Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KATARAK

WISNU WIDYANTORO
DEFENISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas,2008).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan
pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa.
Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi
pada semua orang berusia lebih dari 65 tahun,
(Muttaqin, 2008).
ANATOMI FISIOLOGI
 Didalam mata da 3 lapisan yaitu:
 Lapisan luar, yang terdiri dari :
 Sclera
 Kornea
 Lapisan tengah, terdiri dari :
 Koroid
 Badan (korpus) siliare
 Iris
 Lapisan dalam, yang terdiri dari :
 Retina
 Fundus optic, lensa dan badan vitreus
PATOFISIOLOGI

Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan


yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
nampak seperti kristal salju pada jendela.
ETIOLOGI

 Fisik
 Kimia
 Penyakit predisposisi
 Genetic dan gangguan perkembangan
 Infeksi virus di masa pertumbungan janin
 Usia
KLASIFIKASI KATARAK
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi:
 Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun
 Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
 Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
 Katarak insipient (kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar
diperifer dan daerah jernih)
 Katarak imatur (kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa)
 Katarak hipermatur (degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul
lensa dan lensa mengkerut dan berwarna kuning)
MANIFESTASI KLINIS KATARAK
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala
subjektif. Biasanya pasien mengalami
ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan Karena kehilangan
penglihatan.
PENGKAJIAN
Data inti
 Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
 Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan,
jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
 Jumlah penduduk:
 a) Laki – laki :
 b) Perempuan :
 Pendidikan penduduk      : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga SLTA sampai Sarjana
 Suku Bangsa                     : Suku Jawa, minang, batak, dll.
 Status perkawinan            : Menikah, janda/duda dan kebanyakan penduduk di komunitas tersebut adalah
janda/duda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
 Nilai dan kepercayaan      : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan
kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus
berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
 Agama : Mayoritas agama dikomunitas bisa islam, kristen dll.
Data subsistem
a. Lingkungan fisik
 Kualitas udara
 Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah terdapat polusi
udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak.
 Kualitas air
 Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran air
disekitar rumah.
 Tingkat kebisingannya
 Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya seperti pabrik.
 Jarak antar rumah/ kepadatan
 Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan
 Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
warga.
c. Keamanan dan transportasi
 Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam
atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau
tidak. Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari
menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
 Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga memudahkan
komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
 Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan)
untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan
sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
 Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk saling
berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar  misalnya televisi,
radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
 Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih
bekerja atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
h. Rekreasi
 Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya
dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN

 Pemeriksaan tajam pengelihatan pada pencahayaan terang dan redup


 Biomikroskopi pada dilatasi pupil (Slit Lamp)
 Pemeriksaan pergerakan bolamata dan binokularitas
 Pemeriksaan tekanan intraokular
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Hambatan berjalan Hambatan berjalan akan dapat NOC: NIC:
(00088) berhubungan dikontrol oleh klien setelah Fall prevention behaviour Fall prevention
dengan adanya diberikan intervensi Indikator: 1. Identifikasi kebiasaan dan faktor- 1. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan
gangguan penglihatan keperawatan selama 1x24 jam a. Penggunaan alat bantu dengan faktor yang mengakibatkan risiko klien yang berpotensi
(katarak) benar jatuh mengakibatkan jatuh pada klien
b. Tidak ada penggunaan karpet 2. Kaji riwayat jatuh pada klien dan 2. Mengetahui penyebab jatuh klien
c. Hindari barang-barang keluarga agar untuk selanjutnya dapat
berserakan di lantai 3. Identifikasi karakteristik lingkungan dihindari
yang dapat meningkatkan terjadinya 3. Memodifikasi lingkungan yang
risiko jatuh (lantai licin) berisiko menyebabkan jatuh klien
4. Sediakan alat bantu (tongkat, 4. Membantu klien untuk berjalan,
walker) agar dapat menghindari benda
5. Ajarkan cara penggunaan alat bantu yang menghalangi klien ketika
(tongkat atau walker) berjalan
6. Instruksikan pada klien untuk 5. Agar klien dapat menggunakan
meminta bantuan ketika melakukan alat bantu dengan tepat
perpindahan, jika diperlukan 6. Bantuan dibutuhkan klien untuk
7. Ajarkan pada keluarga untuk melakukan mobilitas karena
menyediakan lantai rumah yang terganggunya penglihatan klien
tidak licin karena katarak
8. Ajarkan pada keluarga untuk 7. Lantai rumah yang licin dapat
meminimalkan risiko terjadinya mengakibatkan klien tergelincir
jatuh pada pasien dan jatuh
8. Keluarga juga harus berperan
serta dalam meminimalkan risiko
terjadinya jatuh pada klien
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

Ansietas berhubungan Ansietas klien berkurang NOC: NIC:


dengan stress situasional setelah dilakukan perawatan Anxiety self control Anxiety reduction
akibat prosedur medis 1x24 jam Indikator: 1. Berikan informasi faktual meliputi 1. Agar klien dapat memperoleh
1. Mencari informasi untuk dignosa, prognosis, dan terapi sesuai informasi yang sesuai fakta
mengurangi ansietas kondisi klien
2. Menggunakan koping yang 2. Dampingi klien untuk mengurangi 2. Pendampingan bertujuan agar klien
efektif ketakutan klien tidak merasa sendiri sehingga
3. Mengontrol respon ansietas 3. Kaji respon kecemasan verbal maupun menimbulkan ketakutan
4. Menggunakan teknik relaksasi non verbal klien 3. Respon kecemasan digunakan
untuk mengurangi ansietas 4. Gunakan komunikasi terapeutik dan untuk mengetahui adanya
pendekatan yang baik pada klien perubahan emosi pada klien
5. Berikan terapi nonfarmakologis untuk 4. Komunikasi terapeutik untuk
mengurangi ansietas klien membina hubungan saling percaya
6. Kolaborasi dengan tim medis terkait dan mengurangi kecemasan klien
pemberian obat untuk menurunkan akan terapi
kecemasan klien 5. Terapi non farmakologis digunakan
untuk membuat klien nyaman
sekaligus mengurangi kecemasan
yang dialami klien
6. Obat-obatan digunakan jika
kecemasan klien meningkat dan
mengganggu kehidupan klien.

Anda mungkin juga menyukai