Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

Dosen Pengampu: Dr.H.Mukhtar Masud,S,Ag,M.A

PEMBUKTIAN SECARA RASIONAL,EKSISTENSI,DAN KEESAAN


ALLAH SWT

DISUSUN OLEH:

SRI RAHMADANI 2120203886208083


MARDAYANTI 2120203886208085
ARISKA 2120203886208084

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Pembelajaran


Akidah Akhlah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas
rahmat dan Hidayah-Nya,penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “PEMBUKTIAN SECARA RASIONAL,EKSISTENSI,DAN
KEESAAN ALLAH SWT” dengan tepat waktu. Shalawat dan salam kita
sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW,nabi yang telah
membawah ummatnya dari Zaman kejahilyaan menuju Zaman berpendidikan
seperti sekarang ini.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK”sesuai dengan format yang
ditentukan. Namun demikian kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna.oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan guna perbaikan makalah kami selanjutnya.

Penulisan makalah ini tak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Parepare,28 September 2022

Penulis

Kelompok 5

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Keesaan Allah SWT.............................................................................3
B. Pembuktian Eksistensi Keesaan Allah SWT..........................................................6
C. Pembuktian Keesaan Allah Menurut Para Ahli....................................................11
BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan ini pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari masalah. Di
mana- pun manusia hidup pasti akan menghadapi persoalan karena, hal demikian
memang sudah ditetapkan oleh Allah sebagai ujian bagi manusia. Sebuah
ungkapan menyatakan “Bahwa hidup merupakan rangkaian dari masalah”.

Seluruh problem manusia tersebut menuntut adanya


penyelesaian.Kenyataannya,tidak semua problem dapat diselesaikan sendiri oleh
individu,kadangkala membutuhkan seorang ahli untuk memecahkan
problemnya.Bicara tentang eksistensi Tuhan, merupakan sebuah obyek kajian
yang memang sudah lama ada, tepatnya sejak kemunculan filsafat Pra-Socrates
(masa Anaximandros, Xenophas, hinga Parmenides). Walaupun tidak membahas
tentang tuhan secara utuh, namun para filosof tersebut setidaknyamembahas
tentang adanya tuhan.

Kata “Tuhan” merujuk kepada suatu Zat Abadi dan Supranatural,


biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau
jagatraya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-
konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaranyang
merasuki seluruh alam semesta, dimana keberadaannya membuat alam semesta
ada, sumber segala yang ada, kebijakan yang terbaik dan tertinggi dalam semua
makhluk hidup atau apapun yang tidak bisa dimengerti atau di jelaskan.Banyak
tafsir daripada nama “Tuhan” ini yang bertentangan satu sama lain.

Meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan


peradaban, tetapi definisinya lain-lain. Istilah Tuan juga banyak kedekatan makna
dengan kata Tuhan, dimana Tuhan juga merupakan majikan atau juragannya alam
semesta. Tuhan punya hamba sedangkan Tuan punya sahayaatau budak.

Pertanyaan atheis yang sering muncul adalah “Mengapa Tuhan tidak


dapat dilihat?”
Hal ini disebabkan para atheis hanya menggunakan panca indranya saja
dalam melihat eksistensi Tuhan. Seandainya para atheis tidak hanya menggunakan
indranya, dan lebih mengoptimalkannya dengan akal dan hatinya, karena sudah

3
banyak sekali tanda-tanda kekuasaan-Nya dari hal-hal kecil sampai hal-hal yang
amat besar di dunia ini. Jadi bagaimana kita tahu bahwa Tuhan itu ada?...,

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Keesaan Allah SWT?...,


2. Bagaimana Pembuktian Eksistensi Keesaan Allah Swt?...,
3. Bagaimana Pembuktian Keesaan Allah Menurut Para Ahli?...,

C. Tujuan Penulisan

4. Mengetahui Pengertian Keesaan Allah Swt.


5. Mengetahui Pembuktian Eksistensi Keesaan Allah Swt
6. Mengetahui Pembuktian Keesaan Allah Menurut Pada Ahli

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keesaan Allah SWT

Tauhid atau Keesaan Ilahi memainkan peran penting dalam banyak


aspek kehidupan manusia. Tauhid adalah pembawa pesan kebaikan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Dan iman kepada Allah adalah menyakini yang kuat
tentang keberadaan Allah ,Raab yang disifati dengan semuah sifat kesempurnaan
dan sifat kemuliaan ,satu satunya Rabb yang berhak di ibadahi ,dan hati merasa
tentaram dengannya , satu ketentraman dari berbangai pengaruhnya yanng terlihat
dalam perilaku manuaia, komitmennya dalam menjalankan perintah perintah
Allah, iman kepada Allah adalah asas dan inti akidah islamiyah 1.Jadi tingkat
keimanan manusia di masa depan berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan
tauhid. Hal yang sama berlaku untuk kebahagiaan Allah di dunia dan di
akhirat.Dunia adalah tempat pencobaan, Surga adalah tempat pembalasan.
Oleh karena itu, tauhid di dunia ini tidak dapat benar-benar ditemukan
sebagai bagian akhir dan akhir dari menerima atau menolak semua urusan
manusia. Ada beberapa orang kafir di dunia yang menempuh berbagai jalan untuk
mencapai kesuksesan duniawi dan berhasil mencapainya.Apakah cukup banyak
orang yang tidak percaya pada Tuhan dan menggunakannya sebagai alat dalam
hidup? Usaha mereka sama sekali tidak berguna di dunia ini.
Oleh karena itu, tauhid di dunia ini tidak dapat benar-benar ditemukan
sebagai bagian akhir dan akhir dari menerima atau menolak semua urusan manusia.
Ada beberapa orang kafir di dunia yang menempuh berbagai jalan untuk mencapai
kesuksesan duniawi dan berhasil mencapainya.Apakah cukup banyak orang yang
tidak percaya pada Tuhan dan menggunakannya sebagai alat dalam hidup? Usaha
mereka sama sekali tidak berguna di dunia ini.
Hukum ini tidak berlaku untuk dunia ini, tetapi untuk dunia ini, karena dunia ini
adalah tempat pencobaan dan kesengsaraan. Jika Allah telah memaksa semua orang
untuk bersatu dan beriman, godaan ini tidak akan menguntungkan mereka dan
kebebasan mereka tidak akan terlindungi.

1
Muliati,Ilmu Akidah (Cet: 1; Parepare’IAIN Parepare Nusantara Press, 2020), Hal:1
5
Dengan demikian, hikmah penciptaan dunia ini pun hilang dengan
sendirinya, yakni hikmah pengujian itu.Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٱ‬
‫ِذَّل ْي َخ َلَق اْلَمْو َت َو ا ْلَح ٰي وَة ِلَيْب ُلَو ْمُك َاُّيْمُك َاْح َس ُن َمَع اًل ۗ َو ُه َو اْلَع ِز ْيُز اْلَغُفْو ُر‬

Artinya:

“yang
menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun," (QS. Al-
Mulk 67: Ayat 2)

Selain ayat di atas adapun hadis tentang tauhid yaitu:

‫َع ْن َج اِبِر ْبِن َعْب ِد اِهَّلل َقاَل ِمَس ْع ُت َر ُس وَل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َيُقوُل َمْن َلِقَي اَهَّلل اَل ُيِرْش ُك ِبِه َش ْيًئا َدَخ َل اْلَج َّنَة َو َمْن َلِقَيُه‬
)‫ُيِرْش ُك ِبِه َدَخ َل الَّناَر ( رواه املسمل‬
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa bertemu Allah dalam keadaan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia masuk surga, dan barang siapa
yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu,
maka ia akan masuk neraka.” [HR. Muslim].
Jadi, tauhid atau keesaan Allah merupakan hakikat terpenting (raison d'etre)
bagi keberadaan manusia, baik dalam kehidupan di dunia maupun di hari
perhitungan; dilanjutkan dengan kehidupan di surga atau di neraka.

Oleh karena itu, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Keesaan Tuhan
adalah hal yang paling penting (raison d'etre) bagi keberadaan manusia, baik
dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat. melanjutkan hidup di surga atau
di neraka.
Jika kita cermati ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis , kita melihat bahwa Al-
Qur'an juga memberikan perhatian khusus yg cukup serius masalah percaya pada
Tuhan ini lebih berbahaya daripada masalah lainnya. Misalnya, sistem hukum
yang menggambarkan masalah cabang atau furu yang hanya berjumlah 500
lembar kertas. Saat ini, ayat-ayat yang berbicara tentang Hari Kebangkitan
memiliki lebih dari 1000 bagian, menunjukkan kejahatan Al-Qur'an dalam hal
pendapat dan keyakinan.

6
Adapun tingkatan tauhid menurut para ulama yg mengatakan bahwa
tauhid memiliki 5 tingkatan yaitu
1) Tauhid dalam Zat
Maksudnya ialah bahwa Allah adalah satu tidak memiliki tandingan dan sekutu
2) Tauhid dalam Sifat
Maksudnya ialah bahwa Allah adalah Mahasempurna dan Mahatinggi

3) Tauhid dalam Perbuatan


Maksudnya adalah seeorang mukmin hendaknya menyakini bahwa
Allah telah menciptakan segalah sesuatu ,segenap aturan ,dan berbagai
karakteristiknya masing masing.jadi tidak ada satupun yang lepas dari
pengaruhnya dan juga dari keluar dari ketentuannya .
4) Tauhid dalam Ibadah
Ini berarti bahwa suatu ibadah hanya di peruntukan bagi Allah dan tidak ada
seorang pun yang berhak mendapatkannya
5) Tauhid dalam Kekuasaan Hukum
a. Tauhid dalam kekuasaan
b. Tauhid dalam ketaatan
c. Tauhid dalam perbuatan hukum2

B. Pembuktian Eksistensi Keesaan Allah SWT

Orang-orang yang hidup di dunia yang panas ini mencari segala sesuatu
yang dianggap sempurna. Dia menggunakan berbagai metode untuk mencapai
kesempurnaannya sendiri. Cinta akan kesempurnaan adalah fitrah dan fitrah
bagi semua makhluk di planet ini, terutama yang disebut manusia. Menurut
orang- orang, telah terbukti bahwa semua orang selalu berusaha untuk
mengimbangi kekurangan dalam diri mereka. Dan sebelum Anda
menyadarinya, Anda menyembunyikan semua kelemahan Anda dari orang lain.
Dengan kekuatan pikirannya, manusia akan terus mencari segala
macam kesempurnaan. Dalam melakukannya, ia berusaha mendapatkan
berbagai macam bantuan untuk mencapai kesempurnaan yang ia harapkan.
Meski sering kita jumpai banyak orang yang melakukan kesalahan dalam
2
Ahmad Bahjat,MENGENAL ALLAH, (Cet: II; Bandung’ PUSTAKA HIDAYAH,1999),H:13-17
7
memilih tingkat kesempurnaan yang tepat. Hal ini disebabkan karena
kesalahan mereka dalam melihat alam pertanian, atau karena faktor eksternal
yang lebih mempengaruhi mereka, seperti lingkungan, pendidikan, dll.
Bukti ini dapat dilakukan secara eksperimental. Jadi tidak ada yang bisa
menyangkalnya. Padahal, siapa pun bisa membuktikannya meski tidak
beragama. Integrasi manusia sekarang tidak signifikan dan belum pernah terjadi
sebelumnya, yang sering dibantah oleh banyak kelompok. Mereka yang terbiasa
dengan dunia tidak mudah menerima keberadaan kehidupan yang egois seperti
itu. Klaim mereka bahwa itu terbatas dan terbukti secara empiris harus
digoyahkan terlebih dahulu.
Setelah meyakini adanya kehidupan yang unik di alam semesta ini,
termasuk orang-orang yang sering disebut sebagai jiwa, roh, pikiran, hati,
fitrah, dll, muncul pertanyaan di hati kita; Dari mana datangnya kehidupan
yang aneh ini, yang lebih sempurna dari kehidupan fisik? Di sini dimulailah
pembahasan tentang kekudusan. Semua orang percaya menganggap Tuhan
sebagai sumber segala sesuatu.
Tuhan adalah hidup yang kekal. Dengan kata lain, Tuhan adalah benar
dalam segala hal, termasuk setiap atribut yang ada dalam tubuh-Nya yang
hidup. Karena yang terbatas tidak dapat berasal dari yang tak terbatas dan
sempurna.
Tuhan itu sempurna dan penyebab pertama alam semesta ini, baik fisik
maupun immaterial. Benarkah ada makhluk sempurna yang disebut Tuhan,
seperti yang dikatakan para pemeluk agama?
1. Cara Membuktikan Wujud Tuhan

Seperti disebutkan di atas, agama mengatakan bahwa yang menciptakan


alam semesta ini benar-benar hidup dan disebut Tuhan. Para teolog
menawarkan berbagai argumen dalam membuktikan keberadaan hal-hal ini,
cara argumen ini digunakan dan disebarkan sangat tergantung pada disiplin
masing-masing orang beragama.
Dia menggunakan setidaknya tiga cara untuk memperdebatkan
keberadaan Tuhan; Pertama, metode yang digunakan oleh para ulama. Selain
argumentasi akal, pendekatan ini bertumpu pada teks-teks agama dan materi-
materi keagamaan lainnya. Kedua: metode para filosof. Menggunakan argumen
8
dari alasan murni adalah aspek dari pendekatan kedua ini. Ketiga: Metode
mistik (tasawuf/irfan).
Metode ini didasarkan pada pembuktian keberadaan Tuhan melalui
penglihatan batin (qasif wa suhud) yang mendahului penyucian jiwa.
Cara pertama, selain memiliki jangkauan argumen yang lebih luas, juga
dapat mengekstrak dari banyak kalangan dan tabel. Oleh karena itu, metode ini
lebih mudah daripada dua metode lainnya. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa
banyak umat beragama memiliki keyakinan teologis yang bertentangan dengan
keyakinan filosofis dan mistis, mereka memiliki tujuan yang sama untuk
memecahkan masalah karena mereka percaya pada Tuhan sebagai makhluk
yang sempurna.
Tidak peduli seberapa tinggi orang, mereka memiliki batasan dan
berbagai kelemahan. Jika bentuk dan kehidupan (manusia) dapat mengetahui
semua aspek kehidupan dan kehidupan tanpa batas (Tuhan), itu tidak mungkin.
Orang-orang beragama ini percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini
berasal dari Tuhan, oleh karena itu, setiap aspek keberadaan alam semesta ini
dapat digunakan sebagai cara untuk mengenal Sang Pencipta, sesuai dengan
kemungkinan kelengkapan. Bagi setiap orang adalah contoh kesempurnaan
Penciptanya.
2. Cara Mudah Mengenal Tuhan
Akal merupakan anugerah Allah s.w.t. yang amat istimewa kepada
makhluk yang bernama manusia. Maad (2017) menyatakan dalam
perbahasan karya-karyatradisi Islam, akal dilihat sebagai satu unsur penting
dalam diri manusia. Ia malah menjadi unsur pentakrif yang membezakan
manusia daripada makhluk-makhluk Tuhan yang lain.Selain bentuk fizikal
yang sememangnya berbeza, akal yang dianugerahkan oleh Allahs.w.t.
menjadikan manusia mampu menguasai makhluk-makhluk lain, meneroka
alam yang amat luas ini,menjadi khalifah agar mentadbir bumi dengan adil
dan saksama, bahkan yang paling utama, mampu mengenal Penciptanya
yang Maha Agung. Di dalam Islam, akal mempunyai pelbagai fungsi dan
peranan. Salah satu yang utamanyaialah merenung, memikirkan dan
mentadabbur alam. Ini merupakan proses pada peringkat pertama sebelum
akal yang warasakan mengorak langkah ke peringkat yang kedua iaitu

9
memikirkan siapa yang menciptaalam semulajadi ini, termasuk dirinya.
Dalam firman Allah
.: ِ‫ادُو ُع َقًو امَاِيَِقلَاّلنُو ُر ْك َذ َينِي َّذَالَه ْتَقَلخَامَاَّنِرَب َرْض ألَاِو َاتوَاَّمسِالْقَلِخَِفنُو َّر َكَفَتَيْو ِِمِب ُو َجُنَىَلَع وَاِنَقَفَكنَاْحُبًس ِالَط َباِذ رَّانَال َابَذ ع‬.ً‫َاتوَاَّمسِالْقَلِخ َِّفِن َابْبلأل ِاِْلُِِو ٍألَتَيِآل رَاَّهنَالِو ْلَّيلِالَفِال خْت َاِوَرْض ألَاو‬
‫ِإ‬

Maksudnya:Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri ataududuk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata):“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha suci Engkau. Peliharalah kami daripada azab neraka. Surah
Ali Imran (3): 190-191

Seruan supaya menggunakan akal, memerhati dan berfikir amat banyak


dinyatakanoleh Allah s.w.t. di dalam al-Quran. Kebiasaannya Allah s.w.t.
menyatakan berkenaan kejadian-kejadian ciptaanNya serta didatangkan
misalan- misalan,bahkan bersumpah menggunakan makhluknya sebagai muqsam
bih, lalu meminta manusia menggunakan akal mereka untuk memikirkannya
dan menilai dengan sebaiknya. Dan proses pemikiran yang berlaku secara
jujur dan matang itu pasti akan menatijahkan satu solusi, impakdan
kesimpulan yang amat menarik.Oleh kerana surah al-Nahl ini disepakati oleh
kebanyakanulama tafsir bahawa ia merupakan surah yang paling banyak
membicarakan tentang nikmat-nikmat Allah s.w.t., kajian akan
memfokuskan kepada surah ini dan memetik contoh-contoh daripadanya
sebagai bukti betapa pentingnya perananakal dalam mengenal Allah s.w.t.3

Dari semua argumen para ahli agama, argumen dari alam adalah salah
satu cara termudah untuk memahami Tuhan. Karena argumen ini tergantung pada
sifat manusia. Oleh karena itu, menjadi lebih mudah bagi setiap orang untuk
merasa puas karena setiap orang harus memiliki hal penting ini.
Ada tiga fitur utama Fitra dalam hal pekerjaan. Yang pertama adalah
cinta kesempurnaan, yang kedua adalah cinta kebenaran, dan yang ketiga
adalah cinta keindahan. Ketiga hal ini berbeda dalam konsep dan definisi, tetapi
secara umum makna kedua dan ketiga kembali ke makna pertama, cinta
3
Abdul Mukti Bin Baharudin,Peranan Akal Dalam Mengenali Allah SWT,Jurnal Pengajian Islam Vol
12,No 2,November 2019,hal:63-64
10
kesempurnaan. Hal ini karena keindahan dan kebenaran masing-masing
memiliki model eksternalnya sendiri (ekspansi/mishdak), tetapi di seluruh
dunia, semua perluasan dari kedua hal ini dapat digolongkan sebagai jenis
kesempurnaan.
Jika Anda melihat inti hidupnya, ia memiliki empat kualitas; Pertama:
tidak berubah dengan waktu dan tempat, kedua: dapat dicapai tanpa perlu belajar
dan mengajar, ketiga: meskipun pengalaman setiap orang berbeda, itu milik
semua orang. Keempat: Dia selalu hadir dalam diri setiap manusia dan tidak dapat
hilang darinya, karena Dia adalah bagian utama dari ciptaan manusia dan esensi
utama dari ciptaannya.
Seperti disebutkan sebelumnya, sifat manusia ini sering mengajarkan
orang untuk mencintai kesempurnaan dalam segala hal. Panggilan alam ini tidak
berakhir sampai pemiliknya mampu menerima undangannya sesuai dengan syarat
alam. Bentuk kesempurnaan yang dilihat alam manusia adalah kesempurnaan
alam spiritual.
Oleh karena itu, alam selalu mengarah pada kesempurnaannya yang
sempurna sebelum orang yang memakai fitrah mencapai kesempurnaan.terus
menyebut ketidakterbatasan, pemilik kualitas ini tidak punya pilihan selain
mempelajari dunia immaterial dan dunia untuk dijelajahi. Alam menuntut
kesempurnaan. Tetapi alam immaterial juga memiliki banyak bentuk kehidupan,
dan semua bentuk ini tidak memenuhi panggilan alam untuk kesempurna

Oleh karena itu, hanya manusia yang lengkap dan sempurna yang dapat
menghentikan keinginan akan fitrah. Seseorang yang lengkap dan sempurna -
dalam pengertian agama - disebut Tuhan.
Ketika seseorang menemukan pemilik kesempurnaan (Tuhan) dan berhasil
mencapainya, dia pasti tidak akan memikirkan kesempurnaan lain selain Dia.
Seorang monoteis sejati adalah seseorang yang percaya bahwa hanya Tuhan yang
sempurna.
Dia sangat putus asa dan menginginkan kesempurnaan apa pun kecuali
kesempurnaan Tuhan yang tak terlukiskan, tetapi dia tidak terlalu memegangnya.
Kalaupun berusaha mencari kesempurnaan selain Tuhan, itu hanyalah sarana dan
perantara untuk mencapai kesempurnaan tertinggi, yang berujung pada
kesempurnaan yang hakiki adalah Tuhan.
11
Semua orang yang tidak ingin melihat kesempurnaan Tuhan pasti akan
merasa tidak puas dan bingung dengan tuntutan kodrat manusianya. apa yang
tidak Di satu sisi, sifatnya mendorong dia untuk selalu berusaha untuk
kesempurnaan. Di sisi lain, karena dia memahami konsep kesempurnaan hanya di
dunia fana, dia sibuk mencari kesempurnaan itu di dunia material, tetapi dia tidak
bisa menghentikannya. Orang yang melihat kesempurnaan hanya pada kekayaan
pasti akan fokus memaksimalkan pencapaian kekayaannya. Karena itu, karena
kekayaan materi dan dunia terbatas dan sifat manusia membutuhkan kekayaan
(penuh) yang tidak terbatas, bahkan jika seseorang mencapai kekayaan duniawi, ia
tidak akan dapat menghentikan kebutuhan fitrahnya. Ia akan selalu takut akan
tuntutan alam untuk mencapai kekayaan yang sempurna, yang merupakan bagian
dari kesempurnaan sejati. Dan Anda hanya bisa mendapatkannya dari Yang Maha
Kuasa, Dzat yang memiliki kesempurnaan yang sempurna.4

C. Pembuktian Keesaan Allah Menurut Para Ahli

1. Menurut Al-Kindi

Dalam pembuktian adanya Tuhan secara filosofis dan juga teologis,


menurut al-Kindi, Tuhan tidaklah memiliki hakekat dalam
arti ‘aniah dan mahiah. Allah tidak ‘aniah karena Allah bukan benda yang
memiliki sifat fisik dan tidak pula termasuk benda-benda di alam ini. Allah tidak
tersusun dari materi dan bentuk. Allah tidak mahiah karena Allah tidak berupa
jenus atau spesies. Bagi al-Kindi, Allah adalah unik. Dia hanya satu dan tidak
ada yang setara denganNya. Dialah yang benar pertama dan yang benar tunggal.
Selain dariNya semua mengandung arti banyak.
Untuk membuktikan adanya Tuhan, al-Kindi mengajukan beberapa argumen
tentang keberadaan Tuhan. Pertama, berdasarkan prinsip hukum sebab akibat,
semesta ini ada dan tercipta dari ketiadaan (hudus al- alam). Setiap yang
tercipta berarti ada yang mencipta. Dan yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah, siapakah yang layak menciptakan? Dari pertanyaan tersebut ada
beberapa kemungkinan, diantaranya:
a. Pencipta alam dari tiada menjadi ada adalah dirinya sendiri. Jadi alam
sendirilah yang menciptakan dirinya sendiri. Jika hal itu terjadi, berarti alam
4
Didin Komarudin,ARGUMEN FITRAH KEBERADAAN TUHAN,Jurnal Akidah dan Filsafat Islam,Vol
1,No 1,Oktober 2016,hal:5-8
12
akan menjadi qadim atas dirinya pada suatu waktu dan di waktu yang lain ia
hadis bagi dirinya. Dengan kata lain, alam adalah sebab dan ia juga menjadi
akibat atas keberadaannya. Dan hal ini jelas muhal.
b. Alam saling menjadikan / menciptakan antara satu dengan yang lainnya secara
bergantian.Hal tersebut jelas mustahil, karena tidaklah mungkin sesuatu menjadi
pencipta dan menjadi yang diciptakan pada waktu yang sama.
c. Yang terakhir yaitu bahwa alam ada setelah ketiadaan, namun ia ada dengan
sendirinya tanpa adanya pencipta. Hal ini tidaklah masuk akal, karena tidak
mungkin ada sesuatu yang tercipta dengan sendirinya atau menurut hukum
kausalitas tidak mungkin ada akibat tanpa adanya sebab. Tidak mungkin ada
maf’ul tanpa adanya fa’il.

2. Menurut Ibnu Sina

Dalam membuktikan keberadaan Tuhan, Ibnu Sina menggunakan dalil


tersebut, yakni bahwa sesuatu yang wajib al wujud telah jelas dan terbukti ada,
namun sesuatu yang mumkin al wujud tidak mungkin ada tanpa adanya wajib al
wujud. Hal ini disebabkan oleh kemustahilan adanya rangkaian wujud mungkin
(mumkin al wujud) secara terus-menerus tanpa asumsi bahwa semua itu berujung
pada Zat yang wajib al wujud sebagai penyebab eksistensi rangkaian tersebut. Ibnu
Sina tidak lagi mencari dalil lain dari salah satu makhlukNya dalam
membuktikan keberadaanNya, ia cukup menggunakan dalil wajib al wujud,
karena menurutnya dunia ini adalah mumkin al wujud yang memerlukan suatu
sebab (‘illat) yang dapat mengeluarkannya menjadi wujud dari zatnya sendiri.
Dengan demikian, dalam menetapkan keberadaan Tuhan, kita tidak memerlukan
perenungan selain terhadap wujud itu sendiri, tanpa memerlukan pembuktian
wujudNya dengan salah satu makhlukNya, meskipun makhluk itu bisa menjadi
bukti wujudNya. Ibnu Sina secara eksplisit juga membicarakan tentang
kemungkinan lain, yaitu kemungkinan tiap-tiap anggota dalam rangkaian entitas
wujud mungkin jika tidak mewujud secara serentak tetapi secara beruntut (in
succession). Meskipun telah dipertimbangkan kemungkinan rangkaian itu
mewujud secara siklis (dauran), artinya suatu anggota menjadi sebab
(kemaujudan) anggota lainnya. Seperti halnya alternatif sebelumnya, alternatif ini
juga dimustahilkan olehnya. Bagi Ibnu Sina apapun status temporal seluruh
anggotanya, rangkaian entitas wujud mungkin dianggap mempunyai suatu sebab
yang niscaya bersifat wajib al wujud.
Ibnu Sina juga menjelaskan tentang keesaan mutlak Tuhan dan menafikkan
segala bentuk kejamakan, ketersusunan dan keterbagian, baik secara esensi
ataupun eksistensi. Karena, segala yang memiliki esensi dan eksistensi layaknya
13
entitas selalu memerlukan sebab bagi keberadaannya. Dan ini bertentangan
dengan fakta bahwa Dia adalah sebab pertama dari semua keberadaan dan
kejadian. Sebaliknya, jika esensi diduga manunggal dengan eksistensiNya, itu
artinya Dia tidak berjenus ataupun berspesis dan tidak mungkin didefinisikan.
Karena itulah tidak ada yang menyamaiNya dan menyekutuiNya dengan hal
apapun. Konotasi yang terlihat bersifat negatif ini menjadikan Ibnu Sina
menambahkan sifat-sifat positif kepadaNya, yaitu kebaikan murni, kebenaran
murni, dan akal murni. Menurutnya Allah sebagai prinsip utama dan telah
mengetahui bahwa dirinya sebagai sebab ada dari segala sesuatu.

BAB III
14
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tauhid atau Keesaan Ilahi memainkan peran penting dalam banyak


aspek kehidupan manusia. Tauhid adalah pembawa pesan kebaikan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Tingkat keamanan manusia di masa depan berbanding
lurus dengan tingkat kepercayaan tauhid. Hal yang sama berlaku untuk
kebahagiaan Allah di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tempat pencobaan,
Surga adalah tempat pembalasan.
Dari semua argumen para ahli agama, argumen dari alam adalah salah
satu cara termudah untuk memahami Tuhan. Karena argumen ini tergantung
pada sifat manusia. Oleh karena itu, menjadi lebih mudah bagi setiap orang
untuk merasa puas karena setiap orang harus memiliki hal penting ini.
Seperti disebutkan sebelumnya, sifat manusia ini sering mengajarkan
orang untuk mencintai kesempurnaan dalam segala hal. Panggilan alam ini tidak
berakhir sampai pemiliknya mampu menerima undangannya sesuai dengan
syarat alam.
Seorang monoteis sejati adalah seseorang yang percaya bahwa hanya
Tuhan yang sempurna.
Dalam pembuktian adanya Tuhan secara filosofis dan juga teologis,
menurut al-Kindi, Tuhan tidaklah memiliki hakekat dalam arti ‘aniah dan
mahiah. Allah tidak ‘aniah karena Allah bukan benda yang memiliki sifat fisik
dan tidak pula termasuk benda-benda di alam ini. Allah tidak tersusun dari
materi dan bentuk. Allah tidak mahiah karena Allah tidak berupa jenus atau
spesies.
Dalam membuktikan keberadaan Tuhan, Ibnu Sina menggunakan dalil
tersebut, yakni bahwa sesuatu yang wajib al wujud telah jelas dan terbukti ada,
namun sesuatu yang mumkin al wujud tidak mungkin ada tanpa adanya wajib al
wujud. Hal ini disebabkan oleh kemustahilan adanya rangkaian wujud mungkin
secara terus-menerus tanpa asumsi bahwa semua itu berujung pada Zat yang
wajib al wujud sebagai penyebab eksistensi rangkaian tersebut.

15
B. Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan kami dalam menyusun


makalah ini,baik dari tulisan maupun bahasa yang kami sajikan,oleh karena itu
mohon diberikan sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi,dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Samiudin. (2020). CARA MENGENAL ALLAH DALAM MENINGKATKAN


KEIMANAN. Jurnal Studi Islam Vol.15,No 1,April 2020, 15, 15-27.

NUR HIDAYAT, M. (Yogyakarta,4 Januari 2015). AKIDAH AKHLAK.


Yogyakarta: Ombak.

Baharudin, A. M. (2019). Peranan Akal Dalam Mengenali Allah S.W.T.: Kajian


Terhadap Surah Al-Nah. Pengajian Islam, 63-64.

Ghoffar, A. M. (1986). Mengenal Allah. Bandung: PUSTAKA HIDAYAH.

17
18
19
1

Anda mungkin juga menyukai