Anda di halaman 1dari 28

Success UKAI Bersama

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Penyakit Penyebab Tatalaksana Utama


Sifilis/ Treponem Pallidum Stadium 1:
Syphilis/Raja Benzatin, Benzil/Benzothine Penisilin G (IV)
Singa Stadium 2:
Penisilin G – Prokain G (IV) selama 21 hari
: untuk neurosifilis atau bawaan sifilis kristal
Gonnorea Neiserria Gonnorea 1st : Ceftriaxon, Azitromisin
2nd :Cefixim, Doksisiklin kanamisin.
Chlamydia Chlamydia Tracomatis 1st: Azitromisin Oral, doksisiklin
2nd: Eritromisin
Herpes Genital HSV Asiklovir oral 7 hari
Vansiklovir oral 7 hari
Trikomoniasis Trichomonas Vaginalis Metronidazole
Candidiasis Candida Albicans 1st: Myconazole, Klotrimazol, Flukonazol
dosis 50-100 mg sekali sehari untuk
kandidiasis orofaringeal selama 7-14 hari,
Itraconazol

2nd: Nistatin
Valvuginolis Candidiasis : Sediaan ovula
dipilih karena diperuntukan untuk infeksi lokal.
Kandidiasis oral pada rongga mulut Salep
Mikonazol
Infeksi sistemik jamur : Inj Flukonazol,
amfoterisin B (KI pada pasien ginjal)
VAGINASIS Vaginosis Metronidazol 500mg for 7 hari
Metronidazol Gel 0,75% full aplikator for 5
hari
Clindamicin cream 2% full aplikator for 7
Hari
Keluar di Kasus UKAI 2021 (Kasus Gonore)
Seorang di diagnosa gonore sudah di terapi dg amoksisilin dan sefadroxil dan ternyatapasien
alergi, rekomendasi terapi yg anda sarankan adalah?
A. Azitromisin B. Gentamisin C. Sefixim D. Seftazidim E. Tetrasiklin

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

CATATAN KECIL
TALAKSANAAN GONORRHEA (Sering keluar di kasus UKAI).

Lini Pertama
Ceftriaxone 250mg, IM, dosis tunggal dan azithromycin 1g, PO, dosis tunggal
Alternatif pengobatan
Cefixime 400mg, PO, dosis tunggal dan Doxycycline 2x100 mg, PO, 7 hari atau
Cefixime 400 mg, PO, dosis tunggal dan Kanamisin 2g, IM, dosis tunggal

Pada fasilitas layanan kesehatan primer seperti puskesmas, diberikan pilihan pengobatan
kombipak, yang terdiri dari cefixime 400mg dan azithromycin 1g. Walau demikian, akibat
peningkatan kasus gonorrhea multidrug-resistance secara persisten, saat ini pilihan utama
regimen pengobatan yang direkomendasikan adalah pemberian obat seftriakson secara
injeksi dan azitromisin per oral dosis tunggal.

Seorang bayi baru dilahirkan dari Pembahasan :


seorang ibu yang terinfeksi gonorrhea.  Oftalmia neonatorum adalah radang
Obat apa yang dapat diberikan konjungtiva yang terjadi pada neonatus dengan
kepada bayi tersebut untuk onset munculnya manifestasi dalam 28 hari
pertama kehidupan. Infeksi ini umumnya
mencegah terjadinya konjungtivitis?
terjadi pada neonatus selama persalinan melalui
(Sering keluar di kasus UKAI).
jalan lahir yang terinfeksi.
a. Gentamicin
b. Chloramphenicol  Terapi gonorrhea saat kehamilan sangat
c. Erythromycin penting untuk mencegah ophthalmia
d. Ciprofloxacin neonatorum. Pilihan terapi gonorrhea pada ibu
e. Neomycin sulfate
hamil yaitu menggunakan ceftriaxone.
Penggunaan salep mata erythromycin 0,5%
pada celah konjungtiva mata bayi
direkomendasikan untuk mencegah terjadinya
ophthalmia neonatorum (konjungtivitis pada
bayi).

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
CATATAN KECIL TATALAKSANA CHLAMIDIA

Lini Pertama : Azithromycin 1g per oral dosis tunggal sehari sekali (7 hari), Doxycycline
100mg per oral dua kali sehari (7 hari).
Sebagai alternatif : Erithromycin 500 mg per oral empat kali sehari (7 hari), Ofloxacin 200-
400mg per oral dua kali sehari (7 hari), Tetracycline 500mg per oral empat kali (7hari).

Berdasarkan jurnal penelitian :


 Pada suatu penelitian randomized controlledntrial (RCT), efikasi pengobatan 7 hari
dengan doksisiklin sama dengan pengobatan dengan azitromisin dosis tunggal.
Keduanya memiliki angka kesembuhan lebih dari 95% pada pria dan wanita yang tidak
hamil
 Pada ibu hamil yang terinfeksi klamidia, dari Chohrane Review pada 11 penelitian
mengenai pengobatan infeksi klamidia pada kehamilan, amoksisilin memiliki efektifitas
yang sama dengan eritomisin.
A. Pada wanita yang tidak hamil
Lini pertama
1. Azitomisin 1 gram per oral dalam dosis tunggal (keamanan pada kehamilan dan
menyusui tidak dijamin)
2. Doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 7 hari (kontra indikasi pada
kehamilan)
3. Levofloksasin 500 mg per oral setaip hari selama 7 hari
Alternatif
1. Eritrmisin 500 mg per oral, 4 kali/hari selama 7 hari
2. Ofloksasin 300 mg per oral 2 kali/hari selama 7 hari(KI ada bumil dan busu)
3. Levofloksasin 500mg per oral setiap hari selama 7 hari
B. Rekomendasi untuk ibu hamil
1. Eritromisin 500 mg per oral 4 kali/hari selama 7 hari, atau
2. Amoksisilin 500 mg 3 kali/hari selama 7 hari.
Pasien perempuan menderita gonore dan terdiagnosa terinfeksi bakteri Chlamidia.
Antibiotik apa yang tepat diberikan untuk terapi Chlamidia nya ?
a. Azithromycin b. Ciprofloxacin c. Cefixim d. Kloramfenikol e. Metronidazole

Pasien denganinfeksi Chlamidia cenderung mengalami koinfeksi gonorrhea.


Kecenderunganini lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (40% banding 20%).

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

CATATAN KECIL TATALAKSANA SIFILIS (Sering keluar di kasus UKAI).

Sifilis yang disebabkan Treponema pallidum (T. pallidum) merupakan salah satu IMS (infeksi
menular seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis),
kecacatan tubuh (guma). Pada populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak diobati
dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir dengan abortus, lahir mati, atau
infeksi neonatus (sifilis kongenital).

Sifilis secara umum dapat dibedakan menjadi dua:

1. Sifilis kongenital(ditularkan dari ibu ke janin selama dalam kandungan)


2. Sifilis yang didapat / acquired (ditularkan melalui hubungan seks atau jarum suntik dan
produk darah yang tercemar).

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

VAKSIN (Sering keluar di kasus UKAI)

Vaksin Kegunaan Diberikan Pada


BCG Tuberkulosis Bayi < 3 bulan (segera setelah bayi lahir),
jika > 3 tahun, lakukan uji tuberkulin, jika
hasil positif, jangan diberikan.
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
atau -15o sampai -25o C (1 tahun).
DPT Difteri Pertusis Diberikan sebanyak 5 kali pada usia:
TT Tetanus  2-4-6-18 bulan-(4-6) tahun atau 2-3-4-
18 bulan-SD kelas 1
 Dapat diulang 10 tahun sekali (2
Tahun)
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
Campak Campak (Virus Bayi usia 9 bulan dan diulang pada umur 2
Morbili) tahun dan pada saat masuk SD (6 tahun)
Penyimpanan : 2o sampai 8o C atau -15o
sampai -25o C (2 tahun)
Cacar Air Cacar Air (Varicella Bayi usia 12-15 bulan, jika hingga usia 13
zoster) tahun ke atas (belum mengalami cacar atau
belum mendapat vaksin) harus diberikan
dua dosis dengan interval sekurang-
kurangnya 28 hari.
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
Hepatitis B Hepatitis B Bayi mendapat 3 dosis vaksin/3x (pada
(HBV) usia 0, 1, 6 bulan)
1. Dosis pertama : Saat lahir sebelum
usia 12 jam.
2. Dosis kedua : Saat usia 1-2 bulan
3. Dosis ketiga : Saat usia 6-12 bulan.
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
Hib Meningitis Pneumonia Diberikan 3 atau 4 dosis pada usia 2, 4, 6
(Haemophilus bulan dan diulang pada umur 12-15 bulan.
influenzae B) Vaksin meningitis konjugat dapat
diberikan mulai usia 9 bulan. Pada anak
usia 9-23 bulan, dapat diberikan 2 dosis
dengan interval 2-3 bulan. Pada anak usia ≥
2 tahun, dapat diberikan 1 dosis.
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
Influenza Flu Vaksin anak untuk mencegah influenza
bisa dilakukan mulai usia 6 bulan. Setelah
itu, WHO merekomendasikan pemberian
vaksin satu kali setiap tahun.
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
MMR Meales (Campak) Diberikan dalam 2 dosis vaksin
Mumps (Gondongan) 1. Dosis pertama: Usia 12-15
Rubella (Campak bulan
Jerman) 2. Dosis kedua: Usia 4-6 tahun
(atau lebih cepat)
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
Pneumokokus Pneumonia Sepsis Diberikan secara rutin pada bayi usia 2, 4, 6
Konjugasi Otitis Media dan 12-15 bulan.
Meningitis Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
(Streptococcus
pneumoniae)
Polio Polio Diberikan 4 dosis vaksin dosis pertama saat
lahir, dilanjutkan pada usia 2, 4, 6 bulan /2, 3, 4
bulan.

Penyimpanan : 2o sampai 8o C (6 bulan) atau


-15o sampai -25o C (2 tahun)

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
Rabies Rabies Jadwal pemberian vaksin rabies pra-paparan
adalah dalam 3 dosis
Dosis 1 : Bila dibutuhkan
Dosis 2 : 7 hari setelah dosis satu
Dosis 3 : 21 hari atau 28 hari setelah dosis
satu
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C
Rotavirus Diare Diberikan 2 atau 3 dosis
Vaksin diberikan pada usia 2, 4, (6 bulan bila
3 dosis)
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C.
Tifoid Demam Tifoid Wisatawan yang akan pergi ke wilayah
(Salmonella typhi) endemik tifoid (satu suntikan 2 minggu
sebelum berangkat). Dosis booster dapat
diberikan setiap 3 tahun sekali agar
hasilnya Optimal.
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C.
Torch Toxoplasmosis, Waktu pemberian: 3 bulan sebelum
rubella, menikah / 3 bulan sebelum kehamilan.
cytomegalovirus Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C.
herpes.
PCV Pneumococcus Virus Pada anak yang diberikan 3 dosis pada saat bayi
Radang paru berusia 2, 3, dan 12 bulan.
(Pneumonia)
Penyimpanan : simpan di suhu 2o - 8o C.
Kotipa Kolera, Tifus, Dosis pertama, biasanya 0,5 mL dengan
Paratifus cara injeksi subkutan dalam atau injeksi
intramuskular;
Dosis kedua, setelah paling sedikit 1
minggu dan lebih baik 4 minggu, 1 mL;
Booster setiap 6 bulan bila terjadi
pemaparan yang terus menerus;
ANAK usia 1-5 tahun 0,1 mL, dosis kedua
0,3 mL, usia 5-10 tahun 0,3 mL, dosis
kedua 0,5 mL.

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
VAKSIN PEMERINTAH INDONESIA

Vaksin Wajib Dasar Anak Vaksin Tambahan


1. Hepatitis B 1. Pneumokokus (PCV)
2. Polio 2. Influenza
3. Tuberkulosis (BCG) 3. MMR
4. Difteri (DPT) 4. Tifoid
5. Meningitis HiB (HiB) 5. Hepatitis A
6. Campak 6. Vatisela
7. Rotavirus
(Sering keluar di kasus UKAI). 8. HPV
9. JE (Japanese encephalitis)
10. Dengue

KASUS UKAI

Seseorang terjatuh saat mengendarai Pembahasan :


kuda dan terluka. Untuk Vaksin : untuk pencegahan terhadap suatu
mencegahnya terinfeksi tetanus, penyakit
sebaiknya diberikan?
Serum : untuk mengobati dan tidak
a. Vaksin BCG
meninggalkan imunitas terhadap penyakit
b. Vaksin DPT tersebut. Diberikan kepada individu bila

c. Vaksin hepatitis B terserang adanya infeksi penyakit, atau


diduga akan terkena infeksi.
d. Serum anti-BCG

e. Serum antitetanus
Vaksin apa yang disimpan dalam Pembahaan :
freezer? (Keluar di kasus UKAI Vaksin polio (OPV) : -15o sampai -25o C (2
2021). tahun)
a. OPV
b. BCG
c. Hib
d. Hepatitis
e. PCV

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
TOKSOPLASMA

Jenis Penyakit Tatalaksana Utama


Tidak Hamil  Pyrimethamin 100mg orally followed by 25-50mg/day) +
sulfadiazine (2-4g/day divided 4 times daily atau
 Pyrimethamin (100mg LD orally followed by 25-50mg/day)
+ Clindamycin (300mg oral 4xsehari)
 Sulfasalazin dan clindamycin dapat diganti azitromycin
500mg/day jika px alergi atau imunocompeten

Folinic acid (leucovurin calsium) 10mg-25mg/day sebaiknya


diberikan untuk pasien guna mencegah toksisitas hematologi
dari pyrimethamin.
HAMIL  Spiramycin 1 g orally every 8 hours (untuk trimester 1)
 Pirimetamin 3 minggu (50 mg / hari secara oral) dan
sulfadiazin (3 g / hari secara oral dalam 2-3 dosis terbagi)
 Pemberiaan pirimetamin dan sulfadiazim selama
kehamilan mungkin akan berhubungan dengan Supresi
sumsum dan pansitopenia maka perlu dicegah dengan
Folinic acid (leucovurin calsium) 10-25/ hari.
PEDIATRIK Pyrimethamine + Sulfadiazine + Asam Folinic (Leucovorin)
Pyrimethamine 2 mg / kg hari pertama kemudian 1 mg / kg
setiap hari, ditambah sulfadiazine 50 mg / kg dua kali per hari,
ditambah asam folinic (leucovorin) 7,5 mg per hari) selama 4
hingga 6 minggu diikuti dengan evaluasi ulang kondisi pasien.

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

Seorang wanita umur 31 tahun didiagnosa oleh dokter terinfeksi toksoplasmosis. Pasien
mengatakan sedang hamil 7 bulan. Terapi yang tepat untuk kondisi pasien tersebut adalah?
a. Metronidazole
b. Ampicillin+Sulbactam
c. Spiramisin
d. Pirimetamin
e. Doksisiklin

PEMBAHASAN :

Tatalaksana Toksoplastosis Kehamilan

Trimester 1 : Spiramycin

Trimester 2, 3 : Pirimetamine

Ibu hamil 1 bulan, diketahui hasil laboratorium positif terinfeksi toksoplasmosis, namun janin
belom terinfeksi. Terapi yang tepat untuk kondisi pasien tersebut adalah?
a. Metronidazole
b. Ampicillin+Sulbactam
c. Spiramisin
d. Pirimetamin
e. Doksisiklin

JAWABAN :

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

HIV

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

SINGKATAN PENGOBATAN HIV : 2 NRTI + 1 NNRTI

Golongan Obat HIV :


Golongan Contoh obat Mekanisme kerja Catatan
Reverse NRTI Menghambat perubahan Merupakan obat
Transkriptase 1. Tenofovir RNA menjadi DNA melalui pilihan untuk virus
Inhibitor 2. Adenofir reverse transkiptase, RNA seperti HIV dan
3. Zidovudin melalui kemiripannya Hepatitis B dan C.
4. Stavudin terhadap nucleoside atau
5. Lamivudin nucleotide.
6. Abacavir
7. Entecavir
8. Didanosin
9. Emtricitabine
NNRTI Umum digunakan
1. Efavirens untuk terapi HIV
2. Nefirapine
3. Rilpivirine
4. Etravirine
Protease 1. Amprenavir Menghambat enzim Umum digunakan
Inhibitors (PI) 2. Atazanavir protease, sebuah enzim dalam terapi HIV
3. Ritonavir yang berfungsi memotong dan HCV
4. Lopnavir polipeptida yang akan
5. Boceprevir dirakit menjadi komponen-
6. Asunaprevir komponen virus
Polimerase Inhibior : Entecavir, ribavirin, Asiklovir, gansiklovir, valasiklovir (herpes)

Parameter yang harus dipanatau HIV adalah : Viral Load danCD4 meningkat.
CD4 merupakan sel imun yang berperan dalam perlindungan tubuh terhadap penyakit
sekaligus menjadi sel yang diserang oleh HIV. Viral load yang tinggi dapat berimplikasi
pada CD4 yang rendah.

Success UKAI Bersama


BIMBEL SUKSES UKAI
KASUS HIV
ODHA yang belum AZT atau d4T + 3TC (atau  Menggunakan TDF
FTC) + EFV atau NVP
pernah mendapatkan (Tenofovir) sebagai lini
terapi ARV (ARV- pertama
naive)  Perlunya memulai phase out
Singkatan : ZLE/N
d4T (Stavudine) dan memulai
terapi dengan AZT
(Zidovudin), atau TDF
(Tenofovir) mengingat efek
samping.
HIV pada ibu hamil AZT + 3TC + NVP  AZT (Zidovudin), atau TDF
(Tenofovir) sebagai lini
pertama
Singkatan : ZLN
 Evafiren KI pada ibu hamil
Koinfeksi TBC + HIV AZT atau d4T + 3TC (atau TDF (Tenofovir) menggantikan
FTC) + EFV d4T (Stavudine) sebagai lini
Pertama
Singkatan : ZLE
Koinfeksi HIV + TDF + 3TC (atau FTC) + EF  Diperlukan panduan NRTI
Hepatitis B yang berisi TDF + 3TC (atau
FTC)
Singkatan : TLE  Nevirapine memiliki efek
samping hepatotoksik
sehingga diganti dengan PI
Based yang relatif lebh aman.
Keterangan : AZT (Zidovudin), d4T (Stavudine), 3TC (Lamivudine), FTC (Emtricitabine),
EFV (Efavirens), NVP (Nevirapine)
CATATA KECIL HIV PADA KEHAMILAN
Terapi antiretroviral pada kehamilan : tujuannya untuk mencegah terjadinya transmisi vertikal
dari ibu kepada anak dan juga untuk mengoptimalkan pengobatan yang diterima ibu.
a. Efavirenz (memiliki efek teratogenik) HINDARI UNTUK BUMIL
b. Kombinasi stavudin/didanosine (asidosis laktat).
c. Nevirapine digunakan selama kehamilan harus dengan pemantauan fungsi hati harus
dilakukan,terutama selama 18 minggu pertama pengobatan.
Success UKAI Bersama
Success UKAI Bersama

Karakter Farmakologi Beberapa Obat Antiretroviral

Obat Efek Samping


Nucleoside Reverse Transciptase Inhibitors (NRTI)
Abacavir Hipersensitivitas
Didanosine Neuropati perifer, pankeatitis
Emtricitabine Pigmentasi
Lamivudine Sakit kepala, pankreatitis
Stavudine Lipoatropi, neuropati perifer
Tenofovir Tokisisitas ginjal, penurunan densitas mineral tulang sehingga
menyebabkan osteoporosis (sering keluar).
Zidovudine Anemia (sering keluar), neutropenia, miopati
Zidovudin (AZT) merupakan pilihan utama sebagai komponen
terapi ART anak < 5 tahun.
Namun bila Hb anak <7,5 g/dl maka dipertimbangkan pemberian
Stavudin (d4T).
Dengan adanya resiko efek samping pada penggunaaan d4T
jangka panjang, maka dipertimbangkan mengubah d4T ke AZT
(bila Hb anak > 10 g/dl) setelah pemakaian 6-12 bulan.
Bila terdapat efek anemia berulang makan dapat kembali ke d4T.
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
Delavirdine Ruam, peningkatan hasil tes hati
Efavirenz Gangguan SSP (sering keluar), teratogen, peningkatan
kolesterol total (20-40%), diare (3-14% pada anak), Ruam, mual
Nevirapine Potensial ruam, hepatoksik, diare (15-20%), rash (15-20%)
Protease Inhibitors (PI)
Atazanavir Ruam
Indinavir Nefrolitiasis
Lopinavir Hiperlipidemia, intoleransi GI
Ritonavir Intoleransi GI
Saquinavir Mual, kembung
Nelfinavir Diare

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

CATATAN KECIL PENGOBATAN PENCEGAHAN INFEKSI


OPPURTUNISTIK MENGGUNAKANKOTRIMOKSAZOL

Beberapa infeksi oportunistik pada ODHA dapat dicegah dengan pemberian pengobatan
profilaksis. Terdapat dua macam pengobatan pencegahan yaitu profilaksis primer dan
profilaksis sekunder.
1. Profilaksis primer adalah pemberian pengobatan pencegahan untuk mencegah suatu
infeksi yang belum pernah diderita.
2. Profilaksis sekunder adalah pemberian pengobatan pencegahan yang ditujukan untuk
mencegah berulangnya suatu infeksi yang pernah diderita sebelumnya.

Contoh kasus :

Seorang pasien penderita HIV dengan CD4 rendah, dokter bertanya kepada apoteker
terkait antibiotik yang diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi oppurtunistik yang lain
adalah? Kotrimoksazol

KASUS UKAI

Seorang pasien penderita HIV


pergi ke dokter dengan keluhan
keputihan. Dokter mendiagnosa
pasien tsb menderita candiasis
vaginitis. Apakah obat yang
direkomendasikan pada kasus di
atas? Fluconazole
(Sering keluar di kasus UKAI).

Seorang wanita menikah dengan Penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kondom

pria yang positif menderita HIV- yang sesuai standar dapat menangkal virus yang kecil

AIDS. Wanita tersebut meminta saran termasuk virus HIV. Suatu publikasi di Inggris
kontrasepsi yang cocok dan cukup menyatakan bahwa efektivitas kondom terhadap virus

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
aman. Kontrasepsi apakah yang HIV mencapai 95%.
sesuai untuk wanita tersebut?
Penggunaan kondom

(Sering keluar di kasus UKAI).


Wanita hamil menderita HIV Manajemen tahap awal dari kandidiasis oral pada pasien
terdapat bercak putih di rongga HIV/AIDS adalah
mulut terapi apa yang diberikan?
Lini pertama : Flukonasol dengan dosis 100 mg/hari
(keluar di kasus UKAI 2021).
selama 7-14 hari.
a. Flukonazole
Lini kedua : Nistatin dapat digunakan sebagai
b. Itrakonazol
alternatif bila flukonasol tidakmemberikan perbaikan
c. Azitromicin
klinis.
d. Ketokonazole
Dosis pencegahan pada penderita HIV adalah
e. Clindamisin
Flukonazole 100–200 mg sekali sehari atau 200 mg 3 kali
seminggu

Pencegahan HIV pada bayi yg baru Pada tahun 1994 dapat dibuktikan bahwa pemberian obat
lahir atau Profilaksis anak HIV? tunggal zidovudine sejak kehamilan 14 minggu, selama
persalinan dan dilanjutkan 6 minggu kepada bayi dapat
(keluar di kasus UKAI 2021).
menurunkan transmisi vertikal sebanyak 2/ 3 kasus .
a. Efaviren
Akhir-akhir ini telah terbukti bahwa pemberian
b. Zidovudin profilaksis zidovudine dalam jangka waktu lebih singkat
c. Nevirapin cukup efektif asalkan bayi tidak diberikan ASI, oleh
d. Lamivudin karena obat tersebut tidak dapat mencegah transmisi
melalui ASI. Saat ini penelitian membuktikan bahwa
e. Entecavir
pemberian satu kali Nevirapine pada saat persalinan
kepada ibu dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian
satu kali pada bayi pada usia 48-72 jam setelah lahir
dapat menurunkan transmisi vertikal sebanyak 50% bila
dibandingkan dengan pemberian zidovudine oral waktu
intrapartum dan pada bayi selama satu minggu.
Kombinasi dua obat antiretroviral atau lebih ternyata
sangat mengurangi transmisi vertikal apalagi bila
dikombinasi dengan persalinan melalui seksio sesaria
serta tidak memberikan ASI. Efek samping penggunaan
antiretroviral ini masih dalam penelitian.

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
Seorang pasien berumur 50 tahun Tenofovir memiliki kemiripan struktur dengan
datang ke poliklinik dengan nukleosida adefovir dan cidofovir yang nefrotoksik.
Dalam kohort observasional penggunaan tenofovir
membawa hasil lab dengan kadar
dikaitkan dengan penurunan fungsi ginjal yang lebih
BUN 130 mg/dL dan SK 1.5
besar daripada yang terlihat dengan NRTI lainnya.
mg/dL. Diketahui pasien memiliki Pemantauan fungsi ginjal pada pasien yang menerima
riwayah BPH stadium 3 dan infeksi tenofovir (SK, urinalisis dan elektrolit).
HIV. Pasien menggunakan obat
lamivudin, tenovofir, efavirenz,
kotrimoksazol dan tamsulosin 3
bulan terakhir. Obat apa yang
menyebabkan efek samping
tersebut? (Sering keluar di kasus
UKAI).
a. Lamivudin
b. Tenofovir
c. Efavirenz
d. Kotrimoksazol
e. Tamsulosin
Setelah dilakukan pemeriksaan, Parameter berhasil : CD4 meningkat, tidak ada viral load
diketahui CD4+ seorang pasien dan tidak ada gejala klinis.
HIV/AIDS sebesar 400. Pasien
diberikan terapi obat lamivudin,
zidovudin, dan efavirenz. Parameter
apa yang digunakan utk mengetahui
efikasi obat? (Sering keluar di kasus
UKAI).
a. Plasma HIV RNA dan jumlah CD4
b. Plasma HIV RNA dan viral load
c. Plasma HIV DNA dan jumlah CD4
d. Plasma HIV DNA dan viral load
e. Viral load dan jumlah CD4
Seorang pasien TB diidentifikasi ARV harus dimulai atau diteruskan selama pengobatan
terjangkit HIV/AIDS. Kapan TB berdasarkan nilai CD4. Jika terkena TB selama
Success UKAI Bersama
Success UKAI Bersama
pengobatan ARV diberikan? pengobatan ARV, kedua pengobatan tetap diteruskan.
(Sering keluar di kasus UKAI). Apabila dalam pengobatan TB lalu terkena HIV:
a. Bersamaan dengan obat TB  CD4 <50 sel/mm3 -> dalam 2 minggu pengobatan

b. 1 hari setelah penggunaan obat TB, tidak lebih dari 4 minggu

TB  CD4 >50 sel/mm3 -> dalam 8 minggu.

c. 14 hari setelah penggunaan


obatTB
d. 3 hari setelah penggunaan obat TB
e. 7 hari setelah penggunaan obat TB

 Obat HIV? Pelajari obat HIV diatas (keluar di kasus UKAI 2021).
 Pasien sudah di terapi TB selama 1 bulan, kemudian di diagnosa HIV dgnCD4 >100,
kapan pemberian terapi HIV? (keluar di kasus UKAI 2021).
Pembahasan :

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
HEPATITIS
Pengobatan:
1. Hepatitis A:Imunoglobulin paling efektif jika diberikan selama fase inkubasi infeksi. Satu
dosis IG 0,02 mL / kg diberikan secara intramuskular untuk profilaksis pasca-eksposur atau
jangka pendek (≤5 bulan)
2. Hepatitis B: Prefered Initial Therapy : IFN,peg-IFN, Entecavir or Tenofovir (untuk yng
terkena hepatitis pertama kali obat pilihanya Interferon α)
3. Hepatitis C; Standar perawatan saat ini untuk pasien HCV genotipe 1 kronis adalah
kombinasi injeksi sekali seminggu dari peg- IFN, dosis ribavirin oral harian dan boceprevir

Tatalaksana hepatitis C dengan genotype 1 yaitu :

1. IFN + Ribavirin + sofobusfir : 12 minggu


2. Ribavirin + sofobusfir : 24 minggu

Terapi Spesifik :
Banyak obat anti-virus yang telah dicoba untuk mengobati Hepatitis B tapi belum ada yang
memuaskan. Pada waktu ini yang dianggap paling baik hasilnya adalah interferon dan
lamivudin.
1. Interferon diberikan secara intensif, 3 kali seminggu. Minimal 4-6 bulan lamanya. Hasilnya
masih kurang memuaskan, hanya 40-50 % berhasil. Efek sampingnya mengganggu dan
harganya sangat mahal. Ada jenis interferon kerja panjang yaitu Peggylated Interferon yang
diberikan cukup 1 x seminggu (obat ini diperkirakan masuk ke Indonesia tahun 2002).
2. Lamivudin diberikan per oral, efek sampingnya sedikit. Diberikan bersama dengan
interferon atau tersendiri.

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

PEMERIKSAAN LAB HEPATITIS B : Serologi HBV, Pemeriksaan Fungsi Hati


HBsAg (hepatitis B surface antigen)
• Antigen permukaan virus hepatitis B. Untuk itu, pemeriksaan HBsAg perlu dilakukan
untuk memastikan diagnosis hepatitis B (HBV). Jika hasilnya positif, artinya Anda
terinfeksi HVB dan berisiko menularkan penyakit ini kepada orang lain melalui darah
atau cairan tubuh.
• HBsAg sudah positif dalam masa inkubasi, biasanya 2-6 minggu sebelum timbulnya
gejala-gejala. Pada Hepatitis B Akut HbsAg hilang dalam waktu beberapa minggu atau
bulan, kemudian timbul Anti-HBs yang akan tetap terdeteksi seumur hidup. Pada
sebagian kecil Anti-HBS tidak terdeteksi bila HBsAg tidak hilang.
• Persisten lebih dari 6 bulan dinamakan Hepatitis B kronik. Pada bayi yang lahir dari
ibu pengidap Hepatitis B kronis, HBsAg timbul antara usia 6 minggu sampai 6 bulan
dan umumnya bersifat persisten.
Hepatitis B e antigen (HBeAg)
• Hepatitis B e antigen (HBeAg) merupakan produk dari gen nukleokapsid (core) HBV,
tetapi tidak seperti HBcAg, HBeAg disekresikan dalam serum. HBeAg merupakan
penanda aktivitas replikasi virus yang berkaitan dengan infektivitas dan kerusakan hati.
• HBeAg terdeteksi dalam serum dalam waktu singkat setelah terdeteksi HBsAg. HBeAg
bersama dengan HBVDNA adalah tanda-tanda bahwa ada replikasi HBV yang masih
aktif. Bi1a infeksi mereda HBeAg hilang dari serum dalam waktu singkat sebelum
HbsAg menghi1ang.
HBVDNA
• Pemeriksaan HBV DNA adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
tingakt replikasi virus Hepatitis B di dalam tubuh. Pemeriksaan HBV DNA digunakan
untuk pemantauan terapi obat anti viral yang diukur melalui perubahan jumlah HBV
DNA dalam plasma.
• Jika terdapat virus maka akan terdeteksi dengan kisaran angka 1.00 - 9.00 log IU/ml
(10-1.000.000.000 IU/ml).

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

Status Hepatitis B kronik ditentukan dengan memeriksa tandatanda berikut ini. Antara lain
dapat dibedakan antara keadaan replikasi aktif dan nonreplikasi seperti di bawah ini :

Pemeriksaan Fungsi Hati :

1. SGOT dan SGPT


2. FibroScan merupakan alat non invasif yang digunakan untuk menilai kekakuan pada organ hati.
Biasanya hal in dapat menilai adanya fibrosis atau jaringan parut pada hati, di mana fibrosis
hati dapat dievaluasi berdasarkan dari kekakuan hati ini. Hasil pemeriksaan pada umumnya
yaitu bekisar antara 2.5 - 75 kPA. Pada orang yang memiliki organ hati yang sehat, hasil akan
menunjukkan angka di bawah <7.0 kPA.

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama

SOAL KASUS UKAI HEPATITIS


Pasien sirosis diberi laktulose. apa Pembahasan :
fungsi pemberian laktulose? Ensefalopati hepatik (EH) merupakan sindrom
(Keluar di kasus UKAI 2021). neuropsikiatri yang dapat terjadi pada penyakit hati
a. Hepatic ensepalopati akut dan kronik berat dengan beragam manifestasi,
b. Melena mulai dari ringan hingga berat, mencakup perubahan
c. Hipertensi portal perilaku, gangguan intelektual, penurunan kesadaran
d. Vertigo serta tanpa adanya kelainan pada otak yang
e. Konstipasi mendasarinya. Hingga saat ini Laktulosa merupakan
terapi utama dalam pengobatan dan pencegahan
timbulnya EH, efikasinya sudah terbukti efektif baik
sebagai profilaksis primer maupun sekunder.

Tujuan terapi pada pasien HE adalah untuk


menurunkan kadar ammonia dalam darah dengan
pembatasan diet, pemberian laktulosa saja atau
kombinasi laktulosa dengan antibiotik (Dipiro et al.,
2017). Pada awal diberikan laktulosa oral 45 mL
setiap jam kemudian dapat diturunkan 15 – 45 mL
tiap 8 – 12 jam. Rifaximin 550 mg dua kali sehari

Terapi Antibiotik Ensefalopati Hepatik


metronidazole, ceftriaxone, vankomisin,
paromomycin, dan kuinolon, rifaximin (di Indonesia
tdk ada) diberikan dalam upaya untuk menurunkan
konsentrasi bakteri kolon ammoniagenik.
Seorang pasien laki-laki dengan Furosemid dan spironolakton merupakan diuretik,
TB 170cm, BB 60kg didiagnosa pada kasus ini diuretik ditujukan untuk terapi asites
dokter mengalami sirosis hepatik, Sumber : Phamacotherapy handbook 9th ed
asites dan hepatomegali.
Diberikan terapi laktulosa,

Success UKAI Bersama


Success UKAI Bersama
furosemid, spironolakton,
ceftriaxon dan amiparen. Apa
fungsi furosemid dan
spironolakton?
a. Asites
b. Hepatomegali
c. Sirosis hepatik
d. Sepsis
e. Syok hipovolemik

Success UKAI Bersama

Anda mungkin juga menyukai