Anda di halaman 1dari 45

PARASITOLOGI

 Sitos  makanan (Yunani).


 Parasitos  seorang yg turut makan.
 Parasitisme  satu jenis jasad mendapat
makan dan lindungan dari jenis jasad yg
lain yg dirugikan bahkan .dibunuhnya
 PARASITOLOGIIlmu yg memperlajari
jasad2 yg hidup u/ sementara atau
menetap di dalam atau pd permukaan
jasad yg lain dg maksud u/ mengambil
sebagian a..tau seluruh makanan dari
jasad lain tsb.
Istilah/pengertian
 Hospes definitif hospes tempat parasit
hdp menjadi dewasa dan berkembangbiak
scr seksual
 Hospes perantara  hospes tempat parasit
tumbuh menjadi bentuk infektif yg siap
ditularkan pd manusia
 Hospes reservoir hewan yg mengandung
parasit yg merupakan sumber infeksi bagi
manusia
 Komensalisme s/ hubungan dimana
parasit mengambil keuntungan pada
hospes tanpa merugikan hospes tsb.
 Mutualisme s/ hubungan timbal balik
dimana keduanya saling menguntungkan
 Simbiosis hubungan permanen antara
dua jasad yg tdk dpt hdp terpisah
HELMINTHES = CACING

• Helmintologi  ilmu yg memepelajari ttg


cacing
• Berdasarkan pengklasifikasian, helmint
dibagi jadi:
– Nemathelminthes (cacing gilik/bulat) 
Nematoda Usus & Nematoda Jaringan
– Platyhelminthes (cacing pipih)  Kelas
Trematoda & Kelas Cestoda
NEMATODA USUS
• Manusia merupakan hospes dari bbrp
nematode usus
• Kebanyakan spesies ditularkan melalui
tanah (Soil transmited helminths)
• Diantaranya: Ascaris lumbricoides,
Ancylostomaduodenale, Trichuris trichiura,
Oxyuris vermicularis.
Ascaris lumbricoides = cacing gelang
• Hospes  satu-satunya manusia
• Nama Penyakit  Askariasis
• Morfologi
– Cacing dewasa bentuknya silindris, ujung bagian
depan meruncing dan ujung bagian belakang
melengkung
– cacing jantan berukuran 10 – 30 cm ; betina 22 –
35 cm.
– betina dpt bertelur sebanyak 100.000 – 200.000
butir/hr
– telur yg dibuahi berukuran ±60-70 x 30-50
mikron
– Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi 1sel
tunggal
– Sel dikelilingi oleh membran vitelin yang
tipis untuk meningkatkan daya tahan telur
cacing dan dpt bertahan hidup sampai 1
tahun
– telur yg tidak dibuahi ± 88-94 x 40-44
mikron, mempunyai dinding yang tipis,
berwarna coklat
– cacing ini berwarna putih kemerah-
merahan
– kepalanya mempunyai tiga bibir pada
bagian depan
– mempunyai gigi-gigi kecil pada pinggirnya
Siklus Hidup
• Dimulai dari cacing dewasa yang
bertelur dalam usus halus dan telurnya
keluar melalui tinja lewat anus disebut
juga dengan fase diagnosis,
• Kemudian telur yang keluar bersama
tinja akan berkembang di tanah tempat
tinja tadi dikeluarkan dan mengalami
pematangan
• Selanjutnya setelah telur matang di
sebut fase infektif, yaitu tahap dimana
telur mudah tertelan
Siklus Hidup (lanjutan)

• Telur yang tertelan akan menetas di usus


halus
• Setelah menetas, larva akan berpindah ke
dinding usus halus dan dibawa oleh
pembuluh getah bening serta aliran darah ke
paru-paru
• Di dalam paru-paru, larva masuk ke dalam
kantung udara (alveoli), naik ke saluran
pernafasan dan akhirnya tertelan
• Di usus halus larva berubah menjadi cacing
dewasa.
• Mulai dari telur matang yang tertelan sampai
menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu
kurang lebih 2 bulan
Axcaris lumbricoides
Patologi & Gejala Klinis
• Gejala timbul dapat disebabkan oleh cacing
dewasa maupun dlm bentuk larva
• Gangguan pada larva biasanya terjadi pada saat
larva berada di paru. Ditandai dengan demam,
batuk (bengek), dan eosinofilik. Infeksi usus
yang berat bisa menyebabkan kram perut dan
kadang penyumbatan usus.
• Gangguan cacing dewasa biasanya mual, nafsu
makan kurang, diare.
• Infeksi berat sering pada anak  gangguan
malnitrisi
• Cacing dewasa kadang menyumbat usus buntu,
saluran empedu atau saluran pankreas.
Diagnosis
• Ditemukannya telur cacing scr
mikroskopis dlm tinja
• Dapat juga cacing dws keluar sendiri
melalui tinja atau hidung & mulut saat
muntah
• Eosinofil meningkat
Prognosis
• pada umumnya prognosis baik
• tanpa pengobatan dpt sembuh sendiri dlm
waktu 1,5 tahun
• dengan pengobatan sembuh antara 80-
99%
Pengobatan
• Perorangan  Piperazine, Pyrantel
pamoate, Mebendazole (Vermox),
Albendazole, Thiabendazole.
• Masal  perlu beberapa syarat:
– obat mudah diterima masyarakat
– aturan pakai sederhana
– efek samping minim
– bersifat polivalen
– harga murah
Epidemiologi
• Bersifat pandemi, terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia.
• lebih banyak ditemukan di daerah yang
beriklim panas dan lembab
• Kasus banyak terjadi di daerah pedesaan
atau daerah perkotaan yang sangat padat
dan kumuh mudah sekali untuk terkena
infeksi cacing (sanitasi lingkungan)
Pencegahan dan Upaya Penanggulangan
• Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi
yang baik dan tepat guna, Hygiene
keluarga dan hygiene pribadi seperti :
• Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
tanaman.
• Sebelum melakukan persiapan makanan
dan hendak makan, tangan dicuci terlebih
dahulu dengan menggunkan sabun.
• mencuci sayuran segar (mentah) terutama
sebagai lalapan
Ancylostoma duodenale & Necator
americanus “Cacing Tambang”
• Sejarah: kedua parasit diberi nama
“Cacing Tambang” karena pada zaman
dulu cacing ini ditemukan di Eropa pada
pekerja pertambangan.
• Hospes  manusia
• Nama Penyakit  Nekatoriasis &
ankilositosiasis
Morfologi:
• Cacing dewasa hidup di rongga usus halus,
dgn mulut yg besar melekat di dinding
usus.
• Cacing jantan berukuran ±0,8 cm ; betina
±1 cm.
• Cacing betina dapat bertelur sebanyak
10.000 butir/hr sehari Bentuk badan N.
americanus menyerupai huruf S,
sedangkan A. duodenale seperti huruf C
Morfologi (lanjutan)
• Telur dikeluarkan melalui tinja dan
menetas dalam 1–5 hari. Dpt hdp di tanah
selama 7-8 mg.
• Telur berukuran ± 60 x 40 mikron
berbetnuk bujur dan mempunyai dinding
tipis serta didalamnya terdapat beberapa
sel
Ancylostoma duodenale
Patologi & Gejala Klinis
• Stadium larva  terjadi perubahan pada
kulit yg disebut “ground itch
• Stadium dewasa  N. americanus dapat
mengisap darah 0,05 - 0,1 cc / hari ; A.
duodenale 0,08 – 0,34 cc / hari
• Menyebakan anemia berat
• Terdapat eosinofilia
• Daya tahan tubuh menurun
Diagnosis
• Pemeriksaan tinja
• Ditemukannya telur cacing secara
mikroskopis
• Untuk membedakan N.americanus dgn A.
duodenale dapat dengan pembiakan tinja.
Pengobatan
• Pirantel pamoat (Combantrin, Pyrantin,
Pirantel, dll)
• Mebendazol
Epidemiologi
• Di Indoseia prevalensi cukup tinggi,
terutama di daerah pedesaan/perkebunan
pekerja perkebunan > 70%
• Faktor risiko & penyebarannya: Kebiasaan
Defekasi di tanah, pemakainan tinja sbg
pupuk
• Tanah yg gembur (pasir, humus), suhu
230C -25 0C, suasana yg baik untuk
pertumbuhan larva.
Trichuris trichiura
“Cacing Cambuk”
• Hospes  manusia
• Nama Penyakit  Trikuriasis
• Morfologi
– Cacing jantan berukuran ± 4 cm ;
betina ± 5 cm.
– Anterior langsing seperti cambuk,
bagian posterior lebih gemuk
– Cacing betina dapat bertelur
sebanyak 3.000 – 10.000 butir sehari.
– Telur berukuran ± 50-45 x 32 mikron
dan berbentuk seperti tempayan
dengan kedua ujung menonjol
DAUR HIDUP Trichuris trichiura
• Caing dewasa hidup di kolon dan bagian
anteriornya dpt masuk ke dalam mukosa
usus
• Telur dikeluarkan bersamaan dgn tinja
• Telur berkembang jadi matang dlm waktu 3-6
minggu.
• Cara infeksi, telur matang tertelan melalui
mulut
• Cacing ini tidak masuk ke paru dan jantung
• Masa pertumbuhan dari telur sampai dewasa
30-90 hari
Patologi & Gejala Klinis
• Dapat menimbulkan iritasi pada dan
peradangan pada mukosa usus
• Infeksi berat sering pada anak 
menimbulkan diare yang lama, berat
badan turun
• Mengisap darah hospes  anemia
Diagnosis
• Pemeriksaan tinja
• Ditemukannya telur cacing secara
mikroskopis
Epidemiologi
• Penyebaran penyakit terjadi karena
kontaminasi tanah dengan tinja manusia
• Telur tumbuh di tanah liat, tempat yg lembab
dan teduh, suhu optimum 30 0C
• Prevalensi di Indonesi cukup tinggi (30 -
90%)
• Pencegahn dengan perubahan perilaku BAB,
pengobatan masal, sanitasi dan kebersihan
perorangan (personal hygiene)yang baik,
cuci tangan sebelum makan, cuci sayuran yg
baik dan benar, dll.
Enterobius vermicularis/ Oxyuris
vermicularis “Cacing Kremi”
• Hospes  satu-satunya manusia
• Nama Penyakit  Enterobiasis atau
Oksiuriasis
• Morfologi
– Cacing jantan berukuran 2 – 5 mm ; betina
8– 13 mm.
– Cacing betina dapat bertelur sebanyak
11.000 – 15.000 butir telur sehari.
– Bagian anterior ujungnya melebar seperti
sayap, ekor panjang dan meruncing
• Mempunyai sayap dan ekornya melingkar
(bentuk ?)
• Ukuran telur
• Telur-telur jarang dikeluarkan diusus,
sehingga jarang ditemukan di dalam tinja.
• Telur menjadi matang dalam waktu ±6 jam
setelah dikeluarkan, pada suhu badan.
• Telur resisten terhadap desinfektan dan
udara dingin.
• Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hr.
Siklus Hidup
• Kopulasi cacing jantan dan betina terjadi
di sekum.
• Cacing jantan mati setelah kopulasi yg
betina mati setelah bertelur
• Infeksi terjadi bila menelan telur matang,
atau bila larva dari telur yang menetas
didaerah perianal bermigrasi kembali
keusus besar.
• telur menetas di duodenum dan larva
berubah dua kali sebelum dewasa di
yeyunum dan bagian atas ileum.
• Waktu yang diperlukan mulai dari
tertelannya telur matang sampai menjadi
cacing dewasa ±2 minggu sampai 2
bulan.
• Rata-rata 1 bulan karena telur-telur cacing
dapat ditemukan kembali pada anus
paling cepat 5 minggu sesudah
pengobatan.
• Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri
(self limited).
• Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan
infeksi dapat berakhir.
Siklus Hidup Enterobius vermicularis
Diagnosis
• Infeksi cacing sering diduga pada anak
yang menunjukkan rasa gatal di sekitar
anus pada waktu malam hari.
• Diagnosis dibuat dgn menemukan telur
n cacing dws.
• Telur cacing dpt diambil dgn mudah
dengan alat anal swab yang ditempelkan
di sekitar anus pada waktu pagi hari
sebelum anak BAB dan mencuci pantat
(cebok).
Diagnosis (lanjutan)
• Anal swab adalah suatu alat dari batang
gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya
dilekatkan Scotch adhesive tape.
• Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah
sekitar anus, telur cacing akan menempel
pada perekatnya. Kemudian adhesive tape
diratakan pemeriksaan mikroskopik.
• Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari
berturut-turut.
Pengobatan & Prognosis
• Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi
pengobatan bila ditemukan salah seorang
anggota mengandung cacing kremi.
• Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram
(dewasa) atau 25 mg/kg berat badan
(anak-anak), sangat efektif bila diberikan
pagi hari diikuti minum segelas air
sehingga obat sampai ke sekum dan
kolon.
• Efek samping yang mungkin terjadi adalah
mual dan muntah.
Epidemiologi
• Penyebaran cacing kremi lebih luas dari
cacing lain.
• Penularan dapat terjadi pada suatu
keluarga atau kelompok-kelompok yang
hidup dalam satu lingkungan yang sama
seperti asrama, rumah piatu.
• Telur cacing dapat diisolasi dari debu di
ruangan sekolah atau kafetaria sekolah
dan mungkin ini menjadi sumber infeksi
bagi anak-anak sekolah.
• Di berbagai rumah tangga dengan beberapa
anggota keluarga yang mengandung cacing
kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di
lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus
(toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian.
• Hasil penelitian menunjukkan angka
prevalensi pada berbagai golongan manusia
3-80%.
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
• Dari tangan ke mulut sesudah menggaruk
daerah perianal (autoinfeksi) atau tangan
dapat menyebarkan telur kepada orang
lain maupun kepada diri sendiri karena
memegang benda-benda maupun pakaian
yang terkontaminasi.
• Debu merupakan sumber infeksi, telura
terbawa angin sehingga dapat tertelan.
Retrofeksi melalui anus : larva dari telur
yang menetas di sekitar anus kembali
masuk ke usus.
• Anjing dan kucing bukan mengandung
cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber
infeksi oleh karena telur dapat menempel
pada bulunya.
• Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama
pada anak dan lebih banyak ditemukan
pada golongan ekonomi lemah.
• Frekuensi pada orang kulit putih lebih
tinggi darpada orang negro.
Pecegahan
• Cuci sprei, mainan anak-2, sesering mungkin
• Cuci tangan sebelum makan dan setelah BAB
• Menjaga kebersihan kuku
• Hindari menggaruk daerah anus
• Anak yang mengandung cacing kremi sebaiknya
memakai celana panjang jika hendak tidur
supaya alat kasur tidak terkontaminasi dan
tangan tidak menggaruk daerah perianal.
• Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan
tangan yang mengandung parasit.
• Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih
dan diganti setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai