Anda di halaman 1dari 23

TOXOPLASMOSIS CEREBRI

Toxoplasmosis Cerebri
Penularan kepada manusia dapat melalui kontak
Infeksi yang mengenai jaringan otak disebabkan
langung dengan feaces kucing atau kista yang tertelan
oleh protozoa yaitu toxoplasma gondi. bersama makanan yang tidak dimasak dengan baik.

Toxoplasma Serebri adalah


suatu penyakit infeksi
oportunistik, yang
disebabkan oleh parasit
Toxoplasma gondii sering
menyerang pasien
HIV/AIDS dan sering
menyebabkan abses
serebral pada pasien ini
Pada pasien dengan HIV
Di Amerika Serikat positif didapatkan angka
didapatkan sekitar sekitar sekitar 45% telah
3-70% orang dewasa terinfeksi Toxoplasma
sehat telah terinfeksi gondii. Prevalensi
dengan Toxoplasma Toxoplasma gondii di
gondii. Eropa Barat dan Afrika
mencapai 50-78%.
sering menyerang pasien HIV/AIDS dan sering menyebabkan abses serebral
pada pasien ini

Seseorang dengan HIV beresiko mendapat toxoplasmosis berkaitan dengan


reaktivasi parasit tersebut jika jumlah CD4+ menurun dibawah 100 sel/µL atau
jika jumlahnya menurun dibawah 200 sel/ µL pada saat bersamaan munculnya
infeksi oportunistik atau keganasan.
Etiologi

Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat


intraseluler. Toxoplasma gondii terdapat dalam tiga
bentuk yaitu takizoit (bentuk poriferatif), kista
(berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit).
Takizoit Bradizoit Ookista
Epidemiologi

Prevalensi T. gondii yang positif di Indonesia


berkisar antara 2% dan 63%. Di Amerika Serikat
didapatkan sekitar 3-70% orang dewasa sehat telah
terinfeksi dengan Toxoplasma gondii. Pada pasien
dengan HIV positif didapatkan angka sekitar 45%
telah terinfeksi Toxoplasma gondii. Di Eropa Barat
dan Afrika prevalensi toksoplasma gondii pada
penderita HIV/AIDS sekitar 50-78%.
Patogenesis

Ookista (Daging
Tachyzoit
mentah)

Aktivasi CD4 sel T

sel dendritik dan


ekspresi CD154
makrofag
Gejala Klinis

Pada dewasa, hanya 10-20% yang menunjukan


gejala, sisanya asimptomatik.
Gejala awal tersering adalah limfadenopati leher.
Gejala yang mungkin muncul berikutnya adalah
malaise, myalgia, eritema makulopopular,
hepatomegali dan splenomegali.
Toxoplasmosis pada pasien yang terinfeksi HIV muncul
sebagai reaktivasi dari infeksi kronik. Keluhan pada
pasien adalah:
Perubahan status mental (62%),
Nyeri kepala (59%),
Demam (41%)
kejang
Somnolen
hemiparesis
hemianopsia
afasia
ataxia
kelumpuhan saraf kranial.
DIAGNOSIS

Dalam menegakkan diagnosis toksoplasma cerebri


diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu
pemeriksaan serologi, neuroimaging, PCR, dan
penentuan diagnosis definitif dengan pemeriksaan
histopatologi melalui biopsi jaringan.
Tes serologi yang biasa dipakai adalah tes warna Sabin

Feldman (Sabin-Feldman dye test) dan tes


hemaglutinasi tidak langsung. Hasil pemeriksaan ini
menjadi positif dalam 2 minggu setelah infeksi dan
menurun setelah 1-2 tahun.


Tes Sabin Feldman didasarkan oleh
rupturnya Toxoplasma gondii yang hidup
dengan antibody spesifik dan komplemen
di dalam serum yang diperiksa.


Hasil pemeriksaan ini menjadi positif
dalam 2 minggu setelah infeksi dan
menurun setelah 1-2 tahun.
Pemeriksaan IgM dan IgG

Toxoplasma gondii dapat dideteksi melalui pemeriksaan


serologi antibodi antitoksoplasma (IgM dan IgG).


IgM positif atau meningkat dapat diinterpretasikan
sebagai adanya infeksi yang bersifat akut.

IgM biasanya menjadi negatif atau menurun kadarnya beberapa


minggu hingga beberapa bulan setelah infeksi primer.

. IgM biasanya negatif pada proses reaktivasi, oleh karena itu pemeriksaan

IgM biasanya tidak berguna pada kasus dugaan toksoplasmosis serebri yang
secara patogenesis diakibatkan oleh proses reaktivasi Toxoplasma gondii.

pemeriksaan IgG dilakukan untuk
mengetahui adanya infeksi
Toxoplasma gondii yang bersifat laten.


Serum IgG mulai muncul saat infeksi primer Toxoplasma
gondii, kemudian meningkat kadarnya hingga mencapat
puncak pada bulan pertama hingga kedua, setelah itu
kadarnya kemudian menurun namun akan tetap positif dan
dapat dideteksi seumur hidup


Penelitian menunjukkan bahwa IgG ditemukan
positif pada 100% pasien yang terbukti
mengalami toksoplasmosis pada sistem saraf
pusat.
CT Scan dan MRI


Pemeriksaan neuroimaging berupa CT scan
kepala atau MRI kepala dengan kontras
diindikasikan pada penderita HIV dengan
CD4 rendah yang memperlihatkan gejala
klinis berupa defisit neurologis fokal.

Gambaran CT scan kepala dengan kontras pada


pasien tersebut menunjukkan bahwa sebagian


besar lesi bersifat multipel, berbentuk cincin
hipodens dengan penyengatan homogen pada
pemeriksaan dengan kontras, dan disertai edema
vasogenik pada jaringan sekitarnya.
Gambar 1. Gambaran CT Scan kepala postkontras pada pasien toksoplasmosis serebri
Gambar 2. Gambaran MRI pada pasien toksoplasmosis
serebri
Penatalaksanaan
Regimen Fase akut 3-6 minggu Rumatan hingga CD4>2000
Pilihan Pirimetamin 200 mg po hari pertama, hari Kombinasi yang sama dengan
pertama selanjutnya dosis setengah dari dosis fase
BB <60kg: 50 mg/hari akut
BB >60 kg:75 mg/hari
Sulfadiazin: 4-6mg/hari
Leukovorin 10-20 mg/hari
Pilihan kedua Pirimetamin 200mg po/hari pertama, hari Kombinasi yang sama dengan
selanjutnya dosis setengah dari dosis fase
BB< 60kg: 50 mg/hari akut
BB>60 kg: 75mg/hari
Klindamisin 4x600mg/hari per oral atau iv
Leukovorin 10-20mg/hari
Pilihan ketiga Pirimetamin dan Folinic Acid dengan dosis
yang sama ditambah salah satu obat dibawah
ini:
Atavaquone 2x1500mg
Azitromisin 1x900-1200mg
Klaritromisin 2x500 mg
Dapson 1x100mg
Minosiklin 2x1500-2000mg
Prognosis

Toksoplasmosis akut untuk pasien imunokompeten


mempunyai prognosis yang baik. Sedangkan
toksoplasmosis pada pasien imunodefisiensi seperti
pada penderita HIV/AIDS mempunyai prognosis
yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

1. H MM, Hamdan M, Machin A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya:


Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga; 2011.
2. Pohan HT. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Setiawati S, Alwi I, Sudoyo
AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta Pusat: Interna
Publishing; 2014.
3. Johnson RT, Griffin J, McArthur J. Current Therapy in Neurologic Disease.
Mosby Inc; 2005.
4. Suriya J, Singh S, Burzyantseva O, Clarke H. Cerebral Toxoplasmosis in
Adult Patients with HIV Infection. 2008;(July):17–24.
5. Gandahusada S. Toxoplasma Gondii. 3rd ed. Gandahusada S, Ilahude H,
Pribadi W, editors. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2006.
6. J. Frenkel. Pathophysiology of Toxoplasmosis. Am J Trop Med Hyg.
1975;439–43.
7. Basavaraju A. Toxoplasmosis in HIV infection : An overview. 2016;129–35.
 
Terima kasih
Tuhan Memberkati  

Anda mungkin juga menyukai