DAN NEUROPLASTISITAS
Reorganisasi aksonal
Reinnervasi
Faktor yang
mempengaruhi
recovery sel saraf
Peningkatan akvitas
sinaptik
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI SEL SARAF
Sel saraf memiliki tiga jenis sel penyusun yaitu
neuron, sel glia dan sel Schwann
Neuron adalah unit fungsional terkecil sistem saraf
yang berperan utama dalam transmisi impuls
Sel Glia dan sel Schwann merupakan sel penyokong
Neuron terdiri dari 4 struktur penyusun yaitu dendrit,
badan sel (soma), akson, dan sinaps
Gambar Sel saraf (Strominger, 2012)
Dendrit
Dendrit adalah cabang dari neuron yang memanjang
dari badan sel
Dendrit Spine atau cabang dendrit adalah
penonjolan kecil yang menghubungkan antara satu
neuron dengan neuron lain atau sinaps
Dendrit merupakan membran reseptif dari neuron
Dendrit yang bersifat sebagai resistor yang
mengisolasi impuls listrik
Badan Sel
Perikarion dibentuk oleh organel sel :
1. Nukleus (inti sel)
2. Sitoskeleton
Neurofilamen dan mikrotubulus
3. Apparatus Golgi
Tempat pembentukan glikoprotein dan gelembung sinaps
4. Mitokondria
Banyak di ujung akson, perikarion, dendrit dan akson. Berperan
dalam mengatur proses metabolisme sel
5. Retikulum Endoplasmik Kasar
Tempat sintesa protein
Akson
Akson adalah penjuluran sitoplasma dari badan sel
Akson terdiri atas sitoskeleton yaitu neurofibril dan
mikrotubule untuk transportasi aksonal
Sebagian besar akson meiliki selubung mielin
Selubung mielin diproduksi oleh sel Schwann pada
sistem saraf tepi, dan sel oligodendrosit pada
sistem saraf pusat
Fungsi mielin sebagai isolator
Transportasi aksonal
Sinaps
Sinaps terdiri prasinaps (bouton sinaps), pasca sinaps
dengan suatu celah sinaps
Bouton adalah ujung akson yang melebar merupakan
bagian dari synaptic junction
Klasifikasi sinaps :
1. Akson-badan sel neuron ( aksosomatik)
2. Akson-dendrit (sinaps axodendritik)
3. Akson-akson (sinaps axoaksonik)
4. Dendrit dengan dendrit lainnya seperti pada olfactory
bulb dan retina
Lanjutan Sinaps...
Serabut saraf dapat bersinap dengan neuron, sel otot dan sel
kelenjar
Pada membran pre sinaptik terdapat mitokondria dan vesikel
yang berisi neurotransmiter
Neurotransmitter : asetilkolin, norepinefrin, epinefrin,
serotonin, enkefalin, endorphin, GABA
Pemindahan impuls terjadi bila gelembung sinaps
mengeluarkan neurotransmitter ke dalam celah sinaps dan
berikatan dengan reseptor menyebabkan perubahan
potensial membran dari neuron pasca sinaps
Gambar sinaps
Sel Penyokong sistem saraf
Astrosit
Oligodendrosit
Mikroglia
Sel Schwann
Jenis Neuron
Berdasarkan bentuknya, sel saraf terbagi menjadi:
1. Saraf multipolar memiliki beberapa dendrit dan satu
akson. >> Sel saraf motorik, sel ganglion otonom, dan
interneuron
2. Saraf bipolar memiliki dua serabut yaitu satu akson dan
satu dendrit
>> sel reseptor di telinga, mata dan hidung.
3. Saraf unipolar memiliki satu serabut yaitu satu cabang
sentral sebagai akson dan satu cabang perifer sebagai
dendrit
>> saraf sensorik dan reseptor alat indra
Komunikasi antar sel
1. Sinaps kimiawi
Komunikasi melalui neurotransmitter
Mekanisme : Excitatory Postsynaptic Potential (EPSP) atau
Inhibitory Postsynaptic Potential (IPSP)
Eksitasi menggunakan neurotransmitter asetilkolin dan L-
glutamat sedangkan inhibisi menggunakan GABA
2. Sinaps listrik
Komunikasi listrik melalui potensial aksi :
Polarisasi Depolarisasi Repolarisasi Hiperpolarisasi
Motor end plate adalah sinaps yang menghubungkan akson
dan sel otot, dimana depolarisasi menyebabkan kontraksi otot
Neuron eksitasi dan Neuron Inhibisi (Strominger et al., 2012)
BAB III
REGENERASI DAN PLASTISITAS
SISTEM SARAF
CEDERA SEL SARAF
Cedera sistem saraf diakibatkan trauma fisik, gangguan
vaskuler, tumor atau penyakit degeneratif
Cedera neuron menyebabkan defisit neurologi berupa
gangguan sensorik, motorik atau otonom
Cedera saraf akan memicu interaksi complex cell-molecular
untuk regenerasi akson dan perubahan morfologi neuron
dikenal sebagai kromatolisis
Klasifikasi cedera saraf perifer menurut Seddon (1943), yaitu:
neuropraksia, aksonotmesis dan neurotmesis
Pada tahun 1951 Sunderland mengklasifikasikan lima kategori
menurut tingkat keparahannya
Klasifikasi cedera saraf
Cedera saraf derajat I (Neurapraksia)
Disfungsi neuron disebabkan iskemik atau demielinisasi. Prognosis
baik setelah remielinisasi
1. Prinsip proksimitas
2. Fokalitas denervasi
3. Spesifisitas dan kompetensi
4. Target availability
5. Usia
Mekanisme Plastisitas
Plastisitas sinaptik
Regulasi neurotransmitter
Faktor pertumbuhan
Perubahan area representasi kortikal
Kapasitas plastisitas
Mekanisme Plastisitas
Plastisitas sinaptik yaitu meningkatnya sensitivitas
membran sinaptik akibat stimulasi berulang
Long Term Potentiation pada Hipokampus
Sekresi glutamat di presinaps dan jumlah reseptor NMDA dan
AMPA post sinaps meningkat
Stimulasi sinaps berulang menyebabkan influks Kalsium
Peran BDNF meningkatkan remodelling sinaptik dan ekspresi
reseptor
Long Term Depression
Stimulasi berulang yang lambat pada sinaps eksitasi dan
penurunan jumlah reseptor AMPA pada area post sinaps
Terjadi pada cerebellum
Mekanisme LTP dan LTD
Lanjutan mekanisme Plastisitas...
Plastisitas berkaitan dengan regulasi neurotransmitter
baik yang bersifat eksitasi maupun inhibisi di korteks
serebral
Lesi di korteks somatosensorik menyebabkan perubahan
eksitabilitas pada otak akibat down-regulate reseptor
GABA di sekitar lesi
Disfungsi sistem GABAergic dikaitkan dengan
meningkatnya aktivitas LTP
Cedera kortikal mengakibatkan peningkatan reseptor
NMDA disekitar lesi
Lanjutan mekanisme Plastisitas...
Modifikasi fungsional korteks motorik berperan dalam
pemulihan neuron setelah cedera
Reorganisasi neuron menyebabkan perubahan
representasi kortikal di sekitar lesi
Tingkat reorganisasi kortikal tergantung pada frekuensi
latihan setelah cedera
Plastisitas berkaitan erat dengan proses belajar dan
memori untuk membentuk sirkuit baru
Otak yang immatur memiliki kapasitas plastisitas lebih
besar
Faktor yang mempengaruhi regenerasi dan
plastisitas sel saraf
1. Faktor trofik
Neurotrofik, faktor pertumbuhan, sitokin neuropoetik dan faktor yang
dihasilkan sel glial
2. Glial scar
3. Faktor penghambat
Myelin-associated inhibitors (MAIs) dan proteoglikan kondroitin
sulfat
4. Regeneration Assosiated Gen
Ekspresi gen untuk regenerasi akson mengalami down-regulated
pada neuron yang matur
Activating Transcription Factor-3 (ATF-3), Small Proline-Repeat
Protein 1A (SPRR1A), Growth-Associated Protein-43 (GAP-43) dan
CAP-23
BAB IV
REGENERASI DAN PLASTISITAS
PADA PENYAKIT SISTEM SARAF
STROKE
Stroke adalah penyakit serebrovaskuler yng menyebabkan
defisit neurologi yang berdampak menurunnya status
fungsional
Pada stroke infark, kerusakan jaringan otak terjadi akibat
menurunnya perfusi jaringan
Iskemia jaringan mengaktivasi kaskade neuroinflamasi yang
diperantarai neurotransmiter glutamat yang menyebabkan
edema dan kematian sel otak
Ruptur arteri dan arteriol menyebabkan akumulasi darah
membentuk hematom menyebabkan peningkatan TIK dan
pendesakan jaringan sekitar
Neuron yang cedera hanya dapat bertahan hidup apabila
mendapatkan sirkulasi kolateral
Gambar Kaskade Inflamasi
Lanjutan Stroke...
Pada SSP neuron baru diproduksi secara terus menerus di
zona subventrikuler dan girus dentata di area hipokampus
Neuron yang dihasilkan di zona subventrikuler akan
mengalami migrasi ke olfaktori bulb dan kortex serebri
Neuron baru yang dibentuk di hipokampus berperan dalam
fungsi memori dan pembentukan sinaps baru
Neurogenesis terbatas pada SSP dikarenakan terdapat myelin
assosiated inhibitor (MAI) pada jaringan saraf yang matur
MAI berguna menghambat pertumbuhan sel otak yang tidak
terkontrol yang dapat membahayakan tubuh
Lanjutan Stroke...
Reorganisasi pasca stroke
1. Reorganisasi lokal
Fenomena vicariation : area disekeliling infark (penumbra) akan
mengambil alih kontrol dengan mengaktifkan jaras-jaras yang
sebelumnya tidak aktif
2. Pemulihan Diakhisis
Diakhisis : Area yang jauh dari lesi tetapi masih merupakan bagian
dari sistem koneksi akan mengalami gangguan fungsional pasca
cedera
3. Reorganisasi area sekunder
Terjadi reorganisasi pada area somatotropik sekunder yang letak
anatominya berjauhan dengan lesi
4. Reorganisasi bihemisfer
Terjadi aktivasi hemisfer kontralateral lesi pasca stroke
Lanjutan Stroke...
Plastisitas terjadi melalui proses belajar dan latihan
Mekanisme plastisitas : subtitusi dan kompensasi
Constraint-Induced Movement Therapy (CIMT) adalah teknik
rehabilitasi untuk mengurangi gangguan fungsional
ekstremitas atas pada pasien stroke
Membatasi aktivitas lengan yang sehat, penggunaan tangan yang paresis
untuk melakukan aktivitas rutin 6 jam per hari selama 2-3 minggu.
Pada Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) menunjukkan
CIMT menghasilkan reorganisasi kortikal pada area otak yang
mengalami kerusakan pasca stroke
KESIMPULAN
Neuroregenerasi adalah kemampuan sel saraf untuk tumbuh
dan pulih setelah terjadinya cedera meliputi pembentukan
neuron baru, akson, sinaps, sel glia, dan remielinisasi
Neuroplastisitas adalah respon adaptasi sel saraf terhadap
stimuli dan perubahan lingkungan
Plastisitas terjadi dalam beberapa tahapan yaitu, perubahan
neuron dan koneksinya, reorganisasi dan reinervasi koneksi
neuronal serta remodelling sirkuit sistem saraf
Reorganisasi sel saraf dapat berakhir menjadi regenerasi
bonafide, regenerasi abortif dan produktif
Proses reinnervasi jaringan meliputi proses sinaptogenesis
reaktif dan aksonal sprouting
KESIMPULAN
Pada plastisitas terjadi beberapa proses berupa stimulasi
sinaps berulang (repetitive stimulation), perubahan
eksitabilitas membran sel, perubahan representasi kortikal,
dan regulasi neurotransmitter.
Faktor yang mempengaruhi regenerasi dan plastisitas sel saraf
diantaranya faktor lingkungan seperti faktor trofik, Glial scar,
faktor penghambat.
Pada stroke pemulihan fungsi sel saraf terjadi melalui proses
subtitusi dan kompensasi.
TERIMA KASIH
TERAPI BEDAH SARAF UNTUK CEDERA SARAF
Indications for nerve injury surgery are as follows:
Closed nerve injury - If there is no evidence of recovery, either
clinically or with electrodiagnostic studies, at 3 months after injury,
surgery is recommended; if there is evidence of recovery as
indicated by MUPs, patients should be assessed to determine the
progression of recovery and the possible requirement for surgery
Open nerve injury (ie, laceration) - Surgical exploration is
recommended as soon as possible; all lacerations with a reported
loss of sensation or motor weakness should be surgically explored
Crush nerve injury - Surgical exploration of the nerve may be
delayed for as long as several weeks; however, after 3 months with
no evidence of reinnervation, either clinically or with
electrodiagnostic studies (MUPs present), surgical reconstruction
with nerve repair, transfer, or grafting is indicated
Nerve repair
Reconstruction of nerve continuity can be performed with direct repair. [13] This is
performed when the distal and proximal ends of the nerve are directly coapted. The
repair should be performed without tension; if it cannot be performed without
tension, other types of nerve reconstruction should be performed, such as nerve graft
or nerve transfer. If the adjacent joint must be flexed or extended to permit
coaptation of the distal and proximal ends of the nerve, a nerve graft should be used.
Nerve graft
In cases where the proximal and distal nerve segments cannot be approximated
without tension or where a gap is present between the proximal and distal end of the
nerve, a nerve graft may be recommended. [2, 10, 14, 15, 16] The use of a donor nerve results
in a sensory loss in the distribution of the donor nerve. This area of sensory loss
becomes smaller over 1-3 years with collateral sprouting from the surrounding sensory
nerves. [17]
Nerve transfer
The concept of a nerve-to-nerve transfer permits a normal neighboring noncritical
nerve to be coapted to the distal end of the injured nerve. [16] This is particularly useful
in cases where a large nerve gap is present, proximal nerve injuries are present, or
both. [18, 19, 20, 21, 22, 23] Excellent results have been shown with proximal brachial plexus
injuries and distal median, radial, and ulnar nerve injuries.
LTP DAN LTD
FUNGSI NEUROTROPIK DAN JENISNYA
Neurotrophins, including BDNF, neurotrophin-3 (NT-3) and nerve
growth factor (NGF), are structurally and functionally related
members of the NGF family of growth factors that have critical
roles in the developing central nervous system and in the adult
brain (Barbacid, 1995). For instance, neurotrophins influence
synaptic plasticity and proliferation, differentiation and survival of
neurons in the adult brain (Lu and Chow, 1999). Neurotrophins bind
to and signal through the Trk family of tyrosine protein kinase
receptors (TrkA-C) or p75, a member of the tumor necrosis factor
receptor subfamily
VEGF is an endothelial cell mitogen and survival factor (Ferrara et
al., 2003) that binds with high affinity to Flk-1, a tyrosine kinase
receptor expressed on endothelial cells and neuronal progenitor
cells in the hippocampus (Yang et al., 2003). Expression of VEGF
mRNA in peripheral leukocytes is increased in adults with MDD
when compared with healthy controls (Iga et al., 2006).
Antidepressant treatment reverses this effect and is correlated with
significant clinical improvements (Iga et al., 2006).
Insulin-like growth factor 1 (IGF-1) is a polypeptide hormone with
growth-promoting effects in the central nervous system (Anlar et
al., 1999). Although IGF-1 is primarily synthesized in the liver and
circulates in the bloodstream, IGF-1 is also produced in the central
nervous system including the hippocampus (Werther et al., 1990;
Bondy and Lee, 1993; Kar et al., 1993). Peripherally expressed IGF-1
crosses the bloodbrain barrier and therefore both circulating and
endogenous IGF-1 influence neuronal function in the hippocampus
(Reinhardt and Bondy, 1994; Carro et al., 2000; Pulford and Ishii,
2001). IGF-1 binds primarily to the type-1 IGF receptor, which is
expressed throughout the mammalian brain including the dentate
gyrus of the hippocampus
Fibroblast growth factor 2 (FGF-2) is a progenitor cell mitogen
(Kuhn et al., 1996) that supports the survival and maturation of
neurons (Walicke, 1988). FGF-2 is expressed in astrocytes
throughout the central nervous system and in restricted
populations of neurons including pyramidal cells in the
hippocampus (Gomez-Pinilla et al., 1994; Chadashvili and Peterson,
2006). FGF-2 binds to four tyrosine kinase receptors (FGF receptors
14) that are expressed in the hippocampus (Wanaka et al., 1991;
Fayein et al., 1992; El-Husseini et al., 1994). Altered expression of
FGF-2 and FGF receptors is observed in adult patients with MDD and
these changes are reversed by antidepressant treatment (Evans et
al., 2004; Gaughran et al., 2006). Thus, aberrant regulation of FGF
signaling may contribute to the etiology or pathophysiology of
MDD.
NEURORESTORASI PASIEN STROKE
HIPOKAMPUS
CEDERA TULANG BELAKANG