0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
170 tayangan7 halaman
Kejang tonik klonik adalah kondisi epilepsi yang ditandai dengan kontraksi otot secara tiba-tiba disertai kesadaran yang terganggu. Kondisi ini disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang tidak normal akibat berbagai masalah kesehatan seperti cedera otak, infeksi, atau gangguan struktural dan fungsional pada otak.
Kejang tonik klonik adalah kondisi epilepsi yang ditandai dengan kontraksi otot secara tiba-tiba disertai kesadaran yang terganggu. Kondisi ini disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang tidak normal akibat berbagai masalah kesehatan seperti cedera otak, infeksi, atau gangguan struktural dan fungsional pada otak.
Kejang tonik klonik adalah kondisi epilepsi yang ditandai dengan kontraksi otot secara tiba-tiba disertai kesadaran yang terganggu. Kondisi ini disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang tidak normal akibat berbagai masalah kesehatan seperti cedera otak, infeksi, atau gangguan struktural dan fungsional pada otak.
Kejang umum tonik klonik / generalized tonic clonic seizure
(GTCS) adalah jenis bangkitan yang mengenai seluruh tubuh, didahului oleh peningkatan tonus otototot (fase tonik) yang diikuti hentakan simetris bilateral dari ekstremitas (fase klonik). Tanda dan Gejala Kejang klonik tonik adalah kondisi yang ditandai dengan gejala seperti suka berhalusinasi, pusing, dan bermasalah pada indra (penglihatan, perasa, dan penciuman). Sesudahnya, otot akan berkontraksi dengan gejala lain yakni: Menggigit pipi atau lidah Menggertakkan gigi Buang air kecil tidak terkontrol Sulit bernapas Pucat Setelah kondisinya dapat dikendalikan, pasien akan sadar atau memiliki gejala berikut: Linglung Mengantuk dan tidur lebih lama dari biasanya Tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama terkena serangan kejang Sakit kepala Salah satu sisi tubuh melemah selama beberapa menit atau jam Penyebab Kejang tonik klonik adalah kondisi yang disebabkan oleh gelombang otak yang bekerja secara abnormal. Di samping itu, kejang mungkin terjadi akibat dari beberapa masalah kesehatan lainnya, seperti: Cedera atau infeksi otak Kekurangan oksigen Stroke Malformasi vaskular otak Tumor otak Kadar sodium, kalsium, dan magnesium yang rendah. Patofisiologi Secara fisiologis, sinyal listrik pada sel-sel neuron mempunyai 2 bentuk: potensial aksi dalam satu neuron dan transmisi informasi antar neuron melalui sinaps kimiawi. Membran neuron bersifat semipermeabel terhadap arus listrik yang lewat. Permeabilitasnya menghalangi perubahan cepat yang secara dramatis dapat mengganggu voltase yang melewatinya. Ion Na mempunyai konsentrasi yang tinggi di ruang ekstraseluler, sedangkan ion K berkonsentrasi tinggi di intraseluler Influks ion positif (Na, Ca) meningkatkan potensial membran yang menyebabkan depolarisasi, sementara influks ion Cl dan efluks ion K menyebabkan hiperpolarisasi. Saat membran sel mengalami depolarisasi sampai mencapai ambang, saluran ion Na terbuka, menyebabkan masuknya ion ke intraseluler, yang menghasilkan potensial aksi. Efluks K dari sel menyebabkan repolarisasi. Pompa Na-K mengganti ion-ion yang berpindah ini dengan menggunakan ATP. Propagasi potensial aksi sepanjang akson mentransmisikan informasi sepanjang sistim saraf. Bila akson terminal presinaps terstimulasi oleh potensial aksi, akan terjadi influks ion Ca yang mencetuskan pelepasan neurotransmitter yang lalu terikat pada reseptor postsinaptik. Proses ini akan menghasilkan potensial postsinaptik eksitatoris dan inhibitoris (EPSP dan IPSP) di mana penjumlahan dan sinkronisasinya menghasilkan aktivitas listrik yang direkam oleh EEG. Glutamat dan aspartat adalah neurotransmitter eksitatorik utama, sementara gammaaminobutyric acid (GABA) merupakan neurotransmitter inhibitorik utama dalam otak Impuls listrik dilanjutkan oleh neuron-neuron berikutnya. Serat-serat proyeksi, baik aferen maupun eferen membawa impuls dari dan ke korteks, baik dalam hubungan dengan struktur-struktur di bawahnya ataupun dengan hemisfer kontralateral patofisiologi Normalnya, aktivitas listrik otak bersifat tak-sinkron. Pada kejang epilepsi, karena masalah struktural atau fungsi di dalam otak, sekelompok neuron/sel saraf mulai melepaskan muatan listrik secara abnormal, berlebihan, dan tersinkron. Hal ini menghasilkan gelombang depolarisasi yang disebut dengan pergeseran depolarisasi paroksismal. Normalnya, setelah sel saraf eksitatori melepas muatan listrik, sel saraf menjadi lebih resistan untuk kembali melepas muatan listrik selama jangka waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh efek sel saraf inhibitorik, perubahan listrik di dalam sel saraf eksitatori, dan efek negatif dari adenosin. Pada epilepsi, resistansi sel saraf eksitatori untuk kembali melepas muatan listrik selama periode ini berkurang. Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan pada saluran ion atau sel saraf penghambat tidak berfungsi dengan baik. Kemudian, hal ini berakibat pada timbulnya area tertentu yang daripadanya dapat timbul kejang, yang dikenal sebagai "fokus kejang". Mekanisme lain epilepsi kemungkinan adalah terjadinya peningkatan sirkuit eksitatori atau pengurangan jumlah sirkuit inhibitori setelah terjadinya cedera otak. Epilepsi sekunder seperti ini terjadi melalui proses yang disebut dengan epileptogenesis. Kegagalan sawar darah otak juga dapat menjadi mekanisme penyebab karena kegagalan ini memungkinkan zat-zat dalam darah memasuki otak.