Anda di halaman 1dari 6

1.

Dalam situasi di SD Mulia Kasih yang menghadapi tantangan akses transportasi dan
jumlah guru yang terbatas, penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) menjadi sebuah
solusi yang sangat relevan. Berikut adalah analisis lebih lanjut terkait alasan diterapkannya
PKR di sekolah tersebut:
a. Keterbatasan Guru
Dengan hanya tiga guru yang tersedia untuk mengajar 51 siswa dari berbagai tingkat
kelas, PKR memungkinkan pengelolaan waktu guru dengan lebih efisien. Dalam
PKR, guru dapat mengajar dua kelas sekaligus atau secara bergantian, memungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia yang terbatas dengan cara yang lebih efektif.
b. Penghematan Waktu dan Ruang
Dalam kondisi di mana transportasi terbatas dan infrastruktur sekolah mungkin tidak
memadai, PKR memungkinkan penggunaan ruang kelas secara lebih efisien. Dua
kelas yang berbeda dapat menggunakan satu ruang kelas dalam waktu yang berbeda,
mengurangi kebutuhan akan ruang dan memungkinkan lebih banyak kelas dengan
sumber daya yang terbatas.
c. Pembelajaran Berkelanjutan
Meskipun pembelajaran di kelas rangkap mungkin memerlukan penyesuaian dan
strategi pengajaran yang khusus, pendekatan ini memungkinkan kontinuitas
pembelajaran. Guru dapat membangun koneksi antara materi yang diajarkan kepada
dua kelas yang berbeda, menciptakan pemahaman yang lebih baik dalam rentang
waktu yang lebih singkat.
d. Pengembangan Kemandirian Siswa
PKR juga dapat mendorong kemandirian siswa dalam pembelajaran. Dalam situasi di
mana guru mungkin tidak selalu tersedia, siswa dapat diajari untuk belajar secara
mandiri dan saling membantu satu sama lain, menciptakan lingkungan pembelajaran
yang kolaboratif.
e. Peningkatan Efisiensi
Dalam situasi di mana terdapat keterbatasan sumber daya dan tantangan logistik, PKR
menjadi solusi yang efisien. Dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan ruang
kelas secara maksimal, pembelajaran tetap berjalan meskipun dalam kondisi yang
tidak ideal.
f. Kendala Implementasi
Meskipun PKR memiliki kelebihan, implementasinya memerlukan perencanaan yang
baik. Diperlukan strategi pengajaran yang cermat agar pembelajaran tetap efektif dan
siswa dari dua kelas yang berbeda dapat terlibat secara optimal.
Dalam konteks SD Mulia Kasih yang menghadapi keterbatasan transportasi dan jumlah guru,
PKR menjadi solusi yang dapat mengatasi sebagian besar tantangan tersebut, memungkinkan
kontinuitas pembelajaran yang efektif meskipun dalam kondisi yang sulit.

2.
a. Dalam kasus Bu Siska yang mengajar kelas rangkap Kelas III dan IV untuk mata
pelajaran PKn dengan KD yang berbeda, penerapan Model PKR 221 merupakan pilihan
yang sesuai. Model PKR 221 memungkinkan penggunaan waktu dan ruang secara
efisien. Dengan jumlah siswa yang relatif sedikit di setiap kelas (kurang dari 20 siswa),
model ini memungkinkan tatap muka yang intens dengan setiap siswa tanpa
mengorbankan fokus pada kedua KD yang berbeda.
b. Berikut merupakan rancangan pengelolaan kelas bu Siska:
Waktu Pembelajaran: 80 Menit
Pendahuluan (± 10 menit):
a) Bu Siska memberikan pengantar dan pengarahan di depan kelas, menggunakan dua
papan tulis atau satu papan tulis yang dibagi menjadi dua.
b) Pada papan tulis pertama, dia menuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari
KD 3.2 untuk Kelas III.
c) Pada papan tulis kedua, Bu Siska menuliskan topik dan hasil belajar KD 3.2 untuk
Kelas IV.
Inti Pembelajaran (± 60 menit):
a) Bu Siska membagi waktu selama inti pembelajaran dengan metode yang berbeda
untuk setiap kelas.
b) Untuk Kelas III, dia mengaplikasikan berbagai metode yang sesuai untuk KD 3.2,
seperti ceramah singkat diikuti dengan diskusi kelompok kecil atau studi kasus
tentang kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan warga sekolah.
c) Sementara itu, untuk Kelas IV, Bu Siska menggunakan metode yang relevan untuk
mengidentifikasi pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya, mungkin menggunakan diskusi lebih mendalam
atau simulasi situasi kehidupan sehari-hari untuk memahami konsep tersebut.
Penutup (± 10 menit):
a) Bu Siska berdiri di depan kedua kelas untuk melakukan review materi yang telah
diajarkan tadi, memberikan komentar, dan memberikan penguatan atas pemahaman
kelas.
b) Selanjutnya, Bu Siska memberikan tindak lanjut berupa tugas atau latihan untuk
dipersiapkan siswa untuk pertemuan berikutnya.
Penerapan Model PKR 221 memungkinkan Bu Siska untuk memaksimalkan waktu
pembelajaran, memberikan fokus pada setiap KD yang berbeda, serta memastikan setiap
siswa mendapatkan perhatian yang diperlukan dalam waktu yang terbatas. Dengan membagi
waktu dan menyusun kegiatan dengan baik, interaksi dan pemahaman siswa terhadap kedua
KD dapat ditingkatkan secara signifikan.
Berikut adalah bagan pengelolaan kelas Bu Siska sesuai dengan Model PKR 221 untuk
mengajar pada Kelas III dan IV selama 80 menit:

BAGAN PENGELOLAAN KELAS BU SISKA (80 MENIT)


1. Pendahuluan (± 10 Menit):
 Pengantar dan Pengarahan (2 menit)
 Penulisan Topik dan Hasil Belajar KD 3.2 Kelas III dan IV di Papan Tulis (3 menit)
 Penjelasan Singkat tentang Rencana Pembelajaran (5 menit)
2. Inti Pembelajaran (± 60 Menit):
Kelas III (± 30 Menit):
 Metode Pembelajaran KD 3.2 Kelas III (Diskusi Kelompok/Studi Kasus) (15 menit)
 Pemantapan dan Bimbingan sesuai keperluan (10 menit)
 Pemberian Tugas/Pekerjaan Rumah (5 menit)
Kelas IV (± 30 Menit):
 Metode Pembelajaran KD 3.2 Kelas IV (Diskusi Mendalam/Simulasi) (15 menit)
 Pemantapan dan Bimbingan sesuai keperluan (10 menit)
 Pemberian Tugas/Pekerjaan Rumah (5 menit)
3. Penutup (± 10 Menit):
 Review Materi KD 3.2 untuk Kelas III dan IV (3 menit)
 Pemberian Komentar dan Penguatan (3 menit)
 Penugasan Tindak Lanjut (4 menit)
Dalam bagan ini, setiap langkah memiliki durasi perkiraan waktu yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan respons siswa. Dengan membagi waktu dengan baik untuk setiap
langkah dalam pembelajaran KD 3.2 untuk Kelas III dan IV, Bu Siska dapat memberikan
pengajaran yang efektif dan memastikan setiap siswa mendapatkan pemahaman yang baik
terhadap materi yang diajarkan.

3.
a. Penilaian terhadap model pelaksanaan PKR:
Model pelaksanaan yang dijalankan oleh Pak Dani tidak sepenuhnya mewakili Model
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) yang ideal. Seharusnya, dalam PKR, pengajaran
untuk dua kelas yang berbeda dapat dilakukan secara bersamaan dalam satu ruangan
tanpa mengorbankan fokus pada masing-masing kelas. Pak Dani melakukan pendahuluan
terpisah di setiap kelas, yang sebenarnya sesuai dengan PKR. Namun, saat beralih ke inti
pembelajaran, dia membagi waktu untuk setiap kelas secara bergantian. Ini menyebabkan
ketidakseimbangan dalam porsi waktu yang diberikan pada masing-masing kelas.
b. Analisis terhadap kegiatan pembelajaran:
Kelemahan dalam kegiatan pembelajaran:
1. Ketidakseimbangan waktu:
Pak Dani menghabiskan waktu lebih lama di kelas V daripada di kelas VI. Ini
mengakibatkan kurangnya porsi waktu yang cukup untuk materi proklamasi
kemerdekaan di kelas VI.
2. Kesempatan bertanya dan interaksi:
Meskipun ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya di kelas V, pengalaman
bertanya di kelas VI tidak dijelaskan. Mungkin ada pertanyaan penting yang tidak
terjawab atau kekurangan interaksi dengan siswa di kelas VI.
3. Pemantapan materi:
Waktu yang singkat untuk review dan pemantapan materi di kedua kelas menyisakan
sedikit waktu bagi siswa untuk memahami dan meresapkan materi yang telah
diajarkan.
4. Pembagian waktu yang tidak optimal:
Kembali ke kelas V untuk review sebelum menutup kelas VI bisa jadi mengurangi
efektivitas pembelajaran di kelas VI.
Rekomendasi perbaikan:
Pak Dani dapat memperbaiki implementasi PKR dengan:
a) Menyesuaikan alokasi waktu dengan lebih proporsional antara kedua kelas.
b) Memanfaatkan teknik interaksi dan pemberian tugas yang sama untuk kedua kelas
dalam waktu yang bersamaan.
c) Melakukan pengulangan materi yang lebih efektif, mungkin dengan penggunaan
media atau pertanyaan reflektif untuk memastikan pemahaman yang lebih baik.
Dengan melakukan perubahan ini, Pak Dani dapat lebih efektif dalam memberikan materi
yang seimbang dan memastikan siswa dari kedua kelas mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang topik yang diajarkan.

4.
a. Penilaian terhadap rancangan pelaksanaan PKR pada aspek rumusan indikator dan tujuan
pembelajaran:
Rancangan pembelajaran Bu Sari telah menggambarkan dengan jelas indikator dan
tujuan pembelajaran yang terkait erat dengan Kompetensi Dasar (KD) PKn dan Bahasa
Indonesia. Indikator yang dijabarkan sesuai dengan fokus pembelajaran, yakni kewajiban
dan hak dalam PKn, serta pemahaman terhadap gagasan pokok dan pendukung dalam
Bahasa Indonesia.
b. Indikator untuk Muatan PKn:
 Mengenal kewajiban anggota keluarga
 Mengenal hak warga sekolah
Indikator untuk Muatan Bahasa Indonesia:
 Memahami gagasan pokok
 Memahami gagasan pendukung
c. Tujuan Pembelajaran untuk Muatan PKn:
 Siswa mampu mengidentifikasi kewajiban sebagai anggota keluarga secara tepat.
 Siswa dapat menjelaskan hak yang dimiliki sebagai warga sekolah dengan baik.
Tujuan Pembelajaran untuk Muatan Bahasa Indonesia:
 Siswa mampu menafsirkan gagasan utama dari sebuah teks dengan tepat.
 Siswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan gagasan pendukung yang mendukung
gagasan pokok dari teks dengan baik.
d. Pengalaman Belajar yang Disediakan dengan Potensi Lingkungan:
Kegiatan Pendahuluan (± 10 menit):
 PKn (Kelas III): Diskusi terbuka tentang peran anggota keluarga dan pemahaman
awal tentang kewajiban.
 Bahasa Indonesia (Kelas IV): Membaca teks bersama, mengidentifikasi gagasan
utama secara bersamaan.
Kegiatan Inti (± 50 menit):
 PKn (Kelas III): Simulasi peran anggota keluarga dalam berbagai situasi, fokus pada
pengenalan hak dan kewajiban.
 Bahasa Indonesia (Kelas IV): Diskusi dalam kelompok kecil tentang teks, fokus
pada gagasan utama dan mendukungnya.
Kegiatan Penutup (± 10 menit):
 PKn (Kelas III): Refleksi dari simulasi, penekanan kembali pada pentingnya
memahami kewajiban dan hak.
 Bahasa Indonesia (Kelas IV): Presentasi singkat tentang gagasan utama dan gagasan
pendukung yang diidentifikasi, evaluasi pembelajaran.
Dalam waktu dua jam pembelajaran (70 menit), kegiatan pendahuluan memberikan
pengantar yang relevan, inti pembelajaran memungkinkan interaksi siswa dengan konsep
yang diajarkan, dan penutup memberikan kesempatan untuk merenungkan kembali
pemahaman mereka. Penggunaan potensi lingkungan seperti simulasi peran dan diskusi
dalam kelompok kecil adalah strategi yang efektif untuk mendukung kedua muatan
pembelajaran.

Daftar Referensi :
Djalil, Aria, dkk. 2023. Pembelajaran Kelas Rangkap (Edisi 2). Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai