Anda di halaman 1dari 61

BAB I PEMICU 1

Pemicu 1 Sekelompok mahasiswa melakukan sebuah praktikum bersifat observatif terhadap komponen-komponen yang ada diambil dari manusia seperti darah, air liur, urin, serta tinja. Beberapa hal yang teramati kemudian dicatat untuk dilaporkan seperti darah yang tampak memisah menjadi 2 lapisan, air liur yang mampu mencerna makanan (dari literatur), urin berwarna kuning dan berbau pesing serta tinja yang berbau busuk maupun hal-hal lainnya. Setelah melakukan praktikum, kelompok tersebut diwajibkan membuat laporan tentang apa saja yang didapat dari praktikum mereka kali ini. 1. Klarifikasi dan definisi kata-kata sulit Darah : Cairan yang terdiri atas plasma, sel darah merah dan sel darah putih yang mengalir dalam pembuluh darah Air Liur Urin Tinja : Sekret Kelenjar saliva yang mengandung enzim : Hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan dari ginjal : Kotoran yang dikeluarkan dari usus

Observatif : Studi yang dilakukan terencana melalui pengamatan terhadap gejala-gejala yang terjadi

Keyword

: komponen, urin bewarna kuning dan pesing, darah yang menjadi 2 lapisan, tinja berbau busuk, air liur

2. Rumusan Masalah Apa manfaat yang diperoleh dari upaya observatif terhadap komponenkomponen itu?

3. Analisis Masalah

Sekelompok Mahasiswa Observasi

Darah

Air Liur

Urin

Tinja

Unsur Penyusun

Karbohidrat

Protein

Lipid

Asam Nukleat

Sifat fisik Sifat kimia Sifat biologi Metabolisme Fungsi

4. Hipotesis

Manfaat yang diperoleh dari upaya observatif terhadap komponen-komponen tersebut adalah mengetahui kandungan molekuler, mekanisme pembentukan, dan fungsinya. 5. Learning Issue A. Karbohidrat 1) Sifat kimia 2) Sifat biologi 3) Sifat fisik 4) Metabolisme 5) Fungsi B. Protein 1) Sifat kimia 2) Sifat biologi 3) Sifat fisik 4) Metabolisme 5) Fungsi C. Lipid 1) Sifat kimia 2) Sifat biologi 3) Sifat fisik 4) Metabolisme 5) Fungsi D. Asam Nukleat 1) Sifat kimia 2) Sifat biologi 3) Sifat fisik 4) Metabolisme 5) Fungsi E. Darah

F. Air liur G. Urin H. Tinja I. Studi kasus : 1) Darah yang tampak memisah menjadi 2 lapisan 2) Enzim yang dihasilkan oleh air liur beserta fungsinya 3) Urin yang berwarna kuning dan berbau pesing 4) Tinja yang berbau busuk BAB II PEMBAHASAN

A. Karbohidrat Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 4060%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam. karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan

makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui proses foto sintese di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil). Matahari merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai. Reaksi fotosintese s.matahari 6 CO2 + 6 H2O C6 H12 O6 + 6 O2

Pada proses fotosintesis, klorofil pada tumbuh-tumbuhan akan menyerap dan menggunakan enersi matahari untuk membentuk karbohidrat dengan bahan utama CO2 dari udara dan air (H2O) yang berasal dari tanah. Enersi kimia yang terbentuk akan disimpan di dalam daun, batang, umbi, buah dan biji-bijian. Klasifikasi Karbohidrat yang terdapat pada makanan dapat dikelompokkan: Available Carbohydrate (Karbohidrat yang tersedia), yaitu karbohidrat yang dapat dicerna, diserap serta dimetabolisme sebagai karbohidrat. Unvailable Carbohydrate (Karbohidrat yang tidak tersedia) (karbohidrat yang tidak tersedia), yaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan manusia, sehingga tidak dapat diabsorpsi. Penggolongan karbohidrat yang paling sering dipakai dalam ilmu gizi berdasarkan jumlah molekulnya.

1. Monosakarida Heksosa (mengandung 6 buah karbon) Glukosa Fruktosa Galaktosa

Pentosa (mengandung 5 buah karbon) Ribosa Arabinosa Xylosa

2. Disakarida Sukrosa Maltosa Laktosa

3. Polisakarida Amilum Dekstrin Glikogen Selulosa

Monosakarida Karbohidrat yang paling sederhana (simple sugar), oleh karena tidak bisa lagi dihidrolisa. Monosakarida larut di dalam air dan rasanya manis, sehingga secara umum disebut juga gula. Penamaan kimianya selalu berakhiran -osa. Dalam Ilmu Gizi hanya ada tiga jenis monosakarida yang penting yaitu, glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa

Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa. Glukosa dijumpai di dalam aliran darah (disebut Kadar Gula Darah) dan berfungsi sebagai penyedia enersi bagi seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Pada keadaan fisiologis kadar gula darah sekitar 80-120 mg %. Kadar gula darah dapat meningkat melebihi normal disebut hiperglikemia, keadaan ini dijumpai pada penderita Diabetes Mellitus. Fruktosa Disebut juga gula buah ataupun levulosa. Merupakan jenis sakarida yang paling manis, banyak dijumpai pada mahkota bunga, madu dan hasil hidrolisa dari gula tebu. Di dalam tubuh fruktosa didapat dari hasil pemecahan sukrosa. Galaktosa Tidak dijumpai dalam bentuk bebas di alam, galaktosa yang ada di dalam tubuh merupakan hasil hidrolisa dari laktosa.

Disakarida Merupakan gabungan antara 2 (dua) monosakarida, pada bahan makanan disakarida terdapat 3 jenis yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa. Sukrosa Adalah gula yang kita pergunakan sehari-hari, sehingga lebih sering disebut gula meja (table sugar) atau gula pasir dan disebut juga gula invert. Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sumber: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), jam, jelly. Maltosa Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Di dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan

amilum, lebih mudah dicema dan rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan Jodium amilum akan berubah menjadi warna biru. Amilum terdiri dari 2 fraksi (dapat dipisah kan dengan air panas): 1. Amilosa larut dengan air panas mempunyai struktur rantai lurus

2. Amilopektin tidak larut dengan air panas mempunyai sruktur rantai bercabang Peranan perbandingan amilosa dan amilo pektin terlihat pada serelia; Contohnya beras, semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi kandungan amilopektinnya, semakin lekat nasi tersebut. Pulut sedikit sekali amilosanya (1-2%), beras mengandung amilosa > 2%. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi) dapat dibagi menjadi 4 golongan: amilosa tinggi 25-33% amilosa menengah 20-25% amilosa rendah 09-20% amilosa sangat rendah < 9% Secara umum penduduk di negara-negara Asean, khususnya Flipina, Malaysia, Thailand dan Indonesia menyenangi nasi dengan kandungan amilosa medium, sedangkan Jepang dan Korea menyenangi nasi dengan amilosa rendah.

Laktosa Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa kurang larut di dalam air. Sumber: Hanya terdapat pada susu sehingga disebut juga gula susu. Susu sapi 4-5% ASI 4-7%

Laktosa dapat menimbulkan intolerance (laktosa intolerance) disebabkan kekurangan enzim laktase sehingga kemampuan untuk mencema laktosa berkurang. Kelainan ini dapat dijumpai pada bayi, anak dan orang dewasa, baik untuk sementara maupun secara menetap. Gejala yang sering dijumpai adalah diare, gembung, flatus dan kejang perut. Defisiensi laktase pada bayi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, karena bayi sering diare. Terapi diit dengan pemberian formula rendah laktosa seperti LLM, Almiron, Isomil, Prosobee dan Nutramigen, dan AI 110 bebas Laktosa. Formula rendah laktosa tidak boleh diberikan terlalu lama (maksimum tiga bulan), karena laktosa diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel otak. Polisakarida Merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat mengandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai lurus ataupun bercabang. Polisakarida rasanya tawar (tidak manis), tidak seperti monosakarida dan disakarida. Di dalam Ilmu Gizi ada 3 (tiga) jenis yang ada hubungannya yaitu amilum, dekstrin, glikogen dan selulosa. Amilum (zat pati) Merupakan sumber enersi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk dunia, terutama di negara seclang berkembang oleh karena di konsumsi sebagai bahan makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya akan amilumjuga mengandung protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi penting lainnya. Amilum merupakan karbohidrat dalam bentuk

simpanan bagi tumbuh-tumbuhan dalam bentuk granul yang dijumpai pada umbi dan akarnya. Sumber: umbi-umbian, serealia dan biji-bijian merupakan sumber amilum yang berlimpah ruah oleh karena mudah didapat untuk di konsumsi. Jagung, beras dan gandum kandungan amilumnya lebih dari 70%, sedangkan pada kacang-kacangan sekitar 40%. Amilum tidak larut di dalam air dingin, tetapi larut di dalam air panas membentuk cairan yang sangat pekat seperti pasta; peristiwa ini disebut "gelatinisasi".

Dekstrin Merupakan zat antara dalam pemecahan amilum. Molekulnya lebih sederhana, lebih mudah larut di dalam air, denganjodium akan berubah menjadi wama merah. Glikogen Glikogen merupakan "pati hewani", terbentuk dari ikatan 1000 molekul, larut di dalam air (pati nabati tidak larut dalam air) dan bila bereaksi dengan iodium akan menghasilkan warna merah. Glikogen terdapat pada otot hewan, manusia dan ikan. Pada waktu hewan disembelih, terjadi kekejangan (rigor mortis) dan kemudian glikogen dipecah menjadi asam laktat selama post mortum. Glikogen disimpan di dalam hati dan otot sebagai cadangan enersi, yang sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa bila dibutuhkan. Sumber: Banyak terdapat pada kecambah, serealia, susu, syrup jagung (26%). Selulosa

Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah selulosa, karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia, oleh karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa. Meskipun tidak dapat dicerna, selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat memperbesar volume dari faeses, sehingga akan memperlancar defekasi. Dahulu serat digunakan sebagai indeks dalam menilai kualitas makanan, makin tinggi kandungan serat dalam makanan maka nilai gizi makanan tersebut dipandang semakin buruk. Akan tetapi pada dasawarsa terakhir ini, para ahli sepakat bahwa serat merupakan komponen penyusun diet manusia yang sangat penting. Tanpa adanya serat, mengakibatkan terjadinya konstipasi (susah buang air besar), haemorrhoid (ambeyen), divertikulosis, kanker pada usus besar, appendicitis, diabetes penyakit jantung koroner dan obesitas. Pencernaan Pencemaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut; makanan dikunyah agar dipecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga jumlah permukaan makanan lebih luas kontak dengan enzim-enzim pencemaan. Di dalam mulut makanan bercampur dengan air ludah yang mengandung enzim amilase (ptyalin). Enzim amilase bekerja memecah karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin, akan diurai menjadi molekul yang lebih sederhana, maltosa. Sedangkan air ludah berguna untuk melicinkan makanan agar lebih mudah ditelan. Hanya sebagian kecil amilum yang dapat dicema di dalam mulut, oleh karena makanan sebentar saja berada di dalam rongga mulut. Oleh karena itu sebaiknya makanan dikunyah lebih lama, agar memberi kesempatan lebih banyak pemecahan amilum di rongga mulut. Dengan proses mekanik, makanan ditelan melalui kerongkongan dan selanjutnya akan memasuki lambung.

Pencernaan dalam lambung Proses pemecahan amilum diteruskan di dalam lambung, selama makanan belum bereaksi dengan asam lambung. Pencernaan dalam usus Di usus halus, maltosa, sukrosa dan laktosa yang berasal dari makanan maupun dari hasil penguraian karbohidrat karbohidrat kompleks akan diubah menjadi mono sakarida dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat di usus halus. maltase laktase sukrase Absorbsi Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan ini terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan transfer aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para ahli sepakat bahwa karbohidrat hanya dapat diserap dalam bentuk disakarida. Hal ini dibuktikan dengan dijumpainya maltosa, sukrosa dan laktosa dalam urine apabila mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhimya berbagai jenis karbohidrat diubah menjadi glukosa sebelum diikut sertakan dalam proses metabolisme. Berdasarkan urutan, yang paling cepat di absorpsi adalah galaktosa, glukosa dan terakhir fruktosa. Metabolisme Setelah melalui dinding usus halus, glukosa akan menuju ke hepar melalui vena portae. Sebahagian karbohidrat ini diikat di dalam hati dan disimpan sebagai glikogen, sehingga kadar gula darah dapat dipertahankan dalam batas-batas normal (80-120 mg%). Karbohidrat yang terdapat dalam darah, praktis dalam bentuk glukosa, oleh karena fruktosa dan galaktosa akan diubah terlebih dahulu sebelum memasuki pembuluh darah. maltosa 2 (dua) molekul glukosa laktosa galaktosa dan glukosa sukrosa fruktosa dan glukosa

Apabila jumlah karbohidrat yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh, sebagian besar (2/3) akan disimpan di dalam otot dan selebihnya di dalam hati sebagai glikogen. Kapasitas pembentukan glikogen ini sangat terbatas (maksimum 350 gram), dan jika penimbunan dalam bentuk glikogen ini telah mencapai batasnya, kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan disimpan di jaringan lemak. Bila tubuh memerlukan kembali enersi tersebut, simpanan glikogen akan dipergunakan terlebih dahulu, disusul oleh mobilisasi lemak. Jika dihitung dalam jumlah kalori, simpanan enersi dalam bentuk lemak jauh melebihi jumlah simpanan dalam bentuk glikogen. Sel-sel tubuh yang sangat aktif dan memerlukan banyak enersi, mendapatkan enersi dari basil pembakaran glukosa yang di ambil dari aliran darah. Kadar gula darah akan diisi kembali dari cadangan glikogen yang ada di dalam hati. Kalau enersi yang diperlukan lebih banyak lagi, timbunan lemak dari jaringan lemak mulai dipergunakan. Dalam jaringan lemak diubah ke dalam zat antara yang dialirkan ke hati. Skema. Perubahan karbohidrat di dalam tubuh

Disini zat antara itu diubah menjadi glikogen, mengisi kembali cadangan glikogen yang telah dipergunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Peristiwa oksidasi glukosa di dalam jaringan-jaringan terjadi secara bertahap dan pada tahap-tahap itulah enersi dilepaskan sedikit demi sedikit, untuk dapat digunakan selanjutnya. Melalui suatu deretan proses-proses kimiawi, glukosa dan glikogen diubah menjadi asam pyruvat. Asam pyruvat ini merupakan zat antara yang sangat penting dalam metabolisme karbohidrat. Asam pyruvat dapat segera diolah lebih lanjut dalam suatu proses pada "lingkaran Krebs". Dalam proses siklis ini dihasilkan CO2 dan H2O dan terlepas enersi dalam bentuk persenyawaan yang mengandung tenaga kimia yang besar yaitu ATP (Adenosin Triphosphate). ATP ini mudah sekali melepaskan enersinya sambi} berubah menjadi ADP (Adenosin Diphos phate). Sebagian dari asam piruvat dapat diubah menjadi "asam

laktat". Asam laktat ini dapat keluar dari sel-sel jaringan dan memasuki aliran darah menuju ke hepar. Di dalam hepar asam laktat diubah kembali menjadi asam pyruvat dan selanjutnya menjadi glikogen, dengan demikian akan menghasilkan enersi. Hal ini hanya terdapat di dalam hepar, tidak dapat berlangsung di dalam otot, meskipun di dalam otot terdapat juga glikogen. Sumber glikogen hanya berasal dari glukosa dalam darah. Metabolisme karbohidrat selain di pengaruhi oleh enzim-enzim, juga diatur oleh hormon-hormon tertentu. Hormon Insulin yang dihasilkan oleh "pulaupulau Langerhans" dalam pankreas sangat memegang perananan penting. Insulin akan mempercepat oksidasi glukosa di dalam jaringan, merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen di dalam sel-sel hepar maupun otot. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa di dalam darah meninggi. Sebaliknya apabila kadar glukosa darah menurun, glikogen hati dimobilisasikan sehingga kadar glukosa darah akan menaik kembali. Insulin juga merangsang glukoneogenesis, yaitu mengubah lemak atau protein menjadi glukosa. Fungsi karbohidrat Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna dan tekstur. Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah: 1. Fungsi utamanya sebagai sumber enersi (1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori) bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah langsung menjadi enersi untuk aktifitas tubuh, clan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem syaraf dan eritrosit, hanya dapat menggunakan enersi yang berasal dari karbohidrat saja. 2. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil enersi. Kebutuhan tubuh akan enersi merupakan prioritas pertama; bila karbohidrat yang di konsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan

enersi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein akan menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil enersi. Dengan demikian protein akan meninggalkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka keadaan kekurangan enersi dan protein (KEP) tidak dapat dihindari lagi. 3. Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan. 4. Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu. 5. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa rnisalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat. 6. Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat (dietary fiber) berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi. Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai katabolisme maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis. Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut: 1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP. 2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP. 3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP. 4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan

glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang. 5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat. 6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogen pun juga habis, maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi. Karbohidrat yang tersedia di dalam makanan. Sumbangan yang berasal dari karbolridrat pada berbagai makanan dapat dilihat pada tabel. 1 dan 2. Sumber utama karbohidrat yang dapat di cerna berasal dari nabati. Makanan yang berasal dari tanaman ini juga merupakan satu-satunya sumber serat.

Makanan yang berasal dari hewan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah cukup banyak adalah susu, tiram dan hati.

B. Protein Protein adalah produk dari ekspresi informal kode genetic, yang merupakan polimer asam amino yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptide. Struktur kimia protein tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein kadang-kadang juga mengandung unsur belerang dan fosfor. Makrobiopolimer ini merupakan polimer dari asamasam alfa amino dan ditemukan dalam semua jaringan tubuh. Protein berbobot molekul besar mempunyai struktur kimia yang kompleks. Melalui reaksi biokimiawi yang rumit, protein yang tidak dipakai untuk pertumbuhan atau pemeliharaan jaringan akan diubah menjadi lemak dan disimpan sebagai depot lemak atau cadangan lemak. Struktur Protein Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang

satu dengan gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah besar asam-asam aminonya saling dipertautkan dengan ikatan peptida tersebut (Gaman, P.M, 1992) Fungsi protein: 1. Molekul penyusun sel dan organisme dan pengatur structural dan fungsional. Contohnya, protein tulang dan jaringan. 2. Sebagai enzim, yaitu suatu katalis khusus yang beroperasi dalam proses metabolisme 3. Sebagai alat transport seperti dalam aliran darah atau untuk menembus membrane sel. 4. Sebagai hormone yang menghantarkan pesan-pesan kimia ke koordinat aktivitas tubuh, seperti insulin dan glikogen yang dibuat dalam pancreas dan dikeluarkan untuk mengatur kadar gula dalam darah. 5. 6. 7. Berperan didalam sistem pergerakan yang terkoordinasi Sebagai komponen sistem kekebalan tubuh Membentuk biokatalisator (enzim), zat pengatur (hormon), dan antibodi 8. 9. Sebagai pengatur ekspresi genetik Sebagai komponen pendukung kekuatan regang

Sumber Protein Dalam kualifikasi protein berdasarkan sumbernya, telah kita ketahui protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti hati, pankreas, ginjal, paru, jantung , jerohan. Yang terakhir ini terdiri atas babat dan iso (usus halus dan usus besar). Susu dan telur termasuk pula sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik, karena mengandung sedikit lemak, tetapi ada yang alergis terhadap beberapa jenis sumber protein hasil laut ini. Jenis kelompok sumber protein hewani ini mengandung sedikit lemak, sehingga baik bagi komponen susunan hidangan rendah lemak. Namun kerang-kerangan mengandung banyak kolesterol, sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet rendah kolesterol. Ayam dan jenis burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein hewani yang berkualitas baik. Harus diperhatikan bahwa telur bagian merahnya mengandung banyak kolesterol, sehingga sebaiknya ditinggalkan pada diet rendah kolesterol (Sediaoetama. A.D, 1985). Sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa dan lain-lain.

Denaturasi dan Renaturasi Ikatan-ikatan kimia yang lemah pada protein dapat dipecahkan atau dirusak dengan perlakuan tertentu yang mengakibatkan suatu polipeptida melakukan unfold. Jika ini terjadi, protein dikatakan mengalami denaturasi. Jika larutan protein dipanaskan, kalor dapat memecahkan beberapa ikatan yang lemah, seperti ikatan hydrogen, gaya van der waals, maupun interaksi hidrofob. Perubahan Ph juga dapat mengubah struktur protein sebab akan mengubah muatan dari gugus rantai samping asam amino, yang pada akhirnya dapat memengaruhi ikatan ionic maupun ikatan hydrogen.

Banyak

protein

yang

terdenaturasi

dapat

diubah

kembali

membentuk struktur semula jika molekul bersangkutan masih terlarut dalam larutan urea. Jika konsentrasi urea diturunkan sedikit demi sedikit melalui proses dialysis, protein terdenaturasi akan dapat terdenaturasi kembali kedalam bentuk alaminya. Ikatan yang lemah terbentuk kembali tahap demi tahap. C. Lipid Lipid adalah sekelompok senyawa heteroen, meliputi lemak, minyak, steroid, malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya daripada sifat kimianya. Lipid merupakan molekul yang tidak larut dalam air (nonpolar) tetapi larut dalam pelarut yang agak polar atau nonpolar, misalnya kloroform. Fungsi utama yang dijalankan oleh lipid pada semua jemis sel berakar dari kemampuannya membentuk membran yang berbentuk seperti lembaran. Membran plasma memisahkan bagian seluler sel dari lingkungan luarnya sehingga sel dapat menjalankan fungsinya sebagai unit kehidupan. sel eukariotik juga memiliki membran internal, misalnya terdapat pada RE, nukleus, mitokondria dan kloroplas. Fungsi lain dari lipid adalah sebagai molekul penyimpan energi yang efisien. Sifat umum: Relative tidak larut dalam air. Larut dalam pelarut nonpolar, msl eter dan kloroform. Lemak disimpan di dalam jaringan adipose, berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan dan di sekitar oran tertentu. Lipid nonpolar-> insulator listrik-> saraf bermielin. Biokimia lipid penting untuk memahami banyak bidang biomedis penting: obesitas, DM, aterosklerosis. Klasifikasi :

1. Lipid sederhana: ester asam lemak dengan berbagai alcohol. a) Lemak (fat): ester asam lemak dengan gliserol. b) Minyak (oil): lemak dalam keadaan cair. c) Wax (malam): ester asam lemak dengan alcohol monohidrat berberat molekul tinggi. 2. Lipid kompleks: ester asam lemak yang mengandung gugus-gusus selain alcohol dan asam lemak. a) Fosfolipid: lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor, selain asam lemak dan alcohol. Lipid ini sering memiliki basa yang mengandung nitrogen dan sustituen lain, msl gliserofosfolipid: gliserol dan alcohol, sfingofosfolipid: sfingosin. b) Glikolipid (glikosfingolipid): lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat. c) Lipid komplek lain: lipid seperti sulfolipid dan aminolipid, serta lipoprotein. 3. Precursor dan lipid turunan: kelompok ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid, alcohol lain, aldehida lemak, dan badan keton, hidrokarbon, vit larut-lemak, dan hormone. 4. Lipid netral: trigliserida yang banyak disimpan didalam tubuh. Sebagai cadangan energi. (asam stearat, asam oleat, asam palmitat).

Membran lipid terdiri dari tiga jenis utama: fosfolipid, glikolipid dan sterol. Baik fosfolipid maupun glikolipid mudah berikatan secara spontan untuk membentuk lapisan-ganda lipid (lipid bilayer). Membran selular berprilaku sebagai struktur semifluid (semicair) dua-dimensi yang memungkinkan molekul-molekul protein yang tertanam didalamnya bergerak secara cukup bebas melalui difusi lateral. fluiditas membran pada sel prokariotik diatur oleh perbedaan jumlah ikatan ganda, serta

panjang rantai asam lemak, dari molekul-melekul yang menyusun membran tersebut. Pada hewan, kuantitas kolesterol (yang merupakan lipid sterol) merupakan pengatur (regulator) utama fluiditas membran. Membran plasma merupakan filter selektif yang mengatur masuknya nutrien dan melekul-molekul lain yang dibutuhkan dalam proses seluler. Membran plasma mempunyai permeabilitas yang rendah terhadap ion dan molekul polar, sehingga kedua molekul tersebut harus melalui saluran yang terbentuk dari protein-protein membran. jika suatu zat bergerak melawan gradien konsentrasinya (dari daerah yang berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi), maka dibutuhkan energi untuk penggerakannya itu. hal ini disebut sebagai transpor aktif.

Fungi lipid: 1) Fuel (Viuwel) 2) Nutritions. (untuk membrane) 3) Insulation. (panas) 4) Special Task. Hormon, mediator, caraka kedua.

Sifat Fisika 1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetilamin dari lecithin. 2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperature kamar. 3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsure kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.

4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil, sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon disulfida dan pelarut halogen. 5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai karbon. 6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. 7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak dengan pelarut lemak. 8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak/lemak. 9. Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak / lemak. 10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya.

Sifat Kimia 1. Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan

trigliserida,menjadi

melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.

R-C-OR1 + R2- C- OR3 ester ester

R-C-OR3 + R2- C- OR1 ester baru ester baru

2. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut. akan diubah menjadi

asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan karena terdapat terdapat

CH2 O C R1

R1COOH

CH2O

CH O C R2

+ 3 H2O

R1COOH + CH2O

CH O C R3 Trigliserida

R1COOH

CH2O

asam lemak gliserol

3. Penyabunan Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung penyulingan. gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan

CH2O2C(CH2)16CH3

CH2OH

CHO2C(CH2)16CH3 + 3 NaOH

CH2OH + 3CH3(CH2)16CO2 - Na+

CH2O2C(CH2)16CH3 Triestearin 4. Hidrogenasi basa gliserol

CH2OH sodium stearat

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.

5. Pembentukan keton Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

2RCH2-C OH

RCH2-C - O

RCH2 C = O

+ CO2

RCH CO

RCH2

6. Oksidasi Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.

Penggolongan lipid Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yakni: 1. Lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya: lemak atau gliserida dan lilin(waxes); 2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya: fosfolipid ; 3. Derivate lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya: asam lemak, gliserol, dan sterol. Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni: 1. Lipid yang dapat disabunkan yaitu dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak; 2. Lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.

Metabolisme Lemak Triasilgliserol atau trigliserida (terdiri dari asam lemak dan gliserol) adalah senyawa lipid utama yang terkandung dalam bahan makanan (disimpan dalam sel-sel jaringan adiposit). Proses metabolism lemak

dibagi menjadi 2, yaitu metabolism lemak yang berasal dari diet makanan dan metabolism lemak yang disimpan di jaringan adiposit.

Metabolisme lemak pada diet makanan 1. Pencernaan lemak di mulut oleh enzim lipse yang dihasilkan kelenjar ebners yang terdapat pada permukaan dorsal lidah dikenal sebagai enzim lipase lingual. Enzim lipase ini bekerja aktif di lambung dan mencerna lemak sekitar 20-30%. 2. Pencernaan lemak di lambung oleh enzim lipase lambung (gatric lipase). Enzim lipase lambung ini kurang memiliki peranan penting kecuali bila terjadi gangguan pancreas. 3. Pencernaan lemak di usus halus: pada duodenum terdapat muara dari duktus choledokus dan duktus pankreatikus. Cairan empedu dikeluarkan dikeluarkan lewat lewat duktus duktus choledokus dan cairan Lemak pancreas setelah pankreatikus.

diemulsifikasikan oleh garam empedu menjadi larut air sehingga memungkinkan enzim lepase pancreas bekerja. Enzim lipase penkreas memegang peran penting pada metabolism lemak di dalam usu halus sebagai pemecah ikatan antara asam lemak dengan gliserol pada rantai 1 dan 3 dari trigliserida sehingga dihasilkan asam lemak dan 2 molekul monogliserida. 4. Kolesterol yang terdapat dalam diet makanan dalam wujud ester kolesterol akan dihidrolisis oleh enzim ester-kolesterol hidrolase yang terdapat dalam cairan pancreas menjadi kolesterol. 5. Asam lemak, gliserol, dan kolesterol di dalam lumen usus halus bersatu membentuk butiran-butiran (agregat) yang disebut micelle. 6. Proses penyerapan (absospsi) lemak makanan (absorbs paling banyak terjadi di usus halus bagaian atas (duodenum dan yeyenum) dan sebagian kecil di ileum): micelle diserap oleh sel mukosa usus halus dengan cara difusi pasif. Di dalam sel mukosa usus asam

lemak dan gliserol mengalami reesterifikasi (bergabung lagi) menjadi trigliserida). Demikian juga kolesterol mengalami reesterifikasi menjadi ester kolesterol. 7. Trigliserida dan ester kolesterol bersatu diselubungi oleh selaput protein sehingga disebut lipoprotein atau disebut kilomikron. Hal ini untuk mencegah agar molekul lemak tidak bersatu sehingga membentuk bulatan besar. Kilomikron keluar dari sel mukosa usus secara eksositosis, kemudian diangkut lewat sistem limfatik (duktus thoracikus, cysterna chili) selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah. Oleh karena itu, kadar gliserol dalam plasma darah menjadi meningkat 2-4 jam setelah makan. Kemudian, trigliserida diputus pada dinding pembuluh darah oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan gliserol langsung diabsorpsi ke pembuluh darah porta hepatica. 8. Komponen ini diangkut menuju sel-sel target. 9. Di dalam sel otot asam lemak dioksidasi untuk energy dan di dalam sel adipose asam lemak diesterifikasi untuk disimpan sebagai trigliserida. Metabolism lemak di jaringan adipose 1. Jika glukosa dalam darah rendah, akan memicu pelepasan epinefrin atau glucagon. Kedua hormone meninggalkan aliran darah dan mengikat molekul reseptor yang ditemui di dalam membrane adiposit. 2. Hal ini menyebabkan adenilat siklase melalui protein G mengubah ATP menjadi cAMP (siklik AMP: energy yang siap dipakai). 3. cAMP kemudian mengaktifkan protein kinase. Protein kinase aktif mengaktifkan trigliserida lipase (hormone-sensitive lipase) melalui fosforilasi. 4. Protein kinase aktif juga mengkatalisis fosforilasi molekul peripilin pada permukaan butiran lemak (lipid droplet) sehingga trigliserida lipase dapat mengakses permukaan butiran lemak.

5. Selanjutnya trigliserida diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh trigliserida lipase. 6. Molekul asam lemak yang dihasilkan dilepaskan dari adiposit dan diikat oleh protein serum albumin dalam darah untuk diangkut melalui pembuluh darah menuju sel oto jika dibutuhkan. Jumlah asam lemak yang dilepaskan oleh jaringan adipose ini tergantung pada aktivitas trigliserid lipase. Hanya asam lemak lantai pendek yang dapat larut dalam air, sedangkan asam lemak rantai panjang tidak. Oleh karena itu untuk pengangkutannya asam lemak rantai panjang diikatkan pada serum albumin. 7. Asam lemak tersebut dilepaskan dari albumin dan masuk ke sel otot melalui transport khusus. 8. Di sel otot asam lemak mengalami B-oksidasi yang menghasilkan CO2 dan ATP. Reaksi B-oksidasi Metabolism asam lemak terjadi di mitokondria dalam beberapa tahap: 1. Aktivasi asam lemak di sitoplasma. Asam lemak difosforilasi dengan menggunakan satu molekul ATP dan diaktifkan dengan Co-A menghasilkan asam lemak-CoA, AMP, dan pirofosfat inorganic. 2. Pengangkutan asam lemak-CoA dari sitoplasma ke mitokondria dengan bantuan molekul pembawa carnitine, yang terdapat dalam membrane miitokondria. 3. B-oksidasi dibagi kedalam 4 tahap yaitu: tahap 1, dehidrogenasi I, dilakukan dalam siklus yang berkesinambungan dengan hasil akhir sebagai acetyl-CoA. FAD yang berperan sebgai koenzim direduksi menjadi FADH2, melalui mekanisme fosforilasi oksidatif, satu molekul FADH2 dapat menghasilkan 2 molekul ATP. Tahap 2, hidratasi, tiap acetyl-CoA dioksidaso menghasilkan 2 CO2 dan 8 elektron dalam siklus TCA. Tahap 3, dehidrogenasi, tiap electron yang dihasilkan masuk ke rantai respirasi mitokondria dengan menghasilkan energy

untuk sintesis ATP dengan fosforilasi oksidatif. Tahap 4, tiolasi, tiap satu molekul ketoacyl-CoA menghasilkan satu molekul asetyl-CoA.

D. Asam Nukleat Asam nukleat adalah suatu polinukleotida, yaitu makrobiopolimer organik, yang monomernya adalah nukleotida-nukleotida. Nukleotida tersusun atas basa nitrogen (turunan purin/pirimidin), pentosa (ribosa/deoksiribosa), dan asam fosfat. Dikenal dua macam asam nukleat, yaitu asam ribonukleat (ARN), yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai RNA (ribonucleid acid), dan asam deoksiribonukleat (ADN), yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai DNA (deoxyribonucleid acid). Basa penyusun RNA adalah ribosa dan penyusun DNA adalah deoksiribosa. Asam ini bertugas untuk menyimpan dan mentransfer informasi genetik, kemudian menerjemahkan informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas bagi masing-masing sel.

Struktur Molekul Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang

memegang peranan sangat penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya tersimpan informasi genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap nukleotida mempunyai struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa nukleotida (basa N). Ada dua macam asam nukleat, yaitu asam deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA). Dilihat dari strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama terletak pada komponen gula

pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa, sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada posisi C nomor 2 sehingga dinamakan gula 2-deoksiribosa. Perbedaan struktur lainnya antara DNA dan RNA adalah pada basa N-nya. Basa N, baik pada DNA maupun pada RNA, mempunyai struktur berupa cincin aromatik heterosiklik (mengandung C dan N) dan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu purin dan pirimidin. Basa purin mempunyai dua buah cincin (bisiklik), sedangkan basa pirimidin hanya mempunyai satu cincin (monosiklik). Pada DNA, dan juga RNA, purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G). Akan tetapi, untuk pirimidin ada perbedaan antara DNA dan RNA. Kalau pada DNA basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T), pada RNA tidak ada timin dan sebagai gantinya terdapat urasil (U). Timin berbeda dengan urasil hanya karena adanya gugus metil pada posisi nomor 5 sehingga timin dapat juga dikatakan sebagai 5-metilurasil. Nukleosida dan nukleotida Penomoran posisi atom C pada cincin gula dilakukan

menggunakan tanda aksen (1, 2, dan seterusnya), sekedar untuk membedakannya dengan penomoran posisi pada cincin basa. Posisi 1 pada gula akan berikatan dengan posisi 9 (N-9) pada basa purin atau posisi 1 (N-1) pada basa pirimidin melalui ikatan glikosidik atau glikosilik. Kompleks gula-basa ini dinamakan nukleosida. Di atas telah disinggung bahwa asam nukleat tersusun dari monomer-monomer berupa nukleotida, yang masing-masing terdiri atas sebuah gugus fosfat, sebuah gula pentosa, dan sebuah basa N. Dengan demikian, setiap nukleotida pada asam nukleat dapat dilihat sebagai nukleosida monofosfat. Namun, pengertian nukleotida secara umum sebenarnya adalah nukleosida dengan sebuah atau lebih gugus fosfat. Sebagai contoh, molekul ATP (adenosin trifosfat) adalah nukleotida yang merupakan nukleosida dengan tiga gugus fosfat.

Jika gula pentosanya adalah ribosa seperti halnya pada RNA, maka nukleosidanya dapat berupa adenosin, guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula, nukleotidanya akan ada empat macam, yaitu adenosin monofosfat, guanosin monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat. Sementara itu, jika gula pentosanya adalah deoksiribosa seperti halnya pada DNA, maka (2-deoksiribo)nukleosidanya terdiri atas deoksiadenosin, deoksiguanosin, deoksisitidin, dan deoksitimidin. Ikatan fosfodiester Selain ikatan glikosidik yang menghubungkan gula pentosa dengan basa N, pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui gugus fosfat yang menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5 gula pentosa dan gugus hidroksil pada posisi 3 gula pentosa nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus fosfat berada dalam bentuk diester. Oleh karena ikatan fosfodiester menghubungkan gula pada suatu nukleotida dengan gula pada nukleotida berikutnya, maka ikatan ini sekaligus menghubungkan kedua nukleotida yang berurutan tersebut. Dengan demikian, akan terbentuk suatu rantai polinukleotida yang masing-masing nukleotidanya satu sama lain dihubungkan oleh ikatan fosfodiester. Kecuali yang berbentuk sirkuler, seperti halnya pada kromosom dan plasmid bakteri, rantai polinukleotida memiliki dua ujung. Salah satu ujungnya berupa gugus fosfat yang terikat pada posisi 5 gula pentosa. Oleh karena itu, ujung ini dinamakan ujung P atau ujung 5. Ujung yang lainnya berupa gugus hidroksil yang terikat pada posisi 3 gula pentosa sehingga ujung ini dinamakan ujung OH atau ujung 3. Adanya ujungujung tersebut menjadikan rantai polinukleotida linier mempunyai arah tertentu. Pada pH netral adanya gugus fosfat akan menyebabkan asam nukleat bermuatan negatif. Inilah alasan pemberian nama asam kepada

molekul polinukleotida meskipun di dalamnya juga terdapat banyak basa N. Kenyataannya, asam nukleat memang merupakan anion asam kuat atau merupakan polimer yang sangat bermuatan negatif. Sekuens asam nukleat Telah dikatakan di atas bahwa urutan basa N akan menentukan spesifisitas suatu molekul asam nukleat sehingga biasanya kita menggambarkan suatu molekul asam nukleat cukup dengan menuliskan urutan basa (sekuens)-nya saja. Selanjutnya, dalam penulisan sekuens asam nukleat ada kebiasaan untuk menempatkan ujung 5 di sebelah kiri atau ujung 3 di sebelah kanan. Sebagai contoh, suatu sekuens DNA dapat dituliskan 5-ATGACCTGAAAC-3 atau suatu sekuens RNA dituliskan 5-GGUCUGAAUG-3. Jadi, spesifisitas suatu asam nukleat selain ditentukan oleh sekuens basanya, juga harus dilihat dari arah pembacaannya. Dua asam nukleat yang memiliki sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika pembacaan sekuens tersebut dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5 3, sedangkan yang lain 3 5). Struktur tangga berpilin (double helix) DNA Dua orang ilmuwan, J.D.Watson dan F.H.C.Crick, mengajukan model struktur molekul DNA yang hingga kini sangat diyakini kebenarannya dan dijadikan dasar dalam berbagai teknik yang berkaitan dengan manipulasi DNA. Model tersebut dikenal sebagai tangga berplilin (double helix). Secara alami DNA pada umumnya mempunyai struktur molekul tangga berpilin ini. Model tangga berpilin menggambarkan struktur molekul DNA sebagai dua rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk spiral dengan arah pilinan ke kanan. Fosfat dan gula pada masing-masing rantai menghadap ke arah luar sumbu pilinan, sedangkan basa N menghadap ke arah dalam sumbu pilinan dengan susunan yang sangat

khas sebagai pasangan - pasangan basa antara kedua rantai. Dalam hal ini, basa A pada satu rantai akan berpasangan dengan basa T pada rantai lainnya, sedangkan basa G berpasangan dengan basa C. Pasangan-pasangan basa ini dihubungkan oleh ikatan hidrogen yang lemah (nonkovalen). Basa A dan T dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap dua, sedangkan basa G dan C dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan saling komplementer. Artinya, begitu sekuens basa pada salah satu rantai diketahui, maka sekuens pada rantai yang lainnya dapat ditentukan. Oleh karena basa bisiklik selalu berpasangan dengan basa monosiklik, maka jarak antara kedua rantai polinukleotida di sepanjang molekul DNA akan selalu tetap. Dengan perkataan lain, kedua rantai tersebut sejajar. Akan tetapi, jika rantai yang satu dibaca dari arah 5 ke 3, maka rantai pasangannya dibaca dari arah 3 ke 5. Jadi, kedua rantai tersebut sejajar tetapi berlawanan arah (antiparalel). Jarak antara dua pasangan basa yang berurutan adalah 0,34 nm. Sementara itu, di dalam setiap putaran spiral terdapat 10 pasangan basa sehingga jarak antara dua basa yang tegak lurus di dalam masing-masing rantai menjadi 3,4 nm. Namun, kondisi semacam ini hanya dijumpai apabila DNA berada dalam medium larutan fisiologis dengan kadar garam rendah seperti halnya yang terdapat di dalam protoplasma sel hidup. DNA semacam ini dikatakan berada dalam bentuk B atau bentuk yang sesuai dengan model asli Watson-Crick. Bentuk yang lain, misalnya bentuk A, akan dijumpai jika DNA berada dalam medium dengan kadar garam tinggi. Pada bentuk A terdapat 11 pasangan basa dalam setiap putaran spiral. Selain itu, ada pula bentuk Z, yaitu bentuk molekul DNA yang mempunyai arah pilinan spiral ke kiri. Bermacam-macam bentuk DNA ini sifatnya fleksibel, artinya dapat berubah dari yang satu ke yang lain bergantung kepada kondisi lingkungannya. Modifikasi struktur molekul RNA

Tidak seperti DNA, molekul RNA pada umumnya berupa untai tunggal sehingga tidak memiliki struktur tangga berpilin. Namun, modifikasi struktur juga terjadi akibat terbentuknya ikatan hidrogen di dalam untai tunggal itu sendiri (intramolekuler). Dengan adanya modifikasi struktur molekul RNA, kita mengenal tiga macam RNA, yaitu RNA duta atau messenger RNA (mRNA), RNA pemindah atau transfer RNA (tRNA), dan RNA ribosomal (rRNA). Struktur mRNA dikatakan sebagai struktur primer, sedangkan struktur tRNA dan rRNA dikatakan sebagai struktur sekunder. Perbedaan di antara ketiga struktur molekul RNA tersebut berkaitan dengan perbedaan fungsinya masing-masing. Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat Di bawah ini akan dibicarakan sekilas beberapa sifat fisika-kimia asam nukleat. Sifat-sifat tersebut adalah stabilitas asam nukleat, pengaruh asam, pengaruh alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan kerapatan apung.

Stabilitas asam nukleat Ketika kita melihat struktur tangga berpilin molekul DNA atau pun struktur sekunder RNA, sepintas akan nampak bahwa struktur tersebut menjadi stabil akibat adanya ikatan hidrogen di antara basa-basa yang berpasangan. Padahal, sebenarnya tidaklah demikian. Ikatan hidrogen di antara pasangan-pasangan basa hanya akan sama kuatnya dengan ikatan hidrogen antara basa dan molekul air apabila DNA berada dalam bentuk rantai tunggal. Jadi, ikatan hidrogen jelas tidak berpengaruh terhadap stabilitas struktur asam nukleat, tetapi sekedar menentukan spesifitas perpasangan basa. Penentu stabilitas struktur asam nukleat terletak pada interaksi penempatan (stacking interactions) antara pasangan-pasangan basa.

Permukaan basa yang bersifat hidrofobik menyebabkan molekul-molekul air dikeluarkan dari sela-sela perpasangan basa sehingga perpasangan tersebut menjadi kuat. Pengaruh asam Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih dari 100C, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer, hanya ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga asam nukleat dikatakan bersifat apurinik. Pengaruh alkali Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya perubahan status tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan menyebabkan perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk enolat karena molekul tersebut kehilangan sebuah proton. Selanjutnya, perubahan ini akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan hidrogen sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal yang sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA karena adanya gugus OH pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya. Denaturasi kimia Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH2)2) dan formamid (COHNH2). Pada konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-senyawa tersebut dapat merusak ikatan hidrogen. Artinya, stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi berkurang dan rantai ganda mengalami denaturasi. Viskositas

DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri ketika kita hendak melakukan isolasi DNA yang utuh. Kerapatan apung Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai dengan kerapatan apung (bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang mengandung garam pekat dengan berat molekul tinggi, misalnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA mempunyai kerapatan yang sama dengan larutan tersebut, yakni sekitar 1,7 g/cm3. Jika larutan ini disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka garam CsCl yang pekat akan bermigrasi ke dasar tabung dengan membentuk gradien kerapatan. Begitu juga, sampel DNA akan bermigrasi menuju posisi gradien yang sesuai dengan kerapatannya. Teknik ini dikenal sebagai sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan (equilibrium density gradient centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik. Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut pelet RNA akan berada di dasar tabung dan protein akan mengapung, maka DNA dapat dimurnikan baik dari RNA maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk keperluan analisis DNA karena kerapatan apung DNA () merupakan fungsi linier bagi kandungan GC-nya. Dalam hal ini, = 1,66 + 0,098% (G + C). Sifat-sifat Spektroskopik-Termal Asam Nukleat Sifat spektroskopik-termal asam nukleat meliputi kemampuan absorpsi sinar UV, hipokromisitas, penghitungan konsentrasi asam nukleat, penentuan kemurnian DNA, serta denaturasi termal dan

renaturasi asam nukleat. Masing-masing akan dibicarakan sekilas berikut ini. Absorpsi UV Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV karena adanya basa nitrogen yang bersifat aromatik; fosfat dan gula tidak memberikan kontribusi dalam absorpsi UV. Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh DNA maupun RNA adalah 260 nm atau dikatakan maks = 260 nm. Nilai ini jelas sangat berbeda dengan nilai untuk protein yang mempunyai maks = 280 nm. Sifat-sifat absorpsi asam nukleat dapat digunakan untuk deteksi, kuantifikasi, dan perkiraan kemurniannya. Hipokromisitas Meskipun maks untuk DNA dan RNA konstan, ternyata ada perbedaan nilai yang bergantung kepada lingkungan di sekitar basa berada. Dalam hal ini, absorbansi pada 260 nm (A260) memperlihatkan variasi di antara basa-basa pada kondisi yang berbeda. Nilai tertinggi terlihat pada nukleotida yang diisolasi, nilai sedang diperoleh pada molekul DNA rantai tunggal (ssDNA) atau RNA, dan nilai terendah dijumpai pada DNA rantai ganda (dsDNA). Efek ini disebabkan oleh pengikatan basa di dalam lingkungan hidrofobik. Istilah klasik untuk menyatakan perbedaan nilai absorbansi tersebut adalah hipokromisitas. Molekul dsDNA dikatakan relatif hipokromik (kurang berwarna) bila dibandingkan dengan ssDNA. Sebaliknya, ssDNA dikatakan hiperkromik terhadap dsDNA. Penghitungan konsentrasi asam nukleat Konsentrasi DNA dihitung atas dasar nilai A260-nya. Molekul dsDNA dengan konsentrasi 1mg/ml mempunyai A260 sebesar 20, sedangkan konsentrasi yang sama untuk molekul ssDNA atau RNA mempunyai A260 lebih kurang sebesar 25. Nilai A260 untuk ssDNA dan RNA hanya merupakan perkiraan karena kandungan basa purin dan pirimidin

pada kedua molekul tersebut tidak selalu sama, dan nilai A260 purin tidak sama dengan nilai A260 pirimidin. Pada dsDNA, yang selalu mempunyai kandungan purin dan pirimidin sama, nilai A260 -nya sudah pasti. Kemurnian asam nukleat Tingkat kemurnian asam nukleat dapat diestimasi melalui penentuan nisbah A260 terhadap A280. Molekul dsDNA murni mempunyai nisbah A260 /A280 sebesar 1,8. Sementara itu, RNA murni mempunyai nisbah A260 /A280 sekitar 2,0. Protein, dengan maks = 280 nm, tentu saja mempunyai nisbah A260 /A280 kurang dari 1,0. Oleh karena itu, suatu sampel DNA yang memperlihatkan nilai A260 /A280 lebih dari 1,8 dikatakan terkontaminasi oleh RNA. Sebaliknya, suatu sampel DNA yang memperlihatkan nilai A260 /A280 kurang dari 1,8 dikatakan terkontaminasi oleh protein. Denaturasi termal dan renaturasi Di atas telah disinggung bahwa beberapa senyawa kimia tertentu dapat menyebabkan terjadinya denaturasi asam nukleat. Ternyata, panas juga dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat. Proses denaturasi ini dapat diikuti melalui pengamatan nilai absorbansi yang meningkat karena molekul rantai ganda (pada dsDNA dan sebagian daerah pada RNA) akan berubah menjadi molekul rantai tunggal. Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata sangat berbeda. Pada RNA denaturasi berlangsung perlahan dan bersifat acak karena bagian rantai ganda yang pendek akan terdenaturasi lebih dahulu daripada bagian rantai ganda yang panjang. Tidaklah demikian halnya pada DNA. Denaturasi terjadi sangat cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi pada kedua ujung molekul dan pada daerah kaya AT akan mendestabilisasi daerah-daerah di sekitarnya. Suhu ketika molekul asam nukleat mulai mengalami denaturasi dinamakan titik leleh atau melting temperature (Tm). Nilai Tm

merupakan fungsi kandungan GC sampel DNA, dan berkisar dari 80 C hingga 100C untuk molekul-molekul DNA yang panjang. DNA yang mengalami denaturasi termal dapat dipulihkan (direnaturasi) dengan cara didinginkan. Laju pendinginan berpengaruh terhadap hasil renaturasi yang diperoleh. Pendinginan yang berlangsung cepat hanya memungkinkan renaturasi pada beberapa bagian/daerah tertentu. Sebaliknya, pendinginan yang dilakukan perlahan-lahan dapat mengembalikan seluruh molekul DNA ke bentuk rantai ganda seperti semula. Renaturasi yang terjadi antara daerah komplementer dari dua rantai asam nukleat yang berbeda dinamakan hibridisasi. Superkoiling DNA Banyak molekul dsDNA berada dalam bentuk sirkuler tertutup atau closed-circular (CC), misalnya DNA plasmid dan kromosom bakteri serta DNA berbagai virus. Artinya, kedua rantai membentuk lingkaran dan satu sama lain dihubungkan sesuai dengan banyaknya putaran heliks (Lk) di dalam molekul DNA tersebut. Sejumlah sifat muncul dari kondisi sirkuler DNA. Cara yang baik untuk membayangkannya adalah menganggap struktur tangga berpilin DNA seperti gelang karet dengan suatu garis yang ditarik di sepanjang gelang tersebut. Jika kita membayangkan suatu pilinan pada gelang, maka deformasi yang terbentuk akan terkunci ke dalam sistem pilinan tersebut. Deformasi inilah yang disebut sebagai superkoiling. Interkalator Geometri suatu molekul yang mengalami superkoiling dapat berubah akibat beberapa faktor yang mempengaruhi pilinan internalnya. Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat menurunkan jumlah pilinan, atau sebaliknya, peningkatan kekuatan ionik dapat menambah jumlah pilinan. Salah satu faktor yang penting adalah keberadaan interkalator seperti etidium bromid (EtBr). Molekul ini merupakan senyawa aromatik

polisiklik bermuatan positif yang menyisip di antara pasangan-pasangan basa. Dengan adanya EtBr molekul DNA dapat divisualisasikan menggunakan paparan sinar UV.

E. Darah (belum ada bahan)

Banyak fungsi darah dalam tubuh telah diketahui, diantaranya sebagai: 1. Alat transpor berbagai jenis bahan kimia, seperti transpor (a) zat makanan yang telah diserap dalam usus ke jaringan-jaringan yang membutuhkannya; (b) zat sampah atau zat buangan pokok metabolisme dari seluruh jaringan ke alat-alat ekskretori; (c) oksigen dari paru-paru ke jaringan; (d) karbon dioksida dari jaringan ke paruparu; (e) zat pengatur atau hormon dari sumbernya; 2. Benteng pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel darah putih dan antibodi yang beredar; 3. Pengatur, misalnya mengatur (a) stabilitas suhu tubuh, yaitu dengan penyebaran panas badan; (b) keseimbangan antara cairan darah dan cairan jaringan; dan (c) pemeliharaan kesetimbangan asambasa dalam tubuh.

F. Air liur Rongga mulut mengandung ludah yang disekresi oleh kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Tiap hari dihasilkan ludah sebanyak 1000-1500 ml. Berat jenis ludah rata-rata

1,007. Reaksi di dalam rongga mulut bervariasi sesuai dengan pH, yaitu pH 5,8-7,6. Sifat kimia Mengandung 99,5% H2O dan 0,5% elektrolit dan protein. Konsentrasi NaCl(garam) liur hanya sepertujuh dari konsentrasinya di plasma, yg penting dalam mempersepsikan rasa asin. Demikian juga, diskriminasi rasa manis ditingkatkan oleh ada tidaknya glukosa di liur. Protein yg terpenting adalah amilase, mukus, lisozim. Komposisi saliva Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Komponen Anorganik Dari kation-kation, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+ ) mempunyai konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi. Ion Khlorida merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik amilase. Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email dan berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar Fluorida di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air minum dan makanan. Rodanida dan

Thiosianat(CNS- ) adalah penting sebagai agen antibakterial yang bekerja dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer. Komponen Organik Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang secara kuantitatif penting adalah -Amilase, protein kaya prolin, musin dan imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein-protein dalam saliva: 1. -Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh -Amilase, polisakarida mudah dicernakan. 2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem penolakan bakterial. 3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses pembekuan darah. 4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN (hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan pertumbuhannya. 5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi. 6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air. Air disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolus. Sistem Fisis dan Kimiawi Saliva

Kerja fisisnya ialah membasahi mulut, membersihkan lodah dan memudahkan orang berbicara. ludah membasahi makanan agar mudah untuk ditelan dan melarutkan beberapa unsur, sehingga membantu memudahkan kerja kimiawi terhadapnya. Kerja kimiawinya disebabkan oleh enzim ptialin (amilase ludah) yang di dalam lingkungan alkali bekerja atas zat gula dan zat tepung bila pembungkus selulose pada zat tepung telah pecah, misalnya sesudah dimasak, dam kemudian tepung yang telah dimasak diubah menjadi sejenis gula yang mudah larut, yaitu maltose. kerja ini dimulai di dalam mulut, ludah ditelan bersama dengan makanan dan kerja ptialin berjalan terus di dalam lambung selama kira-kira dua puluh menit atau sampai makanan menjadi asam oleh kerja cairan lambung. Fungsi saliva 1. Air liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur, suatu enzim yang menguraikan polisakarida menjadi maltosa, duatu disakarida yg terdiri dari 2 molekul glukosa. 2. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikelpartikel makanan sehingga partikel2 tersebutpmenyatu, serta menghasilkan pelumasan oleh adanya mukus, yang kental dan licin. 3. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek rangkap pertama, dengan lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu dengan merusak dinding sel, dan kedua dengan membilas bahan yang mungkin berfungsi sebagai sumber makanan untuk bakteri. 4. Air liur berfungsi sebagai bahan pelarut yg meransang kuncup kecap. Hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor kuncup kecap=papil pengecap. 5. Air liur membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah.

6. Air liur berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga mulut dan gigi bersih. Aliran air liur yang konstan membantu membilas residu makanan, partikel asing dan sel epitel tua yg terlepas dari mukosa mulut. Kontribusi air liur dalam hal ini dirasakan oleh setiap orang yang pernah mengalami bau mulut ketika salivasi tertekan untuk sementara, misalnya saat demam atau keadaan cemas berkepanjangan. 7. Kaya akan dapar bikarbonat yang menetralkan asam dlm makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga karies dentis dpt dicegah. 8. Saliva melarutkan makanan secara kimiawi 9. Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. saliva juga memberikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga terhindar dari kekeringan. 10. Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa, suatu disakarida. 11. Zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti obat, virus dan logam, diekskresikan ke dalam saliva. 12. Zat antibakteri dan antibodi dalam seliva berfungsi untuk

membersihkan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi. Kelenjar Saliva 1. Kelenjar Mayor Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah.

Kelenjar parotis ialah yang terbesar. satu di sebelah kiri dan saru yang disebelah kanan dan terletak dekat di depan agak ke bawah telinga. sekretnya dituangkan di dalam mulut melalui saluran parotis atau saluran Stensen yang bermuara di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan geraham (molar) kedua atas. Kelenjar submandibularis nomor dua besarnya sesudah kelenjar parotis. terletak di bawah kedua sisi tulang rahang, dan berukuran kirakira sebesar buah kenari. sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran wharton, yang bermuara di dasar mulut dekat frenulum linguae. Kelenjar sublingualis adalah yang terkecil. letaknya di bawah lidah di kanan dan kiri frenulum linguae dan menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui beberapa saluran kecil. 2. Kelenjar Minor Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjarkelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior.

G. Urin Urin normal baru selalu jernih, pH 4,8-7,4, dan berat jenis 1,0081,030. Air merupakan komponen terbesar dari urin yang didalamnya terkandung garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa organik.

Senyawa-senyawa anorganik berupa kation: Na+, K+, Ca+2, Mg+2, NH4+, sedikit Fe+3, Cu+2, Zn+2, sedangkan yang berupa anion: Cl-, PO4-3, SO4-2, CO3-2, dan NO3-. Sebagian besar senyawa organik yang terdapat dalam urin merupakan sampah dari proses metabolisme, antara lain ureum, asam urat, kreatin, kreatinin, asam hipurat, indikan, asam-asam amino, asam-asam organik (asam asetat, asam format, asam butirat, asam sitrat, asam okalat, asam laktat, asam glukuronat, asam benzoat). Beberapa enzim (amilase, tripsin, lipase), beberapa hormon (hormon-hormon kelamin), dan vitamin (vitamin C, vitamin B) terdapat juga dalam urin.

H. Feses Bahan makanan yang tidak tercerna dan hasil pencernaan karena suatu alasan tidak terserap melalui mukosa usus halus bersama sel-sel epitel usus yang rusak masuk ke dalam usus besar (kolon), zat-zat ini akan mengalami perombakan oleh bakteri usus. Sebagian besar air dan elektrolit diserap dalam kolon sehingga isi kolon makin lama makin pekat dan akhirnya membenuk padatan yang disebut feses. Dalam keadaan normal, tiga perempat bagian feses adalah air dan seperempat bagian adalah zat padat, yang terdiri dari sisa-sisa makanan, lemak, protein, zat-zat anorganik bakteri mati. Komposisi Feses Untuk komposisi feses, normalnya feses terdiri atas tiga perempat air dan seperempat bahan-bahan padat yang tersusun atas 30 persen bakteri mati, 10 sampai 20 persen lemak, 10 sampai 20 persen bahan inorganik, 2 sampai 3 persen protein,dan 30 persen serat-serat makanan yang tidak dicerna dan unsur-unsur kering dari getah pencernaan, seperti pigmen empedu dan sel-sel epitel yang terlepas (Guyton and Hall, 2007). Secara normal feses berbentuk tetapi lembut dan mengandung air sebanyak 75% jika seseorang mendapat intake cairan yang cukup, sedangkan 25% lagi adalah bagian padat. Feses yang biasa

mengandung air lebih dari 75%. Feses bergerak lebih cepat dari normal melalui intestinal, sehingga hanya sedikit air dan ion yang direabsorpsi ke dalam tubuh. Feses yang keras mengandung lebih sedikit air daripada normal dan pada beberapa kasus mungkin sulit atau nyeri sekali saat dikeluarkan. Beberapa orang, bayi dan anak-anak yang khusus mungkin mengeluarkan feses yang berisi makanan yang tidak dicerna. Bentuk Feses normal berbentuk rektum. Bau Bau feses merupakan hasil kerja bakteri pada intestinal, dan bervariasi pada seseorang dengan orang lain. Bau feses yang sangat bau(tajam) dapat menunjukkan adanya gangguan saluran cerna. Darah Darah yang terdapat pada feses adalah abnormal. Darah dapat berwarna terang atau merah terang, hal ini berarti darah mewarnai feses pada proses eliminasi akhir. Feses berwarna hitam, berarti darah memasuki chyme pada lambung atau usus halus. Beberapa obat-obatan dan makanan juga dapat membuat feses berwarna merah atau hiam. Oleh karena itu adanya darah harus dikonfirmasi melalui sebuah test. Perdarahan pada feses kadang tidak terlihat, ini dikenal occult bleeding (perdarahan tersembunyi). Bahan-bahan abnormal Kadang-kadang feses mengandung bahan-bahan asing yang dicerna secara kebetulan, pencernaan benda-benda asing secara kebetulan banyak ditemukan pada anak-anak. Bahan-bahan abnormal lain termasuk pus, mukus, parasit, lemak dalam jumlah banyak dan bakteri patogen. Test untuk mengetahui keberadaan bahan-bahan asing biasanya ditunjukkan di lab. Feses normal berwarna coklat, hal ini berhubungan dengan adanya bilirubin dan turunannya yauitu sterobilin dan urotilin dan kegiatan dari bakteri normal yang terdapat pada intestinal. Bilirubin merupakan pigmen berwarna kuning pada empedu. Feses dapat berwarna lain,

khususnya ketika ada hal-hal yang abnormal. Misalnya; hitam feses seperti tir, ini menunjukkan adanya perdarahan dari lambugn atau usus halus; warna tanah liat (acholic) menunjukkan adanya penurunan fungsi empedu; hijau atau orange menunjukkan adanya infeksi pada intestinal. Makanan juga dapoat mempengaruhi warna feses, misalnya: gula bit merubah feses menjadi warna merah, kadang-kadang hijau. Obat-obatan juga dapat merubah warna feses, misalnya zat besi, dapat membuat feses berwarna hitam. Interpretasi karakteristik feses Warna

Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah menjadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi dicerna enzim dan juga pankreas setelah seperti pemberian pada steatorrhoe barium yang setelah menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat garam pemeriksaan radiologik.

Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

Bau

Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.

Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

Konsistensi

Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi.

Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus

Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.

Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.

Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.

Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis .

Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.

Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.

Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

Darah dan Nanah

Darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

Pada

perdarahan

proksimal

saluran

pencernaan

darah

akan

bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.

Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari

Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon, Fistula colon sigmoid, Lokal abses.

Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

Sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.

Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.

Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.

Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.

Makroskopis Feses Butir, kecil, keras, warna tua Volume besar, berbau dan mengambang Rapuh dengan lendir tanpa darah

Interpretasi Konstipasi Malabsorbsi zat lemak atau protein Sindroma usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus,

adenoma dengan jonjot- jonjot Rapuh dengan darah dan lendir (darah Inflamasi usus besar, tifoid, shigella, nyata) Hitam, mudah melekat seperti ter Volume besar, cair, sisa padat sedikit amubiasis, tumor ganas Perdarahan saluran cerna bagian atas Infeksi non-invasif (kolera, E.coli keadaan toksik, kkeracunan makanan oleh stafilokokus, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotik Agak lunak, putih abu- abu sedikit Cair bercampur lendir dan eritrosit Cair bercampur lendir dan leukosit Lendir dengan nanah dan darah berlebihan) Divertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit Obstruksi jaundice, alkoholik Tifoid, kolera, amubiasis Kolitis ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus Kolitis ulseratif, disentri basiler,

karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC

I.

Studi kasus I.1 Darah yang tampak memisah menjadi 2 lapisan (belum ada jawaban)

I.2 Enzim-enzim yang dihasilkan air liur besera fungsinya Enzim adalah katalis protein yang meningkatakan laju reaksi kimia, dan tidak habis selama proses reaksi yang dikatalis (tidak ikut berubah selama reaksi). Sifat-sifat enzim: 1. Tempat-aktif, molekul enzim mengadung suatu celah khusus yang disebut tempat aktif. Tempat-aktif tersebut mengandung rantai samping asam amino yang membentuk sebuah permukaan tiga dimensi yang bersifat komplementer terhadap substrat(tempataktif+substrat=kompleks enzim substrat). 2. Efisiensi katalitik, reaksi yang dikatalis lebih cepat 103 atau 108 kali lebih cepat. 3. Spesifisitas, enzim berinteraksi hanya dengan satu atau beberapa substrat dan mengatalis hanya satu jenis reaksi kimia. 4. Kofaktor, kofaktor diperlukan untuk aktivitas enzimatik. Contoh kofaktor yang biasa ditemukan, ion-ion logam (Zn2+ atau Fe2+) dan moleku organic ( koenzim) turunan vitamin. Holoenzim (enzim dan kafaktornya), dan apoenzim (bagian protein holoenzim).

substrat

kofakto r

Enzim aktif

5. Pengaturan, aktivitas enzim dapat diatur, artinya enzim dapat diaktivasi atau diinhibisi sehingga laju pembentukan produk berespons terhadap kebutuhan sel. 6. Lokasi di dalam sel, kebanyakan enzim berada di organel khusus di dalam sel. Tata nama enzim: 1. Nama rekomendasi, akhiran ase yang disambungkan dengan substrat reaksinya. (paling sering digunakan) 2. Nama sistematik, the international union of biochemistry and molecular biology (IUBMB)-> enam kelas utama yg terbagi ke dalam subgroup. Reaksi kimia, msl D-gliseraldehid 3-fosfat: NAD oksidureduktase. Faktor-faktor yang memengaruhi kerja enzim: 1. Konsentrasi substrat, semakin tinggi konsentrasi substrat semakin cepat laju reaksi, namun pada suatu ketika, laju reaksi akan mencapai suatu titik jenuh, dimana laju reaksi bergerak datar. 2. Suhu, suhu yang terlalu tinggi dapak menyebabkan denaturasi enzim. 3. pH,pH yang ekstrim juga dapat menyebabkan denaturasi enzim. pH optimum bervariasi untuk setiap enzim. Pepsin pH 2 Di dalam mulut, polisakarida makanan, yaitu amilum, mengalami pencernaan atau digesti secara mekanis karena adanya gigi dan secara enzimatis karena adanya ptialin atau amilase ludah. Ptialin mengkatalis hidrolisis amilum menjadi maltosa. Perubahan amilum menjadi maltosa

tidak berjalan spontan, tetapi bertahap yang disertai dengan hasil antara: amilodekstrin, eritrodeksrin, akrodekstrin, dan dekstrin-dekstrin lain yang mempunyai rantai pendek (oligosakarida). Di dalam mulut, amilum yang diubah menjadi maltosa hanya sedikit sebab makanan berada alam mulut hanya sebentar. Bersama-sama makanan lain, amilum yang telah tercerna maupun yang belum akan masuk ke dalam lambung. Proein Dn lemak dalam mulut hanya mengalami pencernaan secara mekanis dan tidak secara enzimatis sebab di dalam mulut tidak ada enzim yang mengkatalis hidrolisis protein dan lemak. I.3 Urin berwarna kuning dan berbau pesing Warna kekuning-kuningan karena pengaruh pigmen yang

berwarna kuning dan baunya tidak enak. Warna kuning dan bau yang khas dari urin disebakan oleh empedu yang dihasilkan oleh hati yang berasal dari perombakan hemoglobin eritrosit yang telah tua yang pada nantinya akan dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin yang merupakan zat warna bagi empedu dan mengahdung hiaju biru. Zat warna tersebut didalam usus akan mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga warna feses dan urin menjadi kekuningan, sedangkan bau yang khas itu bersal dari asam amino yang mengalami deaminasi yang mengakibatkan terkumpulnya amonia yang bersifat racun yang kemudian dirombak dengan bantuan enzim agrinasi yang mengubah arginin (salah satu asam amino esensial) menjadi ornitin dan urea, urea dikeluarkan kedalam ginjal dan ornitin di keluarkan bersama urin sehingga menimbulkan bau yang khas. Jika tubuh kelebihan asam amino, maka asam amino diubah

menjadi ornitin dan urea oleh hati melalui proses deaminasi, dimana ornitin mengikat ammonia dan dikeluarkan didalam urin.

I.4 Tinja yang berbau busuk

Bau busuk fases disebabkan oleh indole dan skatole. Bau yang lebih tidak menyenangkan disebabkan oleh methane, hydrogen sulfide, dan metil merkaptan diet yang kaya daging menghasilkan bau yang paling busuk. Diet yang terdiri atas susu dan sayuran hampir tak menyebabkan bau busuk. Bau yang sangat busuk mengindikasikan reaksi alkal. Tinja yang terlalu asam akan menimbulkan bau masam atau anyir.

Kesimpulan : Manfaat yang diperoleh dari upaya observatif terhadap komponenkomponen tersebut adalah mengetahui kandungan molekuler, mekanisme pembentukan, dan fungsinya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama: Ilmu Gizi, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta 1989 Bagian Gizi R.S Dr. Cipto Mangunkusomo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Penuntun Diit, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Edisi kedua, Jakarta 1996 Champe, Pamela C., Richard A. Harvey, dan Denise R. Ferrier. 2004. Biokimia: Ulasan Bergambar. Ed 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Donald S. McLaren: Nutrition and its Disorders, Churchill Livingstone Edinburgh London Melbourne and New York, Third Edition 1981 . Eleanor R. Williams: Nutrition, Principles, Issues, and Applications. McGraw-Hill Book Company, New York copyright 1984 Fergus M.Clydesdale: Food Nutrition and Health, The A VI Publishing Company Inc. WeStport, Connecticut 1995 Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott Philadelphia, New York, 1998; 254-276 Gaman,P.M dan Sherrington, K.B, 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Serta beberata jurnal tambahan, karangan Dr. rer. Nat. Sri Mulyani, M. Si. Dan Heru Nurcahyo Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, Nine Ed, WB Saunder Co, Philadelphia, 1996 ; 537541 Koolman, J. dan K. H. Roehm. 2005. Color Atlas of Biochemistry. New York: Thieme All rights reserved.

Lauralee Sherwood. 2011. Fisiologi manusia ; dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku kedokteran EGC Lehninger, A.H., 1995. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga : Jakarta. Murray, Robert K., Daryl K. Granner, dan Victor W. Rodwell. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Netti, Herlina dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara. Pearce, E.C. (tidak ada tahun). Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta : Gramedia. R.M Moerdowo: Spektrum Diabetes Mellitus, Penerbit Djambatan, Jakarta 1989 Sediaoetama, A.D. 1985. Ilmu Gizi. Jilid I. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat. Slonane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC Stansfield, W.D. 2006. Biologi Molekular dan Sel. Jakarta : Erlangga Sunarya, yayan. 2012. Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia Terkini. Bandung: Yrama Widya Triwibowo Yuwono. 2005. Biologi Molekular. Erlangga. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai