Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

RETENSIO URIN POST PARTUM


INDENTITAS PASIEN ● Nama : Ny. SW
● No MR : 11545171
● Usia: 35 tahun
● Alamat : Dsn Glongsor RT/RW 4/9, Sidorejo, Malang
● Pendidikan : 6 tahun
● Pekerjaan : Ibu rumah tangga
● Nama Suami : Tn. M
● Usia: 38 tahun
● Pendidikan : 6 tahun
● Pekerjaan : Kuli Bangunan
● Alamat : Dsn Glongsor RT/RW 4/9, Sidorejo, Malang
♀/ 35 th/ Menikah 1x, 4 tahun/ P1101Ab000/ AT: 11 th / KB: - / Post partum H-7
Alamat : Dsn Glongsor RT/RW 4/9, Sidorejo, Malang

Subjective
Pasien datang sendiri dengan keluhan tidak bisa BAB, BAK dan flatus sejak semalam
 
26 Juli 2022 pukul 19.00
Pasien mengeluh nyeri perut disertai tidak bisa BAB,BAK dan flatus  tetap dirumah
 
27 Juli 2022 pukul 06.00
Pasien mengeluh nyeri perut  pergi ke bidan  disarankan rujuk ke RS
 
27 Juli 2022 pukul 13.00
Pasien tiba di IGD RSSA
Subjective
• Riwayat melahirkan spontan brojol di rumah tgl 20 Juli 2022, lahir meninggal  pergi ke
bidan untuk melahirkan plasenta
• Riwayat BAB, BAK, dan flatus (-), terakhir hari selasa pagi tgl 26 Juli 2022
• Riwayat operasi debridement regio cruris (s) ai selulitis di RS Permata Bunda (11 Juli
2022)
• Riwayat DM (-), HT(-), Asma (-), penyakit jantung (-)
• Riwayat demam, batuk, pilek, sesak disangkal
• Riwayat kontak dengan penderita Covid-19 disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

GCS 456 BP: 100/60 mmHg HR: 99 x/menit RR: 20 x/menit Sp02 : 99% on RA

Kepala Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thoraks Simetris, retraksi (-)

Jantung S1 tunggal, S2 normal, Murmur (-), Gallop (-)

  VV Rh  - - Wh - -
Paru VV -- --
VV - - --

Abdomen Rounded, BU (+) menurun, Kontraksi uterus baik

Genitalia externa Lochea (+)

5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
BOF 3 posisi
DL : 12/ 11.420/ 38,7/ 628.000
- Fokal ileus pada hemiabdomen
FH : 10,3/ 23,1
kanan
OT/PT: 24/ 13 - Tidak tampak gambaran
Alb : 3,29 pneumoperitoneum
GDS : 112
Ur/Cr : 29,7/ 0,78
SE : 140/ 4,67/ 107
UL : bakteri 1,3 , jamur +2
Swab Antigen SARS CoV-2 : negatif

6
TS IPD

Assesment : Planning
PDx :
1. P1101Ab000 PP SptB H-7 PTx :
2. Focal ileus • Diet lunak 1600 kkal/hari, tinggi serat, extra protein
• Terapi injeksi metoclopramide 3x10 mg
2.1 Ileus paralitik
• Terapi oral :
2.2 Ileus obstruktif • Lactulosa sir 4xCI
3. Retensio urin • Dulcolax supp
4. Ulkus cruris (S) post • Saran konsul TS Bedah pro pertimbangan rawat luka/
debridement debridement
5. Mild hipoalbuminemia • Observasi tanda-tanda akut abdomen
• Pasien kami raber gastro
Assesment : Planning
PDx : C/ TS Bedah di ruangan
P1101Ab000 PP Spt Brojol H-7 PTx :
+ Retensio urin • Pro MRS
• Pasang DC  keluar urin 1500 cc
+ Susp ileus paralitik dd obstruktif
• Pertahankan DC sd 2 hari lanjut buka tutup /6 jam
+ Selulitis cruris (s) post debridement • Terapi lain ~ TS IPD
(11 Juli 2022)
FOLLOW UP PASIEN
28/07/2022 - KU : Tampak sakit sedang, GCS 456 P1101Ab000 PP Spt PDx: -
TD : 110/70 mmHg Brojol H-8 PTx:
OBG N : 90 x/m + Retensio urin - Pertahankan DC sd 2 hari lanjut
RR : 20 x/m + Susp ileus paralitik buka tutup /6 jam
SpO2 : 99% on room air dd obstruktif - Terapi oral :
PU : 1000-1500 cc/ 4 jam (perbaikan) Misoprostol 3x200 mcg
+ Selulitis cruris (s) - Terapi lain ~ TS IPD
K/L : anemia -|-, icteric -|-
Thorax : C/ S1 S2 single, murmur (-) post debridement (11
P/ sdv +|+ Rh ≡ | ≡ , Wh ≡ | ≡ Juli 2022) TS IPD
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, kontraksi uterus baik PDx:
GE : Lochea (+) PTx :
- Diet lunak 1600 kkal/ hari – tinggi
Laboratorium : serat, extra
protein
DL : 12/ 11.420/ 38,7/ 628.000
- Terapi injeksi :
Fluconazole 1x200 mg (H-1)
Metoclopramide 3x10 mg
- Terapi oral :
Lactulosa 3x2 sendok
FOLLOW UP PASIEN
29/07/2022 - KU : Tampak sakit sedang, GCS 456 P1101Ab000 PP Spt PDx: -
TD : 106/72 mmHg Brojol H-9 PTx:
OBG N : 88 x/m + Retensio urin - Pertahankan DC sd 2 hari lanjut
RR : 20 x/m + Susp ileus paralitik buka tutup /6 jam
SpO2 : 98% on room air dd obstruktif - Terapi oral :
PU : 1000-1500 cc/ 4 jam (perbaikan) Misoprostol 3x200 mcg
+ Selulitis cruris (s) - Terapi lain ~ TS IPD
K/L : anemia -|-, icteric -|-
Thorax : C/ S1 S2 single, murmur (-) post debridement (11 - Rawat luka ~ TS Bedah
P/ sdv +|+ Rh ≡ | ≡ , Wh ≡ | ≡ Juli 2022)
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, kontraksi uterus baik TS IPD
GE : Lochea (+) PDx:
PTx :
- Diet lunak 1600 kkal/ hari – tinggi
serat, extra
protein
- Terapi injeksi :
Fluconazole 1x200 mg (H-2)
Metoclopramide 3x10 mg
- Terapi oral :
Lactulosa 3x2 sendok

TS Bedah TKV
PDx : -
PTx :
- Rawat luka
 
FOLLOW UP PASIEN
30/07/2022 - KU : Cukup, GCS 456 P1101Ab000 PP Spt PDx: -
TD : 110/70 mmHg Brojol H-10 PTx:
OBG N : 102 x/m + Retensio urin - Pertahankan DC sd 2 hari lanjut
RR : 20 x/m + Susp ileus paralitik buka tutup /6 jam
SpO2 : 98% on room air dd obstruktif - Terapi oral :
PU : 1000-1500 cc/ 4 jam (perbaikan) Misoprostol 3x200 mcg
+ Selulitis cruris (s) - Terapi lain ~ TS IPD
K/L : anemia -|-, icteric -|- post debridement (11 - Rawat luka ~ TS Bedah
Thorax : C/ S1 S2 single, murmur (-) Juli 2022)
P/ sdv +|+ Rh ≡ | ≡ , Wh ≡ | ≡ TS IPD
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, kontraksi uterus baik PDx:
GE : Lochea (+) PTx :
- Diet lunak 1600 kkal/ hari – tinggi
serat, extra
protein
- Terapi injeksi :
Fluconazole 1x200 mg (H-3)
Metoclopramide 3x10 mg
- Terapi oral :
Lactulosa 3x2 sendok

TS Bedah TKV
PDx : -
PTx :
- Rawat luka
FOLLOW UP PASIEN
31/ 07/2022 - KU : Cukup, GCS 456 P1101Ab000 PP Spt PDx: -
TD : 110/70 mmHg Brojol H-11 PTx:
OBG N : 102 x/m + Retensio urin - Aff DC
RR : 20 x/m + Susp ileus paralitik - Terapi oral :
SpO2 : 98% on room air dd obstruktif Misoprostol 3x200 mcg
(perbaikan) - Terapi lain ~ TS IPD
K/L : anemia -|-, icteric -|-
+ Selulitis cruris (s) - Rawat luka ~ TS Bedah
Thorax : C/ S1 S2 single, murmur (-)
P/ sdv +|+ Rh ≡ | ≡ , Wh ≡ | ≡ post debridement (11
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, kontraksi uterus baik Juli 2022) TS IPD
GE : Lochea (+) PDx:
PTx :
- Diet lunak 1600 kkal/ hari – tinggi
serat, extra
protein
- Terapi injeksi :
Fluconazole 1x200 mg (H-4)
Metoclopramide 3x10 mg
- Terapi oral :
Lactulosa 3x2 sendok

TS Bedah TKV
PDx : -
PTx :
- Rawat luka
FOLLOW UP PASIEN
01/08/2022 - KU : Cukup, GCS 456 P1101Ab000 PP Spt PDx: -
TD : 120/84 mmHg Brojol H-12 PTx:
OBG N : 84 x/m + Retensio urin - Terapi oral :
RR : 20 x/m + Susp ileus paralitik Misoprostol 3x200 mcg
SpO2 : 98% on room air dd obstruktif - Terapi lain ~ TS IPD
(perbaikan) - Rawat luka ~ TS Bedah
K/L : anemia -|-, icteric -|-
Thorax : C/ S1 S2 single, murmur (-) + Selulitis cruris (s)
P/ sdv +|+ Rh ≡ | ≡ , Wh ≡ | ≡ post debridement (11 TS IPD
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, kontraksi uterus baik Juli 2022) PDx:
GE : Lochea (+) PTx :
- Diet lunak 1600 kkal/ hari – tinggi
serat, extra
protein
- Terapi injeksi :
Fluconazole 1x200 mg (H-5)
Metoclopramide 3x10 mg
- Terapi oral :
Lactulosa 3x2 sendok

TS Bedah TKV
PDx : -
PTx :
- Kontrol BTKV perpoliklinis
Pembahasan
Penegakan diagnosis
PA S I E N TE O R I

● Retensio urin merupakan akibat dari satu atau


P1101Ab000 PP Spt Brojol H-7
lebih mekanisme yaitu penurunan
+ Retensio urin
kontraktilitas kandung kemih, kontraksi
+ Susp ileus paralitik dd obstruktif
detrusor yang buruk, kelainan anatomi,
+ Selulitis cruris (s) post debridement (11 Juli
gangguan relaksasi outlet, atau gangguan
2022)
koordinasi neurologis proses berkemih
● Retensio urin pascapersalinan (RUPP) adalah
ketidakmampuan berkemih secara spontan
atau dapat berkemih spontan dalam waktu 6
jam setelahpersalinan dengan volume residu
urin >200 mL

Suskhan Djusad. Manajemen Retensio Urin Pasca Persalinan Pervaginam. eJKI Vol. 8, No. 1, April 2020, 71-77; DOI:
10.23886/ejki.8.11690.
DEFINISI
● Retensio urin pascapersalinan (RUPP) adalah ketidakmampuan berkemih secara spontan
atau dapat berkemih spontan dalam waktu 6 jam setelah persalinan dengan volume residu
urin >200 mL. Jika tidak diketahui dan tidak segera ditangani, RUPP dapat menimbulkan
dampak klinis seperti peregangan kandung kemih berlebihan sehingga menyebabkan
gangguan persarafan dan atonia otot detrusor yang akhirnya mengakibatkan gangguan
berkemih
● Diagnosis dini RUPP dapat dilakukan dengan mengetahui faktor risiko, gejala, dan tanda
klinisnya.
● Faktor risiko obstetri RUPP adalah primipara, kelahiran dengan ekstraksi vakum atau
forsep, persalinan kala II lama, dan ruptur perineum yang luas.
● Gejala klinisnya adalah buang air kecil sedikit atau tidak dapat buang air kecil.
● Untuk mengetahui volume urin pada persalinan kala III digunakan kateterisasi setelah bayi
lahir dan sebelum plasenta lahir
PA S I E N TE O R I

• Riwayat melahirkan spontan brojol di ● Retensio urin pascapersalinan (RUPP)


adalah ketidakmampuan berkemih secara
rumah tgl 20 Juli 2022, lahir meninggal
spontan atau dapat berkemih spontan
 pergi ke bidan untuk melahirkan dalam waktu 6 jam setelahpersalinan
plasenta dengan volume residu urin >200 mL
● Faktor risiko Retensio urin
• Riwayat tidak bisa BAK 1 hari yang lalu
pascapersalinan (RUPP) adalah
primipara, persalinan dengan alat,
persalinan kala II lama, dan ruptur
perineum luas.

Suskhan Djusad. Manajemen Retensio Urin Pasca Persalinan Pervaginam. eJKI Vol. 8, No. 1, April 2020, 71-77; DOI:
10.23886/ejki.8.11690.
Anatomi dan Fisiologi berkemih

Anatomi
Otot polos kandung kemih :
otot detrusor, tiga lapis longitudinal-sirkuler-longitudinal

Pusat pengaturan kandung kemih di Area Detrusor piramidal pada lobus


frontalis - daerah pusat berkemih pontin dan Pusat Berkemih Sakralis

Sistem saraf perifer-otonom :


parasimpatik- kontraksi detrusor melalui transmisi kolinergik, nervus
pelvikus dari S2-S4. Simpatik-transmisi adrenergik, nervus hipogastrikus
dari T10-L2
Fisiologi berkemih

Fase pengisian :
mekanisme akomodasi, inhibisi parasimpatis, stimulasi
simpatis, stimulasi nervus somatik
Fase pengosongan :
stimulasi parasimpatis, inhibisi simpatis, inhibisi nervus
somatik
Pengaruh Kehamilan dan Persalinan terhadap
Retensio Urin Pasca-Persalinan

Retensio urin merupakan akibat dari satu atau lebih mekanisme yaitu penurunan
kontraktilitas kandung kemih, kontraksi detrusor yang buruk, kelainan anatomi,
gangguan relaksasi outlet, atau gangguan koordinasi neurologis proses berkemih
Pada saat kehamilan, ketika pasien berdiri, uterus yang membesar meningkatkan
tekanan kandung kemih sehingga menggandakan tekanan di kandung kemih mulai pada
minggu ke-38 kehamilan. Hal tersebut menunjukkan penurunan kapasitas kandung
kemih yang akan hilang saat bayi dilahirkan. Tanpa beban uterus yang membatasi
kapasitasnya, kandung kemih pascapersalinan menjadi hipotoni selama beberapa hari
atau minggu serta kurang sensitif terhadap tekanan intravesikal dan pengisian yang
cepat. Hal itu akan bertahan selama beberapa hari hingga minggu
Retensio urin dibagi dua yakni
1. Retensio urin akut .
Jika pasien tidak mampu mengeluarkan urin lebih dari 24 jam secara
mendadak tanpa rasa nyeri dan memerlukan kateterisasi yang hasilnya
paling sedikit 50% dari kapasitas sistometri maksimum.
2. Retensio urin kronik
Bila kegagalan pengosongan kandung kemih dan memiliki volume residu
urin >50% kapasitas sistometri maksimum
Patofisiologi

Pada post partum kapasitas kandung kemih meningkat, tonus


menurun, kurang sensitif terhadap tekanan intravesikal dan
pengisian yang cepat. Akan menjadi retensio bila terdapat edema
periurethra, laserasi obstetrik, atau desensitifitas oleh anestesi
epidural
Pada post operasi ginekologi terdapat nyeri, edema dan spasme
otot-otot pubokoksigeus
PENYEBAB RETENSIO URIN

Secara umum retensio urin dapat


disebabkan oleh karena:

Gangguan persarafan
Kelainan otot
Iatrogenic
Obstruksi
Peradangan (Iinflamasi)
Psikis
Umur yang tua
GEJALA
RETENSIO URIN

1. Kencing tidak lampias


2. Waktu BAK lama
3. Frekuensi BAK lebih sering
4. Tidak bisa BAK
5. Kandung kemih merasa penuh
6. Distensi abdomen
DIAGNOSIS

1. Anamnesis :
Gejala retensio urin

2. Pemeriksaan fisik
Teraba massa diatas simpisis

pemeriksaan bimanual
DIAGNOSIS

3. PEMERIKSAAN URIN SISA (dengan kateter)


Setelah 6 jam kateter dilepas diukur urin sisa
RETENSIO URIN JIKA :
Pasca bedah Ginekologi : urin sisa >100 ml
Pasca bedah Obstetri : urin sisa >200 ml
DIAGNOSIS

4. USG
Dapat memeriksa secara non invasif

5. Pemeriksaan uroflowmetri
normal jika flow rate > 15-20 ml/detik
Gangguan berkemih :

penurunan flow rate

perpanjangan waktu berkemih


PENCEGAHAN RETENSIO URIN
KASUS OBSTETRI

● Atasi nyeri pada organ pelvis


● Evaluasi dan ukur urin sisa 6 jam post partum
● Pemasangan kateter 24 jam untuk partus lama dan distosia
● Pemberian prostaglandin
Penatalaksanaan
I. Kateterisasi

II. Obat-obatan :

1. Obat-obat yang meningkatkan kontraksi kandung kemih dan


menurunkan resistensi uretra :

a. Yang bekerja pada sistem saraf parasimpatis obat koligernik ~


asetik kolik bekerja di “end organ”  efek muskarinik

contoh : betanekhol, karbakhol, metakholin

b. Yang bekerja pada sistem saraf simpatis

contoh : fenoksibenzamin
Penatalaksanaan

c. Obat yang bekerja pada otot polos

Mempengaruhi kerja otot otot detrusor.

contoh : Prostaglandin E2
III Pemberian cairan
Banyak minum 3 liter/24 jam
Gunanya mencegah kolonisasi bakteri

IV Antibiotika: sesuai kultur


Penatalaksanaan retensio urin
Retensio Urin

Keteterisasi
urinalisa, kultur urin
Antibiotika, banyak minum (3 liter/24 jam), prostaglandin

Urin <500ml Urin 500-1000ml Urin 1000-2000ml Urin > 2000ml

Intermitten Dauer kateter Dauer kateter Dauer kateter


1 x 24 jam 2 x 24 jam 3 x 24 jam

Buka-tutup kateter/6 jam


Selama 24 jam (kecuali dapat BAK dapat dibuka segera

Kateter dilepas pagi hari

Dapat BAK Spontan Tidak dapat BAK Spontan

Urin residu > 200 ml (obstetri) Urin residu < 200 ml (obstetri)
Urin residu > 100 ml (ginekologi) Urin residu < 100 ml (ginekologi)

Pulang
Keterangan : Intermiten adalah kateterisasi tiap 6 jam selama 24 jam
Terima Kasih
Ulkus cruris (S) post debridement

Anda mungkin juga menyukai