Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN HAMILTON A.

R GIBB TENTANG AL-QUR’AN

VIRA DELINA (NIM. 3032020034)


WILLY INDRIAWAN (NIM. 3032020033)
PANDI (NIM. 3032020030)
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah
Institu Agama Islam Negeri Langsa
Email: viradelina04@gmail.com

ABSTRACT
This article discusses Hamilton A. R Gibb's views on the Qur'an regarding
his thoughts. Therefore, Hamilton Alexander Rossken Gibb is a prominent
orientalist figure, he was born in Egypt in the Alexandria area, especially after the
Second World War (1939-1945). Many of his works on Islam, both in the form of
papers and books. Gibb himself prefers to call himself a classicist rather than an
arabist. His work entitled Mohammedanism, which has been cited in several
expressions in it, is very well known and has a very strong influence today, seen
as a dynamic and interesting book to be rewritten by a distinguished scholar
(dynamic and interesting volume written by a noted scholar). Many of his works
on Islam, both in the form of papers and books. Many judge Gibb's thoughts as
misleading, but not a few also support and evaluate Gibb's ideas as objective.
Therefore the author will discuss the orientalist thought of Hamilton A. R Gibb.

Keywords: Thought, Alqur'an, Works, Views

ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang pandangan Hamilton A. R Gibb tentang Al-
Qur’an mengenai pemikirannya. Oleh Karena itu, Hamilton Alexander Rossken
Gibb adalah seorang tokoh orientalis terkemuka, ia merupakan kelahiran mesir
daerah alexanderia, terutama sehabis Perang Dunia Kedua (1939-1945). Banyak
karyanya mengenai Islam, Baik bersifat makalah maupun buku. Gibb sendiri lebih
suka menyebut dirinya sebagai klasikis dari pada arabis. Karyanya berjudul
Mohammedanism, yang telah disitir sebagian ungkapan didalamnya, amat
terkenal dan berpengaruh kuat sekali dewasa ini, terpandang sebagai buku yang
dinamik dan menarik untuk ditulis ulang oleh sarjana terkemuka (dynamic and

1
interesting volume written by a noted scholar). Banyak karyanya mengenai Islam,
Baik bersifat makalah maupun buku. Banyak yang menilai tentang pemikiran gibb
yang menyesatkan akan tetapi tidak sedikit pula yang mendukung dan menilai
positive tentang pemikiran-pemikiran Gibb yang dirasa objektif. Maka dari itu
penulis akan membahas mengenai pemikiran orientalis dari Hamilton A. R Gibb.

Kata Kunci : Pemikiran, Alqur’an, Karya-Karya, Pandangan

PENDAHULUAN
Orientalisme adalah sebuah gerakan penelitian tentang ketimuran yang
dilakukan di barat,semua agama-agama ditimur pada umunya dan agama Islam
pada khususnya. Kegiatan penelitian tersebut telah dilakukan oleh sarjana-sarjana
barat sejak ribuan tahun yang lalu pada saat kekuasaan Islam bercokol di
andalusia. Pemikiran tentang dunia ketimuran tersebut berkembang pesat dari
masa ke masa, dan melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh orientalis yang terkenal
di dunia barat dan pendapat-pendapatnya menjadi panutan dan pandangan dunia
barat terhadab dunia timur pada umunmya dan Islam pada khususnya. Akan tetapi
sayangnya kebanyakan dari kaum orientalis lebih banyak menyudutkan Islam
sebagai agama maupun sebagai sebuah peradaban. Diantara tokoh-tokoh orientalis
yang memandang Islam sebelah mata yaitu Hamilton Alexander Rossken Gibb,
yang telah menyatakan bahwa Islam adalah sekte kristen yang sesat dengan
menyatakan bahwa Islam adalah mohammadanisme.
Dalam Artikel ini kami mencoba menjelaskan pemikiran H. A. R. Gibb
dalam menilai Islam dengan sudut pandang barat. Gibb sebenarnya hanya
meneruskan pemikiran-pemikiran pendahulunya seperti DB Mc Donald yang
cenderung mendiskritkan Islam sebagai kelompok masyarakat dan peradaban
yang inferior, yang mana bagi sebagian besar kaum orientalis umat Islam tidak
mampu mendefinisikan dirinya sendiri. maka dari itu bagi kaum orientalis merasa
penting menjelaskan Islam yang sebenarnya dengan cara mereka, yaitu pemikiran
barat yang dianggap superior. Dengan pemikiran orientalis seperti inilah maka
dari itu kita sebagi umat muslim perlu mengkritisinya, dan artikel ini hadir untuk
hal itu.

2
MASALAH

1. Siapa Hamilton Alexander Rossken Gibb?

2. Apa saja karya-karya Hamilton A. R Gibb?


3. Bagaimana pemikiran Hamilton A. R. Gibb tentang Islam?
4. Bagaimana kita mengkritisnya pandangan Hamilton A. R Gibb tentang Al-
Qur’an?

PEMBAHASAN
A. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah book survey dan studi pustaka dengan
menggunakan kumpulan jurnal dan pendekatan Teori. Metode ini
Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah. Maka dari itu peneliti menggunakan
Metode Kualitatif.
B. HASIL DAN ANALISIS
a. Sejarah dan Biografi Hamilton A. R Gibb
H. A. R Gibb adalah kependekan dari Hamilton alexander rossken
Gibb.Gibb lahir dari pasangan Alexander Crawford Gibb dan Jane Ann
Gardner. Ayahnya, Alexander Grawford Gibb adalah putra John Gibb dari
Gladstone, Renfrenshire Scotland yang pada waktu itu menjadi manager
pertanian untuk Aboukir Land Reclamation Company. Sesudah ayahnya
meninggal tahun 1897, ibunya Jane Ann Gardner yang berasal dari Girl's
School.1 Gibb adalah seorang orientalis inggris yang lahir di mesir, tepatnya di
iskandariah ditahun 1895 dan meninggal diusianya ke 76 pada tahun 1971 di
Oxford.

1
Hamilton Alexander Rosskeen Gibb, Wikipedia “the free encyclopedia” in
http://en.wikipedia.org/wiki/Hamilton Alexander Rosskeen Gibb. Tuesday, May 06, 2008.

3
Awalnya Greenock Scotland2 berangkat ke Alexandria dan bekerja sebagai
guru di Church of Scotland Gibb mengenyam pendidikan di sekolah privat
saat usianya 5 tahun selama 4 tahun. Baru setelah itu Gibb memulai sekolah
formalnya di Scotlandia yakni di Royal High School Edinburgh pada tahun
1904-1912 yang fokus pada klasikal. Pada tahun 1912 Gibb meneruskan
pendidikannya di Edinburgh University dan menggeluti bahasa- bahasa
semitik seperti arab, ibrani dan aram. Universitas Edinburgh sebagaimana
universitas-universitas lain di Inggris mempunyai suatu seksi tempat melatih
perwira-perwira militer, terutama dalam bidang artilery. Hamilton
mengajukan lamaran untuk bidang ini dan diterima untuk dilatih sebagai
perwira artilery.
Sewaktu pecah perang dunia pertama tahun 1914, mereka yang mengikuti
latihan artilery dimasukan ke dalam kesatuan artilery Officers' Training Unit
sebagai instruktur dan terus bertugas disana sampai dia dipindahkan ke South
Midland Brigada yang didalam tugas ini, ia berangkat ke Perancis pada bulan
Februari 1917. Dia bertugas sebagai anggota angkatan perang disana dan di
Italia sampai perang berakhir tahun 1918. Dan karena pengabdiannya tersebut
ia mendapat dianugerahi penghargaan war privilege berupa Master of Art.
Setelah perang, Gibb melanjutkan belajar tentang Arab di School of
Oriental and African Studies, London University. 3Memperoleh gelar master
pada tahun 1922 dengan tesis “Arab Conquests of Central Asia”. Walaupun

2
Skotlandia (Gaelic: Alba, Scots: Scotland) adalah sebuah negara di Eropa barat laut dan
salah satu dari empat negara konstituen dariBritania Raya. Itu menempati sepertiga utara pulau
Britania Raya dan berbagi perbatasan darat di selatan denganInggris. Itu dibatasi oleh Laut Utara
di timur, Samudra Atlantik di utara dan barat, dan Selat Utara danLaut Irlandia di barat daya.
Selain daratan utama, Skotlandia terdiri dari lebih dari 790 pulau. Di negara ini Gibb berasalyang
merupakan darah Kristen.
3
Sekolah Studi Oriental dan Afrika (SOAS) iThe School of Oriental and African Studies
(SOAS) adalah konstituen spesialis dari Universitas London yang berkomitmen untukseni dan
humaniora, bahasa dan budaya dan hukum dan ilmu sosial tentang Asia, Afrika, dan Dekat
danTimur Tengah. Terletak di jantung kota London, SOAS menggambarkan dirinya sebagai "pusat
terkemuka dunia untuk studi yang sangatberagam mata pelajaran yang berkaitan dengan Asia,
Afrika dan Timur Tengah. Di London Gibb telah memulai karirnya dengan seriusuntuk
mempelajari studi Islam dan oriental. Untuk informasi lebih lanjut, lihat dalam Said, Orientalism,
hal.359s a specialist specialist of the University of London commited toseni dan humaniora,
bahasa dan budaya dan hukum dan ilmu sosial tentang Asia, Afrika, dan Dekat danTimur Tengah.
Terletak di jantung kota London,SOAS menggambarkan dirinya sebagai "pusat terkemuka dunia
untuk studi yang sangatberagam mata pelajaran yang berkaitan dengan Asia, Afrika dan Timur
Tengah. Di London Gibb telah memulai karirnya dengan serius untuk mempelajari studi Islam dan
oriental. Untuk informasi lebih lanjut, lihat dalam Said, Orientalism, hal.359

4
gelar itu diprolehnya pada tahun 1922 namun, sejak tahun 1921 gibb telah
dipercaya mengajar bahasa arab pada School of Oriental Studies.Antara tahun
1926-1927 gibb berkunjung ke daerah timur afrika utara dan mempelajari
sastra arab modern.
Pada tahun 1929 ia ditunjuk sebagai pembaca sejarah Arab dan sastra Arab
di Universitas London. Ketika Thomas Arnold meninggal dunia pada tahun
1930, Gibb menggantikan posisinya sebagai penanggung jawab pengajaran
bahasa Arab di Universitas London sampai tahun 1937. Gibb dinobatkan oleh
D. S. Margoliouth sebagai Laudian Professor of Arabic dengan
kenggotaannya pada St John’s College, Oxford, dimana ia tinggal untuk 18
tahun. Bukunya, Gibb’s Mohammedanism dipublikasikan tahun 1949.
Gibb kemudian dinobatkan menjadi guru besar di universitas oxford dan
juga menjadi ketua fakultas saint john hingga tahun 1955. Ditahun itu pula
Gibb diundang oleh universitas harvard, USA untuk menempati james richard
jeweet , profesor arab dan profesor di universitas tersbut, dan dua tahun
brikutnya yakni tahun 1957 Gibb diamanati menjadi direktur pusat kajian
timur tengah.Setelah selesai dari tugas tersebut ia langsung menjabat sebagai
guru besar bahasa Arab di Fakultas Saint Jhon di Oxford. Setelah itu ia juga
diberi mandate sebagai professor of Arabic di Universitas Harvard USA yang
bertugas menjadi direktur pusat pengkajian Timur Tengah seputar sejarah,
sastra, dan pemikiran Islam. Namun pada tahun 1964 ia terjangkit penyakit
stroke yang membuat kesehatannya tidak stabil, yang membuat tutup usianya
ditahun 1971.
b. Karya - Karya Hamilton A. R Gibb4
1. Karya pertama Gibb adalah The Conquests in central Asia yang
menguraikan tentang korelasi antara berbagai kelompok yang turut bekerja
sama.
2. Pada tahun 1926, ia merilis buku yang berjudul al Adab al Arabi untuk
pembaca berbahasa Inggris.

4
Dikutip pada tanggal 20 Desember 2022 dihttp://seanochan.wordpress.com/2013/04/19/
hamilton-alexander-roskeen-gibb/ diunduh pada20/09/2014

5
3. Tahun 1928 ia menerbitkan rangkaian tentang sastra Arab secara
bersambung.
4. Pada tahun 1932 ia menerjemahkan Sejarah Damaskus karya Ibn al
Qalansi ke dalam bahasa Inggris dan pada tahun berikutnya ia
menerbitkan makalah tentang “Kekhalifahan Islam menurut Pemikiran Ibn
Khaldun”.
5. Pada tahun 1933 ia menerbitkan makalah tentang “kekhalifahan islam
menurut pemikiran politik ibn khaldun”5
6. Pada tahun 1937 ia menulis karangan tentang “Pandangan al Mawardi
tentang Khilafah” di majalah Islamic Culture. Sedangkan karyanya yang
paling monumental adalah Masyarakat Islam dan Barat : Masyarakat
Islam Abad Kedelapan Belas.
Selain itu banyak juga karya-karya Gibb yang berbentuk makalah
sederhana di bidang sejarah Islam, seperti “Tafsir Sejarah Islam” (1953),
“Urgensi Perkumpulan bagi Nasionalis” (1955), “Sistem Pajak yang
dikeluarkan Umar II” (1955), dan “Literatur-literatur Biografis dalam Islam”
(1962). Sedangkan dalam bidang agama Islam ia memiliki dua buah karya,
yaitu Mohammedanism (1949) dan Modern Trend in Islam (1947).
c. Pemikiran Hamilton A. R Gibb
1. Kecenderungan modern dalam Islam
Untuk menelusuri survei Gibb tentang modernitas pemikiran Islam maka
penulis akan menganalisisnya pada bagian ini. Menurut Gibb keduanya
merupakan dua kecenderungan yang berbeda dan bertentangan yang
diungkapkan oleh pemikiran Islam modern, penulis akan menganalisis kedua
kecenderungan tersebut.
Di satu sisi telah berkembang di kalangan sekuler modernisme yang tersebar
luas tetapi tidak dirumuskan secara eksplisit, yang, meskipun berpegang pada
dogma dasar Islam, sangat dipengaruhi oleh ide-ide Barat. 6 Dalam bentuknya
yang paling maju, modernisme cenderung dikacaukan. dengan gerakan

5
Abdurrahman badawi,cet.2, “Ensiklopedi Tokoh Orientalis”,(LKIS: Yogyakarta, 2003),
hlm.143
6
Gibb, Mohammedanisme, op.cit. hal.121

6
sekularisasi yang bertujuan memisahkan Gereja dan Negara dan menggantikan
syariat Islam dengan sistem hukum barat.7
Konsekuensi kedua adalah terbentuknya sebuah partai keagamaan yang
menamakan dirinya Salafiya,8 para penegak tradisi yang diwakili oleh “Nenek
moyang Agung”, bapak-bapak komunitas Muslim. Kaum salafi sependapat
dengan kaum modernis dalam menolak otoritas mazhab abad pertengahan dan
menerima Alquran dan Sunnah sebagai satu-satunya otoritas kebenaran agama.
Dalam hal ini, bertentangan dengan keumuman ulama, mereka reformis, tetapi
berlawanan dengan kaum modernis, mereka dengan penuh semangat menolak
setiap intrusi liberalisme dan rasionalisme Barat.9
Namun, mungkin yang terkuat dari Salafi adalah permusuhan bersama
mereka terhadap segala bentuk Sufisme, pemujaan wali, dan inovasi animistik
yang mengurangi monoteisme murni Al-Qur'an. 10 Membuang sikap hati-hati
para ulama resmi, itu menciptakan persaudaraan baru dari kelompok-kelompok
yang antusias melintasi batas-batas nasional dan rasial, bertekad untuk
berperang secara setara terhadap korupsi internal dan gangguan eksternal.
Meskipun tidak terbatas pada satu tingkat budaya atau kelompok ekonomi
atau sosial, ia memiliki sedikit pengikut di kalangan yang lebih terpelajar, dan
sebaliknya mencurigai mereka sebagai kelemahan yang tidak semestinya dalam
hal keyakinan dan praktik.
2. Elemen Integral Pemikiran Islam Modern

7
Penerapan paling ekstrim dari prinsip-prinsip sekularis telah dilakukan oleh Republik
Turki sejak pembubaran Kekhalifahan Utsmani pada tahun 1924. Tetapi meskipun sekularisme
memiliki pendukungnya di negara-negara Muslim lainnya, mayoritas kaum modernis mengadopsi
sikap yang jauh lebih moderat terhadap organisasi keagamaan dan tradisinya. Apa pun Gibb
menyatakan bahwa pandangan mereka tentang masalah hukum dan politik, posisi doktrinal
mereka dapat disimpulkan sebagai penolakan umum terhadap otoritas terakhir para dokter abad
pertengahan, dan penegasan yang lebih ragu-ragu tentang hak penilaian pribadi. Lihat: Ibid.
8
Pemimpin gerakan Salafi adalah murid Suriah Muhammad Abduh, Shaikh Rashid Ridha.
Gibb berpendapat, seperti para reformis puritan sebelumnya, dia terus didorong kembali ke
fundamentalisme dan akhirnya mengakui dan memupuk hubungan tujuan dan pemikiran antara
Salafiya dan Wahhabiya. Dalam posisi doktrin terakhir mereka, Salafiya, menolak mood sektarian
Wahabi yang terlalu jelas, mengakui diri mereka Neo-Hanbalitas, kaum konservatif mengklaim
pembukaan kembali Gerbang Ijtihad dan hak penafsiran ulang dalam masalah teologi dan hukum.
Ibid. hal.66.
9
Ibid, p.122.
10
Pendirian inilah yang menjadikan Manar modernisme, sebuah kekuatan di semua
negara Muslim di mana para reformis menemukan diri mereka berhadapan langsung dengan
kepentingan pemujaan suci dan persaudaraan Sufi. Ibid, hal.123

7
Bidang penelitian yang dikaji oleh Gibb khususnya untuk pemikiran Islam
modern meliputi tiga unsur yang menjadi bagian integral dari pemikiran Islam
modern.11
Yang pertama adalah konsentrasi, yang telah dicatat oleh Gibb dalam
gerakan modern lainnya, pada pribadi Muhammad. Misalnya yang dilontarkan
oleh Gibb adalah bahwa judul asli semangat Islam adalah kehidupan dan ajaran
Muhammad sudah cukup menunjukkan tempat sentral dari tema ini dalam
eksposisinya.12 Namun berbeda dengan doktrin sufi Muhammad yang tidak
mengandung petunjuk supranaturalisme, Muhammad ditampilkan sebagai
perwujudan dan teladan kebajikan manusia dalam manifestasinya yang paling
mulia.13
Kedua, ajaran Muhammad disajikan dalam kerangka cita-cita sosial
kontemporer. Empat tugas wajib (shalat, puasa, sedekah, dan haji) dipuji,
bukan dipertahankan, atas dasar rasional utilitas sosial dan fisik. Gibb
menyatakan: “Prevalensi dalam masyarakat Islam perbudakan, poligami,
perceraian dengan penolakan, dan kelemahan moral dan sosial lainnya diakui,
tetapi dinyatakan bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an yang sebenarnya, dan
tanggung jawab untuk mereka diletakkan pada para dokter dan kanonis
kemudian. . Perbudakan dianggap bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an
tentang kesetaraan semua manusia, poligami secara implisit dilarang oleh
syarat-syarat yang melekat padanya dalam Al-Qur'an, perceraian sepenuhnya
bertentangan dengan semangat ajaran dan teladan Muhammad”.14
11
Ibid, p.125.
12
Memang benar bahwa Syed Amir Ali (penulis buku ini) adalah seorang Syiah dan
bahwa dia mengambil sudut pandang rasionalis tetapi dia menyajikan secara praktis seluruh
rangkaian argumen modernistik dan apologetis tentang masalah ini dan lebih persuasif daripada
kebanyakan argumen belakangan. penulis dan pamflet yang mengulangi pernyataannya dalam
setiap bahasa Muslim dengan nada yang lebih keras atau lebih terkendali. Maryam Jameelah,
Islam and Orientalism, edisi revisi (Lahore: El-matbaat-ul-Arabia, 1981),
13
Gibb menyatakan bahwa Amir Ali (sebagai penulis buku ini) sendiri membawa
liberalismenya sampai menganggap Al-Qur'an sebagai karya Muhammad, tetapi dia belum diikuti
oleh kelompok modernis umum, yang masih mempertahankan doktrin ortodoks Al-Qur'an
sebagai literal Tuhan. Gibb, Mohammedanisme, op.cit. hal.125. Lihat juga dalam Gibb, Studies in
Contemporary Arabic Literature, I. The nineteenth Century, Bulletin of the school of Oriental
Studies, (London, 1929) yang ditulis dalam Studies on The Civilization of Islam. op.cit. hal.243-244
14
Dalam beberapa tahun terakhir banyak negara Muslim telah meloloskan undang-
undang sipil untuk memperketat hukum perkawinan dan perceraian, serta cabang-cabang lain
dari hukum Syariah, yang dikelola di pengadilan agama Muslim, meskipun hanya di Turki telah
digantikan oleh hukum barat murni. . Perbudakan dihapuskan oleh hukum di negara-negara
Muslim kecuali Arab pada paruh kedua abad ke-19. Ibid.

8
Poin ketiga adalah penekanan pada Islam sebagai kekuatan pembudayaan
yang progresif. Kemuliaan Bagdad dan Kordoba, kemajuan pembelajaran dan
ilmu pengetahuan, toleransi beragama dan penerimaan filsafat Yunani, institusi
rumah sakit dan sekolah yang diberkahi.15

Namun, Gibb menegaskan bahwa argumen ini berfungsi untuk mendukung


dua posisi modernis lebih lanjut yang terlepas dari penggunaan apologetik dan
kontroversialnya. Salah satunya adalah yang sudah diambil oleh Syaik
Muhammad Abduh, bahwa Islam, yang dipahami dan diamalkan dengan benar,
menolak segala bentuk obskurantisme agama dan mewajibkan pemeluknya
untuk mengejar semua cabang ilmu dan ilmu pengetahuan dengan sekuat
tenaga.16 Kedua, mengambil alih Barat modern belajar dan ilmu Muslim hanya
melanjutkan warisan peradaban mereka sendiri.17
3. Survei Gibb tentang Pemikiran Islam Modern
Pada bagian ini, penulis akan menelusuri survei Gibb. Dalam latar belakang
penelitian ini, Gibb memperkirakan bahwa modernitas dalam Islam dalam arti
mendesak pengejaran pemikiran modern, yakin bahwa pada akhirnya tidak
dapat merusak tetapi hanya menegaskan kebenaran agama Islam dan kadang-
kadang sulit bagi Gibb. sebagai pengamat luar) untuk melihat mengapa ajaran
ini diterima dengan begitu antusias dan begitu berpengaruh di satu pihak dan
begitu keras ditentang di pihak lain.

15
Menurut Gibb bahwa semua ini kontras dengan kehidupan kontemporer Eropa abad
pertengahan, dan diyakini dengan keyakinan bahkan oleh Muslim yang berpendidikan tinggi
bahwa kebangkitan pembelajaran dan renaisans di Eropa disebabkan oleh rangsangan budaya
Islam dan peminjaman budayanya. keterampilan intelektual dan teknis oleh para sarjana dan
pengrajin Eropa. Ibid. hal.126. lihat juga dalam reaksi di Timur Tengah melawan Budaya Barat,
diterjemahkan dari “La Reaction contre la Culture occidentale dans la Proche Orient” Cahiers de
l’Orient contemporain, Paris, 1951 yang ditulis dalam Studies on The Civilization of Islam op.cit.
hal.329
16
Ini adalah balasan terhadap depresiasi pembelajaran sekuler abad pertengahan dan
konsentrasi madrasah Muslim pada studi teologi dan sastra. Sanksi ditemukan untuk doktrin ini
dalam argumen-argumen Al-Qur'an yang sering dari desain dan nasihat untuk mempelajari
tanda-tanda Tuhan di alam, dan beberapa ucapan terkenal yang dikaitkan dengan nabi, seperti
mencari ilmu. Ibid.
17
Gibb mengutip bahwa argumen ini telah dinyatakan dengan sangat persuasif oleh Sir
Mohammed Iqbal, eksponen perumusan ulang doktrin Islam modernis yang paling luas. Gibb
mempertahankan paradoks di sini bahwa hal itu berbeda dengan kaum modernis sebelumnya;
landasan Muslim dari teologi Iqbal berasal dari filsafat sufistik, yang ia tafsirkan kembali dalam
kaitannya dengan superman Nietzschean dan teori evolusi kreatif Bergson. Ibid, 127. Dan lihat
juga dalam Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Keagamaan dalam Islam, op.cit. hal.164-165.

9
Menurutnya, penjelasannya adalah bahwa dengan menyatakan kembali hak
nalar dalam pemikiran religius memulihkan beberapa ukuran fleksibilitas pada
apa yang telah menjadi sistem yang kaku dan tampaknya membatu, dan
memungkinkan kemungkinan merumuskan kembali doktrin dalam istilah
modern daripada istilah abad pertengahan.18
Namun, Gibb menunjukkan bahwa di bidang agama, muncul dua cara untuk
menghadapi tantangan Barat.19 Salah satunya adalah memulai dari prinsip-
prinsip dasar Islam dan menyatakannya kembali dalam konteks situasi
kontemporer. Yang lainnya adalah memulai dari filsafat barat yang dipilih dan
mencoba mengintegrasikan doktrin Muslim dengannya. Kedua cara tersebut
telah diikuti, tetapi dari berbagai macam interpretasi yang saling bertentangan
dan arus silang.20
Cara pertama tidak boleh dibingungkan dengan sikap ulama pada umumnya.
Bagi mereka, belum ada pertanyaan tentang pernyataan kembali dalam
pengertian apa pun.21 Tetapi bahkan mereka yang ingin menyatakan kembali
doktrin Islam mungkin melakukannya dengan dua motif yang berbeda. Hal ini
dapat dinyatakan kembali di satu sisi untuk melayani tujuan memperkuat dunia
Muslim melawan perambahan barat, atau di sisi lain untuk melayani sebagai
garis datum dari mana proses adaptasi atau asimilasi harus dilanjutkan.
Penekanan dalam satu kasus akan lebih diletakkan pada aspek eksternal dari
praktik dan organisasi Muslim, di sisi lain pada prinsip-prinsip dasar pemikiran
Muslim.22
18
Gibb menegaskan, tidak ada alasan untuk terkejut bahwa hanya sedikit kemajuan yang
telah dibuat ke arah ini, terutama ketikaketegangan politik telah menciptakan dan
mempertahankan suasana yang tidak mendukung pengejaran yang tenang dari para sarjana dan
teolog. Lihat Gibb, Mohammedanism, op.cit. hal.121. menurut penulis, inilah prosa Gibb tentang
ketakutannya terhadap perkembangan pemikiran Islam.
19
Untuk membahas istilah “modern” tidak lepas dari kerangka Barat, maka di sini Gibb
mulai mensurvei pemikiran Islam modern khususnya abad ke-20 dengan reaksi dan tantangannya
terhadap budaya Barat yang bersumber dari aspek internalnya. Gibb, Reaksi Terhadap Budaya
Barat, dalam Studi Peradaban Islam, op.cit. hal.332-333.55
20
Gibb, Mohammedanisme, op.cit, hal.119
21
Gibb berarti teologi, hukum dan praktik masyarakat ortodoks, berdasarkan Al-Qur'an
dan sunnah, sebagaimana ditafsirkan olehdokter besar abad pertengahan dan dikonfirmasi oleh
konsensus umum,tetap mengikat dan tidak dapat diubah, meskipun, di bawah tekanan keadaan
yang tak tertahankan, beberapa konsesi dalam hal praktik mungkin diizinkan untuk sementara.
Ibid.
22
Gibb berarti teologi, hukum dan praktik masyarakat ortodoks, berdasarkan Al-Qur'an
dan sunnah, sebagaimana ditafsirkan oleh dokter besar abad pertengahan dan dikonfirmasi oleh
konsensus umum,tetap mengikat dan tidak dapat diubah, meskipun, di bawah tekanan keadaan

10
d. Mengkritisnya pandangan Hamilton A. R Gibb tentang Al-Qur’an
Dalam pemikirannya tentang Al-Quran sedikit memiliki kemajuan
dibandingkan dengan pemikiran orientalis yang lain. Menurut Gibb Al-Quran
adalah kitab khutbah yang disampaikan oleh Muhammad secara lisan dalam
kurun waktu kira-kira 20 tahun menjelang akhir hayatnya, Gibb juga
berpendapat bahwa Al-Quran bukan berasal dari kumpulan kitab bibel
ataupun yang lain.23 Namun begitu Gibb sendiri setuju dengan pendapat
Ducan Black Mc Donald yang menyatakan bahwa “bangsa arab sangat erat
sekali hubungannya dengan pemikiran bangsa semit. 24 yang suka
menghubung-hubungkan keadaannya dengan hal-hal gaib, yang mereka caci
sendiri dan lalu mereka pertahankan hubungan dengan hal-hal gaib
tersebut”.
Ada juga yang mengatakan dalam pendapat gibb mengenai al-Quran, ia
berpendapat bahwa al-Quran hanyalah buku yang memuat pidato-pidato
Muhammad yang tidak berasal dari Bible atau yang lainnya. Kumpulan pidato
tersebut ditulis oleh para pengikutnya yang ia dapat dari berita-berita yang
disampaikan Muhammad selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Setelah
mengikuti sikap dan pandangan tokoh-tokoh orientalis terhadap pribadi Nabi
Besar Muhammad SAW. sejak beberapa abad sebelumnya sampai kepada
tokoh-tokoh orientalis sehabis perang dunia kedua 1939-1945, dapatlah
disimpulkan bahwa semakin luas dan mendalam studi tokoh-tokoh orientalis
di Barat itu terhadap literature Islam, semakin terjadi perubahan sikap dan
pandangan mereka terhadap agama Islam, terutama terhadap Nabi Muhammad
SAW.
Kecaman-kecaman sengit yang dilontarkan kaum orientalis Barat dimasa
lampau terhadap agama Islam dan nabi besar Muhammad SAW. Yang disertai
kata-kata nista yang penuh penghinaan, semuanya hanyalah disebabkan oleh
kedangkalan pengetahuan mereka tentang Islam. Setidak-tidaknya karena

yang tak tertahankan, beberapa konsesi dalam hal praktik mungkin diizinkan untuk sementara.
Ibid.
23
H. A. R Gibb diterjemahkan oleh Drs. Machnum Husein, “Aliran-Aliran Modern dalam
Islam”, (rajawali pers: Jakarta,1990),hlm.4
24
H. A. R Gibb diterjemahkan oleh Drs. Machnum Husein, “Aliran-Aliran Modern dalam
Islam”,………….

11
ketidaksudian mereka mengenali dan mempelajari hakekat agama Islam.
Bahkan ada yang sengaja sampai mengukur agama Islam dan sikap dan tindak
laku pemeluknya di lapisan awam, dengan sengaja dipilih yang terbodoh dan
terpandir.
Hamilton A.R. Gibb mengungkapkan semua kenyataan itu dengan kalimat
sebagai berikut: Artinya: antara generasi satu dengan generasi berikutnya,
dasar-dasar pertimbangan sepanjang kemestian mengalami sesuatu perubahan.
Semuanya berubah pertama kalinya material ataupun pengertian ilmiah
disebabkan penemuan fakta-fakta baru dan peningkatan saling pengertian
yang merupakan darin akibat dari perluasan dan pendalaman penelitian. Tidak
satupun dalam dunia kita yang berubah sekarang ini, memandang masalah
kehidupan, kemasyarakatan ataupun kepercayaan menurut istilah-istilah
pemikiran ataupun nilai-nilai dari generasi sebelumnya; dan jurang yang
memisahkan pandangan tahun 1911 dengan pandangan tahun 1946 adalah
suatu kenyataan yang jarang dijumpai taranya di dalam ruang yang demikian
singkat dari sejarah umat manusia.
Pendapat Gibb tentang jihad masih belum bisa dibenarkan, karena Gibb
terlalu menyederhakan pemaknaan jihad. Padahal jihad maknanya sangatlah
luas dan kompleks untuk di jelaskan, karena nabi sendiri tidak pernah
menyatakan bahwa jihad haruslah perang ataupun dengan suatu hal tertentu.
Namun nabi dalam menjelaskan makna jihad lebih mengarah kepada berjuang
dijalan Allah. Jadi perjuangan tersebut sangatlah luas artinya bukan perang
suci saja, contoh menafkahi keluarga, melawan hawa nafsu, beribadah kepada
Allah, mencari ilmu dan lain sebagainya, juga disebut jihad.
Sedangkan pemaknaan Al-Quran Gibb, memang sudah menunjukan
sebuah kemajuan berpikir dan kritis. Namun Gibb sendiri masih menafikan
peran Allah yang harus lebih di utamakan dalam proses pembentukan wahyu
dalam Al-Quran. Alquran bukan sekedar khutbah nabi Muhammad yang
diterima nabi Muhammad dari Allah, namun al-quran maknanya lebih dari itu.
Al-Quran merupakan pernyataan diri Tuhan kepada manusia dengan perantara
nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Jadi Al-Quran bukan hanya sebagai
kitab hukum saja, atau sekedar kitab sejarah para nabi-nabi Allah, Akan tetapi
Al-Quran lebih kepada pembuktian diri Allah kepada manusia.

12
Sedangkan tentang konsep mistik Islam Gibb, memang tidak bisa
disangkal bahwa kehadiran mistisisme Islam lebih belakangan dari pada
mistisisme hindu ataupun nasrani. Akan tetapi ajaran-ajaran sufi dalam dunia
Islam sendiri memiliki sejarah yang independen dan konkrit. Bahwa sufi
muncul bukan karena pengaruh langsung dari tradisi-tradisi mistisisme hindu
ataupun nasrani, akan tetapi lebih kepada pergolakan politik pada dinasti
umayah yang bersifat hedonis. Tradisi sufi sendiri sebenarnya sudah ada pada
zaman nabi Muhammad yang bisa ditemukan pada tradisi suku Quraish yang
sering menyepi di gua-gua pada bulan ramadhan, walaupun kegiatan tersebut
belum terorganisir seperti pada zaman awal kemunculannya di zaman dinasti
Umaiyah namun substansi dan prakteknya sama.

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa H. A. R Gibb adalah


kependekan dari Hamilton alexander rossken Gibb.Gibb lahir dari pasangan
Alexander Crawford Gibb dan Jane Ann Gardner. Ayahnya, Alexander Grawford
Gibb adalah putra John Gibb dari Gladstone, Renfrenshire Scotland yang pada
waktu itu menjadi manager pertanian untuk Aboukir Land Reclamation Company.
Hamilton Alexander Rossken Gibb adalah seorang tokoh orientalis
terkemuka, ia merupakan kelahiran mesir daerah alexanderia, terutama sehabis
Perang Dunia Kedua (1939-1945). Banyak karyanya mengenai Islam, Baik
bersifat makalah maupun buku. Banyak yang menilai tentang pemikiran gibb
yang menyesatkan akan tetapi tidak sedikit pula yang mendukung dan menilai
positive tentang pemikiran-pemikiran Gibb yang dirasa objektif.
Menurut Gibb, Al-Quran adalah kitab khutbah yang disampaikan oleh
Muhammad secara lisan dalam kurun waktu kira-kira 20 tahun menjelang akhir
hayatnya, Gibb juga berpendapat bahwa Al-Quran bukan berasal dari kumpulan
kitab bible ataupun yang lain.Gibb berpendapat mengenai pun berberpendapat
bahwa al-Quran hanyalah buku yang memuat pidato-pidato Muhammad yang
tidak berasal dari Bible atau yang lainnya. Kumpulan pidato tersebut ditulis oleh
para pengikutnya yang ia dapat dari berita-berita yang disampaikan Muhammad

13
selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Setelah mengikuti sikap dan pandangan
tokoh-tokoh orientalis terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA

Badawi Abdurrahman, 2003, cet.2, “Ensiklopedi Tokoh Orientalis”,(LKIS:


Yogyakarta)
Dikutip pada tanggal 20 Desember 2022, http://abid3011.blogspot.com/2011/12/
Dikutip; Hamilton Alexander Rosskeen Gibb, Wikipedia “the free encyclopedia”
in http://en.wikipedia.org/wiki/Hamilton Alexander Rosskeen Gibb.
Tuesday, May 06, 2008.
Gibb Hamilton. A. R, diterjemahkan oleh Drs. Machnum Husein, “Aliran-Aliran
Modern dalam Islam”, (rajawali pers: Jakarta,1990),
Gibb, Mohammedanisme, op.cit. hal.121
__Ibid, p.
hamilton-alexander-rossken-gibb.html https://uia.e-journal.id/spektra/1542/
Imam Toriqor Rahmansyah, 2021. “critical study on the fallacies of h.a.r. gibb’s
view on modernity of islamic thought". DOI 10.34005/spektra.v3i1.1542
Jamilah, Maryam, Islam dan Orientalisme : Suatu Kajian Analitik (Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 1994)
Said, Erward W., Orientalisme, Bandung, Pustaka, 2001.

14

Anda mungkin juga menyukai