Filsafat Umum Kelompok 9
Filsafat Umum Kelompok 9
Di Susun Oleh :
Dosen Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’filsafat
marxisme, matrialisme, fenomenologisme, dan eksistensialisme sebuah aliran filsafat
modern ‘' tepat waktu. Tak lupa pula kami latunkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di akhir
kelak nanti.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah filsafat umum serta menambah wawasan kita tentang makalah ini. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun, akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................................5
A. FILSAFAT MARXISME...........................................................................................................5
B. FILSAFAT MATREALISME.................................................................................................8
C. FILSAFAT FENOMENOLOGISME.................................................................................14
D. FILSAFAT EKSISTENSIALISME.....................................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................... 20
PENUTUP..............................................................................................................................................20
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang di katakan Pemikiran tentang marxisme, matrealisme,
fenomenologisme dan eksistensialisme?
2. Apa saja teori tentang marxisme, matrealisme, fenomenologisme dan
eksistensialisme ?
3. Dan apa saja Aliran tentang marxisme, matrealisme, fenomenologisme
dan eksistensialisme?
4
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pemikiran filsafat marxisme, matrealisme,
fenomenologisme dan eksistensialisme.
2. Mengenal apa saja teori filsafat marxisme, matrealisme,
fenomenologisme dan eksistensialisme.
3. Dan mengetahui apa saja aliran marxisme, matrealisme,
fenomenologisme dan eksistensialisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT MARXISME
1. Pemikiran Filsafat Marxisme
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi
oleh Hegel.Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih
menggunakan terminologi Hegel.Ada baiknya jika di sini disebutkan satu
persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme:
a) Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan
sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.
b) Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus
berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami
hakikat perubahan sejarah.
c) Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti
suatu hukum yang dapat ditemukan.
d) Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan
triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
e) Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang
menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa
menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
5
f) Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena
hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa
arus bersama dengannya.
g) Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu
situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.
h) Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak
lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar
kendali mereka.Akan tetapi, untuk pertama kalinya manusia akan
mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan tentunya
mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
i) Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia
dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya dan pemenuhan
diri.
j) Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan
pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas
individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh
orang liberal. Akan tetapi, merupakan sebuah masyarakat organik, di
mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih
besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada
kehidupan mereka yang terpisah-pisah.
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas materiil yang semakin
kompleks bisa berubah menjadi suatu kualitas baru. Menurut Karl Marx,
hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus
hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Apapun
yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta
untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tidak ada yang bisa menghindar dari
tugas memproduksi hal-hal itu. Namun, ketika cara-cara produksi
berkembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan agar tiap
individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka
akan lebih makmur dengan cara itu. Lalu, orang menjadi bergantung satu
dengan yang lain. Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas sosial,
bukan lagi aktivitas individu.
6
2. Teori Filsafat Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-
pandangan Karl Marx.Awalnya Marx menyusun sebuah teori besar yang
berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan
sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme
mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta
penerapannya pada kehidupan sosial.Marxisme merupakan dasar
teori komunisme modern.Teori ini tertuang
dalam buku Manifesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich
Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap
paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan
uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar
sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah
minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh
kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah
pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul
karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang
didominasi orang- orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar,
Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu diganti dengan
paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum
proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar dari
marxisme.Tujuan utama ajaran marxisme yaitu mendudukkan
masyarakat khususnya kaum buruh pada martabat dan kekuasaannya.
Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut, perlu diadakan perubahan
dalam sistem sosial secara besar-besaran (revolusi). Melalui revolusi maka
segala bentuk penindasan, ketidakadilan, alienasi yang sumbernya dari
alat produksi secara pribadi dapat dihapuskan.
7
3. Aliran Filsafat Marxisme
8
B. FILSAFAT METERIALISME
1. Pemikiran Filsafat Materialisme
Pemikiran Materialisme Mempercayai materialisme berarti harus menaati
hukum yang terkandung dalam materialisme. Hukum tersebut sebagai
berikut:
Hukum I: “Materi itu Ada, Nyata dan Konkret”.
Materi harus ada, nyata dan konkret, hal ini bisa kita lihat dan
rasa dengan indra kita, semua realitas yang hidup di alam atau
kejadian-kejadiannya dapat diterangkan dengan indra karena
indra dapat melihatnya merasakannya dan mendengarkannya.
Kejadian-kejadian alam yang belum pernah kita lihat dan dengar
bukan berarti sesuatu di luar materi. Semua itu adalah materi
yang belum dijelaskan oleh indra, seperti pada masyarakat kuno
kejadian bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan
banjir adalah buatan Dewa (Dewa Bumi, Dewa Laut, Dewa
Matahari, Dewa Angin dsb.), untuk terhindar dari bencana alam,
merekamenyembah dewa yang telah disebutkan di atas. Padahal,
kejadian-kejadian alam itu dapat dibuktikan dengan alat yang
mampu mendeteksi bencana alam, gempa dan banjir.
Hukum II: “Materi itu Terdiri dari Materi yang Lebih Kecil dan Saling
Berhubungan (Dialektis)”.
Semua yang ada di alam ini tersusun oleh partikel-partikel kecil
yang tersususn rapi menjadi satu kesatuan yang saling
berhubungan. Misalnya pada tubuh manusia yang terdiri dari
materi-materi yang lebih kecil yaitu organ. Organ yang terdiri dari
pencernaan, pernapasan, pengeluaran, pemikiran atau otak dan
lain-lain, atau materi yang lebih kecil yaitu sel-sel sehingga indra
tak mampu untuk melihatnya. Semua yang ada pada tubuh
manusia adalah satu kesatuan yang saling berhubungan.
9
Hukum III: “Materi Mengalami Kontradiksi” .
Materi mengalami kontradiksi atau saling bertentangan karena di
dalam materi terdapat sesuatu perubahan dari kuantitatif
berubah menjadi kualitatif sebagai contoh air akan berubah menjadi
uap jika dipanaskan dengan suhu 100° C atau akan berubah
menjadi es jika air itu bersuhu dibawah 0° C. Kontradiksi pula
mengakibatkan perubahan mendapatkan sebabnya. Orang
merasa lapar dan haus adalah kontradiksi dengan lapar dan haus,
manusia akan selalu mencari makan dan minum untuk memenuhi
kehidupannya, makan dan minum didapat dengancara bekerja dan
dengan bekerja manusia merubah alam serta mengubah
hubungan-hubungan yang ada di alam.
10
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam
indra.Pada zaman Yunani kuno telah ada paham tentang
materialisme yaitu yang berkembang pada filsuf-filsuf Yunani
tentang kejadian alam seperti yang diterangkan oleh Thales (625-
546 SM) bahwa asal kejadian alam atau materi pembentuknya
adalah air. Menurut Anaximenes asal kejadian alam adalah udara.
Filsafat ini terus menurus berkembang dan menurut Heraclitus
(540-480 SM) materi yang pembentuk alam raya ini adalah “segala
sesuatu mengalir”.Empedocles (490-430) mengatakan bahwa asal
kejadian alam terdiri dari empat unsur yaitu: air, udara, tanah dan
api. Demokritus berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-
atom yang bergerak-gerak tanpa akhir dan jumlahnya sangat
banyak. Atom adalah partikel kecil penyusun zat yang
mempunyai bagian- bagian yaitu proton, neutron,dan
elektron.Semua yang dikatakan para filsuf Yunani adalah
pandangan dunia materialisme. Akan tetapi pendapat mereka
tidak berlanjut sampai mendapatkan kebenaran yang sebenarnya.
Mereka kemudian melanjutkan kajiannya terhadap sifat dan
prilaku manusiasebagai makhluk etik, sosial dan politik. Pada abad
pertengahan materialisme tidak begitu popuer dikalangan
masyarakat karena sifat materialisme yang bertentangan dengan
agama, pada waktu itu kekuasaan tertinggi dalam negara diatur
oleh agamawan dan gereja, baru pada abad ke-19 yakni abad
Renaisans (pencerahan) paham materialisme dipakai sebagai
dasar ilmu pengetahuan yang kongkrit karena segala sesuatu
dapat dibuktikan dan tereksperimen.
11
Materialisme modern mengatakan bahwa alam itu merupakan
kesatuan materil yang tidak terbatas. Alam di dalamnya segala
materi dan energi selalu ada dan akan tetap ada dan alam
(univers) adalah sesuatu yang keras yang dapat diindra atau
dapat diketahui oleh manusia. Materialisme modern mengatakan
bahwa materi itu ada sebelum jiwa (mind) dan dunia materil
adalah pertama sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah
nomor dua. Jelasnya pikiran tentang konsep ide itu ada setelah
materi ada terlebih dahulu.
B. Materialisme Mekanik
12
C. Materialisme Alam
D. Materialisme Dialektika
E. Materialisme Historis
13
Perkembangan gerak pada manusia yang dimaksud Marx adalah
perkembangan menuju kepada sejarahnya manusia. Tidak
mungkin manusia hidup tanpa makan, minum dan bersosialisasi.
Manusia dalam hidupnya mendorong terciptanya alat-alat yang
dipergunakan untuk hidup, misalnya manusia membuat alat
pertanian, alat perairan dan terciptanya industri. Semua alat dan
industri itu tak lain dari pada materia, yang hendak dihasilkan
juga materi. Jadi, Materialisme historis mendasarkan
perkembangan masyarakat atau sejarah atas materia.
C. FILSAFAT FENOMENOLOGISME
1. Pemikiran Filsafat Fenomenologisme
14
ajaran mengenai gejala (fenomenologia). Maksudnya adalah
menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-ciri bayangan objek
pengalaman inderawi (fenomen).Immanuel Kant memakai istilah
fenomenologi dalam karyanya Prinsip-Prinsip Pertama Metafisika
(1786). Maksud Kant adalah untuk menjelaskan kaitan antara konsep
fisik gerakan dan kategori modalitas, dengan mempelajari ciri-ciri
dalam relasi umum dan representasi, yakni fenomena indera-indera
lahiriah.
15
fenomenologi merupakan suatu metode analisa juga sebagai aliran
filsafat, yang berusaha memahami realitas sebagaimana adanya
dalam kemurniannya. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya,
fenomenologi telah memberikan kontribusi yang berharga bagi dunia
ilmu pengetahuan. Ia telah mengatasi krisis metodologi ilmu
pengetahuan, dengan mengembalikan peran subjek yang selama ini
dikesampingkan oleh paradigma positivistik – saintistik.
16
sebagai entre aumonde(mengada pada alam) menjadi satu dengan
alam itu. Manusia mengkonstitusi alamnya. Untuk melihat sesuatu
hal, saya harus mengkonversikan mata, mengakomodasikan lensa,
dan mengfiksasikan hal yang mau dilihat. Anak yang baru lahir belum
bisa melakukan sesuatu hal, sehingga benda dibawa ke mulutnya.
D. FILSAFAT EKSISTENSIALISME
1. Pemikiran Filsafat Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang terutama
diasosiasikan dengan beberapa filsuf Eropa abad ke-19 dan ke-20 yang
sepaham (meskipun banyak perbedaan doktrinal yang mendalam
bahwa pemikiran filsafat bermula dengan subjek manusia—bukan
hanya subjek manusia yang berpikir, tetapi juga individu manusia
yang melakukan, yang merasa, dan yang hidup. Nilai utama
pemikiran eksistensialis biasanya dianggap sebagai kebebasan, tetapi
sebenarnya nilai tertingginya adalah autentisitas (keaslian).Dalam
pemahaman seorang eksistensialis, seorang individu bermula pada
apa yang disebut sebagai "sikap eksistensial", yaitu semacam
perasaan disorientasi, bingung, atau ketakutan di hadapan sebuah
dunia yang tampaknya tidak berarti atau absurd. Ada pula beberapa
filsuf eksistensialis yang menganggap bahwa konten filsafat
sistematis atau akademis tradisional terlalu abstrak atau jauh dari
pengalaman konkret manusia.
17
"gen seseorang" atau esensi lainnya. Aksi otentik adalah aksi yang turut
dengan kebebasan seseorang. Nilai penentu kebebasan adalah
faktisitas, termasuk faktisitas diri sendiri, namun faktisitas tetap tidak
dapat menentukan pilihan transenden seseorang. Peran faktisitas
dalam hubungannya dengan otentisitas adalah membiarkan nilai-nilai
seseorang "bermain" saat membuat pilihan (dan tidak "memilih"
secara acak). Dengan demikian, seseorang bertanggung jawab atas
kelakuannya sendiri dan tidak membuat pilihan ini atau itu tanpa
menyadari bahwa pilihan-pilihan tersebut dapat memiliki
konsekuensinya masing-masing.[38]
Berlawanan dengan ini adalah hidup yang tidak otentik (inotentik).
Orang yang hidup secara tidak otentik berarti menyangkal hidup yang
sesuai dengan kebebasannya sendiri. Ada banyak bentuknya, misalnya
dengan mengatakan bahwa pilihan yang ada memang tiada maknanya
atau acak, dengan meyakinkan diri sendiri bahwa ada
bentuk determinisme yang benar, hingga semacam "mimikri", ketika
seseorang bertindak seolah-olah "ia harus".
18
dan ateitis . Ateitis ini beranggapan bahwa manusia itu bereksistensi
atau mempunyai kebebasan namun itu atas dasar pengaruh dari
kehendak Tuhan. Sedangkan teitis beranggapan bahwa manusia
mempunyai kebebasan dalam bereksitensi, tapi itu terlepas dari
kehendak tuhan.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu yang membuka cara berpikir kita lebih luas lagi.Semua
aliran aliran filsafat yang ada di dunia ini muncul karena sebab dari tanggapan
atau pikiran setiap orang yang berbeda beda. Dalam pemikiran modern aliran
filsafat mulai muncul, seperti marxisme, matrialisme, fenomenologisme, dan
eksistensialisme.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.unimus.ac.id
Atang Abdul Hakim Dan Beni Ahmad Saebani. (2008). Filsafat Umum, Bandung:
Pustaka Setia
Connolly, Peter, (Ed.), 2002, Approaches to the Study of Religion, Terj. Imam Khoiri,
Aneka Pendekan Studi Agama, Yogyakarta: LkiS.
Delgaauw, Bernard, 2001, Filsafat Abad 20, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Ghazali, Adeng Muchtar, 2005, Ilmu Studi Agama, Bandung: Pustaka Setia.
Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama572-
575
Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom:
Cambridge University Press. Hlm. 465-467.^
P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 111-117
Daniel L. Pals. 1996. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam. Hlm 207-264
.Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 164-171.
21