena selalu memikirkan hal yang sepele atau kecil tetapi tidak mempunyai
koping yang efektif untuk memecahkan masalah, nomor (6) tidak sabaran untuk
menyelesaikan masalah dan tidak memikirkan bagaimana akibat yang dapat
terjadi, dan nomor (8) yaitu sulit untuk beristirahat disebabkan karena mahasiswi
terlalu banyak tugas yang membebani mereka, selain dari pengaruh hormon juga
dapat terjadi karena pengaruh lingkungan sosial dalam membantu seseorang
menghadapi tahapan stresor. Seorang mahasiswa yang resah menghadapi hasil
ujian akhirnya dan tugas-tugas yang dihadapi saat ini misalnya tugas akhir
semester atau skripsi, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil dari penelitian
didapatkan beban puncak mahasiswa terjadi pada semester VII dan VIII,
mahasiswa harus mengikuti beberapa kegiatan seperti praktek klinik, ujian
proposal, penelitian dan ujian akhir program. Jadwal kegiatan yang sudah
ditentukan oleh bagian akademik harus dilaksanakan tepat waktu. Bersamaan
dengan kegiatan itu, mahasiswa juga memiliki wajib melengkapi beberapa target
laporan dan kompetensi yang belum terpenuhi antara lain, asuhan keperawatan

4
dan harus dikonsultasikan baik kepada dosen pembimbing masing-masing. Selain
itu ada kegiatan yang harus dilaksanakan secara bersamaan yaitu laporan-laporan
oncall (partus menolong dan melihat). Begitu banyak kegiatan serta tanggungan
yang harus diselesaikan hanya dalam waktu 7 bulan merupakan faktor pencetus
stres.
Selain itu, dapat juga disebabkan oleh penyakit kronis, obat-obatan
tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit, tumor yang
mensekresikan estrogen, nutrisi yang buruk, olahraga berat, dan penurunan berat
badan yang signifikan karena misalkan proses diet ketat yang dilakukan. IMT
sangat berpengaruh terhadap gangguan menstruasi, karena apabila seseorang
mengalami perubahan hormon tertentu yang di tandai
dengan penurunan berat badan yang mencolok (kurus IMT < 18,5). Hal ini terjadi
karena kadar gonadotropin dalam serum dan urine menurun serta penurunan pola
sekresinya dan kejadian tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi
hipotalamus. Apabila kadar gonadotropin menurun maka sekresi FSH (Folikel
Stimulating Hormon) serta hormon estrogen dan progesteron juga mengalami
penurunan, sehingga tidak menghasilkan sel telur yang matang yang akan
berdampak pada gangguan siklus menstruasi yang terlalu lama, sedangkan pada
perempuan yang obesitas (IMT > 27,0) tentunya akan meningkatkan tubuh
sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir pada keadaan
semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan tersebut. Hal ini akan berdampak
pada fungsi sistem hormonal pada tubuh berupa peningkatan maupun penurunan
progesteron, estrogen, LH (Luetezing Hormon), dan FSH sehingga menyebabkan
oligomenorea bahkan bisa terjadi
amenorea (Manuaba, 2010).
Seperti penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa tingkat 1
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya, dengan dilakukan tabulasi silang
antara IMT dengan oligomenore pada mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan siklus
menstruasi sangat berpengaruh. Mayoritas IMT gemuk yang mengalami
oligomenorea hanya 16,67 %, sedangkan mayoritas IMT kurus yang mengalami

5
oligomenorea sebesar 55,56%. Dari analisa data tersebut dapat disimpulkan
bahwa remaja dengan IMT kurus lebih berpotensi mengalami oligomenorea. Hal
ini dikarenakan remaja dengan IMT kurus berpotensi mengalami penurunan kadar
gonadotropin sehingga sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormon) serta hormon
estrogen dan progesterone juga mengalami penurunan yang akan berdampak pada
gangguan siklus menstruasi yang terlalu lama atau disebut oligomenorea.
Selain itu juga, adanya malfungsi sepanjang aksis HPO dapat
mengakibatkan penurunan aliran menstruasi. Penyakit dan kondisi yang mungkin
terjadi pada aksis regulasi ini antara lain hiperprolaktinemia, sindrom Cushing,
dan sindrom ovarium polikistik (polycystic ovarian syndrome, PCOS). Selain
masalah aksis HPO, adanya gangguan fungsi tiroid atau adrenalin juga dapat
menyebabkan oligomenorea.

C. Gejala
Gejala oligomenorea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang
dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita
dengan oligomenorea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi
penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit
kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami
kanker uterus.

D. Penanganan oligomenorea
Pengobatan oligomenorea tergantung dengan penyebab. Berikut diantaranya :
1. Pada oligomenorea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang
mendekati menopause tidak memerlukan terapi.
2. Pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat diatasi dengan perbaikan
status gizi.
3. Diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal
4. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diobati dengan
hormonal
5. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin dilakukan.

6
6. Pada oligomenore yang disebabkan jumlah estrogen dan progesteron yang
kurang, maka dapat dilakukan pemberian estrogen dan progesteron

E. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya infertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk terjadinya kelainan
haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorea mengarah pada
infertilitas atau tanda dari keganasan.

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN GANGGUAN


MENSTRUASI OLIGOMENOREA Nn. A DI KLINIK INSANI

Pengkaji : Bidan Annisa


Tanggal/pukul pengkajian : 20 Maret 2018/ 10.00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama klien : Nn. A
Umur : 17 tahun
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. Selabintana Km.5

2. Keluhan Utama
Nn. A mengeluh jarang haid, haid selalu datang terlambat.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 50-60 hari
Teratur/tidak : tidak teratur
Lamanya : 5 hari
Ganti Pembalut : 2 kali sehari, tidak penuh
Disminorhea : Ya

8
4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang di derita : Tidak ada
b. Riwayat Operasi yang pernah dijalani : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga / keturunan : Tidak ada
5. Data Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan : 3 kali sehari
Minum : ± 7 gelas sehari
Keluhan : Tidak ada
Pantangan : Tidak ada
b. Pola Eliminasi
Frekuensi BAK : 5-6 kali sehari
Warna : kuning jernih
Frekuensi BAB : 1 kali sehari
Warna : kuning
Konsistensi : Lembek
Penyulit : Tidak ada
c. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari
d. Pola Istirahat
Tidur siang : 1 jam
Tidur malam : 7-8 jam
Masalah : tidak ada
e. Riwayat Psikososial
Hubungan dengan keluarga, teman dan tetangga baik.
f. Riwayat Konsumsi Obat-obatan dan bahan-bahan lain
Nn. A mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah minum-minuman
keras, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang, serta tidak
pernah minum jamu-jamuan.

9
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 48 kg
TB : 156 cm

b. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu : 36,5oc
2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera tidak icterus
Mulut : bersih, tidak ada stomatitis, karies dan gingivitis
Leher : tidak ada pembesaran/ pembengkakan kelenjar limfe, thyroid dan
vena
Jugularis.
Payudara : bentuk simetris, putting susu menonjol, tidak ada masa/tumor.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

C. ASSESMENT
Nn. A umur 17 tahun dengan gangguan menstruasi oligomenorea.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu klien dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ia menderita
oligomenorea yaitu suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang
lebih dari 35 hari, Nn. A mengerti.

10
2. Memberitahu Nn.A penyebab-penyebab terjadinya oligomenorea meliputi
anovulasi yang disebakan oleh pola ovulasi yang belum teratur, stress,
berat badan yang kurang (kurus), atau juga kelainan yang terdapat pada
rahim seperti kanker. Nn.A mengerti dengan penjelasan yang telah
diberikan.
3. Menganjurkan klien untuk tetap menjaga kebersihan daerah
kewanitaannya, Nn.A mengerti.
4. Menganjurkan Nn.A untuk melakukan pemeriksaan di RS untuk
melakukan USG, memastikan bahwa tidak ada kelainan pada rahim dan
organ genitalianya. Nn.A bersedia mengikuti saran yang telah diberikan.
5. Mendokumentasikan.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Oligomenorea adalah siklus menstruasi lebih panjang lebih dari 35 hari,
perdarahan biasanya berkurang. Penyebab dari terjadinya oligomenorea yaitu
anovulasi bagi para remaja, dan pada wanita perimenopause, hal ini disebabkan
karena ia mengalami pematangan kearah status menopause, yaitu saat ovulasi
tidak terjadi lagi. Adapun faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya
oligomenore yaitu ansietas (kecemasan yang berlebihan) dan stress,
penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan,
status penyakit, tumor yang mensekresikan estrogen, nutrisi yang buruk, olahraga
berat, penurunan berat badan yang signifikan, adanya malfungsi sepanjang aksis
HPO dapat mengakibatkan penurunan aliran menstruasi. Penyakit dan kondisi
yang mungkin terjadi pada aksis regulasi ini antara lain hiperprolaktinemia,
sindrom Cushing, dan sindrom ovarium polikistik (polycystic ovarian syndrome,
PCOS). Selain masalah aksis HPO, adanya gangguan fungsi tiroid atau adrenalin
juga dapat menyebabkan oligomenorea.

B. Saran
Petugas kesehatan harus lebih rajin memberikan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi dan masalah-masalah reproduksi agar ketika wanita
memasuki masa menarce atau pramenstruasi mereka tidak bingung atau khawatir
terhadap kondisi yang dialaminya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lestasi, Titik. 2015. Obstetry Gynecology Dasar. Yogyakarta : Nuha Medika.


L. Carolyn, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4. Vol 1. Jakarta : Buku
Kedokteran
Dewi, Nilda Syntia. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
http://repository.unmul.ac.id/upload/jurnal/file_1513205635.pdf
http://jurnal.akbid-griyahusada.ac.id/files/e-journal/vol1_no1/e-journal-1-1-4.pdf
http://jurnal.akbiduk.ac.id/assets/doc/170710021152-99-103-Jurnal Ilmu
Kebidanan Juni 2017 Jilid 3 Nomor 2 Revisi 2.pdf
http://scholar.unand.ac.id/3761/2/BAB%201.pdf
http://jurnal.akbiduk.ac.id/assets/doc/170116020106-9 PREVALENSI
KEJADIAN MENSTRUASI.pdf
https://griyahusada.id/files/E-Journal/Jurnal Vol 1 No 1/jurnal2.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai