11 Lesi Nervus Radialis
11 Lesi Nervus Radialis
OLEH :
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI…….……………………..……………………………………...….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Definisi Lesi Nervus Radialis…………….………………………….1
1.2 Etiologi Lesi Nervus Radialis…………………………..…….….…..1
1.3 Tanda dan Gejala Lesi Nervus Radialis..………….…….....…….…..2
1.4 Patofisiologi Lesi Nervus Radialis...……………………..……...…...3
1.5 Klasifikasi Lesi Nervus Radialis..……………………...…...…....…..4
BAB II PROSES ASUHAN FISIOTERAPI
2.1 Assessment…………….....………......................................................5
2.2 Pemeriksaan…………………………………..…..………..….….….5
2.3 Problematika Fisioterapi…………….…..…………………..……....10
2.4 Planning...……………………………………….………...…….…..10
2.5 Intervensi…………………………………………………..………...10
2.6 Evaluasi………………………………………………..………….....11
2.7 Clinical Reasoning………………………………..……………...….15
BAB III HOME PROGRAM
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
neuropati terjadi karena penekanan saraf oleh fragmen tulang, hematom,
kalus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena peregangan saraf akibat
suatu dislokasi. Neuropati radialis sering terjadi pada fraktur kaput
humerus. Paresis nervus radialis dapat terjadi akibat tidur dengan
menggantungkan lengan diatas sandaran kursi (Saturday night palsy), atau
tidur dengan kepala diatas lengan atas. Disamping itu trauma pada waktu
olah raga, kerja, pemakain kruk, atau posisi tangan pada waktu operasi
dapat menyebabkan terjadinya parese Nervus Radialis.
2. Infeksi
Dapat terjadi karena: Polyneuritis nervus radia, sifilis, herpes zoster dan
TBC. Bisa mengenai saraf atau banyak saraf
3. Penyakit vaskuler
4. Neoplasma
2
tidak dapat ekstensi siku karena parese triseps - tidak dapat fleksi siku
pada posisi lengan bawah antara pronasi dan supinasi karena parese
m.brakhioradialis - tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese
m.brakhioradialis - tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.
supinator - wrist drop dan finger drop karena parese ekstensor pergelangan
tangan dan jari - gangguan abduksi ibu jari tangan - refleks trispes negatif
atau menurun - gangguan sensorik berupa parestesi atau baal pada bagian
dorsal distal lengan bawah, sisi leteral dan dorsal tangan, ibu jari, telunjuk
dan jaritengah.
3. Lesi pada bagian saraf yang berjalan antara septum intermuskularis
lateralis dan tempat dimana n.interosseus posterior menembus m.supinator
mengakibatkan jari yang dipersarafi oleh nerpus ini. Gejalanya: - tidak
dapat supinasi dan meluruskan jari - tidak ada wrist drop - refleks triseps
positif - gangguan sensorik tidak ada
4. Lesi pada punggung pergelangan tangan, hanya akan menimbulkan gejala
sensorik, tanpa defisit motoric
Secara umum tanda dan gejala dari lesi nervus radialis adalah:
- Nyeri tajam atau terbakar
- Mati rasa atau kesemutan
- Kesulitan meluruskan lengan
- Kesulitan bergerak pergelangan tangan dan jari-jari
- Kelemahan dalam genggaman tangan
- Wrist drop
3
(paralisis), agak kaku, kesemutan (kebas) pada pergelangan tangan dan pada jari-
jari tangan hingga kelumpuhan tangan. Karena otot-otot carpi radialis dan otot
carpi ulnaris lumpuh, sehingga tidak dapat dorsofleksi wrist. Otot-otot ekstensor
(m.ekstensor digitorum, m. ekstensor digiti minimi, m.ekstensor pollicis
longus&brevis dan m.ekstensor indiksis propius) lumpuh, maka semua jari tangan
tidak dapat diluruskan dan dikembangkan. Keadaan ini dikenal sebagai “drop
hand” dan “drop fingers”
1.5 Klasifikasi lesi nervus radialis
Lesi nervus radialis merupakan salah satu gangguan pada saraf perifer.
Seddon dan Wadsworth membagi klasifikasi lesi saraf tepi menjadi 3 kategori
yaitu Neuropraxia, Axonotmesis, Neurotmesis
Neuropaxiaparase motorik sedikit, atau tanpa disfungsi sensoris maupun
motorik dan otonomik. Tanpa disfungsi dari saraf hingga dengan mengurangi
tekanan kompresi, gejala akan segera menghilang
Axonotmesis sebuah lesi saraf dengan derajat lebih parah dan disrupsi axon,
namun selimut Schwann masih baik. Terdapat parasemotorik, sensorik, hingga
otonomik. Penyembuhan dapat terjadi dengan menghilangkan tekanan kompresi
dan degenerasi axon.
Neurotmesis adalah cedera paling serius, saraf dan selimutnya terdisrupsi.
Sehingga ketika proses penyembuhan telah selesai, perbaikantidak dapat kembali
sempurna oleh karena hilangnya kontinuitas saraf.
4
BAB II
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI
2.1 ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. X
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Alamat : jl. Mawar no. 8
e. Pekerjaan : PNS
f. Agama : hindu
g. No. RM : 1234-77856
2.2 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama (KU)
Pada 2 april 2021 pasien mengalami kecelakaan sepeda motor. Pada saat
jatuh posisi tubuh pasien ke arah kiri, posisi tangan kiri dibawah serta
tertindih badan dan sepeda motor. Pada saat itu juga pasien dilarikan ke
RSUD xy untuk mendapat penanganan, lalu dilakukan pemasangan ORIF
karena fraktur pada humerusnya. Setelah 1 bulan pada tanggal 2 mei 2021
pasien mulai merasakan kelemahan pada pergelangan tangan kiri,
kesemutan, kebas atau baal pada tangannya, nyeri dan kesusahan saat
menggerakan tangan dan jarinya ke atas. Pada tanggal 4 mei 2021 pasien
memeriksakan dirinya ke dokter kemudian dirujuk ke fisioterapi karna
keluhan tersebut.
5
c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Penyakit Penyerta
Tidak ada
Tidak ada
Pasien merupakan PNS sebagai guru di salah satu sekolah dasar yang ada
di Mengwi.
2. Pemeriksaan Objektif
a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
TD : 120/80 mmHg Saturasi Oksien : 97%
HR : 80 x/menit Kesadaran : composmentis
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Inspeksi Statis - Tangan terlihat dalam posisi palmar
fleksi, wrist dan finger drop.
- terdapat bekas incisi pada anterior 1/3
proksimal humeri kiri
- tidak terdapat adanya atropi otot pada
lengan kirinya.
6
Inspeksi - Pasien terlihat memegang pergelangan
Dinamis tangannya untuk dorso fleksi.
Palpasi - Suhu tubuh pasien normal
- Spasme pada kelompok otot-otot fleksor
tangan.
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan Hasil
Aktif Pasien tidak mampu menggerakkan wrist sinistra dengan
full ROM
Pasif Didapatkan penambahan nilai ROM pada wrist sinistra,
namun tidak mampu secara full ROM
Isometrik Pasien tidak mampu melawan tahanan minimal.
Pengukuran
Interpretasi:
Ketika dilakukan gerakan aktif maupun pasif, didapatkan
hasil keterbatasan ROM pada wrist sinistra, sedangkan pada
wrist dekstra dan kedua elbow didapatkan hasil full ROM
Kekuatan MMT Regio Gerakan Nilai
otot (manual
muscle Wrist Sinistra Dorso fleksi 2
testing)
Palmar fleksi 3
Ulna Deviasi 3
Radial Deviasi 3
Dorsal 5
Ulna Deviasi 5
Radial Deviasi 5
7
Elbow ekstensi 4
sinistra
Interpretasi:
Didapatkan hasil kekuatan otot dengan nilai 2 pada wrist
snistra gerakan dorso fleksi dan nilai mmt 3 pada wrist
sinistra gerakan palmar fleksi, radial deviasi dan ulnar deviasi.
Pada elbow sinistra dengan nilai MMT 4 di semua bidang
gerak.
Interpretasi:
Skala nyeri 0 : Tidak Nyeri
Tajam-tumpul Normal
Halus-kasar Normal
8
Perawatan diri 2
Kekuatan otot 2
Bekerja 3
Menyetir kendaraan 3
Tidur 1
Total 26
Tes khusus
Test Hasil
ULTT 2b Positif
Diagnosis Fisioterapi
9
2.4 PLANNING
I. Jangka Pendek
- Meningkatkan kekuatan otot
- Mengurangi spasme otot
- Meningkatkan ROM
- Menurunkan rasa nyeri
II.5 INTERVENSI
1. Infra red
Pemberian infra merah menimbulkan adanya efek hangat yang
menyebabkan terjadinya vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran
darah pada jaringan lunak yang terdapat penumpukan sisa-sisa hasil
metabolisme akan membantu mengalirkan sisa-sisa hasil metabolisme. Infra
merah dapat menjangkau lengan kiri dengan jarak 30-45 cm atau sesuai
toleransi pasien, diberikan selama 10- 15 menit.
2. Electrial stimulation
Pasang elektrode pasif pada cervikal 7, elektrode aktif diletakan pada
origo otot yang mengalami lesi . naikan intensitas sesuai toleransi pasien
dengan dosis waktu 15 menit frekuensi 40 Hz, intensitas 3 Ma. Modalitas es
memiliki tujuan untuk menstimulasi saraf radial pada kasus ini, sehingga
meningkatkan kemampuan motorik
3. ROM exercise
Bertujuan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi pasien, pasien
diinstruksikan untuk menggerakan pergelangan tangannya secara mandiri
lalu dilanjutkan dengan bantuan dari terapis, gerakan ini dapat dilakukan 10
repetisi dan 2-3 set.
4. Strengthening
10
Pemberian intervensi ini dapat membantu dalam menangani
kelemahan otot. Dengan pelatihan menggerakan pergelangan tangan seperti
rom exercise yang diberikan tahanan ringan sampai berat oleh terapis dengan
gerakan diulangi sebanyak 10 kali repetisi, 2-3 set.
5. Neural mobilization (ULTT 2b)
Peregangan saraf diberikankan selama 10 detik dan diulang 10 kali per
sesi. Perawatan ini diberikan selama 5 kali seminggu selama periode total 2
minggu.
EVALUASI
Pengukuran Alat Ukur Hasil
Lingkup goniometer AGA sinistra ROM AKTIF
gerak sendi
BIDANG REGIO DEKTRA SINISTRA
Interpretasi:
Terjadi peningkatan ROM atau lingkup gerak sendi pada
wrist sinistra baik secara aktif maupun pasif.
Kekuatan MMT
otot (manual
muscle
testing)
Ulna Deviasi 4
Interpretasi:
Terjadi peningkatan nilai kekuatan otot setelah diberikan
intervensi fisioterapi, yaitu dengan nilai MMT 4 pada wrist
dan MMT 5 pada elbow sinistra.
Interpretasi:
Skala nyeri 0 : Tidak Nyeri
Perawatan diri 2
Kekuatan otot 2
Bekerja 2
Menyetir kendaraan 3
Tidur 1
12
Total 20
13
Clinical reasoning
Penurunan fungsi
sensorik & motorik
Kelainan fungsional
Neural
mobilization
(ULTT 2b)
Electrical
stimulation
14
BAB III
HOME PROGRAM
Stretching & ROM • duduk tegak di kursi dan Meregangkan otot dan
exercise memegang satu tangan lurus mengurangi spasme ,
15
di depan, sejajar dengan menambah ruang
lantai dengan telapak tangan lingkup gerak sendi
menghadap ke bawah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Singh, A. K., Gangwar, A. K., Devi, K. S., Preethi, B. O., Kumar, R., Bhasker, D. C., &
Singh, H. N. (2017). Physiotherapeutic Treatment Of Radial Nerve Paralysis By
Infrared Radiation In A Stallion.
17
18