DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
Bab I
STATUS NEUROLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
a) Nama : Ny. EY
b) Umur : 25 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Alamat : Jl. Cipeucang III No. 48
e) Status Pernikahan :Sudah Menikah
f) Status Pendidikan : SMA
g) Suku : Jawa
h) Agama : Islam
i) No. RM : 00-35-24-37
j) Tanggal Masuk : 18 September 2017
II. SUBJEKTIF
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada hari Rabu tanggal 20 September
2017 di Ruang 611 Lantai 6B Utara
a) Keluhan Utama : Anggota gerak badan kiri terasa lemah sejak 2 hari yang lalu.
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Koja dibawa oleh keluarganya dengan keluhan anggota
gerak badan kiri terasa lemah sejak 2 hari lalu. Keluhan muncul saat pasien bangun dari tidur
siang sekitar pukul 12.00 dan ingin menggendong anaknya namun tidak kuat, anggota gerak
badan kirinya tiba-tiba terasa lemah, pasien masih dapat berdiri tetapi harus berpegangan,
namun anggota gerak kanan tidak mengalami kelemahan. Saat itu, keluhan bicara pelo,
keluhan hilang kesadaran, keluhan mual dan muntah, keluhan sakit kepala, keluhan kejang
disangkal. Pasien mengatakan bahwa langsung dibawa ke IGD RSUD Koja sekitar pukul
18.00. Pasien mengatakan rasa lemah pada tangan dan kakinya terasa sama dibandingkan 2
hari yang lalu. Pasien menceritakan bahwa 3 hari yang lalu, pasien mengeluhkan keluhan
pusing berputar jika terbangun dari tempat tidur sehingga selama 1 hari pasien beristirahat
total, namun saat itu pasien belum merasakan kelemahan pada anggota gerak tubuhnya dan
keesokan harinya keluhan pusing sudah berkurang.
Pasien mengeluhkan 1 hari setelah dirawat di rumah sakit sempat mengalami kejang
kurang lebih selama 2 menit. Kejang terjadi saat pasien beristirahat. Kejang kelojotan di
1
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
seluruh tubuh dan saat kejang pasien tidak sadarkan diri serta mata nampak mendelik ke atas.
Setelah kejang pasien sempat tidak sadarkan diri selama 2 menit. Dua hari setelah pasien
dirawat, pasien mengeluhkan lemah di anggota gerak sebelah kiri belum membaik dan sekitar
pukul 16.00 saat pasien sedang berbaring tangan kirinya mengalami kejang kelojotan kurang
lebih selama 5 menit, hal serupa terjadi 2 jam kemudian dan pasien dalam keadaan sadar.
Pasien mengatakan bahwa 19 hari yang lalu pasien baru menjalani persalinan pertama
di kehamilan pertamanya pada usia kehamilan 38 minggu. Proses persalinan dengan cara
normal. Bayi pasien terlahir dalam keadaan sehat dengan berat badan lahir 2.600 kg. Pasien
menceritakan bahwa selama kehamilan menjalani pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali.
Sekitar 2 minggu yang lalu pasien datang memeriksakan kehamilan ke puskesmas dan
didapatkan tekanan darahnya tinggi (160/) dan diperiksakan protein BAK-nya dengan hasil
+1. Sekitar 1 minggu kemudian datang kembali untuk memeriksakan kehamilannya dengan
tekanan darah yang sudah menurun (130/) dan protein BAK-nya dengan hasil +2. Saat itu
pasien tidak mengalami keluhan sakit kepala, tidak ada keluhan kejang, tidak ada keluhan
mual maupun muntah, tidak ada keluhan kelemahan anggota gerak.
d) Riwayat Pribadi
Tidak ada riwayat merokok maupun minum minuman beralkohol.
e) Riwayat Keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak 10 tahun yang lalu dan ibu pasien
memiliki riwayat kencing manis sejak 5 tahun yang lalu.
f) Riwayat Sosial
Pasien tinggal serumah dengan ayah, ibu, suami, dan anaknya yang baru lahir. Hanya
suaminya yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga. Pasien merasakan penghasilan
yang didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hubungan pasien dengan
keluarga baik.
2
III. OBJEKTIF
A. Status Generalis
i. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
ii. Tanda-tanda Vital
1. Tekanan darah : 105/72 mmHg
2. Nadi : 86x/menit
3. Pernapasan : 22x/menit
4. Suhu : 36,5 C
iii. Berat Badan : 68 kg
iv. Tinggi Badan : 160 cm
v. Status gizi : IMT 26.56 kg/m2
vi. Kepala : Normocephal
vii. Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), luka (-)
viii. Thorax :
Keadaan statis maupun dinamis simetris, retraksi sela iga (-), luka (-)
1. Jantung :
3
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
C. Status Neurologis
i. Glasgow Coma Scale : E: 4 M: 6 V: 5 ( 15 )
ii. Tanda Rangsangan Meningeal
1. Kaku Kuduk : (-)
2. Laseq : (-) / (-)
3. Kernig : (-) / (-)
4. Brudzinsky I : (-)
5. Brudzinsky II : (-) / (-)
Mengunyah Normal
Normal
Refleks kornea Normal
Normal
Refleks bersin Normal
Normal
Jaw-jerk test Normal Normal
5
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
6
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
v. Sistem Sensorik
TANGAN KAKI
SENSIBILITAS
Kanan Kiri Kanan Kiri
Taktil Normal Normal Normal Normal
Nyeri Normal Normal Normal Normal
Suhu Normal Normal Normal Normal
Vibrasi Normal NNormal Normal Normal
Diskriminasi 2 Normal Normal Normal Normal
Titik
viii. Klonus
KANAN KIRI
Patella (-) (-)
7
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
x. Gerakan-gerakan abnormal
1. Tremor : (-)
2. Athetose : (-)
3. Mioklonik : (-)
4. Chorea : (-)
8
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin ( 18 September 2017 )
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 9,4 g/dL 12.5-16.0
Leukosit 7.530/uL 4.000-10.500
Hematokrit 28,4% 37.0-47.0
Trombosit 371.000/uL 182.000-368.000
9
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
IV. RINGKASAN
Pasien datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan anggota gerak badan kiri tidak
dapat digerakan.sejak 2 hari yang lalu. Keluhan dirasakan saat pasien bangun tidur di siang
hari. Keluhan kelemahan ini dirasakan menetap. Tidak ada keluhan tanda-tanda peningkatan
10
tekanan intrakranial. Satu hari setelah dirawat, pasien mengalami kejang kelojotan seluruh
badan kurang lebih selama 2 menit dan pasien tidak sadarkan diri. Kejang kembali terjadi 2
hari setelah pasien dirawat pada sore hari sebanyak 2 kali. Kejang hanya terjadi pada tangan
kiri selama 5 menit dan pasien dalam keadaan sadar. Pasien baru melahirkan anak
pertamanya 19 hari yang lalu dengan persalinan pervaginam di usia kehamilan 38 minggu.
Anak pasien terlahir dalam keadaan sehat dengan berat bdan lahir 2.600 kg. Selama
kehamilan pasien melakukan kontrol kehamilan sebanyak 4 kali. Dua minggu sebelum
persalinan, pasien kontrol kehamilan dan diapatkan tekanan darahnya tinggi dan ditemukan
protein di BAK-nya +1. Dilakukan pemeriksaan ulang seminggu kemudian dan didapatkan
protein di BAK-nya +2. Saat itu pasien belum mengalami keluhan seperti sakit kepala,
kelemahan anggota gerak, kesemutan, kejang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 105/ 72 mmHg, frekuensi nadi 86
kali/ menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan
neurologis ditemukan pada saraf kranial N.VII terdapat plika nasolabialis yang miring kearah
kiri, pemeriksaan saraf kranial N.XI pasien tidak mampu mengangkat bahu kirinya, kekuatan
motorik anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri memiliki nilai 3 sedangkan sebelah kanan
memiliki kekuatan motorik 5. Pada pemeriksaan Romberg juga ditemukan pasien mengalami
goyang minimal. Untuk pemeriksaan sensorik pasien memiliki hasil normal. Pada
pemeriksaan fungsi cerebellum pasien tidak dapat melakukan gerakan disdiadokhokinesis,
karena anggota gerak kirinya sulit digerakkan.
Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hasil hemoglobin menurun
menjadi 9,4 g/dL, hematokrit menurun 28,4%, trombosit sedikit meningkat 371.000/L,
ureum menurun 14,4 mg/dL, peningkatan kolestrol 232 mg/dL, peningkatan LDL 135 mg/dL.
Dari pemeriksaan EKG dan foto thorax tanggal 18 September 2017 didapatkan hasil normal.
Sedangkan pada CT-scan cerebral tanpa kontras didapatkan adanya lesi hipodens di bagian
korteks frontal dextra.
V. ASSESMENT
a. Diagnosis
Diagno
b. Diagnosis 2 : Vertigo
VI. PLANNING
A. Diagnostic
Pemeriksaan darah rutin berulang
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu
11
Pemeriksaan profil lipid berulang
Terapi
Injeksi
Infus Asering 1000cc/ 24 jam
Inj. Mecobalamin 3 x 500 mg (iv)
Inj. Citicoline 2 x 1000 mg (iv)
Peroral
Tromboaspilet 1 x 80 mg (po)
Frego 2 x 10 mg (po)
C. Monitoring
Monitor TTV, kesadaran dan keadaan umum
Monitor frekuensi dan jenis kejang yang terjadi
Monitor GDS
Monitor defisit neurologi fokal
Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
d) Edukasi
Memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita
Memberikan penjelasan tentang cara melatih anggota gerak
Memberitahu untuk minum obat yang teratur
VII. PROGNOSIS
a) Ad vitam : Bonam
b) Ad sanationam : Bonam
c) Ad functionam : Bonam
12
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
Follow Up:
A : Stroke non-hemoragic
P : Inj. Fenitoin 3 x 100 mg
Clopidogrel 1 x 75 mg ( po )
Terapi Lain Lanjutkan
13
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
A : Stroke non-hemoragic
P : Inj. Fenitoin diganti peroral
Inj. Dexametason 3 x 1 g
Terapi lain lanjutkan
A : Stroke non-hemoragic
P : Terapi lain lanjutkan
A : Stroke non-hemoragic
P : Terapi lain lanjutkan
14
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
DEPARTEMEN NEUROLOGI
KOAS UKRIDA PERIODE 4 SEPTEMBER -7 AGUSTUS 2017
A : Stroke non-hemoragic
P : Terapi lain lanjutkan
15
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1.Stroke
Definisi Stroke1
Menurut WHO (World Health Organization) 2005 stroke adalah suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non traumatik.2
Klasifikasi Stroke1,2
Stroke diklasifikasi menjadi:
a. Stroke Hemoragik
b. Stroke Non Hemoragik
Stroke Hemoragik terbagi menjadi :
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
b. Perdarahan Subarachnoid (PSA)
Stroke Non Hemoragik, dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis:
1. Serangan Iskemia Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND).
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam,
tapi tidak lebih dari seminggu.
3. Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke in evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Gejala klinis sudah menetap. Kasus completed stroke ini ialah hemiplegi dimana
sudah memperlihatkan sesisi yang sudah tidak ada progresi lagi. Dalam hal ini,
kesadaran tidak terganggu
Epidemiologi Stroke1,2
Kasus stroke di Indonesia menunjukkan peningkatan baik dalam kejadian, kecacatan,
maupun kematian. Insidens stroke sebesar 51,6/100.000 penduduk. Sekitar 4,3% penderita
stroke mengalami kecacatan yang memberat. Angka kematian berkisar antara 15-27%
pada semua kelompok usia. Stroke lebih banyak dialami laki-laki dibandingkan
perempuan. Jumlah penderita stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
16
Faktor Resiko Stroke
Pemeriksaan faktor resiko dengan cermat dapat memudahkan seorang dokter
untuk menemukan penyebab terjadinya stroke. Terdapat beberapa faktor resiko stroke
non hemoragik, yakni: 3-5
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Umur
Umur merupakan salah satu faktor risiko utama untuk stroke. Sekitar
30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadi pada mereka yang 65 ke
atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55
tahun.
Jenis kelamin
Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki-laki
berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi sebelum usia 65.
Riwayat keluarga
Jika ayah dan ibu memiliki riwayat stroke dapat berhubungan dengan faktor
risiko stroke. Peningkatan risiko ini bisa dimediasi melalui berbagai
mekanisme, termasuk heritabilitas genetik faktor risiko stroke, warisan dari
kerentanan terhadap efek dari faktor risiko seperti, familial berbagi faktor
budaya / lingkungan dan gaya hidup. Risiko stroke lebih tinggi hampir 5 kali
lipat dalam prevalensi stroke pada monozigot dibandingkan dengan dizigot
kembar.
Polisitemia vera
Pada penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617
dimana terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan
nama JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan
sehingga proses aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu,
proses eritropoiesis dapat berlangsung tanpa atau hanya sedikit hematopoetic
growth factor, sehingga terjadi peningkatan produksi semua macam sel,
termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas
darah meningkat. Penderita cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan
dan menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh
peningkatan sel darah merah dan tingginya jumlah platelet. Thrombosis dapat
terjadi di pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Hipertensi
Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini berlaku
untuk kedua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko perdarahan,
17
atherothrombotik, dan stroke lakunar, menariknya, risiko stroke pada tingkat
hipertensi sistolik kurang dengan meningkatnya umur, sehingga ia menjadi
kurang kuat, meskipun masih penting dan bisa diobati, faktor risiko ini pada
orang tua.
Diabetes Melitus
Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes
meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga kali
lipat berbanding orang-orang tanpa diabetes. Diabetes dapat
mempengaruhiindividu untuk mendapat iskemia serebral melalui
percepatanaterosklerosis pembuluh darah yang besar, seperti arteri koronari,
arteri karotid atau dengan, efek lokal padamikrosirkulasi serebral.
Penyakit jantung
Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebihdari dua
kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang fungsi jantungnya
normal.
o Penyakit Arteri koroner:
Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit difusvaskular
aterosklerotik dan potensi sumberemboli dari thrombi mural karena
miocard infarction.
o Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi:
Berhubungan denganmeningkatnya kejadian stroke
o Fibrilasiatrial:
Sangat terkait dengan stroke emboli dan fibrilasi atrial
karena penyakit jantung rematik; meningkatkan risiko stroke sebesar
17 kali.
o Lainnya:
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkandengan stroke, seperti
prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium,
aneurisma septum atrium,dan lesi aterosklerotik dan trombotik dari
ascending aorta.
Merokok
Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angkastudi, menunjukkan bahwa
merokok jelasmenyebabkan peningkatan risiko stroke untuk segala usia dan
kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan denganjumlah batang rokok
yang dihisap, dan penghentianmerokok mengurangi risiko, dengan resiko
kembali seperti bukan perokok dalam masa lima tahun setelah penghentian.
18
Peningkatan hematokrit
Peningkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika hematokrit melebihi
55%. Penentu utamaviskositas darah keseluruhan adalah dari isi sel darah
merah;
plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan peranan penting. Ketika
meningkat viskositas hasil daripolisitemia, hyperfibrinogenemia, atau
paraproteinemia, biasanya menyebabkan gejala umum, sepertisakit kepala,
kelesuan, tinnitus, dan penglihatan kabur.Infark otak fokal dan oklusi vena
retina jauhkurang umum, dan dapat mengikuti disfungsi trombosit
akibattrombositosis. Perdarahan Intraserebral dan subarachnoidkadang-kadang
dapat terjadi.
Penyalahgunaan obat
Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk methamphetamines,
norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain. Amfetamin menyebabkan sebuah
vaskulitis nekrosisyang dapat mengakibatkan pendarahan petechial menyebar,
ataufokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan sebuah
hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi. Perdarahan subarachnoid dan
difarction otak telah dilaporkan setelah penggunaan kokain.
Hiperlipidemia
Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan dengan penyakit
jantung koroner, mereka sehubungan denganstroke kurang jelas. Peningkatan
kolesterol tidak muncul untukmenjadi faktor risiko untuk aterosklerosis
karotis, khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun. Kejadian
hiperkolesterolemia menurun dengan bertambahnya usia.Kolesterol berkaitan
dengan perdarahan intraserebralatau perdarahan subarachnoid. Tidak
adahubungan yang jelas antara tingkat kolesterol daninfark lakunar.
Kontrasepsi oral
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko stroke pada
wanita muda. Penurunan kandungan estrogen menurunkan masalah ini,tetapi
tidak dihilangkan sama sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita
yanglebih dari 35 tahun .Mekanisme diduga meningkatkoagulasi, karena
stimulasi estrogen tentang produksiprotein liver, atau jarang penyebab
autoimun
Diet
Konsumsi alkohol :
Ada peningkatan risiko infark otak, danperdarahan subarakhnoid dikaitkan
denganpenyalahgunaan alkohol pada orang dewasa muda. Mekanisme
19
dimanaetanol dapat menghasilkan stroke termasuk efek pada darahtekanan,
platelet, osmolalitas plasma, hematokrit,dan sel-sel darah merah. Selain
itu, alkohol bisa menyebabkanmiokardiopati, aritmia, dan perubahan di
darah aliran otakdan autoregulasi.
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body massindexs, obesitas telah
secara konsisten meramalkan berikutnya
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskansebagian oleh adanya
hipertensi dan diabetes.Sebuah berat relatif lebih dari 30% di atas rata-
ratakontributor independen ke-atherosklerotik infark otak berikutnya.
Infeksi
Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui
pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh darah. Sifilis
meningovaskular dapat menyebabkan arteritis otak dan infark.
Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak yang terdiri dari lapisan
tipis biofilm yang mengandung bakteri, produksi bakteri dan makanan. Bakteri
dan produknya dapat menyebar kebawah gusi sehingga terjadi proses
peradangan dan terjadilah Periodontitis. Periodontitis sendiri didapatkan
adanya peningkatan petanda petanda inflamasi, dan hal tersebut juga
merupakan indikator dari faktor resiko Stroke itu sendiri. Bakteri yang berasal
dari poket periodontal dapat masuk kedalam aliran darah dan bakteri tersebut
dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah koroner yang dapat
menyebabkan aterosklerosis sehingga bisa menjadi Stroke.
2. aterotrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior).Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna.Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain terjadinya trombosis
adalah polisitemia, anemia sickle sel, displasia fibromuskular dari arteri serebral,
dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses
yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya
stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).3
21
Terdapat perbedaan klinis antara stroke yang d sebabkan oleh aterotrombosis dan
emboli serta pada stroke hemoragik. Seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Gejala Klinis PIS PSA Trombosis Emboli
Umur >40 tahun 20-30 tahun 50-70 tahun Semua umur
Onset Perjalanan Aktivitas Aktivitas Bangun tidur Aktivitas
TTIK
Penurunan + +/- - Menurun
kesadaran
Sakit kepala +++ ++++ - -
Muntah +++ ++++ - -
Faktor resiko
Hipertensi + +/- + -
Hiperlipidemia - - ++ -
Kaku kuduk +/- +++ - -
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan menyebabkan
hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga. Bila anoksia ini berlanjut
sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel penyangganya yaitu sel glia akan
mengalami kerusakan ireversibel sampai nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti
perubahan permeabilitas vaskular disekitarnya dan masuknya cairan serta sel-sel
radang.
Di sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+ dari asidosis laktat.
K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai retensi air yang timbul dalam
empat hari pertama sesudah stroke.Edem ini menyebabkan daerah sekitar nekrosis
22
mengalami gangguan perfusi dan timbul iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup.
Daerah ini adalah iskemik penumbra. Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu
dari otak akan terjadi kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-
neuron di daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini akan
mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel disekitarnya.
Glutamat ini akan menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer yang
terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal kalsium
(calcium channels). Kemudian terjadilah influks kalsium yang mengakibatkan kematian
sel. Sebelumnya, sel yang mati ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan
membanjiri lagi neuron-neuron disekitarnya. Terjadilah lingkaran setan. Neuron-neuron
yang rusak juga akan melepaskan radikal bebas, yaitu charged oxygen molecules
(seperti nitric acida atau NO), yang akan merombak molekul lemak didalam membran
sel, sehingga membran sel akan bocor dan terjadilah influks kalsium. Stroke iskemik
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan kematian sel.
Pembuluh darah
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
23
2.1.1.3. Gambaran Klinis Stroke Non Hemoragik
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologi akut
(baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Seringkali tidak terdapat
tanda atau gejala yang sensitif yang dapat membedakan stroke hemoragik dan non
hemoragik meskipun gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat
kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala umum yang
terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese, atau quadriparese, hilangnya
penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia, disartria, ataksia, afasia, atau
penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri
namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala
tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik.
Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari gejala atau onset stroke seperti:
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan
hingga pasien bangun (wake up stroke).
Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari
pertolongan.
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang,
infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan
hiponatremia.3
2.1.1.4. Diagnosis
Pemeriksaan Neurologi
24
Sirkulasi terganggu Sensomotorik Gejala klinis lain
Sindrom Sirkulasi Anterior
A.Serebri media (total) Hemiplegia kontralateral Afasia global (hemisfer
(lengan lebih berat dari dominan), Hemi-neglect
tungkai) hemihipestesia (hemisfer non-dominan),
kontralateral. agnosia, defisit visuospasial,
apraksia, disfagia
A.Serebri media (bagian Hemiplegia kontralateral Afasia motorik (hemisfer
atas) (lengan lebih berat dari dominan), Hemi-negelect
tungkai) hemihipestesia (hemisfer non-dominan),
kontralateral. hemianopsia, disfagia
A.Serebri media (bagian Tidak ada gangguan Afasia sensorik (hemisfer
bawah) dominan), afasia afektif
(hemisfer non-dominan),
kontruksional apraksia
A.Serebri media dalam Hemiparese kontralateral, Afasia sensoris transkortikal
tidak ada gangguan (hemisfer dominan), visual dan
sensoris atau ringan sekali sensoris neglect sementara
(hemisfer non-dominan)
A.Serebri anterior Hemiplegia kontralateral Afasia transkortikal (hemisfer
(tungkai lebih berat dari dominan), apraksia (hemisfer
lengan) hemiestesia non-dominan), perubahan
kontralateral (umumnya perilaku dan personalitas,
ringan) inkontinensia urin dan alvi
Sindrom Sirkulasi Posterior
A.Basilaris (total) Kuadriplegia, sensoris Gangguan kesadaran samapi ke
umumnya normal sindrom lock-in, gangguan saraf
cranial yang menyebabkan
diplopia, disartria, disfagia,
disfonia, gangguan emosi
A.Serebri posterior Hemiplegia sementara, Gangguan lapang pandang
berganti dengan pola bagian sentral, prosopagnosia,
gerak chorea pada tangan, aleksia
hipestesia atau anestesia
terutama pada tangan
Pembuluh Darah Kecil
Lacunar infark Gangguan motorik murni,
25
gangguan sensorik murni,
hemiparesis ataksik, sindrom
clumsy hand
Siriraj Stroke Skore
Apatis 1
Koma 2
Muntah Ya 1
Tidak 0
Sakit Kepala Ya 1
Tidak 0
Tanda-tanda ateroma Ya 1
26
Gambar 2. Algoritma Stroke Gajah Mada
Apabila terdapat pasien stroke akut dengan atau tanpa penurunan kesadaran,
nyeri kepala dan terdapat reflek babainski atau dua dari ketiganya maka merupakan
stroke hemoragik. Jika ditemukan penurunan kesadaran atau nyeri kepala ini juga
merupakan stroke non hemoragik. Sedangkan bila hanya didapatkan reflek babinski
positif atau tidak didapatkan penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski
maka merupakan stroke non hemoragik.
Gambaran Laboratorium
27
Gambaran Radiologi
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:1
1. Fase Akut (hari ke 0 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang iskemi
jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak
mengganggu/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah
menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Karena itu
dipelihara fungsi optimal:1
Respirasi : jalan napas harus bersih
Jantung : harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG
Tekanan darah :dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan
sampai menurunkan perfusi otak
Gula darah : kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak boleh
diturunkan secara drastis, terutama bila pasien memiliki diabetes mellitus
kronis
Balans cairan : bila pasien dalam keadaan gawat atau koma balans
cairan, elektrolit, dan asam basa darah harus dipantau
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang
menderita di daerah iskemi (ischemic penumbra) masih menimbulkan perbedaan
pendapat.
Obat-obatan yang sering dipakai untuk mengatasi stroke iskemik akut:1
Mengembalikan reperfusi otak
a. Terapi Trombolitik
Anti-edema otak
Untuk anti-oedema otak dapat diberikan gliserol 10% per infuse 1gr/kgBB/hari
selama 6 jam atau dapat diganti dengan manitol 20%.8
Neuroprotektif
31
Bab III
Pembahasan Kasus
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam yang
dapat menimbulkan kematian atau kecacatan, dan disebabkan gangguan peredaran darah otak
non traumatik. Pada pasien Ny. EY keluhan lemah pada anggota gerak badan kiri sejak 2 hari
yang lalu terjadi tiba-tiba. Pasien menyangkal keluhan mual dan muntah, menyangkal
keluhan sakit kepala dan menyangkal keluhan penurunan kesadaran.Namun pasien
mengalami kejang pada hari ke 2 saat dirawat di rumah sakit, kejang kelojotan di seluruh
tubuh selama 2 menit. Saat kejang terjadi pasien tidak sadarkan diri dan mata mendelik ke
atas. Pada hari ke 3 rawat inap di rumah sakit pasien kembali mengalami kejang sebanyak 2
kali selama 5 menit namun hanya pada anggota gerak atas kiri dan pasien dalam keadaan
sadar. Sekitar 19 hari yang lalu pasien melahirkan anak pertamanya. Saat hamil, didapatkan
tekanan darah pasien tinggi ( 160/) dan protein urin +2. Namun pasien tidak mengalami
keluhan saat itu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 105/ 72 mmHg, frekuensi nadi 86
kali/ menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan
neurologis ditemukan pada saraf cranial N.VII terdapat plika nasolabialis yang miring kearah
kiri, kekuatan motorik anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri memiliki nilai 3 sedangkan
sebelah kanan memiliki kekuatan motorik 5. Pada pemeriksaan Romberg juga ditemukan
pasien mengalami goyang minimal. Untuk pemeriksaan sensorik pasien memiliki hasil
normal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, disimpulkan diagnosis pada pasien ini
adalah stroke non-hemoragik. Berdasarkan perhitungan skor Siriraj didapatkan skor pasien
dibawah nilai 1 yang berarti stroke non hemoragik. Siriraj Stroke Score memiliki rumus (2,5
X Derajat Kesadaran) + (2 X muntah) + (2 X sakit kepala) + (0,1 X tekanan darah diastol)
(3 X ateroma) 12 jika diaplikasikan pada kasus Ny. EY didapatkan (2,5 x 0) + (2 x 0 ) + ( 2
x 0 ) + ( 0,1 x 72 ) ( 3 x 1 ) -12 dengan hasil -7,8. Berdasarkan tabel perbedaan gejala stroke
hemoragic dan stroke non hemoragic didapatkan gejala pada Ny. EY lebih sesuai dengan
stroke non hemoragic yang disebabkan aterotrombosis.
32
Gejala Klinis PIS PSA Trombosis Emboli
Umur >40 tahun 20-30 tahun 50-70 tahun Semua umur
Onset Perjalanan Aktivitas Aktivitas Bangun tidur Aktivitas
TTIK
Penurunan + +/- - Menurun
kesadaran
Sakit kepala +++ ++++ - -
Muntah +++ ++++ - -
Faktor resiko
Hipertensi + +/- + -
Hiperlipidemia - - ++ -
Kaku kuduk +/- +++ - -
33
Daftar Pustaka
1. Jusuf M. Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2000.
2. Setyopranoto I. Stroke: gejala dan penatalaksanaan. Continuing Medical Education.
Volume 38. Nomor 4. Edisi Juni. Jogjakarta: Balai Penerbit FK Universitas Gajah Mada;
2011.
3. Hassman KA. Stroke iskemik. [online]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview.
4. Valery F. Stroke: panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. Jakarta:
PT. Bhuana Ilmu Populer; 2006.
5. Irlina L. Hubungan Periodontitis dengan penderita stroke di RSUP Kariadi Semarang.
Laporan penelitian. Semarang: FK UNDIP; 2012.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dan dasar; mekanisme gangguan vaskular
susunan saraf. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2004.
7. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovasculer diseases in principles of neurology. Edition
8th. McGrow-Hill Proffesional. 2005
8. Stroke. Majalah Kedokteran Atma Jaya. Edisi September. Vol 1 Nomor 2. 2008
9. D
10. Simamora SK, Zanariah Z. Space Occupying Lession (SOL). Lampung: Jurnal Medula
Unila. Vol 7, No.1:68-9.
11. 1
12. Wahyudi, Kupiya Timbul.Tinjauan Pustaka: Vertigo. CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012
34