PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai banyak industri yang bergerak dibidang
pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). PT
Rumpun Sari Kemuning (PT RSK) yang beralamat Desa Kemuning,
Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Bergerak dibidang industri teh.
Teh yang diproduksi PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK) merupakan teh
hijau kering. Produk yang dihasilkan ada 2 jenis produk yaitu grade I dan
grade II. Bahan baku teh hijau tersebut didapatkan dari pucuk daun teh
yang dipetik dari kebun teh milik PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK).
Kebuh teh tersebut terbagi menjadi 2 area yaitu Afdeling A dan Afdeling B.
Pemetikan daun teh dilakukan oleh petani petik dan diawas oleh mandor
dari masing-masing afdeling. Pemetikan dilakukan setiap hari dari pagi
hingga siang hari. Setelah dilakukannya pemetikan, hasil daun teh hasil
petikan dilakukan proses pengolahan oleh pekerja bagian proses produksi.
Bagian proses produksi yang ada di PT Rumpun Sari Kemuning
(PT RSK) meliputi pelayuan, penggulungan, pengeringan I, pengeringan
II, pengeringan III, sortasi, pengemasan. Proses produksi dilakukan secara
semi manual. Semua bagian produksi melakukan proses produksi setiap
hari dengan 3 shift per hari. Setiap shift memiliki 8 jam dengan istirahat 1
jam, sehingga jam kerja produktif yaitu 7 jam. Kapasitas produksi setiap
harinya tergantung dari jumlah teh yang dipetik oleh petani petik.
Kapasitas produksi dipengaruhi oleh musim. Jika musim hujan kapasitas
bahan baku dapat menjadi 12 ton per hari, sedangkan jika musim kemarau
kapasitas turun menjadi 8 ton per hari.
Jumlah pekerja bagian produksi yaitu 11 orang dan pengemasan
yaitu 3 orang. Pelayuan dilakukan oleh 3 orang pekerja dan elemen kerja
yang
dilakukan
yaitu
mengambil
daun
teh
yang
dihamparkan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh Hijau
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camellia
sinensis) melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum berdasarkan
cara/proses pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis,
yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara
menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada pada pucuk daun teh
segar, dengan cara pemanasan atau pengupan menggunakan uap panas,
sehingga oksidasi enzimatik tehadap katekin dapat dicegah. Teh hitam
dibuat dengan cara memnfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap
kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan melalui proses
pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan
daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena
itu, teh oolong disebut sebagai teh semi-fermentasi, yang memiliki
karakter khusus dibandingkan teh hitam dan teh hijau (Hartoyo, 2003).
Green tea (teh hijau) adalah bagian daun dari pohon Camellia
sinensis, bentuknya tajam kurus. Beda antara teh hijau dengan teh hitam
adalah pada saat daun dipanen, pohon diberi peneduh terpal agar tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Dengan demikian tingkat oksidasi
menjadi minim, produksi chlorophly dalam daun meningkat, membuat
daun teh berwarna lebih hijau. Setelah dipetik, daun teh dikukus lalu
dikeringkan (Kirana, 2010).
Lewat peta kerja ini pula kita bisa melihat semua langkah (urutan
prosedur kerja) yang dialami oleh suatu benda kerja material input atau
bilangan berupa masukan yang lain dari saat mulai masuk ke lokasi
kegiatan kemudian menggambarkan semua langkah-langkah aktivitas yang
dialaminya guna memproses masukkan tersebut seperti : transportasi,
operasi kerja, inspeksi, menunggu (delay) dan menyimpan, sampai
akhirnya menjadi produk akhir (finished goods product) yang merupakan
keluaran yang diinginkan (Wignjosoebroto, 1995).
Peta Proses Operasi (PPO) merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami bahan baku sampai
menjadi produk jadi, baik yang berkaitan dengan urutan proses operasi
pengerjaan maupun pemeriksaan. Selain itu, Peta Proses Operasi juga
memperoleh urutan pekerjaan, waktu dan keseluruhan proses serta
hubungan antar aktivitas. Pada peta proses operasi terdiri dari beberapa
proses antara lain, proses operasi, inspeksi dan gabungan operasi dan
inspeksi. Proses operasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada suatu
lintasan produksi yang dapat membuat perubahan fisik, kimia maupun
biologi dari produk yang dihasilkan. Proses inspeksi merupakan proses
7
Gambar 2.1 Peta Proses Operasi (PPO) Pembuatan Teh Hijau Kering
Gambar 2.2 Peta Proses Operasi (PPO) Pembuatan Teh Hijau Kering
(lanjutan)
10
11
indera penglihatan dan meramas daun untuk meneliti kadar air dan
gulungan daun.
Proses sortasi yang pertama dengan mesin Mesky Layer, pada
proses ini terjadi gabungan antar proses inspeksi dan operasi. Proses
operasi yang sangat terlihat adalah perubahan fisik, karena proses ini
memisahkan teh hijau kering berdasarkan ukuran dan proses pengamatan
ukuran dengan indera penglihatan yaitu proses inspeksi. Proses
selanjutnya adalah sortasi dengan mesin Middlenton hanya terjadi proses
operasi karena proses ini bekerja untuk memisahkan tulang dan daun.
Sortasi dengan mesin Winnower, pada proses sortasi ini juga hanya terjadi
proses operasi saja. Hal ini dikarenakan hanya terjadi proses pemisahan
daun teh kering berdasarkan beratnya dan penghilangan debu. Proses
sortasi terakhir dengan mesin Separator pada ketiga hanya terjadi proses
operasi. Hal itu dikarenakan memisahkan tulang dengan daun teh yang
sebelumnya masih tercampur di alat sortasi. Proses selanjutnya yaitu
proses pencampuran teh berdasarkan klasifikasi produk teh. Proses setalah
sortasi adalah proses pengemasan dengan karung dan penjahitan karung
secara manual. Kemudian proses terakhir yaitu penyimpanan dalam
gudang sebelum di distribusikan.
C. Ergonomi
Istilah ergonomi atau biasa dikenal dengan human factors mulai
dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan
dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Ergonomi
12
berasal dari bahasa latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam).
Ergonomi adalah ilmu yang memanfaatkan informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja.
Dengan ergonomi, diharapkan manusia yang berperan sentral dalam suatu
sistem kerja dapat bekerja dengan baik, yaitu efektif, nyaman, aman, sehat,
dan efisien (Sutalaksana, 2006).
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek dan
karakteristik manuasia (kemampuan, kelebihan, keterbatasan, dan lainlain) yang relevan dalam konteks kerja, serta manfaatkan informasi yang
diperoleh dalam upaya merancang produk, mesin, alat, lingkungan, serta
sistem kerja yang terbaik. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah
tercapainya sistem kerja yang produktif dan kualitas kerja terbaik, disertai
dengan kemudahan, kenyamanan, dan efisiensi kerja, tanpa mengabaikan
kesehatan dan keselamatan kerja (Iridiastadi & Yassierli, 2014)
Ergonomi merupakan ilmu dan pengaturan situasi kerja demi
keuntungan pekerja dan majikan. Ilmu ini berupaya untuk menyerasikan
mesin dengan pekerja, tidak menganggap bahwa pekerja harus
menyesuaikan diri dengan mesin dan lingkungan. Pengukuran keselarasan
hubungan antara pekerjaan dan pekerja memerlukan pemeriksaan sejumlah
faktor , seperti tercantum pada Tabel 2.1
Pekerja
Mesin
13
Lingkungan
Usia
Jenis kelamin
Ras
Dimensi
tubuh
dan bentuk
Penggunaan
energi
Status kesehatan
Sikap tubuh
Pergerakan
Pengelihatan
Ukuran
Kegunaan
Alat pengendali:
tombol, ganggang,
meteran
Frekuensi
dan
keruwetan
pengendalian
Suhu
Pencahayaan
Kelembaban
Tekanan
Ventilasi
Kebisingan
Ruang kerja
Hubungan dengan
pekerja lain dan
manajemen
mengurangi kelelahan.
Mengurangi waktu pelatihan dan biaya.
Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui
14
15
Pergerakan
Skor
Lurus/ tegak
Bungkuk ke depan
Miring ke samping
16
Pergerakan
Kedua lengan di bawah bahu
Salah satu lengan di bawah bahu
Kedua lengan di atas bahu
Skor
1
2
3
Pergerakan
Duduk
Berdiri dengan kedua kaki lurus
Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki
lurus
Berdiri atau jongkok dengan kedua
lutut
Berdiri atau jongkok dengan satu lutut
Berlutut pada satu atau dua lutut
Berjalan atau bergerak
d. Beban (load)
Skor
1
2
3
4
5
6
7
Pergerakan
W 10 kg
10 kg < W 20 kg
W > 20 kg
Skor
1
2
3
1. Sikap Punggung
Membungkuk
Penilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jika terjadi sudut yang
terbentuk pada punggung minimal sebesar 20 derajat atau lebih. Begitu
pula sebaliknya jika perubahan sudut kurang dari 20 derajat , maka dinilai
tidak membungkuk. Adapun posisi leher dan kaki tidak termasuk dalam
penilaian batang tubuh (punggung).
2. Sikap Lengan
Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atas sampai tangan.
Penilaian terhadap posisi lengan yang perlu diperhatikan adalah posisi
tangan
3. Sikap Kaki
Duduk
Pada sikap ini adalah duduk dikursi dan semacamnya.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
Pada sikap ini adalah kedua kaki dalam posisi lurus/tidak bengkok dimana
beban tubuh menumpu kedua kaki.
18
Pada sikap ini adalah keadaan postur setengah duduk yang telah umum
diketahui yaitu keadaan lutut ditekuk dan beban tubuh bertumpu pada
kedua kaki.
Berjalan
Pada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukan termasuk gerakan ke
depan, belakang, menyamping, dan naik turun tangga.
4. Berat beban
Dalam hal ini yang membedakan adalah berat beban yang diterima dalam
satuan kilogram (kg). Berat beban yang diangkat lebih kecil atau sama
dengan 10 kg (W 10 kg ), lebih besar dari 10 kg dan lebih kecil atau
sama dengan 20 kg (10 kg < W 20 kg ), lebih besar dari 20 kg (W < 20
kg ).
Tabel 2.6 merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara
19
Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empat level skala
sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja.
Level
Pekerjaan normal
(ringan) ( Kategori 1)
Tindakan Perbaikan
Pada sikap ini tidak masalah pasa sistem
musculoskeletal sehingga tidak memerlukan
perbaikan.
20
Pekerjaan berat
(Kategori 3)
I.
II.
IDENTITAS PEKERJA
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Status
:
Berat Badan
:
Berat Beban
:
Lama Kerja
:
Waktu Kerja
:
Stasiun Kerja
:
KUSIONER NORDIC BODY MAP
21
slip,
perjalanan,
atau
22
jatuh),
selain
itu
mencerminkan
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Tempat
: PT Rumpun Sari Kemuning
Alamat
: Desa Keminung, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa
Tengah
Waktu
: 2 Agustus 31 Agustus 2015
B. Tahap Penelitian
Tahap penelitian tercantum pada Gambar 3.1 dengan uraian
masing-masing tahap sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah
Masalah yang ada pada PT. RSK yaitu masalah ketidaknyamanan kerja
dan postur kerja saat melakukan proses produksi pengeringan dan
sortasi.
2. Studi lapangan dan studi pustaka
a. Studi lapangan yang dilakukan yaitu mengambil gambar untuk
penilaian postur kerja dan penyebaran kuesioner Nordic Body Map
untuk melakukan penilaian ketidaknyamanan kerja. Kuisoner
Nordic Body Map diberikan kepada pekerja sebelum memulai
pekerjaan (pukul 08.30 WIB) dan setelah melakukan pekerjaan
(pukul 17.00).
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Lapangan Dan Studi Pustaka
Perumusan Masalah dan Penetapan
Tujuan Penelitian
24
Pengumpulan Data
1. Data historis dan gambar umum
mengenai industri
2. Data elemen kerja pada proses
pengeringan dan sortasi
3. Gambar postur kerja dari proses
pengeringan dan sortasi
4. Data dari hasil pengisian kuesioner
Nordic Body Map
Selesai
Gambar 3.1 Tahap Penelitian
25
26
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Industri
PT. Rumpun Sari Kemuning adalah sebuah industri yang bergerak
dalam bidang pertanian, yaitu teh. Perusahaan tersebut beralamat di Desa
Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Kapasitas produksi
setiap harinya tergantung jumlah teh yang dipetik setiap harinya oleh petani
petik, sehingga total produksi setiap harinya berbeda. Produksi pada PT.
Rumpun Sari Kemuning dilakukan setiap hari, yang terbagi menjadi 3 shift.
Setiap shiftnya yaitu 8 jam kerja, namun 1 jam untuk istirahat, sehingga yang
produktif hanya 7 jam kerja. Proses produksi yang ada di PT. Rumpun Sari
Kemuning yaitu pelayuan, penggulungan, pengeringan I, pengeringan II,
pengeringan III, sortasi, pengemasan, penyimpanan. Produk yang ada di
PT.RSK yaitu Grade I dan Grade II.
B. Deskripsi Proses Pengeringan dan Proses Sortasi
Proses pengeringan I adalah sebuah proses setelah daun teh mengalami
proses penggulungan. Pengeringan awal bertujuan untuk mengurangi kadar
air yang telah digulung menjadi 25 30 % untuk mempertahankan gulungan
agar warna gulungan daun tidak pudar. Pengurangan kadar air sedikit demi
sedikit agar terjadi inaktifasi enzim polifenol oksidase sehingga proses
fermentasi tidak terjadi. Aktivitas enzim polifenol oksidase akan terhenti pada
28
awal yaitu pucuk yang jika digenggam oleh tangan tidak keluar air dan tidak
hancur serta tetap berwarna hijau kecoklatan. Prinsip kerja mesin ECP
(Endeless Chain Pressure) yaitu mengeringkan daun teh yang telah tergulung
dengan udara panas sehingga terjadi penguapan. Pada proses pengeringan I
elemen kerja yang ada yaitu mengambil daun teh yang tergulung,
memasukkan daun teh yang tergulung dalam mesin, menarik hasil
pengeringan, memasukkan kedalam gerobak, distribusi ke pengeringan II.
Proses pengeringan II memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi
kadar air yang mencapai 15 % 20 % dan membentuk daun yang
menggulung seperti sepiral. Pengeringan II di PT. Rumpun Sari Kemuning
menggunakan mesin rotary dryer dengan kapasitas mesin 70 80 kg. Suhu
yang digunakan 100 yang memerluhkan waktu 20 30 menit. Proses
pengeringan II ini eleman kerja yang digunakan yaitu mengambil teh yang
mengalami pengeringan I, memasukkan daun teh yang kering dalam mesin,
transportasi ke pengeringan III.
Pengeringan III merupakan kelanjutan dari pengeringan awal dan
semi sehingga pengeringan akhir ini sangat menentuhkan mutu teh yang
dihasilkan. Tujuan dari pengeringan akhir yaitu untuk mengurangi kadar air
4% - 5%
sempurna adalah gulungan yang bulat, melintir, dan mengkilap. Proses ini
menggunakan mesin Ball Tea yang merupakan selinder dengan kecepatan
putar 17 19 rpm. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengeringan
akhir yaitu 8 12 jam dengan suhu 100. Prose pengeringan III ini elemen
29
kerja yang digunakan yaitu mengambil daun teh yang telah kering,
memasukkan daun teh kering kedalam mesin, memasukkan hasil pengeringan
kedalam karung, transportasi ke sortasi.
Proses Sortasi adalah proses yang terjadi sebelum pengemasan dan proses
setelah pengeringan III. Proses sortasi bertujuan untuk memisahkan produk
teh berdasarkan mutu masing-masing, menyeragamkan bentuk dan ukuran
C.
serta memisahkan teh kering dari benda-benda asing yang tidak diinginkan.
Hasil Metode OWAS
1. Penilaian OWAS
a. Pembagian Kerja Proses Pengeringan I dan Sortasi
Tabel 4.1 Pembagian Kerja Proses Pengeringan I dan Sortasi
No
1.
Nama Pekerja
Sungkowo
Stasiun Kerja
Pengeringan I
2.
Sapto
Pengeringan I
3.
Sungkowo dan
Sabto
Pengeringan I
4.
Suparman dan
Triyono
Sortasi
5.
Triyono
Sortasi
Elemen Kerja
Mengambil daun teh
tergulung
Memasukkan daun teh
tergulung kedalam
mesin
Menarik hasil
pengeringan
Transportasi ke
pengeringan II
Memasukkan hasil
pengeringan kedalam
gerobak
Mengangkut hasil
pengeringan III
Memasukkan daun teh
kering kedalam mesin
Transportasi ke ruang
penyimpanan
30
Gambar 4.1 Postur Tubuh Pengeringan I Elemen Kerja Mengambil Daun Teh
Tergulung
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan OWAS Pengeringan I Elemen Kerja Mengambil Daun
Teh Tergulung
No
Pergerakan
Skor
1.
2.
3.
4.
Back
Arms
Legs
Load
2
1
2
1
Nilai OWAS
Level sikap
kerja
Kategori 2
(pekerjaan
agak berat)
31
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan OWAS Pengeringan I Elemen Kerja Memasukkan Dau n
Tergulun Kedalam Mesin
No
Pergerakan
Skor
Nilai OWAS
1.
2.
3.
4.
Back
Arms
Legs
Load
1
1
2
1
Level sikap
kerja
Kategori 1
(pekerjaan
normal
(normal))
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan OWAS Pengeringan I Elemen Kerja Menarik Hasil
Pengeringan
No Pergerakan
1.
2.
3.
4.
Back
Arms
Legs
Load
Skor
2
1
7
2
32
Nilai
OWAS
3
Level sikap
kerja
Kategori 3
(pekerjaan
barat)
33
No
Pekerja
1.
Pekerja 1
(Sungkowo)
Pergerakan Skor
Back
Arms
3
2
34
Nilai
Level
Owas
1
Kategori 1
(pekerjaan
2.
Pekerja 2
(Sapto)
Legs
Load
Back
Arms
Legs
Load
3
2
1
1
2
2
normal
(ringan))
Kategori 1
(pekerjaan
normal
(ringan))
No
Pergerakan
Skor
Nilai OWAS
1.
2.
3.
4.
Back
Arms
Legs
Load
1
1
7
3
Level sikap
kerja
Kategori 1
(pekerjaan
normal
(ringan))
35
Gambar 4.7 Postur Tubuh Sortasi Elemen Kerja Mengangkut Hasil Pengeringan III
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan OWAS Sortasi Elemen Kerja Mengangkut Hasil
Pengeringan III
No
Pekerja
Pergerakan
Skor
1.
Pekerja
1
Back
Arms
Legs
Load
Back
Arms
Legs
Load
3
1
7
3
3
1
7
3
2.
Pekerja
2
Nilai
Owas
Level
Kategori 1
(pekerjaan
normal
(ringan))
Kategori 1
(pekerjaan
normal
(ringan))
36
Gambar 4.8 Postur Tubuh Sortasi Elemen Kerja Memasukkan Daun Teh Kering
Kedalam Mesin
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan OWAS Sortasi Elemen Kerja Memasukkan Daun Teh
Kering Kedalam Mesin
No
Pekerja
Pergerakan
Skor
1.
Pekerja 1
Back
Arms
Legs
Load
Back
Arms
Legs
Load
3
2
3
3
3
2
3
3
2.
Pekerja 2
Nilai
Owas
2
Level
Kategori 2
(pekerjaan
agak
berat)
Kategori 2
(pekerjaan
agak
berat)
37
No
Pekerja
Pergerakan
Skor
1.
Pekerja 2
Back
Arms
Legs
Load
3
1
7
3
Nilai
Owas
1
Level
Kategori 1
(pekerjaan
normal
(ringan))
38
39
pengeringan (Gambar 4.3) masuk pada nilai OWAS kategori 3, yang berarti
memerlukan perbaikan segera mungkin agar tidak terjadi cedera. Elemen
menarik hasil pengeringan mempunyai nilai OWAS kategori 3 adalah pekerja
harus membungkukkan badannya dan menarik hasil pengeringan dengan
tenaganya (skor 2), kedua lengannya di bawah bahu (skor 1), kakinya berjalan
mundur ke belakang (skor 7), beban yang ditarik 15 kg (skor 2).
Pada proses sortasi terdiri dari 3 elemen kerja yaitu mengangkut hasil
pengeringan III, memasukkan daun teh kering kedalam mesin, dan
transportasi ke ruang penyimpnan. Elemen kerja mengangkut teh dan
memasukkan teh dalam mesin dilakukan oleh 2 orang pekerja, sedangkan
untuk elemen kerja transportasi hasil sortasi dilakukan oleh 1 orang pekerja.
Berat teh hasil pengeringan III adalah 50 kg dan berat setelah dilakukan
sortasi yaitu 30 kg. Elemen kerja mengangkut hasil pengeringan III (Gambar
4.7) kedua postur tubuh pekerja memiliki kategori 1 dan tidak memerlukan
perbaikan, karena kedua postur pekerja sama saat melakukan elemen tersebut.
Postur kerja kedua pekerja yaitu posisi badan dan punggung miring ke
samping (skor 3), kedua lengan di bawah bahu (skor 1), kakinya berjalan (skor
7), beban yang di angkut 50 kg (skor 3). Elemen kerja memasukkan teh kering
kedalam mesin (Gambar 4.8) memiliki level sikap kerja kategori 2 dan harus
dilakukan perbaikkan di masa akan datang, kedua pekerja memiliki postur
kerja yang sama. Postur kerjanya yaitu badan dan punggung miring ke
samping (skor 3), salah satu lengan di bawah bahu (skor 2), kaki berdiri
dengan tumpuan satu kaki (skor 3), dan beban yang diangkat 50 kg (skor 3).
Elemen kerja transportasi ke ruang penyimpanan (Gambar 4.9) memiliki level
40
sikap kerja kategori 1 dan tidak memerlukan perbaikan, postur kerjanya yaitu
badannya miring ke samping (skor 3), kedua lengan di bawah bahu (skor 3),
kaki berjalan (skor 7), dan beban yang dibawa 30 kg (skor 3).
E. Analisis Kuesioner Nordic Body Map
Kuesioner Nordic Body Map adalah sebuah kuisioner yang berisi
kerangkan tubuh manusia yang dibagi menjadi 27 bagian. 27 bagian tersebut
dimulai dari leher hingga telapak kaki. Kuesioner Nordic Body Map
digunakan untuk mengetahui ketidaknyamaan kerja saat pekerja melakukan
pekerjaannya. Penilaian tersebut dilakukan secara subjektif, karena penilaian
tergantung dengan apa yang dirasakan (tidak sakit, agak sakit, sakit, dan
sangat sakit) pekerja. Hasil dari kuesioner tersebut akan dianalisis untuk
mengetahui kondisi pekerja saat sebelum dan setelah melakukan pekerjaan.
Hasil analisi dapat berguna untuk mengetahui kemungkinan musculoskeletal
disorders (MSDs) yang dapat diderita oleh pekerja. Sehingga industri
mengetahui kemungkinan cedera yang di derita oleh pekerja. Hasil dari
kuesioner Nordic Body Map juga dapat digunakan untuk evaluasi perbaikan
lingkungan kerja.
1. Stasiun Kerja Pengeringan I
a. Pekerja 1
Tabel 4. 10 Identitas Pekerja 1 Stasiun Kerja Pengeringan I
Nama
: Sungkowo
Umur
: 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status
: PHT (Pekerja
Harian Tetap)
41
Berat Badan : 56 kg
Berat Beban : 15 kg
Lama Bekerja : 10 tahun
Waktu Bekerja : 7 jam
a. Sebelum
b. Setelah
Gambar 4.10 Hasil Nordic Body Map Sebelum (a) dan Setelah (b) Bekerja
Stasiun Kerja Pengeringan I (Pekerja 1)
Namun setelah
melakukan pekerjaannya beliau mengalami rasa agak sakit pada bagian sakit di
punggung , pinggang, lengan bawah kiri dan kanan, tangan kiri dan kanan, kaki
kiri dan kanan. Rasa agak sakit di punggung dan pinggung akibat dari beliau
melakukan pekerjaan membungkuk saat melakukan elemen kerja mengambil daun
teh tergulung dan harus berdiri kembali saat akan memasukkan daun teh tergulung
kedalam mesin, sehingga terjadi ketegangan pada punggung dan pinggang. Rasa
agak sakit pada lengan dan tangan diakibatkan oleh beliau harus mengambil daun
42
Nama
: Sapto
Umur
: 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status
: PHT
(Pekerja Harian Tetap)
43
Berat Badan : 54 kg
Berat Beban : 10 kg
Lama Bekerja : 10 tahun
Waktu Bekerja : 7 jam
a. Sebelum
b. Setelah
Gambar 4.11 Hasil Nordic Body Map Sebelum (a) dan Setelah (b) Bekerja Stasiun Kerja
Pengeringan I (Pekerja 2)
Nama
: Suparman
Berat Badan
: 67 kg
Umur
: 38 tahun
Berat Beban
: 55 kg
Status
: PHT Waktu Bekerja : 7 jam
(Pekerja Harian Tetap)
45
a. Sebelum
b. Setelah
Gambar 4.12 Hasil Nordic Body Map Sebelum (a) dan Setelah (b) Bekerja Stasiun Kerja
Sortasi (Pekerja 1)
bapak Suparman selalu dilakukan berdua dan otot pada pergelangan tangan tidak
terlalu bekerja keras.
b. Pekerja 2
Tabel 4.13 Identitas Pekerja 2 Stasiun Kerja Sortasi
Nama
: Triyono
Umur
: 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status
: PHT
(Pekerja Harian Tetap)
a. Sebelum
Berat Badan : 73 kg
Berat Beban : 50 kg
Lama Bekerja : 10 tahun
Waktu Bekerja : 7 jam
b. Setelah
Gambar 4.13 Hasil Nordic Body Map Sebelum (a) dan Setelah (b) Bekerja
Stasiun Kerja Sortasi (Pekerja 2)
47
kiri, lutut kiri, pergelangan kaki kiri dan kanan. Rasa agak sakit dipergelakan
tangan dipicu oleh penekanan saraf yang diakibatkan oleh melakukan
pekerjaan yang berulang dan mengangkat beban yang berlebihan pada saat
melakukan elemen kerja mengangkut hasil pengeringan III, memasukkan daun
teh kering kedalam mesin, dan transportasi ke ruang penyimpanan. Rasa sakit
pada lutut diakibatkan saat memasukkan daun teh kering kedalam mesin
terjadi titik tekan yang berlebihan pada lutut.
pergelangan kaki diakibatkan oleh otot pada pergelangan kaki melemah akibat
melakukan pekerjaan yang berulang-ulang.
F. Analisis Musculoskeletas Disorders (MSDs)
Berdasarkan keluhan yang dialami pekerja yaitu bagian bahu, lengan
atas dan bawah, punggung, pinggang, lutut, pergelangan tangan, pergelangan
kaki, dan kaki. Gangguan MSDs yang dapat dialami oleh pekerja pada bagian
lengan yaitu ketegangan otot, sindrom radial tunnel. Ketegangan otot yaitu
suatu kondisi dimana otot mengalami pembentangan ke titik robek. Hal
tersebut dapat terjadi jika pekerja melakukan pengangkatan beban yang berat
dengan cara yang tidak benar, aktivitas kerja yang berulang-ulang, dan kerja
otot yang berat. Sindrom radial tunnel adalah ganggu yang disebabkan oleh
tekanan pada cabang saraf radial pada lengan bawah. Selain itu penyakit yang
dapat dialami didaerah bahu dan pergelangan tangan adalah tendinitis.
Tendinitis adalah peradangan pada tedon yang menghubungkan dengan tulang.
Penyakit ini biasanya menyerang pada bagian siku dan menjalar pada bagian
48
lengan bawah. Timbulnya tendinitis dipicu oleh faktor usia. Gejala tendinitis
diawali dengan rasa nyeri dan rasa sakit saat diraba atau digerakkan.
Penyakit yang dapat dialami pergelangan tangan adalah carpal tunnel
syndrome (CTS), Rheumatoid arthritis, dan kista ganglion. Carpal tunnel
syndrome (CTS) merupakan penekanan saraf melalui pergelangan tangan.
Penyakit tersebut terjadi akibat jaringan serat menumpuk dan mengalami
pembengkakan yang diakibatkan pada bagian telapak tangan pada pergelangan
tangan. Rheumatoid arthritis suatu penyakit pada sendi yang mengakibtkan
sistem kekebalan tubuh meyerang jaringan sendiri. Kista ganglion adalah kista
jaringan lunak yang terdapat pada pergelangan tangan dekat dengan telapak
tangan. Penyakit yang menyarang punggung pada pekerja industri yaitu nyeri
punggung. Nyeri punggung adalah sakit akibat ganggung saraf. Penyebab
nyeri punggung diawali dengan bergersernya bantalan tulang belakang yang
berakibat menekan saraf belakang. Nyeri punggung juga dapat diakibatkan
oleh spondilosis, yaitu terkikisnya tulang rawan yang melindungi ruas tulang
belakang.
Penyakit yang berkaitan dengan lutut yaitu bursitis. Bursitis
merupakan penyakit akibat peradangan pada bursa (cairan sendi) yang berada
dilutut. Penyakit bursitis diakibatkan tekanan yang berlebihan dan berulangulang pada lutut, dari tekanan tersebut lutut mengalami pembengkakan dan
sakit. Sedangkan, penyakit yang dapat diderita di daerah pergelangan kaki dan
kaki yaitu keseleo dan tendon archilles. Keseleo dapat terjadi jika ligamen
dipergelangan kaki membentang. Hal tersebut dapat terjadi jika pekerja selalu
49
50
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil dari kuesioner Nordic Body Map ketidaknyamaan pekerja proses
pengeringan terjadi pada bahu kanan dan kiri, lengan bawah kanan dan kiri,
punggung, pinggang, kaki kanan dan kiri. Sedangkan, untuk proses
pengeringan terjadi pada lengan kanan dan kiri, pergelangan tangan kanan
dan kiri, tangan kiri, lutut kiri, pergelangan kaki kanan dan kiri.
2. Pada pengeringan I terdapat 5 elemen kerja yaitu mengambil daun teh yang
tergulung, memasukkan daun teh tergulung kedalam mesin, menarik hasil
pengeringan, memasukkan hasil pengeringan kedalam gerobak, transportasi
ke pengeringan II. Elemen kerja yang memiliki nilai OWAS kategori 3 dan
harus segera dilakukan perbaikan yaitu menarik hasil pengeringan. Elemen
yang memiliki nilai OWAS kategori 2 dan memerlukan perbaikan dimasa
yang akan datang yaitu mengambil daun teh yang tergulung. Sedangkan
untuk elemen kerja yang lain termasuk pekerjaan ringan dan tidak
memerlukan pekerjaan. Pada sortasi terdapat 3 elemen kerja yaitu
mengangkut hasil pengeringan III, memasukkan daun teh kering kedalam
mesin, transportasi ke ruang penyimpanan. Elemen kerja yang memiliki
nilai OWAS kategori 2 yaitu memasukkan hasil pengeringan kedalam
mesin dan memerlukan perbaikan. Elemen mengangkut hasil pengeringan
III dan transportasi ke ruang penyimpanan termasuk dalam nilai OWAS
kategori 1 dan tidak memerlukan perbaikan.
3. Perbaikan pada proses pengeringan elemen kerja mengambil daun teh
tergulung dan menarik hasil pengeringan dengan menggunakan hand truck
52
dan diatasnya diberikan box yang tutup depan box dapat terbuka.
Sedangkan, untuk perbaikan pada sortasi elemen kerja memasukkan daun
teh kering kedalam mesin dengan cara mengurangi berat tiap karung
(awalnya 50 kg per karung menjadi 24 kg per karung) sehingga mengurangi
berat beban.
B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan merencanakan pemeriksaan kesehatan untuk pekerja
2. Sebaiknya perusahaan menambah peralatan seperti hand truck untuk
mempermudah pekerjaan dalam proses pengering dan proses sortasi.
53
DAFTAR PUSTAKA
F.S. Gill dan J.M. Harrington.2005. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi 3. Penerbit
Buku
Hartoyo, Arif. 2003. Teh & Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinauan Ilmiah.
Kanisius.
Yogyakarta
Iridiastadi, Hardianto dan Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Kirana, Dapur. 2010. Green Tea Cake. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Kuswana, Wowo Surnaryo. 2014. Ergonomi dan K3 Kesehatan Keselamatan
Kerja. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Soraya, Noni. 2007. Sehat Cantik Berkat Teh Hijau. Penebar Plus. Jakarta
Suhardi, Bambang. 2008. Jilid 2 Perencanaan Sistem Kerja dan Ergonomi
Industri untuk
Jakarta
Sutalaksana, Iftikar Z. dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja Edisi Kedua.
ITB Bandung
54
Wignjosobroto, Sritomo. 1995. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Tehnik Analisis
untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Penerbit Guna Widya.
Surabaya
55
LAMPIRAN
56
57
58
59
60
61
62
63
64